Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS HUKUM SENGKETA MEREK DAGANG GEPREK BENSU


BERDASARKAN ASAS KEPASTIAN HUKUM & YURIDIS PENGGUNAAN MEREK
YANG MEMILIKI PERSAMAAN PADA POKOKNYA ATAU SELURUHNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Dagang

Dosen Pengampu: Rakhma Nurozzalina, S.H., M.H

Disusun oleh Kelompok 1:

Bayu Wahyusup 20210211001

Sadudin 20210211002

Imam Wahyu Aditama 20210211005

Latiful Fikri 20210211003

Unwanullah Masum 20210211028

FAKULTAS SOSEKHUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

PURWOKERTO

2022
ANALISIS HUKUM SENGKETA MEREK DAGANG GEPREK BENSU
BERDASARKAN ASAS KEPASTIAN HUKUM & YURIDIS PENGGUNAAN MEREK
YANG MEMILIKI PERSAMAAN PADA POKOKNYA ATAU SELURUHNYA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia perdagangan Indonesia sangat erat kaitannya dengan merek, maka dari itu terdapat
standar fundamental yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum, yang kini
diharapkan taat pada Undang-Undang Merek tentang Merek dan Indikator Geografis Tabel
20 2016 untuk melindungi kegiatan ekonomi di Indonesia. Bagi sebagian orang, arti nama
mungkin tidak penting, tetapi nama credit adalah tanda yang sangat relevan untuk memberi
produk tujuan menunjukkan asal properti. Merek sangat berguna bagi pelanggan karena
sebagai alat promosi untuk menambah nilai produk dan dapat berdampak positif pada
penjualan produk tersebut. Memahami pentingnya merek sering diabaikan oleh para
pemimpin bisnis. Seringkali aktor hanya membuat tanda, tetapi mereka tidak membuat tanda.

Namun jika diperbolehkan, maka harus dimusnahkan jika didaftarkan oleh orang lain
tanpa izin. Jika pihak lain menjelaskan artifak tersebut, Anda tidak dapat menyalahkan pihak
lain karena menggunakan kode yang merupakan hasil dari upaya pribadi tersebut. Sebagai
bagian dari hak kekayaan intelektual, kode jelas dilindungi dari penggunaan dan eksploitasi.
Agar sebuah merek dapat bertahan, ia harus terlebih dahulu diberi merek. Hak tanda adalah
hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik alat untuk jangka waktu terbatas.
Sistem pelabelan konstitutif digunakan di Indonesia, yaitu pihak yang hadir atas nama
perdagangan, pihak yang pertama kali mencatatkan transaksi, atau disebut juga praduga
kepemilikan.

Salah satu sengketa persamaan pokok pada suatu merek terkenal untuk dua jenis produk
barang dan kelas yang sama telah ditangani oleh Mahkamah Agung dan diputus dalam
putusan MA No.57/Pdt.Sus-Hki/Merek/2019/Pn.NiagaJkt.Pst. Dalam putusan tersebut
diselesaikan sengketa antara Ruben Samuel Onsu selaku pemilik merek Geprek Bensu
dengan PT. Ayam Geprek Benny Sujono. Bahwa Tergugat (PT Ayam Geprek Benny Sujono)
adalah pemilik hak dan pendaftar pertama (First to File) atas merek “BENSU” . Bahwa
selaku pemilik hak dan pendaftar pertama berdasarkan sistem First to File, maka tergugat
diberikan hak ekslusif sebagai merek yang lebih dahulu didaftar atau dilakukan permohonan
pendaftarannya untuk menggunakan merek-merek yang mengandung kata “BENSU”
sebagaimana tersebut di atas di Indonesia guna membedakan merek Tergugat dengan merek
pihak lainnya.

Saat mengurus administrasi untuk mengurus PT. Ayam Geprek Benny Sujono, adik dari
Penggugat yang bernama Evan Jordi Onsu menawarkan diri untuk ikut serta dalam usaha
bisnis makanan tersebut sebagai Manajer Operasional. setelah usaha bisnis makanan “I AM
GEPREK BENSU” mulai berkembang dengan dibukanya beberapa outlet baru, selanjutnya
Evan Jordi Onsu (adik Penggugat) menawarkan agar Penggugat yang merupakan seorang
artis dapat dijadikan sebagai duta promosi (brand ambassador) dari usaha bisnis makanan
merek “I AM GEPREK BENSU”. tertarik dengan penawaran tersebut Tergugat sepakat
untuk menjadikan Penggugat sebagai ambassador yaitu dengan memasang foto diri
Penggugat di sejumlah outlet usaha bisnis makanan merek “I AM GEPREK BENSU” dan
sebagai kompensasinya, Penggugat telah menerima pembayaran uang pembagian hasil usaha
(Golden Share) dari Tergugat.

