Anda di halaman 1dari 8

Bila BILLABONG menjadi “Rebutan”

(Analisis Kasus perseteruan Lisensi Merek Dagang Billabong antara CV


Bali Balance dengan PT Bilabong Indonesia)

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah (Studi Kasus)
Dalam tugas kali ini msalah yang saya angkat merupakan kisah perseteruan hak
lisensi merek dagang pakaian jadi milki Billabong Internasional “Billabong”. Menurut
saya kasus ini menarik untuk di kaji lebih dalam. Perebutan lisensi merek dagang
merupakan hal amat fundamentalis dalam sebuah perusahaan khususnya
perusahaan koorporasi. Karena lisensi merupakan pintu gerbang pertama Dan
utama suatu perusahaan dalam hal produksi barang. Meliputi pra produksi, proses
produksi sampai dengan pasca produksi. Ada pun kutipan kasusu tersebut adalah
sebgai berikut:

(diakses pada tanggal 19-04-2009; www.tentanghki.blogspot.com)

“……Kisruh antara Bali Balance dan Billabong ini berawal dari sengketa
pemberian lisensi pada 24 Juli 2004. Kala itu Billabong Internasional memberi lisensi
atas merek dagang Billabong untuk diproduksi dan dijual di Indonesia kepada CV
Bali Balance, sampai tahun 2009. Namun, ditengah jalan, tiba-tiba muncul PMA
dengan bendera PT Billabong Indonesia. Di perusahaan ini, Chris jadi presdirnya.
Selanjutnya, tanpa ba bi bu perusahaan itu langsung mengambil alih produksi dan
pemasaran merek Billabong dari Bali Balance. Akan tetapi, dalam pemasarannya
mereka masih menggunakan jaringan milik Bali Balance. Hal inilah yang memicu
perseteruan ini. Terkait dengan permintaan kuasa hukum Bali Balance, Juru Bicara
Mabes Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira membenarkan keberadaan
nota diplomatik dalam kasus ini. "Kita tunggu saja hasilnya nanti," ujarnya.

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta mengabulkan gugatan CV Bali Balance,


terkait dengan sengketa dengan PT Billabong Indonesia, yang berujung pada
gugatan terhadap Badan Koordinasi Penanaman Modal. "Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta telah mengabulkan gugatan CV Bali Balance untuk seluruhnya," ujar
Agus Setiawan, salah satu kuasa hukum CV BB (Bali Balance), dalam acara
konferensi pers di Jakarta, kemarin.

Dalam putusan PTUN Jakarta, kata Agus, majelis hakim memerintahkan BKPM
untuk membatalkan dan mencabut SK No. 221/T/Industri/Perdagangan/2007 tentang
Izin Usaha Tetap PT Billabong Indonesia (BI), serta SK No. 350/I/PMA/2006 tentang
Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing PT BI. Selain putusan itu, sambungnya,
PTUN Jakarta juga mengeluarkan penetapan yang isinya memerintahkan BKPM
menunda pelaksanaan SK No. 221/T/Industri/Perdagangan/2007, yang merupakan
kelanjutan atas diterbitkannya Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing atas
nama Billabong International Limited qq GSM (Operations) Pty Ltd.

Bos PT. Billabong Indonesia, Christoper John James, yang telah dinyatakan
bersalah melakukan penipuan terhadap CV Bali Balance dihadang oleh red notice
Interpol dan tuntutan di PTUN. Perlu proses yang panjang memang, untuk mencari
keadilan. Itu pula yang terjadi dalam sengketa antara CV Bali Balance melawan PT
BIllabong Internasional. Untuk menyeret Presiden Direktur PT Billabong Indonesia
Christoper John James alias Chris James yang telah terbukti bersalah melakukan
tindak pidana penggelapan terhadap Bali Balance, pemerintah Indonesia sampai
menempuh saluran diplomatik. Chris yang tidak mau memenuhi panggilan, akhirnya
masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polri, dan red notice Interpol. Kini Aussie
itu, masuk dalam daftar ekstradisi dari Australia ke Indonesia. "Kami harap pada
akhir Februari, ekstradisi sudah berjalan," kata Annesa Pratiwi, Humas Bali Balance.
Nota diplomatik tersebut, telah ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Menkum dan HAM) Indonesia pada tanggal 5 Desember 2008.

Selain kasus pidana, pada 18 November lampau Bali Balance pun melayangkan
gugatan di PTUN Jakarta. "Kali ini perihal izin usaha tetap PMA PT Billabong
Indonesia," ujar Annesa. Gugatan dilayangkan, dengan sasaran Kepala BKPM Pusat
yang dinilai telah ceroboh dalam mengeluarkan izin usaha tetap. Sebab, saat izin itu
dilansir masih ada polemik terkait perjanjian produksi, berikut penjualan Billabong
antara Bali Balance dengan PT Billabong Indonesia. Yang menjadi permasalahan
adalah, dalam pengajuan dokumen perusahaan tersebut. Ditenggarai banyak terjadi
kebohongan. "Seperti mengenai pemilihan Direktur Utama PT Billabong Indonesia,
yang pada saat izin diajukan sebenarnya masih menjabat sebagai penasihat teknis
CV Bali Balance," kata kuasa hukum Bali Balance, Agus Setiawan….”

2. ANALISIS dan PERUMUSAN MASALAH STUDI KASUS

• Apa saja undang undang terkait dengan kasus ini?

• Bagaimana Lisensi sebuah merek itu menjadi penting?

• Bagaimana CV Bali Balance dalam memperjuangkan hak Lisensinya?

1. Lisensi Merek
Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka
angka, susunan warna atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (pasal 1 butir l
UU Merek) Dari pengertian tersebut secara umum diartikan bahwa merek adalah suatu
tanda untuk membedakan barang-barang yang dihasilkan atau diperdagangkan
seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang memiliki daya pembeda
yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa, sehingga tanda
tersebut mampu memberi kesan pada saat seseorang melihat merek tersebut. Undang
Undang membedakan merek menjadi 2 (dua), yaitu merek dagang Dan merek jasa.
Merek Dagang adalah tanda yang digunakan pada barang yang diperdagangkan untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya, sedangkan merek jasa adalah
merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan untuk membedakan dengan
jasa sejenis lainnya.
Menurut Undang-undang Merek agar suatu merek memperoleh hak atas merek,
maka pemilik merek harus mendaftarkan mereknya tersebut pada kantor merek,
dengan demikian agar suatu merek dapat diterima pendaftarannya, maka haru
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-undang Merek dan
timbulnya hak atas merek tersebut apabila merek yang didaftarkan tersebut diterima
pendaftarannya oleh kantor merek. Pasal 3 Undang Undang nomor 19 Tahun 1992 jo.
Undang Undang nomor 14 Tahun l997 menentukan bahwa hak atas merek adalah
Hak khusus yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk menggunakannya Hak khusus yang diberikan tersebut
berfungsi untuk memonopoli, sehingga hak tersebut mutlak pada pemilik merek dan
dapat dipertahankan terhadap siapapun , selain itu hak atas merek ini hanya diberikan
kepada pemilik merek yang beritikad baik, sehingga orang lain/badan hukum lain tidak
boleh menggunakan merek tersebut tanpa ijin. Suatu merek dapat disebut merek
apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang Undang Merek dan
permintaan pendaftaran merek hanya dapat dilakukan oleh pemilik merek yang
beritikad baik .
Dalam pasal 5 Undang Undang Merek ditentukan mengenai merek yang tidak
dapat didaftarkan bilamana mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum atau;
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimintakan pendaftaran.
Selain itu suatu permintaan pendaftaran juga ditolak jika mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek yang sudah terkenal milik orang lain
yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis maupun
yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah (pasal 6 ayat 3 dan 4). Sedangkan pengertian suatu
merek mempunyai persamaan pada pokoknya bilamana ada kesan yang sama antara
lain mengenai bentuk, cara penempatan, atau kombinasi antara unsure-unsur maupun
persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek yang
bersangkutan.(penjelasan pasal 6 ayat 1 UU Merek) Menurut pasal 6 ayat 2 ,
permintaan pendaftaran merek akan ditolak, jika:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, dan nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan peniruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang, atau symbol atau emblem dari negara atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas setujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
c. merupakan peniruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang; atau
d. merupakan atau menyerupai ciptaan orang lain yang dilindungi Hak Cipta,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pemegang Hak Cipta tersebut.

Penggunaan merek milik orang lain banyak dilakukan orang atau badan hukum,
mereka menggunakan merek tersebut tanpa ijin pemiliknya, hal ini tentu akan
merugikan pemilik merek yang terdaftar. Biasanya merek yang digunakan secar
melawan hukum ini adalah merek terkenal. Menurut Insan Budi Maulana, merek dapat
dianggap sebagai “roh” bagi suatu produk barang atau jasa Menurut Penjelasan Umum
Undang Undang Merek, perlindungan terhadap merek terkenal didasarkan
pertimbangan bahwa peniruan merek terkenal milik orang lain pada dasarnya dilandasi
itikad tidak baik, karena mencari ketenara merek orang lain, sehingga seharusnya
merek tersebut tidak mendapatkan perlindungan hukum, sehingga untuk ini, permintaan
pendaftaran merek terkenal milik orang lain harus ditolak. Penolakan pendaftaran
merek terkenal ini meliputi untuk barang sejenis maupun yang tidak sejenis (pasal 6
ayat 4).
Selain penolakan pendaftaran atas merek terkenal milik orang/badan hukum
lain,perlindungan terhadap merek terkenal dapat pula dilakukan melalui gugatan
pembatalan pendaftaran merek yang dilakukan tanpa hak, gugatan itu diajukan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Terhadap putusan Pengadilan Negeri yang
memutuskan pembatalan tidak dapat diajukan permohonan Banding, tetapi langsung
mengajukan permohonan Kasasi atau Peninjauan Kembali.
2. Paten
Obyek pengaturan paten adalah suatu penemuan baru di bidang teknologi yang
dapat diterapkan di bidang industri, sebagai ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam
proses industri, teknologi lahir dari kegiatan penelitian Dan pengembangan. Kegiatan
tersebut berlangsung dalam berbagai bentuk, ada yang secara sederhana tetapi ada
pula yang dilakukan dengan cara yang sulit dan memakan waktu yang lama melalui
lembaga Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) Pasal 1 butir 1
Undang Undang Paten menentukan : Paten adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu
tertentu melaksanakansendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada orang lain untuk melaksanakannya. Hak khusus yang terdapat dalam paten
merupakan hak ekslusif, yaitu hak unstuck melaksanakan paten yang dimilikinya dan
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menyediakan
untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil produksi yang diberi paten. Untuk
mendapatkan hak khusus tersebut penemu atau pemegang paten harus mendaftarkan
penemuannya tersebut pada kantor paten Setelah penemu atau pemegang paten
memperoleh hak khusus, maka penemu atau pemegang paten memperoleh hak
monopoli atas penemuannya tersebut untuk jangka waktu 20 tahun sejak penerimaan
permintaan paten, setelah itu paten akan menjalankan fungsi sosialnya dan menjadi
milik umum. Hal ini berarti setiap orang (masyarakat) bebas untuk menggunakan paten
tersebut tanpa meminta ijin dari pemilik paten dalam hal ini tidak dianggap pelanggaran
hak paten. Dengan kata lain bila jangka waktu paten berakhir, maka hapuslah hak
paten tersebut.
Berdasarkan RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing), seorang warga
negara asing tidak boleh menjabat rangkap pada waktu yang bersamaan. bahkan untuk
pindah posisi saja, perusahaan pemberi kerja harus melaporkan kepada Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selain itu, dalam rencana perusahaannya, PT
Billabong Indonesia juga akan mempekerjakan 102 orang karyawan. Padahal,
karyawan yang diakui oleh Billabong Indonesia itu masih bersatus sebagai karyawan di
Bali Balance. Sementara tuntutan yang diajukan oleh CV Bali Balance ini adalah untuk
mencabut atau membatalkan surat izin usaha tetap (SIUT) PT Billabong Indonesia.
Hubungan hukum antara CV BB dan PT BI sudah berlangsung sejak 1995. CV
BB nerupakan pihak yang memegang lisensi untuk memasarkan produk Billabong di
Indonesia. Berdasarkan perjanjian, kontrak berlangsung hingga Juni 2009. Persoalan
ini berawal ketika terjadi pemutusan lisensi oleh PT BI terhadap CV BB, pada akhir
2005. Pemutusan itu disebabkan pemilik CV BB, Wayan Suwenda, meninggal
duniapada Oktober 2005. Persengketaan antarkedua pihak ini juga sempat bergulir
ke ranah pidana. Dalam perkara pidana, CV BB menuding Presdir PT BI Christopher
JohnJames, melakukan penggelapan atas aset milik CV BB.

