Anda di halaman 1dari 9

Reyhan Hendrawan Wahid

B111 15 096
Hak Kekayaan Intelektual (A)

PATEN
1. Pengertian
Istilah paten berasal dari kata dalam bahasa inggris, patent dan merupakan turunan dari
bahasa batin patere berarti to be open atau terbuka. Paten merupakan suatu hak khusus
berdasarkan undang-undang diberikan kepada si pendapat/si penemu (uitvibnder) atau menurut
hukum pihak yang berhak memperolehnya, atas permintaannya yang diajukannya kepada
pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada,
cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka
waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu
yang dapat diterapkan dalam bidang industri.

Paten dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2016 pasal 1 ayat (1):

Paten Adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Pembuat Undang-Undang menegaskan bahwa yang dimaksud haknya, yaitu berupa ide
yang lahir dari penemuan tersebut. Jadi bukan hasil dalam bentuk produk materil, bukan
bendanya. Oleh karena itu, jika yang dimaksudkan itu adalah idenya, maka pelaksanaan dari
ide itu yang kemudian membuahkan hasil dalam bentuk benda materil. Ide itu sendiri adalah
benda immateril yang lahir dari proses intelektualitas manusia.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi invensi dalam bidang
teknologi dan teknologi yang pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat
diterapkan dalam proses industri.

Sementara pengertian paten menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang ditulis oleh
Dani K. menyebutkan :

Paten surat pernyataan atau ijin dari pemerintah yang menyatakan bahwa orang/atau
perusahaan boleh membuat barang pendapatannya sendiri. Orang/atau perusahaan lain tidak
boleh membuatnya, barang yang mendapat paten tidak boleh ditiru.

Dari pengertian menurut undang-undang dan pengertian menurut bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa paten adalah merupakan hak bagi seseorang yang telah mendapat
penemuan baru atau cara kerja baru dan perbaikannya, yang kesemua istilah itu tercakup dalam
satu kata, yakni invensi dalam bidang teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada
pemegang haknya diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas izinnya
mengalihkan penggunaan hak itu kepada orang lain.

Perbedaan Paten dan Paten Sederhana :

PATEN
No. KETERANGAN PATEN
SEDERHANA

1 invensi atau lebih


1. Jumlah Klaim yang merupakan 1 invensi
satu kesatuan
invensi
2. 10 th (sejak tgl
20 th (sejak tgl
Masa perlindungan penerimaan penerimaan
permohonan paten) permohonan paten)
3. Pengumuman 3 bulan setelah tanggal
18 bln setelah
permohonan tanggal penerimaan penerimaan
4. Jangka waktu 3 bulan terhitung sejak
6 bulan terhitung
mengajukan keberatan sejak diumumkan di umumkan
5. Kebaruan
(Novelty), langkah Kebaruan (Novelty),
Yang diperiksa dalam
inventif, dapat dapat diterapkan dalam
pemeriksaan subtantif
diterapkan dalam industri
industri
6. 36 bln terhitung
sejak tgl 24 bln terhitung sejak
Lama pemeriksaan penerimaan tgl penerimaan
subtantif permohonan permohonan
pemeriksaan pemeriksaan subtantif
subtantif
7. Obyek paten Produk atau alat
Produk atau proses
Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. (UU No.13 tahun 2016 pasal 1 ayat (2))

Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide
yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU No.13 tahun 2016 pasal
1 ayat (3))

2. Subyek dan Obyek Paten

a. Subyek Paten

Mengenai subjek paten dalam Pasal 10 Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016
menyebutkan :

1) Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak
inventor yang bersangkutan.
2) Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas
invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan.

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 disebutkan

Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai inventor adalah seseorang atau beberapa orang
yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai inventor dalam permohonan.

Selanjutnya dalam Pasal 12 Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016 disebutkan :

1) Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam suatu
hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut, kecuali

diperjanjikan lain.

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap invensi yang
dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau
sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak
mengharuskannya untuk menghasilkan invensi.
3) Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan
imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari

Invensi tersebut.

4) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan :

a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus;

b. persentase;

c. gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus;

d. bentuk lain yang disepakati para pihak;

5) Dalam hal ini tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan

besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.

6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sama sekali tidak
menghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

keuangan.