Pada bulan Agustus 2017, Penggugat membuka usaha bisnis makanan merek “GEPREK
BENSU” yang baik jenis makanan maupun penataan ataupun dekorasi ruangan serta sistem
kerjanya serta susunan kata, susunan warna, nama, gambar maupun logo merek usahanya
adalah sama ataupun serupa, sehingga sama persis dengan usaha bisnis makanan “I AM
GEPREK BENSU” milik Tergugat.

Sejak membuka usaha bisnis makanan merek “GEPREK BENSU” Penggugat mulai
mempromosikan bisnis makanan AYAM GEPREK BENSU yang memakai nama “BENSU”
sebagai miliknya, hal tersebut Penggugat lakukan untuk menarik minat dan perhatian serta
sebagai image kepada para konsumen maupun masyarakat luas jika bisnis makanan merek
“GEPREK BENSU” milik Penggugat adalah sama dengan bisnis makanan merek “I AM
GEPREK BENSU” milik Tergugat, sehingga konsumen bisnis makanan merek “I AM
GEPREK BENSU” milik Tergugat terperdaya dan beralih menjadi konsumen bisnis
makanan merek “GEPREK BENSU” milik Penggugat.

Tergugat sangat keberatan dengan pendaftaran merek di atas oleh Penggugat yang
menggunakan kata “BENSU”, dimana pada tabel di atas terlihat sangat jelas dan nyata,
merek tersebut telah memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek yang dimiliki oleh
Tergugat. Permasalahan tersebut melalui penulisan suatu karya tulis atau penelitian hukum
mengenai permasalahan dalam pendaftaran merek di Indonesia. Oleh karena itu, menarik
untuk mengkaji topik ini secara lebih rinci. Penulis bermaksud untuk menganalisa konflik
tersebut dalam bentuk makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Tentang sengketa merek dagang Ayam Geprek Bensu berdasarkan asas kepastian
hukum.
2. Yuridis pemakaian merek yang memiliki persamaan pada pokoknya atau seluruhnya.
C. Tujuan

Penulisan ini secara umum bertujuan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa
prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto. Salah satu kewajiban tersebut
adalah menulis tugas makalah mata kuliah Hukum Dagang. Sedangkan jika dilihat dari
perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sengketa merek dagang secara hukum.


2. Untuk mengetahui Yuridis pemakaian merek dagang yang memiliki persamaan pada
pokok atau seluruhnya.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mengetahui tentang permasalahan sengketa merek dagang
2. Untuk memperbanyak khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang sengketa
merek dagang secara hukum dan yuridis pemakaian merek dagang yang memiliki
persamaan pada pokok atau seluruhnya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tentang sengketa merek dagang Ayam Geprek Bensu

Sesuatu yang memiliki ketentuan atau ketetapan adalah suatu keadaan yang pasti atau
disebut dengan teori kepastian hukum yang mana secara hakiki haruslah pasti dan adil.
Dengan bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum akan menjalankan fungsinya
dengan baik. Kepastian hukum merupakan pernyataan secara normatif, bukan sosiologi.
Dengan adanya aturan-aturan yang menjadi batasan bagi masyarakat dalam melakukan
tindakan terhadap individu maka akan menimbulkan suatu kepastian hukum. Rancangan
kejelasan hukum melingkupi beberapa pandangan yang silih berhubungan. Salah satu
pandangan dari kejelasan hukum yakni perlindungan yang diserahkan pada orang kepada
kesewenang-wenangan orang yang lain juri, serta administrasi (penguasa). Keyakinan
hendak kejelasan hukum yang sepatutnya bisa berhubungan orang bertepatan dengan apa
yang bisa diharapkan oleh orang hendak dicoba penguasa, tercantum pula keyakinan hendak
kestabilan putusan-putusan juri ataupun administrasi (penguasa).

