INTELEKTUAL:MER
Selina Juwita E 11170480000049
K
Rahma Khoerunnisa 11170480000094
Izza Azkiya Arifin 11170480000099
Muhammad Sulthoni Dienis 11170480000103
Fasta Umbara Azied 11170480000111
Chindi Andini Putri 11170480000112
PENGERTIAN MEREK
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya perbedaan dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.' Dalam Pasal Ayat (1) Undang-
undang No. 20 tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
"Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara geografis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari dua dani dua atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang atau jasa yang diproduksi oleh orang oleh badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dana tau jasa".
Menurut Harsono Adisurnanto merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik
seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap
pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tepat penggembalaan bersama yang luas.
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan
barang-barang sejenis lainya.
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangnakn oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa
sejenis lainya.
Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek
yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri merek tersebut atau memberikanya pada pihak lain untuk menggunakanya.
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik
yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasanya yang
akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama sama untuk
membedakan barang atau jasa sejenis lainya.
DASAR HUKUM MEREK
Dasar hukum yang terkait merek yang ada di Indonesia:
1. Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2001 Tentang Merek.
2. Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
3. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran MerekInternasional
berdasarkan protocol terkait dengan persetujuan Madrid mengenai pendaftaran merek
secara internasional.
4. Peraturan Presiden No.92 Tahun 2017 Protokol terkait dengan persetujuan Madrid
mengenai pendaftaran merek secara nternasional, 1989.
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 67 Tahun 2016 Tentang Pendaftaran merek.
PERLINDUNGAN MEREK
Merek telah terdaftar dilindungi oleh hukum, dalam hal ini dilindungi oleh UU No.
20 Tahun 2016. Berdasarkan pasal 35 ayat (1) undang-undang tersebut perlindungan
terhadap merek selama 10 tahun. Setelah jangka waktu perlindungan merek selesai,
masih dapat diperpanjang lagi selama 10 tahun. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016
tidak membatasi sampai berapa kali pemilik merek dapat memperpanjang mereknya.
Adapun syarat-sayarat untuk dapat memperpanjang perlindungan merek hanya
ada dua macam, yaitu;
1. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang/jasa seperti yang
tercantum sertifikat merek tersebut, dan
2. Barang/jasa masih diproduksi dan diperdagangkan di pasaran.
Adapun objek hukum yang dinyatakan dalam Pasal 503 KUHPdt yaitu: "Tiap-tiap kebendaan adalah
bertubuh atau tidak bertubuh". Benda dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Benda berwujud (lichamelijke zaken), yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca indera seperti
tanah, meja dan sebagainya;
2. Benda yang tidak berwujud (onlichamelitje zaken), yaitu segala hak.
MEKANISME PENDAFTARAN MEREK
Berikut adalah syarat-syarat pendaftaran merek:
1. Tanda yang mempunyai daya pembeda (capable of distinguishing). Tanda yang dak mempunyai
daya pembeda karena terlalu sederhana, seperti sepotong gans, sebuah titik atau karena terlalu
rumit, seperti lukisan benang kusut, tidak dapat dijadikan merek.
2. Tidak bertentangan dengan kesusilaan, keteriban umum (morality and public order). Lukisan atau
perkataan yang melanggar kesopanan, menyinggung rasa keagamaan atau melanggar ketertiban
yang hidup dalam masyarakat, seperi lukisan porno, kata vagina tidak dapat dijadikan merek.
3. Bukan milk umum (not becoming public property). Lukisan jempol yang dikenal umum sebagai
pujian, sudah menjadi milik umum, sehingga tidak dapat djadikan merek.
4. Bukan keterangan mengenai barang atau jasa yang dimintakan pendataran.Lukisan nanas untuk
sirup yang mengandung rasa nanas, lukisan susu untuk minuman susu tidak dapat dijadikan merek.
5. Tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan milik orang lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa yang sejenis yang termasuk dalam 1 (satu) kelas, barang
atau jasa yang tidak sejenis.
6. Bukan peniruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau symbol atau
emblem dari negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang.
7. Bukan peniruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau
lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
8. Bukan merupakan atau menyerupai ciptaan orang lain yang dilindungi hak cipta, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pemegang hak cipta tersebut.
INDIKASI GEOGRAFIS
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang
dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan
karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan
karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan atas Indikasi Geografis
tersebut masih ada.
PASSING OFF
Passing off adalah Common Law Right dan tidak di tentukan oleh undang-undang dari
Parlemen namun telah dikembangkan melalui case law sejak 1618 dan dapat digunakan untuk
menghentikan orang lain mendapatkan manfaat dari reputasi bisnis perusahaan lain, dan
digunakan dalam hubungannya dengan tindakan pelanggaran merek dagang atau untuk
melindungi merek yang mempunyai reputasi tapi tidak mendapat perlindungan sebagai merek
terdaftar. (soerdjono dirdjosisworo, Antisipasi Terhadap Bisnis Curang (Pengalaman Negara
Maju dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Pengaturan E-commerce serta
Penyesuaian Undang-undang HKI Indonesia) (Bandung: CV Utomo,2005).
ANCAMAN SANKSI PIDANA MEREK