Dari ketentuan di atas dapat dijelaskan bahwa ketentuan ini memberi penegasan bahwa
hanya inventor, atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan, yang berhak
memperoleh paten atas invensi yang bersangkutan. Penerimaan lebih lanjut hak inventor
tersebut dapat terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat atau perjanjian, sebagaimana diatur oleh
undang-undang ini.

b. Objek Paten

Apabila berbicara tentang objek sesuatu, maka itu tidak dapat terlepas dari pembicaraan
tentang benda. Jika hal ini kita kaitkan dengan paten, maka objek tersebut adalah suatu benda
tak berwujud, oleh karena paten itu adalah benda tak berwujud yang merupakan bagian dari
hak atas kekayaan perindustrian. Paten mempunyai objek terhadap temuan atau invensi
(uitvinding) atau juga disebut dengan invention dalam bidang teknologi yang secara praktis
dapat dipergunakan dalam bidang perindustrian. Pengertian industri disini bukan saja terhadap
industri tertentu akan tetapi dalam arti seluas-luasnya termasuk di dalamnya hasil
perkembangan teknologi dalam industri bidang pertanian, industri bidang teknologi
peternakan, dan bahkan industri dalam bidang teknologi pendidikan.

3. Sistem Perlindungan Paten


Perlindungan hukum atas Paten diperoleh melalui sistem pendaftaran, yaitu dalam hal ini
dianut Sistem Konstitutif.

Menurut Sistem Konstitutif, Hak atas Paten diberikan atas dasar pendaftaran yaitu
proses pendaftaran dengan melalui tahapan permohonan oleh inventor dan pemeriksaan oleh
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dalam sistem ini titik beratnya adalah pada
proses pendaftaran melalui tahap permohonan dan pemeriksaan. Sistem ini dikenal pula dengan
sebutan Sistem Ujian (Examination System).

Pengajuan permohonan pendaftaran Paten harus memenuhi persyaratan- persyaratan


yang telah ditentukan yaitu : persyaratan formal/administrasi dan substantif, yang nantinya juga
melahirkan dua tahap pemeriksaan yaitu pemeriksaan formal/administrasi dan pemeriksaan
substantif.

Persyaratan formal mencakup kelengkapan dalam bidang administratif dan fisik,


seperti : tanggal, bulan dan tahun surat permintaan Paten, nama lengkap dan kewarganegaraan
dari si penemu/inventor, alamat lengkap, judul penemuan, klaim yang terkandung dalam
penemuan, deskripsi tertulis tentang penemuan, gambar serta abstraksi mengenai penemuan.
Pemeriksaan pertama terhadap kelengkapan persyaratan formal harus sudah selesai sebelum
memasuki tahap pemeriksaan substantif.

4. Lama perlindungan
Jangka waktu perlindungan untuk Paten adalah 20 (dua puluh) tahun tidak dapat
diperpanjang, dan untuk Paten Sederhana 10 (sepuluh) tahun juga tidak dapat diperpanjang.
Jangka waktu demikian dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar bagi
pemegang Paten atau Paten Sederhana.

5. Tata cara dan prosedur untuk memperoleh hak paten


Sebelum mengajukan permohonan paten, sangat disarankan agar inventor terlebih dahulu
melaksanakan penelusuran (search), untuk memperoleh gambaran apakah invensi yang
diajukan memang memenuhi syarat kebaruan, artinya belum pernah ada pengungkapan
sebelumnya oleh siapapun, termasuk oleh si inventor sendiri. Penelusuran dapat dilakukan
terhadap dokumen-dokumen paten baik yang tersimpan pada database DJHKI, maupun kantor-
kantor paten lain di luar negeri yang representatif dan juga relevan terhadap teknologi dari
invensi yang akan kita patenkan; dan juga terhada dokumen-dokumen non-paten seperti jurnal-
jurnal ilmiah yang terkait.

Penelusuran Paten bahkan sangat disarankan untuk dilakukan sebelum rencana penelitian
terhadap suatu teknologi dilaksanakan, demi untuk melakukan technology mapping
berdasarkan dokumen paten yang tersedia, sehingga penelitian bisa dilakukan secara lebih
efektif dan efisien.

Setelah dilakukan penelusuran dan dapat diyakini bahwa invensi yang akan dipatenkan masih
mengandung kebaruan, langkah selanjutnya adalah membuat spesifikasi paten, yang terdiri
sekurang-kurangnya atas :

Judul Invensi;
Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta
masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh
invensi;
Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-fitur yang
terkandung dalam, dan menyusun, invensi;
Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara
melaksanakan invensi;
Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih jelas;
Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik yang
disertakan;
Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;
Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan sebagai
baru dan inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan hak paten.