Hukum merek di Indonesia dengan cara konstitutif menganut sistem first to file dengan
kata lain pihak yang pertama kali mengajukan permohonan pendaftaran dan sudah disetujui
oleh kantor merek mendapatkan hak eksklusif yaitu hak atas merek, alhasil yang
memasukkan merek awal kali merupakan yang berkuasa atas kepemilikan merek itu. Supaya
merek bisa dilindungi hukum, merek wajib didaftarkan ke Departemen Hukum serta Hak
Asas Orang, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual alhasil tertera dalam Catatan
Biasa Merk (DUM) serta pemilik merek yang sesungguhnya hendak menemukan akta merek
selaku ciri fakta hak atau kepemilikan atas merek bisnis atau pelayanan. Bila tidak, hingga
pemilik merek yang sesungguhnya hendak susah meyakinkan haknya bila sesuatu saat
terdapat konflik sebab merek itu dipakai pihak lain ataupun digugat oleh pihak lain 1, seperti
halnya konflik yang terjadi pada merek bisnis Geprek Bensu. Di Indonesia, keberadaan
merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis merumuskan tentang pengertian merek, yaitu sebagai berikut:“Merek
adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf,
angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan
barang dan/atau jasa.”2 Pada dasarnya merek dibedakan menjadi merek dagang dan merek
jasa, serta merek juga dikenal sebagai merek kolektif. Merek pun sudah digunakan sejak
lama untuk menandai suatu produk dengan tujuan untuk menunjukan asal-usul barang atau
jasa dan kualitasnya serta untuk menghindari peniruan. Seiring majunya perdagangan dunia
pelindungan hukum atas merek juga semakin meningkat.

Mengenai pelindungan hukum terhadap hak merek dibutuhkan karena adanya alasan
sebagai berikut:

1. Untuk menjamin kepastian hukum bagi para penemu merek, pemilik, atau pemegang
merek;
2. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas hak- hak merek;
3. Memberi manfaat kepada masyarakat banyak agar lebih terdorong untuk
mendaftarkan merek;

Selain itu, pendaftaran merek juga sangat penting bagi konsumen, karena konsumen
akan membeli suatu barang atau jasa melalui merek yang tentunya sudah memiliki
kualitas yang terjamin dan bermutu untuk digunakan (dikonsumsi). Oleh karena itu
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu merek agar dapat terdaftar adalah sebagai
berikut:

1. Memiliki daya pembeda;


2. Merupakan tanda pada barang atau jasa;
1
Arfi Dyah Chatarina, Perlindungan Pemilik Merek Pertama Pada Sistem Konstitutif, Jurnal Hukum dan Dinamika
Masyarakat, Edisi 16, Volume (2), 2019, hal. 117
2
Undang-Undang No. 20 Tahun 2016, Pasal 1 Ayat (1)
3. Tidak bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;
4. Bukan menjadi milik umum;
5. Tidak berupa keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan
pendaftaran.

Perlindungan terhadap hak atas merek bagi pemegang merek di Indonesia sampai saat ini
masih sering dijumpai adanya pelanggaran terhadap hak atas merek tersebut. Pelanggaran
tersebut terjadi sejak dahulu sampai sekarang dengan menggunakan cara-cara yang tidak
beritikad baik dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Pendaftaran merek harus didasarkan pada prinsip iktikad baik dari pendaftar yang
berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Berdasarkan prinsip ini, hanya pendaftar dengan iktikad baiklah yang akan mendapatkan
perlindungan hukum. Hal ini membuat Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen
HKI) berkewajiban secara aktif untuk menolak pendaftaran merek bilamana secara nyata
ditemukan adanya kemiripan atau peniruan dengan suatu merek yang didaftarkan dengan dasar
iktikad tidak baik. Hal ini bertujuan untuk melindungi merek yang telah terdaftar sebelumnya.
Perlindungan terhadap hak atas merek baru akan diperoleh setelah merek tersebut terdaftar, hal
ini sebagaimana ketentuan yang tercantum di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis 3. Adapun perlindungan hukum merek yang diberikan
kepada merek terdaftar, dapat berupa perlindungan hukum preventif atau perlindungan hukum
represif.

