Dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang utama agar tercipta suatu kejelasan
terhadap peraturan hukum, asas tersebut ialah kepastian hukum. Gagasan mengenai asas
kepastian hukum ini awalnya diperkenalkan oleh Gustav Radbruch dalam bukunya yang
berjudul “einführung in die rechtswissenschaften”. Radbruch menuliskan bahwa di
dalamhukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni:1 (1) Keadilan (Gerechtigkeit); (2)
Kemanfaatan (Zweckmassigkeit); dan (3) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit). Sejatinya
keberadaan asas ini dimaknai sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya hukum karena
adanya kekuatan yang konkret bagi hukum yang bersangkutan. Keberadaan asas kepastian
hukum merupakan sebuah bentuk perlindungan bagi yustisiabel (pencari keadilan) terhadap
tindakan sewenang- wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.2
Konsep kepastian hukum kerap kali didengungkan terhadap bagaimana sebuah rekognisi
diberikan pada hak merek. Secara historis, di Indonesia, Hak merek di kenal pertama kali
pada masa penjajahan Belanda yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik
Perindustrian yang tercantum di dalam “Reglement Industriele Eigendom Kolonien”,
kemudian pada masa penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan merek yang di kenal dengan
“Osamu Seirei” Nomor 30 tentang Menyambung Pendaftaran Cap Dagang.
Selanjutnya, pada tahun 2001 diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek. Dan terakhir, peraturan terkait dengan merek disempurnakan lagi dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis. Sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 undang-undang ini yang menyatakan bahwa
“Ha katas Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar” yang lebih jauh dijelaskan Yang
dimaksud dengan "terdaftar" adalah setelah Permohonan melalui proses pemeriksaan
formalitas, proses pengumuman, dan proses pemeriksaan substantif serta mendapatkan
persetujuan Menteri untuk diterbitkan sertifikat, maka jelas dalam undang-undang ini
menganut paham Prinsip First to File system.
Adapun merek I Am Geprek Bensu diyakini sudah ada sejak 2017. Merek ini
didirikan oleh Yangcent, Kurniawan, dan Stefani Livinus dengan nama Bensu sebagai upaya
menghormati ayah Yangcent yang bernama Benny Sujono. PT Ayam Geprek Benny Sujono
bahkan mengklaim gerai pertama usahanya sudah didirikan per April 2017 di kawasan
Pademangan, Jakarta Utara. Perusahaan ini kemudian digugat Ruben karena penggunaan
nama Bensu dalam merek tersebut dinilainya melanggar hukum lantaran meniru merek
franchise restoran ayam geprek Bensu miliknya.
Berdasarkan arsip di laman putusan perkara MA, kasus sudah bergulir sejak 25
September 2018, saat Ruben melayangkan gugatan pertama lewat berkas dengan nomor
perkara 48/Pdt.Sus-HKI/Merek/2018/PN Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Selang hampir 5
bulan, tepatnya pada 7 Februari 2019, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan tidak dapat menerima gugatan tersebut.
Pada 23 Agustus 2019, dia kembali mengajukan dua gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Tetapi, dalam amar sidang yang berbeda, majelis hakim menolak gugatan-gugatan
tersebut. Adapun isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk dua gugatan tersebut
sama-sama menyampaikan bahwa PT Ayam Geprek Benny Sujono adalah pemilik dan
pemakai pertama yang sah atas merek I Am Geprek Bensu Sedep Beneerrr + Lukisan dengan
nomor pendaftaran IDM000643531 di kelas 43. Kemudian, menyatakan permohonan merek
atas nama Ruben Samuel Onsu yang mencakup Geprek Bensu + Lukisan bernomor
pendaftaran IDM000643591 di kelas 43; I Am Geprek Bensu + Logo bernomor pendaftaran
IDM000643590 di kelas 43; Geprek Bensu + Logo bernomor pendaftaran IDM000643594 di
kelas 43; Geprek Bensu + Logo bernomor pendaftaran IDM000643587 di kelas 43; Bensu
bernomor pendaftaran IDM000643595 di kelas 43; dan Geprek Bensu Real by Ruben Onsu
bernomor pendaftaran IDM000643589 di kelas 43 mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan merek I Am Geprek Bensu Sedep Bener milik PT Ayam Geprek
Benny Sujono.
Selanjutnya, menyatakan pendaftaran seluruh merek atas nama Ruben Onsu tadi batal
demi hukum dan memerintahkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham) melaksanakan pembatalan atas merek-merek tersebut dengan mencoret
pendaftarannya dari Indonesia Daftar Merek. Putusan-putusan inilah yang kemudian dibawa
Ruben ke tingkat kasasi. Tercatat ada dua permohonan kasasi yang diajukan Ruben, masing-
masing terkait perkara nomor 56/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN oleh Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat dan 57/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Dengan
demikian, putusan MA ini menguatkan putusan sebelumnya di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
Dalam kasus antara Ruben Samuel Onsu dan Benny Sujono dalam sengketa Merek
Geprek Bensu, hakim Mahkamah Agung memutuskan Nomor 576 K/Pdt.Sus-HKI/2020
tertanggal 20 Mei 2020 bahwasannya, menolak gugatan dari penggugat yakni Ruben Samuel
Onsu untuk seluruhnya, serta memerintahkan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Direktorat Jendral Hak dan Kekayaan Intelektual Direktorat Merek dan
Indikasi Geografis agar melakukan pembatalan Merek atas nama Ruben Samuel Onsu
tersebut, dengan cara menghapus/mencoret pendaftaran Merek tersebut dari Daftar Umum
Merek (DUM).
