Anda di halaman 1dari 10

Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. Perkara : 886/Pdt.G/2014/PN.Sby

Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1964, Gubernur Jawa Timur membangun gedung olahraga Pancasila (Gelora
Pancasila) dalam rangka dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional Pertama di
Surabaya. Bangunan tersebut selesai dibangun pada tahun 1966. Gelora Pancasila
dibangun diatas tanah yang merupakan bekas tanah barat seluas 25.780m² , dan luas
bangunan gelora pancasila ±7500m². Dalam rangka pengelolaan gedung tersebut,
Gubernur Jatim membentuk Yayasan yang dinamakan Yayasan Gelora Pancasila.

Pada tahun 1989, Yayasan Gelora Pancasila menjual tanah dan bangunan
gedung olahraga Pancasila tersebut kepada PT. Setia Kawan Abadi. Kemudian pada
tahun 1993, Pemerintah Kota Surabaya memohonkan sertifikat hak pakai (SHP) pada
BPN dan dikeluarkan oleh BPN Sertifikat Hak Pakai Nomor 39/K Kel. Darmo.
Berdasarkan hal tersebut, PT Setia Kawan Abadi menggugat BPN dan Pemerintah Kota
Surabaya atas dikeluarkannya sertifikat hak pakai tersebut ke Pengadilan Tata Usaha
Negara. Putusan PTUN Sby No. Reg 34/PUT.TUN.1995/PTUN.Sby menyatakan batal
surat keputusan tergugat mengenai pemberian hak pakai kepada Pemerintah Daerah
Setempat sebatas untuk seluas 7500m² yang dikuasai oleh penggugat dan menyatakan
batal sertifikat objek sengketa atas nama Pemerintah Daerah setempat, surat ukur
tanggal 11 April 1991 No 259/S/1991 sebatas luas 7500m² yang dikuasai oleh
penggugat.

Kemudian di tingkat banding, berdasarkan putusan PTTUN Surabaya No. Reg.


90/B/1995/PTTUN.Sby menyatakan putusan PTUN No. Reg
34/PUT.TUN.1995/PTUN.Sby. Dalam tingkat kasasi, Mahkamah Agung dalam
pertimbangan hukumnya berpendapat sebaliknya dengan PTUN dan PTTUN, sebagai
berikut: jual beli bangunan antara penggugat dengan yayasan pengelola harus
ditafsirkan tidak meliputi hak atas tanah, karena berdasarkan asas pemisahan hak tanah
yang dianut hukum agrarian, dimana pemilik bangunan belum tentu pemilik tanah, sejak
semula tanah ex eigendom tersebut adalah milik pemerintah. Berdasarkan pertimbangan
hukum tersebut, maka dalam putusan MA No. Reg 165K/TUN/1996, dalam amar
putusan pada pokoknya mengabulkan permohonan kasasi dan membatalkan putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang menguatkan putusan PTUN Sby. Kemudian
PT. Setia Kawan Abadi mengajukan peninjauan kembali. Dalam putusan peninjauan
kembali MARI No. Reg. 23.PK/TUN/2001, dalam amar putusannya mengabulkan
permohonan peninjauan kembali dari permohonan penggugat asal dan membatalkan
putusan MARI No. 165/TUN/1996 yang membatalkan putusan PTTUN No.
90/B/1995/PT.TUN. Sbt, yang menguatkan putusan PTUN No.
34/G.TUN/1995/PTUN.Sby, serta menyatakan batal sertifikat hak pakai obyek sengketa
atas nama Pemerintah Daerah Surabaya.

Kemudian pada tahun 2013, walikota Surabaya ingin melakukan inventarisasi


asset, dan mengetahui bahwa gedung olahraga pancasila tersebut ternyata berada dalam
penguasaan pihak swasta yakni PT. Setia Kawan Abadi. Sehingga Pemkot Surabaya
menggugat Yayasan Gelora Pancasila, PT. Setia Kawan Abadi, Jeanne Hartati Santosa
selaku pemegang protocol dari alm. Notaris Eugenie Gandaredja, SH (notaris yang
membuat akta jual beli antara Yayasan Gelora Pancasila dengan PT. Setia Kawan
Abadi) dan Kepala Kantor Pertanahan Surabaya sebagai pihak yang melakukan
perbuatan melawan hukum.

Pertimbangan Hakim :

Menimbang, bahwa dari bunyi gugatan Penggugat, Jawaban Tergugat II dan


Turut Tergugat II serta bukti-bukti yang diajukan oleh Para Pihak yang berperkara dapat
diperoleh fakta hukum antara lain sebagai berikut :
• Bahwa Tergugat I mangalihkan hak tanah terperkara kepada Tergugat II berdasarkan
Akta Pemindahan dan Penyerahan Nomor 32 tanggal 25 Mei 1989 yang dibuat oleh
Eugenie Gandaredja, SH., selaku Notaris di Surabaya dan Akta Reptipikasi No.:6
tanggal 11 Mei 1995 yang dibuat oleh Turut Tergugat I
• Bahwa tanah terperkara pernah diajukan gugatan perkara Perdata sebagaimana Daftar
Perkara No.34/G.TUN/1995/PTUN.Sby. antara PT.SETIA KAWAN ABADI sebagai
Penggugat Lawan : 1. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi
Jawa Timur sebagai Tergugat I, 2. Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Surabaya,
sebagai Tergugat II, dan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya , sebagai
Tergugat Intervensi, dimana dalam perkara tersebut dimenangkan oleh Penggugat
PT.Setia Kawan Abadi ( sekarang sebagai Tergugat II ) mulai dari Peradilan Tingkat
Pertama hingga Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah gung R.I sebagaimana Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No. 34/G.TUN/1995/PTUN.SBY. tanggal 31
Agustus 1995 Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
No.90/B/TUN/1995/PTTUN.SBY tanggal 25 Januari 1996 Jo.Putusan Mahkamah
Agung R.I. No.165 K/TUN/1996 tanggal 28 Oktober 1999 Jo.Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I. No.23 PK/TUN/2001 Tanggal 29 Mei 2002 ( Vide
Surat Bukti T II-3, TII-4,TII-5 dan TII-6 ) ;
• Bahwa Perkara tersebut diatas, telah berkekuatan hukum tetap ;
• Bahwa Bahwa Tergugat II telah menguasai bangunan seluas ± 3.500 m2 yang berdiri
diatas tanah selus ± 7.500.- m2 yang merupakan obyek sengketa yang dibeli dari
Tergugat I yang telah dikuasai kurang lebih 26 ( duapuluh enam ) tahun lamanya ;
Menimbang, bahwa tentang bukti yang diajukan oleh Penggugat tertanda P-5 ( yang
sama dengan bukti yang diajukan oleh Turut Tergugat II -1 ) yaitu : berupa Sertifikat
Hak Pakai No.39/Kelurahan Darmo atas nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat
II Surabaya seluas 25.780 m2, yang dijadikan Penggugat sebagai Dasar untuk
mengajukan gugatan dalam perkara ini, ternyata sebahagian tanah tersebut yaitu seluas
7.500 m2 telah dinyatakan Batal Hak Pakainya sebagaimana bunyi Putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Surabaya No. 34/PUT.TUN/1995/PTUN.SBY. tanggal 31 Agustus
1995 Jo.Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
No.90/B/TUN/1995/PTTUN.SBY tanggal 25 Januari 1996 Jo.Putusan Mahkamah
Agung R.I. No.165 K /TUN/1996 tanggal 28 Oktober 1999 Jo.Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I. No.23 PK/TUN/2001 Tanggal 29 Mei 2002 ( Vide
Surat Bukti T II-3, TII-4,TII-5 dan TII-6 ) ;
Menimbang, bahwa oleh karena Putusan Perkara tersebut telah berkekuatan
hukum tetap, sehingga secara juridis Penggugat tidak mempunyai Dasar Hukum lagi
untuk mengajukan kembali gugatan perkara terhadap obyek sengketa.
Menimbang, bahwa Penggugat menyatakan Pengalihak Hak dari Tergugat I
kepada Tergugat II atas obyek sengketa sebagaimana Akta No.32 tanggal 25 Mei 1989