Keterangan ini dapat dibuat saat bermerek:

a. Ini pada awalnya dan sepenuhnya mirip dengan indeks geografis;


b. Bertentangan dengan campur tangan negara, peraturan perundang-undangan,
agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;
c. Kesamaan dalam ekspresi budaya tradisional, warisan berwujud, atau nama atau
logo diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dari keterangan diatas, sudah jelas dan eksplisit bahwa selama tidak bertentangan dengan ketiga
poin diatas, maka merek tidak dapat dengan mudah dihilangkan. Inilah logo yang disengketakan

3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Informasi dan Data Geografis
antara dua lambang Geprek Bensu oleh PT. Ayam Geprek Benny Sudjono dan oleh Ruben
Onsuna seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Ruben Onsu Benny Sudjono

Gambar 1

Pada kedua gambar logo “GEPREK BENSU” di atas terlihat adanya persamaan baik
gambar maupun tulisannya, walaupun persamaannya tidak terlalu signifikan, namun intinya
adalah menyebutkan kebenarannya. Merek Geprek Bensu sudah terpasang dalam kemitraan dan
singkatan Ruben Onsu. Penghapusan lebih lanjut dimungkinkan atas rekomendasi Dewan
Banding. Banding pemilik merek terhadap keputusan Menteri untuk mengampuni, dapat digugat
di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Mahkamah Agung dapat mengajukan kasasi jika ada
pihak-pihak yang tidak setuju dengan putusan PTUN tersebut.

Selain itu, penghapusan suatu dokumen dapat diajukan oleh pihak ke tiga dengan alasan
bahwa notasi pada 3 (tiga) belum digunakan dalam pergerakan barang atau jasa sejak tanggal
pendaftaran atau permulaan. terakhir digunakan. Namun jika larangan tersebut tidak berlaku
maka larangan tersebut berlaku bagi pergerakan barang yang diizinkan oleh orang yang
menggunakan catatan untuk proses penyelidikan atau pengambilan keputusan dari penguasa
sementara atau larangan serupa yang diberlakukan oleh pemerintah. Permohonan Regulasi yang
diajukan oleh pihak ketiga didaftarkan dan diterbitkan dalam Jurnal Resmi untuk tujuan
pemblokiran dokumen.

Dengan demikian, Direktur Eksekutif berwenang untuk menghapus catatan dan silsilah
aset tidak berwujud, tetapi alasan penghapusan tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Uang Kertas dan Indeks Geografis tersebut di atas. Ayam Geprek Bensu
merupakan merek dari inisiatif Benny Sudjono yaitu singkatan dari “GEPREK BENSU”.
Didirikan pada tanggal 15 Maret 2017 berdasarkan karya PT. Ayam Geprek Benny Sudjono
Toko kelontong berbentuk usaha yang sah. Pada tanggal 17 April 2017, perusahaan makanan
“Sum Geprek Bensu Sudjono Sedep Beneerr” mulai beroperasi setelah mendaftarkan perusahaan
dan mereknya.

Kepastian Hukum sengketa merek dagang Geprek Bensu berdasarkan putusan


No.196/G/2020/PTUN-JKT sistem file asli, dan dapat dibaca secara manual. Agar suatu kode
dapat dilindungi undang-undang, kode tersebut harus didaftarkan pada Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia, melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, sebagaimana
tercantum dalam Daftar Umum Merek (DUM) dan wasiat pemegang surat wasiat. Merek Dagang
untuk mendapatkan sertifikat hak dan kepemilikan. Jika tidak, akan sulit bagi pemilik merek
untuk membuktikan haknya jika suatu saat diajukan gugatan terhadap pihak lain atas penggunaan
merek tersebut atau diajukan gugatan.

Hak merek bisa didapatkan lewat sistem konstitutif (registrasi), ialah hak khusus atas
merek diserahkan untuk registrasi. Oleh sebab itu, merek bisnis yang tidak tertera tidak
mempunyai proteksi hukum. Setelah itu, merek wajib mempunyai merek cepat, alhasil merek itu
bisa diamati selaku merek asli serta kualitas dan reputasinya. Di Indonesia, keberadaan logo
diatur oleh Pasal 1 Undang-Undang Data dan Data Geografis 2016.

Kemungkinan pendaftaran hukum masih kurang dilaksanakan oleh beberapa pihak. Hal
ini biasanya terjadi pada kode registrasi tanpa pemberitahuan yang tepat karena kebanyakan
orang mencoba menggunakan bagian tertentu seiring pertumbuhan merek. Meskipun reputasi ini
tidak berwujud, itu adalah aset berharga bagi pemilik merek dan bukan hukum, sehingga harus
dilindungi. Adapun Litigasi Merek Geprek Bensu, teori kepastian hukum yang digunakan dalam
penelitian ini cenderung mengikuti nilai tersebut. Kepastian hukum atau bagian dari peraturan
mereka menukar barang dengan hak dan manfaat. Keadilan dan manfaat bagi masyarakat di luar
menekankan nilai kepastian hukum. Jika lebih juga cenderung hanya menggunakan nilai dan
nilai kepastian hukum nilai keadilan, yang penting eigendom atau hukum mempromosikan
masyarakat.