Berdasarkan fakta-fakta yang telah ditunjukkan dan juga bukti-bukti yang sudah
dikumpulkan baik dari pihak Penggugat (Ruben Samuel Onsu) maupun Terggugat (Benny
Sujono), ternyata Merek Geprek Bensu tersebut menurut pendapat hakim memiliki unsur
kesamaan pada pokoknya, maupun keseluruhannya. Sebagaimana dalam Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, maksud dari
Persamaan Pada Pokoknya yakni adanya persamaan dalam suatu Merek karena diakibatkan
adanya persamaan unsur yang dominan antar keduanya. Dan dalam hal Merek yang hendak
didaftarkan, harus memiliki daya pembeda dengan merek lainnya yang sudah mendaftarkan
mereknya terlebih dulu, hal tersebut dijelaskan didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Pasal 21 Ayat (1).
Surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komisi banding ini tidak mematuhi Putusan
Mahkamah Agung tertanggal 20 Mei 2020 yang mengedepankan prinsip sebagai pendaftar
pertama (First to File) merek. Mahkamah Agung kembali menguatkan merek Benny Sujono
dalam Putusan Tata Usaha Negara Nomor 218 K/TUN/2021 tertanggal 29 Juni 2021.
Dalam surat rekomendasi tersebut menyimpulkan bahwa Ruben Samuel Onsu adalah
pemilik dari logo I am Geprek Bensu sebagaimana sejarah kepemilikan merek Bensu pada
usaha ayam geprek di Indonesia dan hasil survey pada ojek online dan konsumen sekitar
secara acak sejumlah 85 (delapan puluh lima) orang, keseluruhannya mengetahui bahwa
pemilik outlet dari Geprek Bensu adalah Ruben Samuel Onsu. Hal inilah yang menimbulkan
sebuah asusmsi bahwa merek terkenal sebagaimana dimiliki oleh Ruben Samuel Onsu lebih
dianggap berhak atas merek dibanding milik Yangcent / Benny Sujono.
Menurut DJKI, Prinsip First to File dianggap tidak cukup relevan, dikarenakan Merek
“BENSU” sendiri telah melekat pada figure Ruben Onsu sebagai Publik Figur. Merek Geprek
“I am BENSU” dianggap menjadi suatu pendomplengan nama baik Ruben Onsu sehingga
masyarakat berasumsi pemilik sesungguhnya. Padahal dalam pasal 21 ayat (2) a Undang-
Undang No. 20 Tahun 2016 menjelaskan bahwa Dirjen Kekayaan Intelektual (DJKI) wajib
menolak pendaftaran merek jika merupakan nama atau singkatan nama dari orang terkenal.
Dalam fakta dipersidangan saksi ahli dari pihak Penggugat pun menjelaskan :
a. Bahwa suatu merek dianggap sebagai merek terkenal jika, mempunyai reputasi
merek yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, bukti
pendaftaran merek dimaksud di indonesia dan beberapa negara lain dan
mempunyai kualitas tertentu; dan jika tidak memenuhi hal-hal tersebut, maka
suatu merek tidak bisa disebut sebagai merek terkenal.
b. Bahwa jika suatu pihak mendalilkan mempunyai merek terkenal, sedangkan baru
pada tahap permohonan dan belum ada satu pun bukti pendaftaran baik di
indonesia maupun di negara lain, maka yang bersangkutan dianggap mereknya
belum ada, jadi tidak bisa dianggap sebagai merek terkenal.
Tindakan yang dilakukan DJKI mengeluarkan “Surat Keputusan atas nama Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual
Nomor : HKI-KI.06.07-11 tanggal 06 Oktober 2020, Hal : Penghapusan Merek Terdaftar
Atas Prakarsa Menteri”. Merupakan tindakan yang tidak memberikan kepastian hukum
kepada pemegang merek yang sah yakni benny sujono karena tidak menghormati Putusan
Mahkamah Agung Nomor 576 K/Pdt.Sus-HKI/2020 tertanggal 20 Mei 2020. Keputusan
tersebut pada akhirnya menimbulkan ketidakpastian hukum dan kebingungan di tengah
masyarakat yang dapat berpotensi mengakibatkan kebingungan (likelihood of confusion) pada
konsumen terkait asal suatu produk yang dihasilkan oleh merek identik atau serupa (Asas
Filosofis dalam Hukum Merek adalah suatu merek terdaftar dalam penggunaannya tidak
boleh menyesatkan terkait asal usul merek tersebut yang mengakibatkan kebingungan bagi
konsumen).