yang dibuat dihadapan E.Gandaredja,SH.Notaris di Surabaya ( Vide Bukti P-6 yang
sama dengan Bukti TII-2 ) adalah perbuatan melawan hukum melanggar Pasal 1365
KUHPerdata, bahwa oleh karena Hak Pakai Penggugat atas tanah obyek sengketa telah
dibatalkan berdasarkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No.
34/PUT.TUN/1995/PTUN.SBY.tanggal 31 Agustus 1995 Jo.Putusan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara Surabaya No.90/B/TUN/1995/PTTUN.SBY tanggal 25 Januari
1996 Jo.Putusan Mahkamah Agung R.I. No.165K /TUN/1996 tanggal 28 Oktober 1999
Jo.Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah AgungR.I. No.23 PK/TUN/2001 Tanggal
29 Mei 2002 ( Vide Surat Bukti T II-3, TII-4,TII-5 dan TII-6) , dan saat sekarang ini
Tergugat II malah sudah mengajukan Permohonan Hak Guna Bangunan atas tanah
obyek sengketa seluas 7.196 m2 sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang tanggal 29
Oktober 2004 dengan Nomor Identifikasi Bidang ( NIB ) 12.01.04.06.01595 DARI
LOKASI Sertifikat Hak Pakai No.39/Kelurahan Darmo yang diuraikan dalam Surat
Ukur ( SU) No.259/S/1991 tanggal 11 April 1991 dan berdasarkan Buti TII-19
Permohonan Hak Guna Bangunan yang dimohonkan Pihak PT.Setia Kawan Abadi (
Tergugat II ) dapat diproses sepanjang memenuhi persyaratan Administasi, dengan
demikian dalil gugatan Penggugat yang mengatakan bahwa Tergugat I yang
mengalihkan tanah obyek Sengketa dan Tergugat II yang menerima Penyerahan
Pengalihan Hak atas tanah obyek sengketa adalah merupakan perbuatan melawan
hukum tidaklah beralasan hukum ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Keterangan saksi yang diajukan Penggugat
bernama Habib Aji, SH.M.Hum dan 2 ( dua ) orang Ahli masing-masing bernama
Dr.Agus Sekarmaji, SH.M.Hum dan Dr.Y.Sogar Simamora,SH. yang memberikan
keterangan dibawah sumpah, tidak ada yang menjelaskan bahwa Penggugat masih
mempunyai Dasar atau hak untuk mengajukan gugatan lagi terhadap obyek sengketa
yang telah diputusankan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya No.
34/PUT.TUN/1995/PTUN.SBY. tanggal 31 Agustus 1995 Jo.Putusan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya No.90/B/TUN/1995/PTTUN.SBY tanggal 25
Januari 1996 Jo.Putusan Mahkamah Agung R.I. No.165 K/TUN/1996 tanggal 28
Oktober 1999 Jo.Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I. No.23
PK/TUN/2001 Tanggal 29 Mei 2002 ( Vide Surat Bukti T II-3, TII-4,TII-5 dan TII-6 )
yang telah berkekuatan hukum tetap, bahkan berdasarkan keterangan Ahli yang
diajukan oleh Tergugat II bernama Dr.Philipus M. Hadjon, SH.dan Dr.Iwan Permadi,
SH. M.Hum dibawah sumpah antara lain pada pokoknya menjelaskan bahwa Putusan
yang sudah Final dan binding haruslah ditaati oleh siapa saja, dan Produk Tata Usaha
Negara yang menyatakan Sertifikat Hak Pakai tidak sah dan sudah dibatalkan, maka
tidak dapat lagi dipakai sebagai dasar untuk mengajukan gugatan lagi
Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti TII-8 yaitu : Surat Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No.30-VI-2004 TANGGAL 24 Nopember 2004, Tentang
Pembatalan Hak Pakai No.39 /Kelurahan Darmo atas nama Pemerintah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surabaya, di Jalan Indragiri No.6 Kota Surabaya Propinsi Jawa