Tiga tahun berselang, menurut CV BB, pihaknya baru mengetahui adanya SK


No. 221/T/Industri/Perdagangan/2007 tentang Izin Usaha Tetap PT BI, serta SK No.
350/I/PMA/2006 tentang Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing PT BI. CV BB
akhirnya melayangkan gugatan melalui PTUN Jakarta agar BKPM membatalkan dan
mencabut kedua surat keputusan tersebut, di mana PT BI qq GSM juga terlibat
sebagai tergugat II intervensi. Gugatan itu dilayangkan pada 10 November 2008. CV
BB mengklaim menemukan fakta ketidakcermatan BKPM dalam memproses izin
usaha dan persetujuan penanaman modal asing PT BI. Pasalnya, klaim CV BB,
lampiran dalam permohonan itu tidak tepat karena tidak mencantumkan CV BB
sebagai mitra di Indonesia, padahal kontrak CV BB dan PT BI masih berlaku hingga
Juni 2009.

3. Langkah yang di tempuh CV Bali Balance

Kepastian hukum

Lebih lanjut, Agus menyebutkan putusan ini merupakan momentum kepastian


hukum bagi pihaknya, kendati BKPM dan PT BI qq GSM diketahui telah mengajukan
pernyataan banding, baru-baru ini. "Itu hak mereka [para tergugat] untuk mengajukan
upaya hukum banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, tetapi jangan
sampai hak mereka itu melanggar hak pihak lain juga," jelasnya.
Di bagian lain, komisaris yang juga merupakan ahli waris CV BB, I Made Rorry
Suwenda, mengharapkan pihaknya mendapatkan keadilan yang sesuai dengan
aturan yang berlaku di negara ini. "Kami mengharapkan Badan Koordinasi
Penanaman Modal menghormati, mematuhi, dan melaksanakan putusan dan
penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ini," ucapnya kemarin. Sementara
itu, hingga berita ini diturunkan Bisnis tidak berhasil mendapatkan komentar dari
salah satu kuasa PT BI, Palmer Situmorang. Dia merujuk agar Bisnis menghubungi
media consultant Billabong di Indonesia, Tom Malik dari Burson Marsteller.

Akan tetapi, ketika Bisnis menghubungi Tom Malik, dia mengaku membutuhkan
waktu untuk mengoordinasikan dengan kliennya Billabong, di Australia. Hingga berita
ini diturunkan, Bisnis belum mendapatkan komentar dari pihak Billabong terkait
dengan putusan PTUN Jakarta itu.

Anda mungkin juga menyukai