Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AMALIA DEWI MAGHFIRA

NIM : B11115159
MATA KULIAH : HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL (A)

HAK PATEN

A. PENGERTIAN
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten :
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam
pengertian di atas, juga menurut undang-undang tersebut, adalah):
Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU Nomor 14 Tahun 2001,
pasal 1, ayat 2).
Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara
bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan Invensi. (UU Nomor 14 Tahun 2001, pasal 1, ayat 3).

B. LINGKUP PATEN
- Invensi yang dapat diberi Paten
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, invensi yang
dapat dimintakan perlindungan Paten adalah invensi yang:
a. Baru (novelty); Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan, invensi
tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya (prior art
atau the state of art). Pengungkapan bisa berupa uraian lisan, melalui
peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk
melaksanakan invensi tersebut.
b. Mengandung langkah inventif (inventive step); Yaitu invensi yang bagi
seseorang dengan keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak
dapat diduga sebelumnya dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat
permohonan diajukan.
c. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable); yaitu invensi dapat
diterapkan dalam industri sesuai dengan uraian dalam permohonan. Jika
invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu
dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama,
sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan
atau digunakan dalam praktik.
- Invensi tidak dapat dipatenkan apabila:
a. pengumuman/penggunaan/pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau
kesusilaan; misalnya invensi yang kegunaannya secara spesifik adalah untuk
memakai narkoba;
b. berupa metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan
yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; misalnya metode operasi
caesar, metode chemotherapy;
c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; sehingga rumus
matetmatika sehebat apapun tidak bisa dipatenkan oleh siapapun;
d. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; serta proses biologis yang esensial
untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau
proses mikrobiologis. Karena ada pengecualan paten terhadap mahluk hidup
inilah maka perlindungan terhadap varietas tanaman baru hasil pemuliaan
diselenggarakan tersendiri melalui Hak PVT.

Perlu juga dicatat bahwa invensi tidak mencakup kreasi estetika (bisa dilindungi
dengan Hak Cipta atau Desain Industri); skema; aturan dan metode untuk melakukan
kegiatan mental, permainan, atau bisnis; aturan dan metode mengenai program
komputer (software dilindungi dengan Hak Cipta); dan presentasi mengenai suatu
informasi.

C. YANG BERHAK MEMPEROLEH PATEN


Orang yang menghasilkan suatu invensi, baik sendirian maupun beberapa orang
bersama-sama, disebut dengan istilah inventor. Inventor inilah yang paling pertama
berhak mendapatkan hak paten atas invensi yang dihasilkannya. Siapapun di luar
inventor yang ingin memiliki hak paten atas invensi tersebut harus terlebih dahulu
memperoleh pengalihan hak secara tertulis dari sang inventor.
Baik Inventor maupun pihak lain yang menerima pengalihan hak dari inventor
merupakan Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang memiliki hak eksklusif
untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20 tahun dihitung dari
Tanggal Penerimaan. Setelah 20 tahun tersebut, invensi yang dimaksud akan menjadi
milik umum (public domain) dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa perlu
meminta izin dari si pemegang paten.

D. BERLAKUNYA HAK PATEN


Paten menganut prinsip teritorial, yang artinya perlindungan paten hanya berlaku di
negara di mana permohonan paten diajukan dan diberi. Untuk memperoleh
perlindungan paten di wilayah hukum Indonesia, maka sang inventor harus
mengajukan permohonan paten di Indonesia, dalam hal ini ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (DJHKI). Di sisi lain inventor yang hanya mematenkan
invensinya di Indonesia, tidak memiliki hak paten di negara lain.
Di sisi lain, hal ini berarti kita bebas untuk memanfaatkan invensi yang dipatenkan di
luar negeri namun tidak di Indonesia, bahkan untuk memproduksinya secara
komersial, sepanjang kita tidak mengekspor produk tersebut ke negara di mana
invensi itu dipatenkan; dan demikian pula sebaliknya terhadap invensi-invensi yang
hanya dipatenkan di Indonesia.

E. LAMA PERLINDUNGAN
Jangka waktu perlindungan untuk Paten adalah 20 (dua puluh) tahun tidak dapat
diperpanjang, dan untuk Paten Sederhana 10 (sepuluh) tahun juga tidak dapat
diperpanjang. Jangka waktu demikian dinilai cukup untuk memperoleh manfaat
ekonomi yang wajar bagi pemegang Paten atau Paten Sederhana.

F. TATA CARA DAN PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH HAK PATEN


Sebelum mengajukan permohonan paten, sangat disarankan agar inventor terlebih
dahulu melaksanakan penelusuran (search), untuk memperoleh gambaran apakah
invensi yang diajukan memang memenuhi syarat kebaruan, artinya belum pernah ada
pengungkapan sebelumnya oleh siapapun, termasuk oleh si inventor sendiri.
Penelusuran dapat dilakukan terhadap dokumen-dokumen paten baik yang tersimpan
pada database DJHKI, maupun kantor-kantor paten lain di luar negeri yang
representatif dan juga relevan terhadap teknologi dari invensi yang akan kita
patenkan; dan juga terhada dokumen-dokumen non-paten seperti jurnal-jurnal ilmiah
yang terkait.
Penelusuran Paten bahkan sangat disarankan untuk dilakukan sebelum rencana
penelitian terhadap suatu teknologi dilaksanakan, demi untuk melakukan technology
mapping berdasarkan dokumen paten yang tersedia, sehingga penelitian bisa
dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Setelah dilakukan penelusuran dan dapat diyakini bahwa invensi yang akan
dipatenkan masih mengandung kebaruan, langkah selanjutnya adalah membuat
spesifikasi paten, yang terdiri sekurang-kurangnya atas :
Judul Invensi;
Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta
masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh
invensi;
Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-fitur
yang terkandung dalam, dan menyusun, invensi;
Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara
melaksanakan invensi;
Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih jelas;
Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik yang
disertakan;
Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;
Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan
sebagai baru dan inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan hak
paten.

Penyusunan spesifikasi paten membutuhkan keahlian dan pengalaman tersendiri,


karena perlu memadukan antara bahasa teknik dan bahasa hukum di dalamnya.
Banyak Konsultan HKI Terdaftar yang memiliki kualifikasi keahlian dan pengalaman
tersebut, serta akan dapat membantu Anda dalam menyusun Spesifikasi Invensi.
Spesifikasi Paten adalah salah-satu dari persyaratan minimum yang harus disertakan
dalam mengajukan permohonan paten untuk bisa mendapat Tanggal Penerimaan, di
samping Formulir Permohonan yang diisi lengkap dan dibuat rangkap empat, dan
membayar biaya Permohonan Paten sebesar Rp. 750.000,00. Apabila ketiga
persyaratan minimum ini dipenuhi, maka permohonan akan mendapat Tanggal
Penerimaan (Filing Date). Persyaratan lain berupa persyaratan formalitas dapat
dilengkapi selama tiga bulan sejak Tanggal Penerimaan, dan dapat dua kali
diperpanjang, masing-masing untuk dua dan satu bulan. Persyaratan formalitas
tersebut adalah:

Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon Paten bahwa ia


memang memiliki hak untuk mengajukan permohonan paten tersebut;
Surat Pengalihan Hak, yang merupakan bukti pengalihan hak dari Inventor kepada
Pemohon Paten, jika Inventor dan Pemohon bukan orang yang sama;
Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;
Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika Pemohon
adalah Badan Hukum;
Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan
Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan Hukum
untuk menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.

Setelah masa pemeriksaan dilalui dan seluruh persyaratan formalitas dinyatakan


lengkap, maka tahap berikutnya adalah Pengumuman. Masa pengumuman akan
dimulai segera setelah 18 (delapanbelas) bulan berlalu dari sejak Tanggal Penerimaan,
dan akan berlangsung selama 6 (enam) bulan. Memasuki masa pengumuman ini
permohonan paten akan dimuat dalam Berita Resmi Paten dan media resmi
pengumuman paten lainnya. Tujuannya adalah membuka kesempatan kepada
masyarakat untuk mengetahui mengenai invensi yang dimohonkan paten, di mana
masyarakat bisa mengajukan keberatan secara tertulis kepada DJHKI jika masyarakat
mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipatenkan.