Timur, maka dalam bukti ini telah dinyatakan mencabut Surat Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Timur No.070/HP/35/1993
TANGGAL 10 Pebruari 1993 tentang Pemberian Hak Pakai kepada Pemerintah
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Surat Ukur tanggal 11 April 1991
No.259/S/1991 seluas 7.500.-m2 ( tujuh ribu lima ratus meter persegi ) sebagaimana
dimaksud AMAR PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No.23.PK/TUN/2001
tanggal 29 Oktober 2004.
Menimbang, bahwa menindak lanjuti Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No.30-VI-2004 TANGGAL 24 Nopember 2004, Tentang Pembatalan Hak
Pakai No.39 /Kelurahan Darmo atas nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surabaya, di Jalan Indragiri No.6 Kota Surabaya Propinsi Jawa Timur ,maka Kepala
Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya telah mengirimkan surat No.600.1-2588
tanggal 7 April 2005, yang ditujukan kepada Walikota Surabaya ( Vide Bukti TII-9 ),
yang inti Pokok Surat tersebut bahwa Sertifikat Hak Pakai No.39/Kelurahan Darmo atas
nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya ditarik dari peredaran sesuai
dengan Putusan Mahkamah Agug RI.No.23/PK/TUN/2001 tanggal 29-5-2002, dengan
mengeluarkan bidang tanah sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang tanggal 29-10-
2004 dengan Nomor Identifikasi Bidang ( NIB ) 12.01.04.06.01595 seluas 7.196 m2
dari Sertifikat Hak Pakai No.39 /Kelurahan Darmo yang diuraikan dalam Surat Ukur
(SU) No.259/S/1991 TANGGAL 11-4-1991 SELUAS 25.780M2, dan setelah dilakukan
Pencatatan maka Sertifikat Hak pakai No.39 Sisa/Kelurahan Darmo atas nama
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dikembalikan kepada Pemerintah
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya ;
Menimbang, bahwa untuk menindak lanjuti Putusan Perkara atas obyek
sengketa yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut,atas dasar adanya Permintaan
dari adanya Surat dari Pieter Talawai, SH.CN.MBA dan Budi Herlambang, SH.selaku
Kuasa dari PT.Setia Kawan Abadi tanggal 6 Maret 2006, maka Ketua Pengadilan Tata
Usaha Negara Surabaya telah mengirimkan Surat kepada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Timur dan Kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kotamadya Surabaya, No.w10.03.K.Per.o1.02.282 tanggal 15 Maret 2006 ( vide Bukti
TII-7 ) yang isinya pada pokoknya oleh karena isi putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap agar dilaksanakan isi putusan perkara dimaksud .
Menimbang, bahwa bersarkan bukti TII-10 berupa Foto Copy Surat tetapi ada
hubungannya dengan bukti lain sehingga dapat dipertimbangkan sebagai bukti dalam
perkara ini yaitu Surat dari Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya kepada Walikota
Surabaya No.500.35.1-139 tanggal 09 Februari 2009 yang intinya Permohonan agar
menyerahkan kembali Sertifikat Hak Pakai No.39/Kelurahan Darmo yang dipinjam oleh
Kepala Bidang Pengadaan dan Pengamanan, Badan Pengelola Tanah dan Bangunan
Kota Surabaya sesuai dengan Tanda Terima tanggal 26-06-2008, untuk diadakan
Pengukurangan Luasnya, berdasarkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya
No.34/G.TUN/1995/PTUN SBY tanggal 31 Agustus 1995 Jis. Putusan Pengadilan