Indonesia mensyaratkan merek bersifat konstitutif, artinya pihak yang dimaksud dengan
istilah tersebut adalah pihak yang berwenang untuk menggunakan merek tersebut. Indonesia
hanya tahu pihak yang pertama kali mendaftarkannya, jadi ketika itu adalah sistem file pertama ,
bukan pihak mana yang menggunakannya atau yang pertama kali memperkenalkannya. Namun,
jika ingin menggunakan merek yang sama, datanglah ke pemiliknya terlebih dahulu. Yang
pertama adalah sistem hukum merek yang disetujui oleh Indonesia.

Terkait dengan pendaftaran merek, pemilik merek memiliki kewenangan sebagai berikut:

a. Hak untuk menggunakan catatan atau izin untuk menggunakannya;


b. Orang lain menggunakan hak untuk melarang;
c. Hak atas Merek Hak Pihak Lain. Satu-satunya hal yang dapat dijadikan dasar hak
siar adalah pendaftaran.

Oleh karena itu, seseorang yang terdaftar dalam Komentar Umum Direktur Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual berhak untuk mendaftar. Karena pembenaran ini lebih menjamin kepastian
hukum. Sertifikat pendaftaran dalam bentuk akta dianggap sebagai alat bukti yang sah dari
merek tersebut, yang merupakan bentuk jaminan bagi badan hukum. Pemilik mengkaitkannya
dengan kepastian hukum jika terjadi perselisihan di kemudian hari. Perselisihan biasanya muncul
dari situasi dimana ada pihak yang dirugikan. Biasanya diawali dengan perasaan sedih, subjektif
dan tertutup. Peristiwa ini dapat dialami sendiri atau dalam kelompok. Dua upaya hukum yang
tersedia bagi para pihak dalam proses, yaitu proses peradilan atau proses di luar pengadilan.
Penggunaan nomor ini terbagi menjadi 2 (dua) alasan, yaitu hukum perdata dan hukum pidana.

Salah satu penyebab penyelesaian sengketa kasus Geprek Bensu tidak hanya bermuara
pada hukum niaga, tetapi juga bermuara di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) mengajukan gugatan kepada PT. Ayam
Geprek Benny Sudjono karena menghapus merek dan citra “Saya Geprek Bensu Sedeep
Beneerr”. PT. Ayam Geprek Benny Sudjono ditanya tentang surat Menkumham yang diterbitkan
Dirjen Kekayaan Intelektual dengan nomor: HKI-KI.06.07-11 Tanggal 10/06/2020 tentang
Penghapusan Tanda Reguler Menteri Inisiasi. Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Gambar I
Am Geprek Sedeep Beneer dan sebelumnya terdaftar sebagai PT. Ayam Geprek Benny Sudjono
telah dihapus melalui surat. Menurut Benny Sudjonon, grasi itu ilegal, sehingga Ruben Onsu
membuat celah jumlah uang kertas yang identik dengan uang kertas yang sedang dikerjakan
Benny Sudjonon.

Dalam putusannya No. 196/G/2020/PTUN-JKT 4 tanggal 22 Februari 2021, Mahkamah


Agung memutuskan majelis hakim PTUN, yaitu:

a. Penggugat mengabulkan pengembalian tersebut.


b. Surat Nomor 6 H.20-KI.06.07-11 tanggal 6 Oktober 2020 dari Direktur Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual yang disublimasikan atas prakarsa Menteri, batal.
c. Perintah Tergugat untuk mengosongkan perintah yang dikeluarkan atas nama
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 6
Oktober 2020, diterbitkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual: HKI-
KI.06.07-11, dengan referensi penghapusan Nota Pelantikan Menteri.
d. Terdakwa diperintahkan untuk membayar biaya tersebut. 276.000 (dua ratus tujuh
puluh enam ribu rupiah).

Sebelumnya, penggugat, Benny Sudjono, adalah pemilik dan pengguna pertama


perangkat “Saya Geprek Bensu Sedep Benerrr”, yang dalam hal ini telah disetujui oleh
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam putusannya, Mahkamah Agung memerintahkan
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk mendaftarkan 6 (enam) uang kertas yang
diserahkan kepada Ruben Onsul. Hal ini diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Departemen Merek dan Informasi
Geografis, diterbitkan atas nama Ruben Samuel Onsu, dengan catatan tentang semua
konsekuensi hukum.