Segera setelah masa pengumuman berakhir, atau selambat-lambatnya 36


(tigapuluhenam) bulan dari Tanggal Penerimaan, pemohon dapat mengajukan
Permohonan Pemeriksaan Substantif dengan menyerahkan Formulir yang telah
dilengkapi dan membayar biaya ke DJHKI. Jika pemohon tidak mengajukan
Permohonan Pemeriksaan Substantif dalam batas waktu 36 bulan dari Tanggal
Penerimaan tersebut, maka permohonannya akan dianggap ditarik kembali dan
dengan demikian invensinya menjadi public domain.

Dalam Tahap Pemeriksaan Substantif inilah DJHKI melalui Pemeriksa Paten akan
menentukan apakah invensi yang dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat
substantif sehingga layak diberi paten, berdasarkan dokumen-dokumen pembanding
baik dokumen paten maupun non-paten yang relevan. Dalam waktu paling lambat 36
bulan sejak Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan, Pemeriksa Paten sudah
harus memutuskan apakah akan menolak ataupun memberi paten.

Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke Komisi


Banding Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga akhirnya kasasi ke
Mahkamah Agung. Jika pemohon menerima penolakan, ataupun upaya hukum yang
diajukannya tetap berujung pada penolakan, maka invensi tersebut menjadi public
domain.

Terhadap Invensi yang diberi paten, DJHKI akan segera mengeluarkan Sertifikat Hak
Paten. Pengajuan Permohonan Paten bagi sebagian orang mungkin memang
melibatkan proses yang sangat panjang dan tidak dapat dikatakan sederhana. Terlebih
diperlukan kemampuan khusus untuk dapat menyusun dokumen Spesifikasi Paten
yang baik. Untuk itu sangat disarankan bagi para calon pemohon paten - terutama
bagi yang belum berpengalaman - untuk memperoleh bantuan profesional dari
Konsultan HKI Terdaftar.

G. PEMELIHARAAN PATEN
Pemegang Hak Paten juga berkewajiban untuk membayar biaya tahunan
pemeliharaan paten sampai dengan tahun terakhir masa perlindungan. Jika Pemegang
Hak Paten tidak membayar biaya pemeliharaan selama tiga tahun berturut-turut, maka
paten akan dianggap batal demi hukum.
Besaran biaya pemeliharaan Paten yang harus dibayarkan setiap tahun oleh Pemegang
Hak Paten ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah terkait Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) di lingkup Kementerian Hukum dan HAM. Komponen biaya terdiri
atas biaya pokok dan biaya per klaim.
Batas waktu untuk melakukan pembayaran biaya pemeliharaan tahunan setiap
tahunnya adalah pada tanggal yang sama dengan tanggal pemberian paten. Jika paten
diberi pada tanggal 2 Februari 2019, maka setiap tanggal 2 Februari Pemohon Paten
harus membayar biaya pemeliharaan hingga masa perlindungan paten berakhir.

H. PELANGGARAN DAN SANKSI


Untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisa, termasuk kegiatan
untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk pengujian lainnya, sepanjang tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten, dianggap bukan merupakan
pelanggaran pelaksanaan Paten yang dilindungi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan bagi pihak yang betul-betul memerlukan penggunaan
invensi semata-mata untuk penelitian dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud
dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten adalah agar
pelaksanaan atau penggunaan invensi tersebut tidak digunakan untuk kepentingan
yang mengarah kepada eksploitasi untuk kepentingan komersial sehingga dapat
merugikan bahkan dapat menjadi kompetitor bagi Pemegang Paten. Selain itu,
ketentuan sanksi lainnya antara lain diatur sebagai berikut:
- Menggunakan proses produksi yang diberi Paten, atau membuat, menggunakan,
menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual
atau disewakan atau diserahkannya produk atau proses yang diberi Paten, dipidana
penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
- Membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkannya produk atau alat
yang diberi Paten sederhana, dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
- Tindak pidana dalam Paten merupakan delik aduan.

Anda mungkin juga menyukai