TinggiTata Usaha Negara SurabayaNo.90/B/TUN/1995/PT.TUN SBY tanggal 25
Januari 1996,Putusan Mahkamah Agung RI. No.165 K/TUN/1996 Tanggal 28 Oktober
1999 dan No.23 PK/TUN/2001 TANGGAL 29 Mei 2002 dan Surat Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional tanggal 24 Nopember 2004. No.30-VI-2004, selanjutnya
dalam surat tersebut disebutkan bahwa apabila dalam waktu 30 hari Sertifikat belum
diserahkan maka akan diumumkan di Media Massa ;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti TII-11 dan TII-12, berupa Pengumuman
pada Media Massa bahwa Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya akan
melaksanakan Pencatatan Batalnya sebagian Sertifikat Hak Pakai No.39 /Kelurahan
Darmo atas nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya seluas 7.196m2
sebagaimana diuraikan dalam Peta Bidang tanggal 29 Oktober 2004 dengan Nomor
Identifikasi Bidang ( NIB ) 12.01.04.06.01595 DARI LOKASI Sertifikat Hak Pakai
No.39/Kelurahan Darmo yang diuraikan dalam Surat Ukur ( SU) No.259/S/1991
tanggal 11 April 1991 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti TII-13,TII-14,TII-15,TII-16,T-II7,TII-18
dan TII-19 membuktian bahwa setelah sebahagian Asset dari Daftar Inventaris asset
atas Tanah Hak Pakai No.39/Kelurahan Darmo, dari luas 25.780 m2 dikurangi seluas
7.196 m2 atas nama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya sebagaimana
diuraikan dalam Peta Bidang tanggal 29 Oktober 2004 dengan Nomor Identifikasi
Bidang ( NIB ) 12.01.04.06.01595 sehingga menjadi seluas 18.584 m2 sesuai Data
Pendaftaran Tanah berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I
No.23 PK/TUN/2001 TANGGAL 29 Mei 2002 dan Surat Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 24 Nopember 2004 No.30-VI-2004, maka selanjutnya
Pihak PT.Setia Kawan Abadi berkedudukan di Surabaya incasu Tergugat II telah
mengajukan Permohonan Hak Guna Bangunan atas tanah seluas 7.196 M2 terletak di
Jalan Indragiri No.6 Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya ( obyek
sengketa dalam perkara ini ) kepada Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan
Kota Surabaya dan atas permohonan tersebut telah mendapat Respon yang baik dan
telah dinyatakan dapat diproses setelah dilaksanakan persyaratan Administrasi
sebagaimana Surat dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Deputi
Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kepada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Timur No.3305/14.22-300/VIII/2009 tanggal 14
Agustus 2009 ;
Menimbang, bahwa dari uraian serta pertimbangan hukum terurai diatas, maka
Majelis Hakim berpendapat serta berkesimpulan bahwa Penggugat tidak berhasil
membuktikan dalil-dalil gugatannya, sebaliknya Tergugat II dan Turut Tergugat II
berhasil membuktikan dalil-dalil sangkalannya, oleh karenanya cukup beralasan
menurut hukum untuk menyatakan Gugatan Penggugat ditolak seluruhnya
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat ditolak seluruhnya, maka
tentang biaya perkara dibebankan kepada Penggugat untuk membayarnya yang
jumlahnya sebagaimana tercantum dalam Amar Pusan Perkara ini
Mengingat dan memperhatikan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
(HIR) serta peraturan hukum lainnya yang berhubungan dengan perkara ini.
Putusan Hakim :

MENGADILI
DALAM PROVISI ;
• Menolak Tuntutan Provisi dari Penggugat seluruhnya
DALAM EKSEPSI ;
• Menolak Eksepsi dari Tergugat II dan Turut Tergugat II seluruhnya ;
DALAM POKOK PERKARA :
• Menolak Gugatan Pengggugat seluruhnya
• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.241.000,- (dua
juta dua ratus empat puluh satu ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Surabaya pada hari SENIN Tanggal 16 NOPEMBER 2015, oleh kami :
H. MARATUA RAMBE, SH., MH. sebagai Hakim Ketua Majelis, HERU
SUSANTO, SH dan HARIJANTO, SH., MH. masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan mana diucapan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari
RABU tanggal 25 NOPEMBER 2015 oleh Majelis Hakim tersebut dibantu oleh H.M.
USMAN, SH.M.Hum. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut dihadiri
oleh Kuasa Penggugat, Kuasa Tergugat II tanpa dihadiri oleh Tergugat I, Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II ;

Analisis Pertimbangan Hakim:

1. Putusan hakim hanya berdasar pada Sertifikat Hak Pakai No. 39/K.Darmo yang
telah dibatalkan pada putusan MARI No. Reg. 23.PK/TUN/2001. Dimana
pertimbangan dalam putusan tersebut berdasarkan bahwa PT. Setia Kawan Abadi
merupakan pihak yang harus diberikan prioritas untuk mengajukan hak kepada
Badan Pertanahan Nasional karena merupakan badan hukum yang secara de facto
menguasai persil/taah tersebut, yakni dikuatkan dengan kepemilikan gedung
olahraga Pancasila di atas tanah objek sengketa. Hakim tidak mempertimbangkan
kembali Kronologis perkara yang terjadi pada ranah Tata Usaha Negara sebagai
dasar pertimbangan untuk memutus dalam perkara No. 886/Pdt.G/2014/PN.Sby.
2. Hakim tidak mempertimbangkan asal tanah objek sengketa merupakan tanah bekas
hak barat Eigendom Verponding Nomor 12324 atas nama De Stads Gemeente
Soerabaja yang terletak di jalan Indragiri No. 6 Kota Surabaya yang
penguasaannya ada pada Pemerintah Kota Surabaya. Dimana tanah asset yang
dikuasai oleh Pemerintah Kota Surabaya berasal dari Tanah Gemeente Surabaia,
yaitu tanah yanag berasal dari peninggalan Gemeente Surabaia pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Jadi tanah objek sengketa merupakan tanah asset
Pemerintah Kota Surabaya, yang mana setelah berlakunya UUPA, terhadap tanah
hak barat yang tidak dikonversi menurut UUPA beralih kepemilikannya menjadi
tanah Negara.

3. Hakim tidak mempertimbangkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979


tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas
Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat, dimana dalam Kepres tersebut menyebutkan
bahwa prioritas untuk mengajukan permohonan sesuatu hak atas tanah asal
konversi hak barat ini adalah:
1. Prioritas pertama ada pada negara, dengan catatan bila diperlukan untuk
proyek-proyek yang berhubungan dengan kepentingan umum (pasal 2 dan
pasal 3);
2. Prioritas kedua adalah bekas pemegang hak atas tanah negara bekas hak
barat tersebut. Bekas pemegang hak tersebut termasuk di dalamnya
perusahaan-perusahaan milik negara dan daerah atau badan-badan negara
yang masih dikuasai (dimiliki) untuk tanah tersebut dengan pembaharuan
hak; dengan catatan memperhatikan masalah tata guna tanah, sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, keadaan kebun dan penduduknya, rencana
pembangunan di daerah dan kepentingan bekas pemegang haknya dan
penggaran/penghuninya (pasal 3, 6 dan 1)
3. Prioritas ketiga adalah rakyat penggarap dan penghuni tanah negara bekas
hak barat tersebut dan akan diberikan hak baru yang memenuhi syarat (pasa
4 dan pasal 5).

Berdasarkan Kepres tersebut, bahwa jelas kepemilikan tanah objek sengketa


merupakan tanah yang dikuasai oleh Negara, dalam hal ini diberikan
kewenangannya kepada Pemerintah Daerah untuk membangun Gedung Olahraga
Pancasila yang bertujuan untuk kepentingan umum, sehingga Pemerintah Daerah
berhak memohonkan sertifikat hak pakai atas tanah tesebut.

4. Hakim tidak mempertimbangkan prinsip pemisahan horizontal dalam kasus ini.


Prinsip pemisahan horizontal adalah prinsip yang dikenal dalam hukum agraria
Nasional, yang mana pemilik tanah belum tentu merupakan pemilik bangunan
diatas tanah tersebut, begitupun sebaliknya. Dimana PT. Setia Kawan Abadi
sebagai pemilik bangunan belum tentu merupakan pemilik tanah dan yang
merupakan pemilik tanah adalah Pemerintah Kota Surabaya.

5. Hakim tidak memperhatikan peruntukkan awal tanah objek sengketa, yang dimana
diatasnya dibangunkan Gedung Olahraga. Gedung olahraga tersebut dibangun
untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional di Surabaya pada masa itu Gedung
Olahraga tersebut merupakan bangunan yang digunakan juga untuk kepentingan
umum masyarakat Kota Surabaya yang berlangsung secara berkelanjutan atau terus
menerus.

6. Pemerintah Kota Surabaya menggugat Yayasan Gelora Pancasila dan PT. Setia
Kawan Abadi sebagai pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum. Hal ini
berdasar pada adanya itikad tidak baik yang dilakukan kedua belah pihak dalam
proses jual beli bangunan diatas tanah objek sengketa tersebut. Selain itu, Yayasan
Gelora Pancasila didirikan oleh Gubernur Jawa Timur dalam rangka melakukan
pengelolaan secara berkelanjutan terhadap Gelora Pancasila, akan tetapi pihak
yayasan melakukan penjualan kepada PT. Setia Kawan Abadi sehingga perbuatan
tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum.

Anda mungkin juga menyukai