Upaya yang dilakukan dalam meberikan perlindungan hukum bagi para pihak terhadap
sengketa merek dagang Geprek Bensu. Bagi konsumen, merek perlu menjadi bagian dari
komunitas yang lebih besar. Dengan demikian, segel kualitas yang dikenal pengguna dapat
dilacak, ditiru atau diekspor oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Secara umum, catatan
dapat dibagi menjadi catatan tulisan tangan dan catatan ringkasan dikenal. Seiring dengan
kemajuan perdagangan dunia perlindungan hukum juga akan meningkat. Mereka sudah lama
terbiasa dengan branding dengan desain produk yang menunjukkan asal dan kualitas barang dan
jasa serta menghindari emulasi atau kepalsuan. Perlindungan hukum terhadap merek baru dapat
diperoleh pada saat merek tersebut terdaftar secara resmi. Hal ini dilakukan untuk melindungi
merek dagang yang telah terdaftar sebelumnya. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Kredit dan Indeks Geografis.

Pemilik mendapatkan perlindungan ketika menandatangani surat-suratnya, dan metode


ini memiliki keunggulan kepastian hukum. Sekalipun namanya sudah terkenal, bukan berarti ia
menjamin bahwa dengan menggunakan merek itu ia akan langsung mendapat hak dan
perlindungan eksklusif, karena masih harus didaftarkan pertama kali pada Ditjen Intelektual.
Kepemilikan Property Organization Hak Kekayaan Intelektual (PO HKI) memiliki kekuatan
hukum. Perlindungan hak untuk menghapus dapat ditentukan dalam catatan kaki pada isi ketika
hukum komersial memutuskan untuk menghapus kode, sehingga kode tersebut dapat dihapus
oleh siapa saja, termasuk pemilik aslinya. Anda harus memeriksa aplikasi untuk prosedur
pendaftaran, karena memiliki hak untuk memutuskan apakah kode akan disalin atau tidak,
Catatan Direktorat Jenderal dan Departemen Umum Informasi Geografis.

Ayam Geprek Bensu yang terkenal mengklaim “Aku Ayam Geprek Bensu” (Ruben
Samuel Onsu) “Aku Geprek Bensu Sedep Beneerr” (PT. Ayam Geprek Benny Sudjono) adalah
produk nasional yang bersifat global dan membutuhkan perlindungan hukum. Bentuk
perlindungan yang diberikan negara dalam hal ini adalah gugatan perdata yang dapat diajukan
kepada para pihak berdasarkan nada Pasal 76 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
Pengadilan Niaga. Gugatan dapat berupa tuntutan ganti rugi atau gugatan pelarangan suatu
perbuatan yang dianggap sebagai pelanggaran. Pihak-pihak yang mengetahui bahwa kode
mereka disingkat dapat menuntut ganti rugi, yang harus diterima pada tingkat pertama.

2. Yuridis pemakaian merek yang memiliki persamaan pada pokoknya atau


seluruhnya.

Merek adalah salah satu bagian dari Hak atas Kekayaan Industri, dimana mendapat
perlindungan hukum kekayaan industri, menurut pasal I Konvensi Paris mengenai
Perlindungan Hak atas Kekayaan Industri tahun 1883, sebagaimana yang telah direvisi dan
diamandemen pada tanggal 2 Oktober tahun 1997 yang biasanya disebut Konvensi paris.4
4
Ridwan Khairandy dkk, Pengantar Hukum Dagang Indonesia I, Cet 1. 2003, (Yogyakarta: Gama Media), h. 244.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 “Merek adalah tanda
yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa
yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa”. Sesuai dengan ketentuan undang-undang merek yang berlaku, permohonan
pendaftaran merek diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) dan dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 4 sampai Pasal 19 UU No.20 Tahun 2016.

Seluruh permohonan pendaftaran merek akan kemudian diproses secara bertahap, yang
antara lain meliputi: tahap administrasi, tahap pemeriksaan substantif; tahap persiapan
pengumuman; tahap pengumuman; dan tahap sertifikasi.

Prosedur Pendaftaran Merek di Indonesia diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai Pasal 19
Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek. Adapun Prosedur pendaftaran merek
secara umum di Indonesia.5 Setelah diterimannya proses pendaftaran tersebut, kantor
Direktorat Merek kemudian mengumumkan permohonan pendaftaran merek yang telah
memenuhi persyaratan, berlangsung selama enam bulan dengan menempatkan pada papan
pengumuman yang khusus dan dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh masyarakat dan
dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala oleh kantor Direktorat Merek.
Dalam jangka waktu pengumuman tersebut, setiap orang berhak untuk mengajukan
keberatan secara tertulis atas permohonan pendaftaran merek yang bersangkutan tersebut
apabila terdapat cukup alasan dengan disertai buktu bahwa merek yang diajukan permohonan
pendaftarannya tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pasal 4 sampai Pasal 19 Undang-
Undang No. 20 Tahun 2016.

