Pada tahun 1964, Gubernur Jawa Timur membangun gedung olahraga Pancasila (Gelora
Pancasila) dalam rangka dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional Pertama di
Surabaya. Bangunan tersebut selesai dibangun pada tahun 1966. Gelora Pancasila
dibangun diatas tanah yang merupakan bekas tanah barat seluas 25.780m² , dan luas
bangunan gelora pancasila ±7500m². Dalam rangka pengelolaan gedung tersebut,
Gubernur Jatim membentuk Yayasan yang dinamakan Yayasan Gelora Pancasila.
Pada tahun 1989, Yayasan Gelora Pancasila menjual tanah dan bangunan
gedung olahraga Pancasila tersebut kepada PT. Setia Kawan Abadi. Kemudian pada
tahun 1993, Pemerintah Kota Surabaya memohonkan sertifikat hak pakai (SHP) pada
BPN dan dikeluarkan oleh BPN Sertifikat Hak Pakai Nomor 39/K Kel. Darmo.
Berdasarkan hal tersebut, PT Setia Kawan Abadi menggugat BPN dan Pemerintah Kota
Surabaya atas dikeluarkannya sertifikat hak pakai tersebut ke Pengadilan Tata Usaha
Negara. Putusan PTUN Sby No. Reg 34/PUT.TUN.1995/PTUN.Sby menyatakan batal
surat keputusan tergugat mengenai pemberian hak pakai kepada Pemerintah Daerah
Setempat sebatas untuk seluas 7500m² yang dikuasai oleh penggugat dan menyatakan
batal sertifikat objek sengketa atas nama Pemerintah Daerah setempat, surat ukur
tanggal 11 April 1991 No 259/S/1991 sebatas luas 7500m² yang dikuasai oleh
penggugat.
Pertimbangan Hakim :
MENGADILI
DALAM PROVISI ;
• Menolak Tuntutan Provisi dari Penggugat seluruhnya
DALAM EKSEPSI ;
• Menolak Eksepsi dari Tergugat II dan Turut Tergugat II seluruhnya ;
DALAM POKOK PERKARA :
• Menolak Gugatan Pengggugat seluruhnya
• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.241.000,- (dua
juta dua ratus empat puluh satu ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Surabaya pada hari SENIN Tanggal 16 NOPEMBER 2015, oleh kami :
H. MARATUA RAMBE, SH., MH. sebagai Hakim Ketua Majelis, HERU
SUSANTO, SH dan HARIJANTO, SH., MH. masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan mana diucapan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari
RABU tanggal 25 NOPEMBER 2015 oleh Majelis Hakim tersebut dibantu oleh H.M.
USMAN, SH.M.Hum. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut dihadiri
oleh Kuasa Penggugat, Kuasa Tergugat II tanpa dihadiri oleh Tergugat I, Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II ;
1. Putusan hakim hanya berdasar pada Sertifikat Hak Pakai No. 39/K.Darmo yang
telah dibatalkan pada putusan MARI No. Reg. 23.PK/TUN/2001. Dimana
pertimbangan dalam putusan tersebut berdasarkan bahwa PT. Setia Kawan Abadi
merupakan pihak yang harus diberikan prioritas untuk mengajukan hak kepada
Badan Pertanahan Nasional karena merupakan badan hukum yang secara de facto
menguasai persil/taah tersebut, yakni dikuatkan dengan kepemilikan gedung
olahraga Pancasila di atas tanah objek sengketa. Hakim tidak mempertimbangkan
kembali Kronologis perkara yang terjadi pada ranah Tata Usaha Negara sebagai
dasar pertimbangan untuk memutus dalam perkara No. 886/Pdt.G/2014/PN.Sby.
2. Hakim tidak mempertimbangkan asal tanah objek sengketa merupakan tanah bekas
hak barat Eigendom Verponding Nomor 12324 atas nama De Stads Gemeente
Soerabaja yang terletak di jalan Indragiri No. 6 Kota Surabaya yang
penguasaannya ada pada Pemerintah Kota Surabaya. Dimana tanah asset yang
dikuasai oleh Pemerintah Kota Surabaya berasal dari Tanah Gemeente Surabaia,
yaitu tanah yanag berasal dari peninggalan Gemeente Surabaia pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Jadi tanah objek sengketa merupakan tanah asset
Pemerintah Kota Surabaya, yang mana setelah berlakunya UUPA, terhadap tanah
hak barat yang tidak dikonversi menurut UUPA beralih kepemilikannya menjadi
tanah Negara.
5. Hakim tidak memperhatikan peruntukkan awal tanah objek sengketa, yang dimana
diatasnya dibangunkan Gedung Olahraga. Gedung olahraga tersebut dibangun
untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional di Surabaya pada masa itu Gedung
Olahraga tersebut merupakan bangunan yang digunakan juga untuk kepentingan
umum masyarakat Kota Surabaya yang berlangsung secara berkelanjutan atau terus
menerus.
6. Pemerintah Kota Surabaya menggugat Yayasan Gelora Pancasila dan PT. Setia
Kawan Abadi sebagai pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum. Hal ini
berdasar pada adanya itikad tidak baik yang dilakukan kedua belah pihak dalam
proses jual beli bangunan diatas tanah objek sengketa tersebut. Selain itu, Yayasan
Gelora Pancasila didirikan oleh Gubernur Jawa Timur dalam rangka melakukan
pengelolaan secara berkelanjutan terhadap Gelora Pancasila, akan tetapi pihak
yayasan melakukan penjualan kepada PT. Setia Kawan Abadi sehingga perbuatan
tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum.