Perseroan Terbatas, dalam Pasal 1 Butir 1 dijelaskan bahwa “Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”
Pendirian PT diatur di dalam UUPT , dimulai dari Pasal 7 diatur mengenai ketentuan-
ketentuan dalam pendirian PT yaitu :
- Perseroan harus didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia (Kecuali Persero yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh negara atau Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal)
- Setiap Pendiri Perseroan harus mengambil bagian sahamnya masing2 pada saat
Perseroan didirikan (tidak termasuk dalam rangka Peleburan)
Setelah mengetahui ketentuan awal dalam mendirikan PT, setelah itu langkah awal yang
harus dilakukan adalah membuat “Akta Pendirian” yang bisa dibuat sendiri oleh pendiri
ataupun diwakili oleh orang lain dengan sebuah “Surat Kuasa”. Lalu, di dalam Pasal 8
UUPT dijelaskan bahwa Akta Pendirian harus memuat beberapa hal berikut yaitu:
Seperti dipaparkan diatas, bahwa didalam sebuah “anggaran dasar” sudah harus memuat
nama dan tempat kedudukan Perseroan. Dalam menentukan nama Perseroan yang akan
didirikan juga tidak bisa asal dilakukan, dalam Pasal 16 UUPT dijelaskan bahwa :
- Nama Perseroan harus didahului dengan frase “Perseroan Terbatas” atau disingkat
“PT”
- Dalam hal Perseroan Terbuka, pada akhir nama Perseroan ditambah kata singkatan
“Tbk”
- Perseroan tidak boleh memakai nama yang;
a) telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan
nama Perseroan lain;
b) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
c) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga
internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan;
d) tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan
maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri;
e) terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak
membentuk kata; atau
f) mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata
Lalu dalam hal tempat kedudukan Perseroan, dalam Pasal 17 UUPT dijelaskan bahwa
Perseroan harus mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau kabupaten dalam wilayah
negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar dan tempat kedudukan
tersebut sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.
Setelah “Akta Pendirian” sudah berhasil dibuat dan ditandatangani oleh para pendiri, langkah
selanjutnya adalah dibutuhkannya pengesahan, yaitu memperoleh Keputusan Menteri
Hukum&HAM mengenai Pengesahan Badan Hukum Perseroan. Di dalam Pasal 9 dan
Pasal 10 UUPT dijelaskan bahwa untuk memperolehnya, paling lambat 60 hari terhitung
sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, Pendiri bersama-sama mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara
elektronik kepada Menteri atau memberi kuasa kepada Notaris untuk mengajukan
permohonan pengesahan. Permohonan yang diajukan, dilakukan dengan mengisi
format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
a) nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu
pendirian, dan permodalan;
b) alamat lengkap Perseroan;
c) nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum Perseroan;
d) nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri;
e) nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal penerimaan
pemberitahuan oleh Menteri;
f) nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan akta perubahan
anggaran dasar;
g) nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi, dan anggota Dewan
Komisaris Perseroan;
h) nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan pengadilan
tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan kepada Menteri;
i) berakhirnya status badan hukum Perseroan;
j) neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang
wajib diaudit.
Setelah semua langkah-langkah sudah dilakukan, maka pada akhirnya, dalam Pasal 30 UUPT
dijelaskan bahwa Menteri akan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia mengenai:
- SELESAI –
Sebelum mengetahui tahapan pendaftaran Merek, sebaiknya kita perlu mengetahui dahulu
bahwa menurut UU MIG diatur mengenai “Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan
Ditolak”. Pasal 20 UU MIG menjelaskan bahwa Merek tidak dapat didaftarkan jika:
Setelah mengetahui Merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak, sekarang saatnya membahas
mengenai tahapan permohonan perndaftaran Merek. Dalam UU MIG, Tahapan
Permohonan Pendaftaran Merek diatur mulai dari Pasal 4 UU MIG mengenai Syarat dan
Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek yaitu :
- Permohonan Pendaftaran Merek bisa diajukan oleh Pemohon atau kuasanya kepada
Menteri Hukum & HAM secara elektronik atau non-elektronik dalam Bahasa
Indonesia dan ditandatangani serta dilampiri dengan label Merek, bukti pembayaran
biaya, dan surat pernyataan kepemilikan merek yang dimohonkan. Di dalam
Permohonan yang diajukan harus mencantumkan :
a) Tanggal, bulan, dan tahun Permohonan
b) Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon ATAU Nama lengkap dan
alamat kuasa jika permohonan diajukan melalui Kuasa
c) Warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna
d) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas; dan
e) Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa.
Setelah Permohonan pendaftaran Merek diterima oleh MenKumHAM, kemudian akan
diperiksa formalitas kelengkapannya.
Tetapi jika permohonan Merek telah memenuhi persyaratan, Pasal 14 UU MIG menjelaskan
bahwa permohonan Merek akan memasuki tahap pengumuman dalam Berita Resmi Merek.
Pengumuman Permohonan dalam Berita Resmi Merek berlangsung selama 2 bulan,
diterbitkan secara berkala oleh MenKumHAM melalui sarana elektronik dan/atau non-
elektronik.