Anda di halaman 1dari 5

Reyhan Hendrawan Wahid

B111 15 096
Hukum Perbankan Syariah

PERMASALAHAN BANK SYARIAH

SEMUA NASABAH MENDAPATKAN BAGI HASIL.

Perbankan syariah mencampuradukkan seluruh dana yang masuk kepadanya.


Sehingga tidak dapat diketahui nasabah yang dananya telah disalurkan dari nasabah
yang dananya masih beku di bank. Walau demikian, pada setiap akhir bulan, seluruh
nasabah mendapatkan bagian dari hasil/keuntungan.

Hal ini menjadi masalah besar dalam metode mudharabah yang benar-benar
Islami. Sebab yang menjadi pertimbangan dalam membagikan keuntungan kepada
nasabah adalah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing dana nasabah.
Sehingga nasabah yang dananya belum disalurkan, tidak berhak untuk
mendapatkan bagian dari hasil. Sebab keuntungan yang diperoleh adalah hasil dari
pengelolaan modal nasabah selain mereka. Pembagian hasil kepada nasabah yang
dananya belum tersalurkan jelas-jelas merugikan nasabah yang dananya telah
disalurkan.

Inilah fakta perbankan syariah yang ada di negeri kita. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila perbankan syariah dihantui oleh over likuiditas. Yaitu suatu
keadaan dimana bank kebanjiran dana masyarakat/nasabah, sehingga tidak mampu
menyalurkan seluruh dana yang terkumpul dari nasabahnya. Keadaan ini memaksa
perbankan syariat untuk menyimpan dana yang tidak tersalurkan tersebut di
Bank.

Indonesia (BI) dalam bentuk Sertifikat Wadi`ah. Sebagai contoh, pada


periode Januari 2004 dilaporkan, perbankan syariat berhasil mengumpulkan dana
dari nasabah sebesar 6,62 triliun rupiah, akan tetapi, dana yang berhasil mereka
gulirkan hanya 5,86 triliun rupiah
ANALISIS :

Dalam metode mudharabah (Trustee Profit Sharing) Adalah suatu pernyataan


yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang
lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua
belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah


bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal
kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan
dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan
dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar
memperoleh keuntungan (profit).

kita harus lebih selektif dalam memilih perbankan syariah di Indonesia yang
bersifat tranparan. Ada baiknya kita mengetahui lebih dalam tentang sistem
perbankan syariah di Indonesia. Selain itu, kita juga harus menjadi agen pengawas
dan pengontrol sepak terjang bank syariah di Indonesia.

Sebagai Pendidik yang merupakan cermin anak didik dan seluruh lapisan
masyarakat, tidak cukup hanya melihat dari satu sisi saja terhadap perbankan
syariah di Indonesia, akan tetapi harus lebih memandang dampak positif dan
negatifnya terhadap masyarakat, bangsa, negara, dan agama dari perkembangan dan
pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai