Anda di halaman 1dari 7

Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, dalam Pasal 1 Butir 1 dijelaskan bahwa “Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

Pendirian PT diatur di dalam UUPT , dimulai dari Pasal 7 diatur mengenai ketentuan-
ketentuan dalam pendirian PT yaitu :

- Perseroan harus didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia (Kecuali Persero yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh negara atau Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal)
- Setiap Pendiri Perseroan harus mengambil bagian sahamnya masing2 pada saat
Perseroan didirikan (tidak termasuk dalam rangka Peleburan)

Setelah mengetahui ketentuan awal dalam mendirikan PT, setelah itu langkah awal yang
harus dilakukan adalah membuat “Akta Pendirian” yang bisa dibuat sendiri oleh pendiri
ataupun diwakili oleh orang lain dengan sebuah “Surat Kuasa”. Lalu, di dalam Pasal 8
UUPT dijelaskan bahwa Akta Pendirian harus memuat beberapa hal berikut yaitu:

- Anggaran dasar berupa;


a) nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c) jangka waktu berdirinya Perseroan;
d) besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e) jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap
saham;
f) nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g) penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h) tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan
Komisaris;
i) tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen
j) Anggaran dasar juga tidak boleh memuat; ketentuan tentang penerimaan bunga
tetap atas saham; dan ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri
atau pihak lain. (Pasal 15 UUPT)

- Keterangan lain berupa ;


a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat
lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum dari pendiri Perseroan;
b) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Seperti dipaparkan diatas, bahwa didalam sebuah “anggaran dasar” sudah harus memuat
nama dan tempat kedudukan Perseroan. Dalam menentukan nama Perseroan yang akan
didirikan juga tidak bisa asal dilakukan, dalam Pasal 16 UUPT dijelaskan bahwa :

- Nama Perseroan harus didahului dengan frase “Perseroan Terbatas” atau disingkat
“PT”
- Dalam hal Perseroan Terbuka, pada akhir nama Perseroan ditambah kata singkatan
“Tbk”
- Perseroan tidak boleh memakai nama yang;
a) telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan
nama Perseroan lain;
b) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
c) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga
internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan;
d) tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan
maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri;
e) terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak
membentuk kata; atau
f) mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata

Lalu dalam hal tempat kedudukan Perseroan, dalam Pasal 17 UUPT dijelaskan bahwa
Perseroan harus mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau kabupaten dalam wilayah
negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar dan tempat kedudukan
tersebut sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.

Setelah “Akta Pendirian” sudah berhasil dibuat dan ditandatangani oleh para pendiri, langkah
selanjutnya adalah dibutuhkannya pengesahan, yaitu memperoleh Keputusan Menteri
Hukum&HAM mengenai Pengesahan Badan Hukum Perseroan. Di dalam Pasal 9 dan
Pasal 10 UUPT dijelaskan bahwa untuk memperolehnya, paling lambat 60 hari terhitung
sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, Pendiri bersama-sama mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara
elektronik kepada Menteri atau memberi kuasa kepada Notaris untuk mengajukan
permohonan pengesahan. Permohonan yang diajukan, dilakukan dengan mengisi
format isian yang memuat sekurang-kurangnya:

a) nama dan tempat kedudukan Perseroan;


b) jangka waktu berdirinya Perseroan;
c) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d) jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e) alamat lengkap Perseroan.

Setelah mendapatkan surat Keputusan Menteri Hukum&HAM mengenai Pengesahan maka


PT tersebut sudah berdiri sebagai badan hukum yang sah di Indonesia. Lalu langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat Daftar Perseroan. Di dalam Pasal 29
UUPT dijelaskan bahwa Daftar Perseroan memuat data-data tentang Perseroan yang
meliputi:

a) nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu
pendirian, dan permodalan;
b) alamat lengkap Perseroan;
c) nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum Perseroan;
d) nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri;
e) nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal penerimaan
pemberitahuan oleh Menteri;
f) nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan akta perubahan
anggaran dasar;
g) nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi, dan anggota Dewan
Komisaris Perseroan;
h) nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan pengadilan
tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan kepada Menteri;
i) berakhirnya status badan hukum Perseroan;
j) neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang
wajib diaudit.

Setelah semua langkah-langkah sudah dilakukan, maka pada akhirnya, dalam Pasal 30 UUPT
dijelaskan bahwa Menteri akan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia mengenai:

a) akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 ayat (4);
b) akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
c) akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri.

- SELESAI –

Sumber : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas


Merek diatur di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, dalam Pasal 1 Butir 1 dijelaskan bahwa “Merek adalah tanda yang
dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.”

Sebelum mengetahui tahapan pendaftaran Merek, sebaiknya kita perlu mengetahui dahulu
bahwa menurut UU MIG diatur mengenai “Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan
Ditolak”. Pasal 20 UU MIG menjelaskan bahwa Merek tidak dapat didaftarkan jika:

- Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas,


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
- Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya;
- Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis,
ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis;
- Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari
barang dan/atau jasa yang diproduksi;
- Tidak memiliki daya pembeda; dan/atau
- Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum

Dalam Pasal 21 UU MIG juga menjelaskan bahwa;

- Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya


atau keseluruhannya dengan :
a) Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis;
b) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang
memenuhi persyaratan tertentu; atau
d) Indikasi Geografis terdaftar.
- Permohonan ditolak jika Merek tersebut :
a) Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang terkenal, foto, atau
nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari
yang berhak;
b) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang
atau simbol atau emblem suatu negara, atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau
c) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis
dari pihak yang berwenang.
- Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik.

Setelah mengetahui Merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak, sekarang saatnya membahas
mengenai tahapan permohonan perndaftaran Merek. Dalam UU MIG, Tahapan
Permohonan Pendaftaran Merek diatur mulai dari Pasal 4 UU MIG mengenai Syarat dan
Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek yaitu :

- Permohonan Pendaftaran Merek bisa diajukan oleh Pemohon atau kuasanya kepada
Menteri Hukum & HAM secara elektronik atau non-elektronik dalam Bahasa
Indonesia dan ditandatangani serta dilampiri dengan label Merek, bukti pembayaran
biaya, dan surat pernyataan kepemilikan merek yang dimohonkan. Di dalam
Permohonan yang diajukan harus mencantumkan :
a) Tanggal, bulan, dan tahun Permohonan
b) Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon ATAU Nama lengkap dan
alamat kuasa jika permohonan diajukan melalui Kuasa
c) Warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna
d) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas; dan
e) Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa.
Setelah Permohonan pendaftaran Merek diterima oleh MenKumHAM, kemudian akan
diperiksa formalitas kelengkapannya.

Pasal 11 UU MIG menjelaskan apabila ada kekurangan kelengkapan persyaratan, maka


dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak tanggal penerimaan permohonan, pemohon atau
kuasanya diberi waktu untuk melengkapinya dalam jangka waktu paling lama 2 bulan
terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan untuk melengkapi persyaratan.

Tetapi jika permohonan Merek telah memenuhi persyaratan, Pasal 14 UU MIG menjelaskan
bahwa permohonan Merek akan memasuki tahap pengumuman dalam Berita Resmi Merek.
Pengumuman Permohonan dalam Berita Resmi Merek berlangsung selama 2 bulan,
diterbitkan secara berkala oleh MenKumHAM melalui sarana elektronik dan/atau non-
elektronik.

Anda mungkin juga menyukai