Penyusunan spesifikasi paten membutuhkan keahlian dan pengalaman tersendiri, karena perlu
memadukan antara bahasa teknik dan bahasa hukum di dalamnya. Banyak Konsultan HKI
Terdaftar yang memiliki kualifikasi keahlian dan pengalaman tersebut, serta akan dapat
membantu Anda dalam menyusun Spesifikasi Invensi. Spesifikasi Paten adalah salah-satu dari
persyaratan minimum yang harus disertakan dalam mengajukan permohonan paten untuk bisa
mendapat Tanggal Penerimaan, di samping Formulir Permohonan yang diisi lengkap dan
dibuat rangkap empat, dan membayar biaya Permohonan Paten sebesar Rp. 750.000,00.
Apabila ketiga persyaratan minimum ini dipenuhi, maka permohonan akan mendapat Tanggal
Penerimaan (Filing Date). Persyaratan lain berupa persyaratan formalitas dapat dilengkapi
selama tiga bulan sejak Tanggal Penerimaan, dan dapat dua kali diperpanjang, masing-masing
untuk dua dan satu bulan. Persyaratan formalitas tersebut adalah:

Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon Paten bahwa ia


memang memiliki hak untuk mengajukan permohonan paten tersebut;
Surat Pengalihan Hak, yang merupakan bukti pengalihan hak dari Inventor kepada
Pemohon Paten, jika Inventor dan Pemohon bukan orang yang sama;
Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;
Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika Pemohon adalah
Badan Hukum;
Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan
Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan Hukum
untuk menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.

Setelah masa pemeriksaan dilalui dan seluruh persyaratan formalitas dinyatakan lengkap, maka
tahap berikutnya adalah Pengumuman. Masa pengumuman akan dimulai segera setelah 18
(delapanbelas) bulan berlalu dari sejak Tanggal Penerimaan, dan akan berlangsung selama 6
(enam) bulan. Memasuki masa pengumuman ini permohonan paten akan dimuat dalam Berita
Resmi Paten dan media resmi pengumuman paten lainnya. Tujuannya adalah membuka
kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui mengenai invensi yang dimohonkan paten,
di mana masyarakat bisa mengajukan keberatan secara tertulis kepada DJHKI jika masyarakat
mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipatenkan.

Segera setelah masa pengumuman berakhir, atau selambat-lambatnya 36 (tigapuluhenam)


bulan dari Tanggal Penerimaan, pemohon dapat mengajukan Permohonan Pemeriksaan
Substantif dengan menyerahkan Formulir yang telah dilengkapi dan membayar biaya ke
DJHKI. Jika pemohon tidak mengajukan Permohonan Pemeriksaan Substantif dalam batas
waktu 36 bulan dari Tanggal Penerimaan tersebut, maka permohonannya akan dianggap ditarik
kembali dan dengan demikian invensinya menjadi public domain.

Dalam Tahap Pemeriksaan Substantif inilah DJHKI melalui Pemeriksa Paten akan menentukan
apakah invensi yang dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat substantif sehingga layak
diberi paten, berdasarkan dokumen-dokumen pembanding baik dokumen paten maupun non-
paten yang relevan. Dalam waktu paling lambat 36 bulan sejak Permohonan Pemeriksaan
Substantif diajukan, Pemeriksa Paten sudah harus memutuskan apakah akan menolak ataupun
memberi paten.

Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke Komisi Banding
Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga akhirnya kasasi ke Mahkamah Agung.
Jika pemohon menerima penolakan, ataupun upaya hukum yang diajukannya tetap berujung
pada penolakan, maka invensi tersebut menjadi public domain.

Terhadap Invensi yang diberi paten, DJHKI akan segera mengeluarkan Sertifikat Hak Paten.
Pengajuan Permohonan Paten bagi sebagian orang mungkin memang melibatkan proses yang
sangat panjang dan tidak dapat dikatakan sederhana. Terlebih diperlukan kemampuan khusus
untuk dapat menyusun dokumen Spesifikasi Paten yang baik. Untuk itu sangat disarankan bagi
para calon pemohon paten - terutama bagi yang belum berpengalaman - untuk memperoleh
bantuan profesional dari Konsultan HKI Terdaftar.

6. Pelanggaran dan Sanksi

Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak
pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan,
menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang
diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.

Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00
(dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan yaitu
membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan
menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA :

Undang-undang republik indonesia nomor 13 tahun 2016 tentang paten


http://erepo.unud.ac.id/8954/3/35e2596bb6bbed58957d779cbf54eb84.pdf
https://www.scribd.com/doc/307326812/Paper-Hak-Paten

Anda mungkin juga menyukai