Setelah masa pengumuman selesai, dengan ada atau tidaknya sanggahan terhadap
permohonan merek tersebut, Direktorat Merek melakukan Pemeriksaan Substantif dalam
waktu selambat-lambatnya 12 bulan terhitung sejak tanggal berakhirnya pengumuman atau
dalam hal keberatan tanggal berakhirnya jangka waktu untuk menyampaikan sanggahan.

5
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, 2016, (Jakarta: Raja Grafindo) h.368.
Pembatalan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan
memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut. Pembatalan pendaftaran
diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan
alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari daftar umum merek,
sertifikat merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. Terhadap masalah merek
dapat dilakukan penyelesaian sengketa yaitu dengan jalan dilakukan gugatan atas
pelanggaran merek dan selain penyelesaian dengan gugatan para pihak dapat menyelesaikan
sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Sejak memulai usaha bisnis makanan merek “Geprek Bensu” Penggugat mulai
mempromosikan bisnis makanan Ayam Geprek Bensu yang memakai nama “Bensu” sebagai
miliknya, hal tersebut Penggugat lakukan untuk menarik minat dan perhatian serta sebagai
daya tarik kepada para konsumen maupun masyarakat luas jika bisnis makanan merek
“Geprek Bensu” milik Penggugat adalah sama dengan bisnis makanan merek “I Am Geprek
Bensu” milik Tergugat I, sehingga konsumen bisnis makanan merek “I Am Geprek Bensu”
milik Tergugat I terperdaya dan beralih menjadi konsumen bisnis makanan merek “Geprek
Bensu” milik Penggugat.

Untuk dapat menguasai ataupun merampas merek bisnis makanan “I Am Geprek Bensu”
milik Tergugat I selanjutnya pada tanggal 31 Agustus 2017 Penggugat dengan itikad buruk
dan dengan secara melawan hukum mensomasi Yangcent (pemegang saham Tergugat I) agar
tidak lagi menggunakan kata “Bensu” dalam bisnis makanan merek “I Am Geprek Bensu”
milik Tergugat I. Itikad buruk Penggugat tersebut semakin jelas dan terang terbukti, karena
berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 384/Pdt.P/2018/PN.Jkt.Sel
tanggal 30 Mei 2018 Penggugat telah memohon untuk ditetapkan nama “Bensu” sebagai
singkatan dari nama Ruben Samuel Onsu (Penggugat). Setelah terbitnya penetapan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 384/Pdt.P/2018/PN.Jkt.Sel tanggal 30 Mei 2018
Penggugat telah mendaftarkan gugatan perbuatan melawan hukum atas penggunana kata
“Bensu” didalam bisnis makanan merek “I Am Geprek Bensu” milik Tergugat I, yaitu
sebagaimana dimaksud dalam perkara perdata Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta
Nomor 325/PDT/2019/PT. DKI tanggal 08 Agustus 2019 juncto putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Barat Nomor 482/Pdt.G/2018/PN.Jkt.Brt., tanggal 18 Pebruari 2019, yang sekarang
masih dalam proses permohonan ditingkat kasasi di Mahkamah Agung.

Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu
akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum.Tindakan yang
dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh
sesuatu akibat yang dikehendaki hukum.6 Akibat hukum dalam putusan No 57/Pdt.Sus-
Merek/2019/PN Niaga Jkt.Pst. antara lain: Dalam Eksepsi: Eksepsi Tergugat I dinyatakan
tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Gugatan Penggugat Ruben Samuel Onsu
tersebut ditolak untuk seluruhnya. Dalam Rekonpensi: Gugatan rekonpensi dari Penggugat
Rekonpensi PT. Ayam Geprek Benny Sudjono tersebut, dikabulkan untuk sebagian.

Tergugat Rekonpensi dihukum untuk menghentikan semua perbuatan yang berkaitan


dengan penggunaan merek-merek atas nama Ruben Samuel Onsu tersebut di atas, termasuk
namun tidak terbatas kepada perbuatan memproduksi, mengedarkan atau memperdagangkan
usaha bisnis makanan yang memakai merek-merek tersebut, dan perbuatan lainnya; Tergugat
Rekonpensi dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat
Rekonpensi atas keterlambatannya melaksanakan putusan ini sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari keterlambatannya, terhitung sejak perkara ini
memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)
sampai seluruh putusan dalam perkara ini dilaksanakan dengan baik dan penuh. Sebagaimana
diatur dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
bahwasanya setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi atau diperdagangkan.

Selain itu juga sebagaimana diatur dalam ayat (2) Pasal 100 bahwa setiap orang yang
dengan tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, perbuatan Ruben Samuel Onsu selaku Penggugat memenuhi unsur-unsur
Pasal tersebut di atas. Dimana persamaan merek yang digunakan oleh Ruben Samuel Onsu
dengan merek yang dimiliki terlebih dahulu oleh PT. Benny Sujono antara lain: Merek I am
6
SA. Soebagyo, Skripsi, Akibat Hukum Akta Otentik Yang Terdegradasi Menjadi Akta Dibawah Tangan, 2017,
(Semarang: Universitas Islam Sultan Agung), h. 15
Geprek Bensu dan Ayam Geprek Bensu memiliki persamaan bentuk yakni berbentuk bulat
berwarna putih dan diisi oleh logo ayam. Hal-hal ini dapat membuat masyarakat sebagai
konsumen bingung terhadap merek “I am Geprek Bensu” dan “Ayam Geprek Bensu”. Oleh
karena itu, kedua merek ini dapat dikategorikan sebagi merek yang memiliki persamaan
bentuk. Persamaan kombinasi unsur adalah terdapatnya persamaan elemen-elemen atau
unsur-unsur dari sebuah merek dengan merek lainnya. Persam aan kombinasi unsur ini dapat
berupa kombinasi atau campuran dari persamaan bentuk, persamaan cara penempatan,
persamaan cara penulisan, maupun persamaan ucapan atau bunyi. Selain itu, terdapat juga
persamaan unsur warna, persamaan dalam komposisi produk, persamaan jumlah huruf dalam
merek, persamaan kelas pada merek. Pada kasus ini pada kedua merek terdapat dominasi
warna merah, jingga, dan putih dari kedua merek ini. Selain itu, kedua produk ini juga
memiliki logo ayam yang mirip dan terdapat kata di dalamnya yang ditulis dengan font dan
warna yang sama, yakni warna putih. Yang membedakan kedua merek ini adalah jengger
pada ayam dan tulisan “I am” dengan “Ayam”.

Persamaan ucapan atau persamaan bunyi adalah persamaan yang timbul dari pendengaran
apabila sebuah merek diucapkan. Persamaan ucapan ini memiliki ciri-ciri yaitu
membingungkan ketika didengar. Biasanya persamaan ucapan ini selalu berkaitan dengan
persamaan cara penulisan, karena kebanyakan merek yang bunyinya hampir sama adalah
merek yang tulisannya hampir sama juga. Selain itu, persamaan ucapan juga sering berkaitan
dengan persamaan cara penempatan. Hal ini dikarenakan merek yang terdengar mirip
seringkali memiliki unsur tulisan berupa kata atau huruf yang hampir sama. Namun,
persamaan ucapan juga dapat terjadi pada mreek yang tulisannya berbeda namun memiliki
bunyi yang sama atau yang sering disebut dengan homofon.

Merek Ayam Geprek Bensu dan I am Geprek Bensu dalam hal memiliki cara baca atau
homofon yang mirip meski sumber bahasanya berbeda, yakni Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. Meski penulisannya dalam bahasa Inggris, I am Geprek Bensu memiliki homofon
yang sama dengan Ayam Geprek Bensu. Dari analisa kedua pasal tersebut di atas maka dapat
dilihat bahwa Ruben Samuel Onsu melanggar ketentuan Pasal 100 ayat (1) dan (2) UU
20/2016, apabila menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya atau mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar pada kelas barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi atau diperdagangkan, maka dikenakan denda paling banyak Rp
2.000.000.000,-, sama seperti untuk persamaan pada pokoknya berupa denda paling banyak
Rp 2.000.000.000,-.

Maka dengan itu pendaftaran merek atas nama Ruben Samuel Onsu dinyatakan batal
demi hukum dengan segala akibat hukumnya, dan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Hak Dan Kekayaan Intelektual. Direktorat
Merek Dan Indikasi Geografis (Turut Tergugat Rekonpensi) diperintahkan untuk
melaksanakan pembatalan merek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai