Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan farmasi dari Jerman, Merck yang memproduksi Neurobion


menggugat perusahaan dari Semarang, PT Phapros Tbk. Sebagaimana diketahui,
Merck merupakan perusahaan multinasional terkenal dari Jerman yang telah berdiri
sejak tahun 1668. Didirikan Frederich Jacob Merck, kini Merck telah memiliki
40.700 orang karyawan di 67 negara di dunia. Semuanya dikendalikan langsung dari
kantor pusat di Darmstadt, Jerman.

Salah satu produknya adalah Neurobion, yaitu kombinasi vitamin neurotropik


(B1, B6, B12) yang dapat memperbaiki sel saraf tepi penyebab kebas dan kesemutan.
Dosisnya tepat untuk konsumsi rutin harian aman dikonsumsi dan tanpa efek
samping, terpercaya dan direkomendasikan oleh dokter dan orangtua. Neorubion ini
telah didaftarkan di puluhan negara seperti Jerman, Meksiko, Elsavador, Finlandia,
Swedia, Afrika Selatan, Oman, Malaysia, Trianidad and Tobago, Sri Lanka, dan
Zanzibar. Merek Neurobion sendiri telah didaftarkan di Indonesia sejak tahun 1970.

Pihak Merck kaget karena tanpa sepengetahuannya muncul Bioneuron yang


diproduksi oleh PT Phapros. Merck menilai PT Phapros menggunakan nama merek
yang menyerupai dan memiliki persamaan pada bentuk, ucapan dan bunyi sehingga
bisa mengecoh konsumen. Nama Bioneuron juga dinilai dapat menyesatkan
konsumen sehingga Merck menilai PT Phapros tidak memiliki niat baik dalam
mendaftarkan merek tersebut. Alhasil, Merck mengajukan gugatan ke pengadilan.

Namun pihak PT Phapros menilai sebaliknya. Gugatan tersebut dinilai


mengada-ada, lebih kepada masalah marketing karena ketakutan kalah bersaing
secara sah.
Setelah dibuktikan di muka persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN
Jakpus) mengabulkan permohonan Merck. Pada 12 Januari 2015, majelis hakim yang
terdiri dari Iim Nurohim, Absoro dan Didiek Riyono Putro menyatakan Bioneuron
memiliki persamaan dengan Neurobion sehingga merek Bioneuron haruslah dicabut.

Atas putusan ini, PT Phapros mengajukan kasasi. Apa kata MA? "Menolak
permohonan kasasi," demikian lansir website MA, Kamis (17/12/2015).
Duduk sebagai ketua majelis hakim agung Mahdi Soroinda Nasution dengan anggota
hakim agung Nurul Elmiyah dan hakim agung Hamdi. Vonis ini diketok pada 3
September lalu.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Benarkah Neurobion dan Bioneuron memiliki persamaan nama?


2. Bagaimana analisis yuridis terhadap sengketa tersebut?
3. Bagaimana hasil dari sengketa tersebut?

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam makalah ini ada metode
penelitian deskriptif yuridis normatif.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, penulis berharap bahwa sebagai subyek
hukum, hendaklah berhati hati dalam melakukan tindakkan hukum, serta memberikan
edukasi kepada pembaca tentang Hukum Hak Kekayaan Intelektual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Merek

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

”Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa


gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2
(dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi
dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan
Zatau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa”

2.2 Pasal Terkait

1. Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-undang No. 15 Tahun 2001

“mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek


yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya”

2. Pasal 21 ayat (1) huruf a Undang-undang No. 20 Tahun 2016

(1)Perrnohonan ditolak jika Merek tersebut mernpunyai persamaan pada


pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a.Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh
pihak lain untuk barang dan Zatau jasa sejenis

3. Pasal 21 ayat (1) huruf b Undang-undang No. 20 Tahun 2016


(1) Perrnohonan ditolak jika Merek tersebut mernpunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan:

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa sejenis

4. Pasal 20 huruf c Undang-undang No. 20 Tahun 2016

Merek tidak dapat didaftar jika:

c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,


kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang
danjatau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan
nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang danjatau
jasa yang sejenis

5. Pasal 21 ayat (3) Undang-undang No. 20 Tahun 2016

(3) Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak
baik
BAB III

PEMBAHASAN

Sebelumnya, sengketa yang diperkarakan dalam Pengadilan Niaga bernomor


52/Pdt.Sus-Merek/2014/PN.Jkt.Pst, PENGGUGAT adalah perusahaan farmasi
multinasional terkenal yang berasal dari Negara Jerman yang didirikan di Darmstadt,
Jerman pada tahun 1668 oleh Friedrich Jacob Merck dan berkantor pusat di
Darmstadt, Jerman. Pada Desember tahun 2011 perusahaan Merck KGaA
(PENGGUGAT) sudah memiliki karyawan sebanyak 40.700 orang yang tersebar di
67 Negara di Dunia. Dan PENGGUGAT adalah satu-satunya yang berhak dan
pemilik merek terkenal “NEUROBION” dan “NEUROBION + LOGO” yang telah
terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM RI Casu Quo (Cq) Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual Cq Direktorat Merek,.

Tanpa sepengetahuan dan seizin dari PENGGUGAT, tenyata TERGUGAT


telah mendaftarkan merek “BIONEURON” di Indonesia yang sudah terdaftar dalam
Daftar Umum Merek dengan No. IDM000138153 untuk melindungi jenis barang
yang termasuk dalam kelas 5 yang meniru keterkenalan merek PENGGUGAT.
PENGGUGAT sangat keberatan atas pendaftaran merek TERGUGAT
“BIONEURON” Daftar No. IDM000138153 karena mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan merek PENGGUGAT “NEUROBION” dan “NEUROBION +
Logo” yang sudah terkenal untuk barang yang sejenis sehingga berdasarkan Pasal 6
ayat 1 huruf b Undang-undang No. 15 Tahun 2001 (sekarang Pasal 21 ayat (1) huruf b
Undang-undang No. 20 Tahun 2016 yang selanjutnya disebut UU A Quo) tentang
Merek, permohonan pendaftaran merek TERGUGAT BIONEURON seharusnya
ditolak oleh Direktorat Merek.

PENGGUGAT juga mengatakan bahwa TERGUGAT memiliki itikad tidak


baik. Sesuai UU A Quo Pasal 21 ayat (3), sudah seharusnya pengajuan merek atas
dasar itikad tidak baik harus ditolak, karena TERGUGAT mengajukan pendaftaran
merek “BIONEURON” atas dasar itikad tidak baik meniru merek terkenal
PENGGUGAT “NEUROBION” yaitu dengan cara hanya membalik kata dari
“NEUROBION” menjadi “BIONEURON” apalagi kedua merek tersebut digunakan
untuk barang sejenis dalam kelas 5 sehingga dapat dipastikan akan menyesatkan
masyarakat konsumen. TERGUGAT juga meniru keterkenalan merek PENGGUGAT
adalah dalam hal penggunaan merek BIONEURON yang dibuat sedemikian rupa
kemiripannya meniru kemasan produk merek NEUROBION milik PENGGUGAT
yang sudah terkenal dan dikenal masyarakat secara luas;

Itikad tidak baik juga terlihat dari komposisi produk merek BIONEURON
yang terdiri dari “Thiamine HCI (Vitamin B1)”, Pyridoxine HCL (Vitamin B6)”, dan
Cyanocobalamin (Vitamin B 12), dimana komponen isi obat dan vitamin produk
merek BIONEURON sama persis dengan komposisi produk merek NEUROBION
milik PENGGUGAT, maka sangat jelas tindakan TERGUGAT meniru, membonceng
ketenaran merek PENGGUGAT dan bertujan untuk memperoleh keuntungan yang
besar dengan mengambil manfaat keterkenalan merek NEUROBION yang pastinya
menyesatkan konsumen, seolah-olah produk merek TERGUGAT berasal atau
memiliki hubungan dengan produk merek PENGGUGAT padahal tidak sama sekali
dan tentunya tindakan TERGUGAT tersebut sangat merugikan PENGGUGAT
sebagai perusahaan farmasi yang memiliki reputasi sangat baik dan selalu menjaga
mutu/kwalitas produk-produknya.
Namun, TERGUGAT menyangah gugatan PENGGUGAT karena
TERGUGAT merasa Bahwa desain “ Neurobion “ dan Neurobion + Logo” yang
beredar di pasaran tidak sama dengan desain “Neurobion“ dan “Neurobion + Logo“
yang terdapat pada sertifikat merek dari Ditjen HKI Kemenkum HAM.

TERGUGAT berdalih sesuai unsur Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor


15 Tahun 2001 tentang Merek mengenai unsur kata, kata “Neurobion” jelas berbeda
dengan lafal, penulisan, dan bunyi ucapan kata “BIONEURON” dan juga produk
TERGUGAT “BIONEURON” adalah produk yang terkenal dan populer, sehingga
tidak mungkin mendompleng popularitas Merek PENGGUGAT “Neurobion”.

Selain itu, TERGUGAT juga mengatakan bahwa dalil gugatan PENGGUGAT


keliru karena unsur-unsur yang terkandung dalam “Neurobion” dan “Neurobion +
logo” adalah tidak sama dengan unsur-unsur yang terkandung di dalam
“BIONEURON”. Hal ini dibuktikan bahwa unsur Vitamin B1 yang terdapat di dalam
“BIONEURON”, menggunakan garam Thiamine HCL, sedangkan vitamin B1 yang
terdapat didalam “NEUROBION” dan “NEUROBION + LOGO” menggunakan
garam Thiamine Mononitrate.

Dengan demikian, jelas bahwa Tergugat merasa sebagai pemilik merek


BIONEURON yang mendaftarkan merek BIONEURON tersebut beritikad baik,
quod non pendaftaran merek BIONEURON didasarkan atas itikad tidak baik, maka
pasti akan ditolak ijin mereknya oleh Ditjen HKI Kemenkumham dan juga ijin
edarnya akan ditolak oleh BPOM.

Setelah menyimak berbagai penjabaran dari kedua pihak, sudah saatnya


dilakukan analisis yuridisnya.

1. Apabila memperhatikan jumlah huruf dan huruf yang digunakan oleh


kedua kata tersebut, maka kedua kata tersebut yaitu NEUROBION dan
BIONEURON mengandung huruf-huruf yang sama yaitu huruf N pada
kata NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 2 (dua), huruf E
pada NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 1 (satu), huruf U
pada NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 1 (satu), huruf R
pada NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 1 (satu), huruf O
pada NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 2 (dua), huruf B
pada NEUROBION dan BIONEURON sama-sama ada 1 (satu).

Majelis berpendapat bahwa antara merek Neurobion milik Penggugat


dengan merek Bioneuron milik Tergugat terdapat kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang
satu dengan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya
persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang
terdapat dalam merek-merek tersebut, sehingga Majelis berpendapat
bahwa antara merek Neurobion dengan merek Bioneuron terdapat
persamaan pada pokoknya sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek (Pasal
21 ayat (1) huruf a UU A Quo)

2. Merek Neurobion dan Neurobion + logo untuk kelas barang/jasa 05 milik


Penggugat telah terdaftar lebih dahulu di Indonesia, bahkan telah terdaftar
dibeberapa Negara jauh sebelumnya dan tergolong merek terkenal,
daripada merek Bioneuron untuk kelas barang/jasa 05 milik Tergugat,
padahal sebagaimana pertimbangan di atas, merek Bioneuron telah
dinyatakan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
Neurobion, maka perbuatan Tergugat yang demikian adalah sebagai
perbuatan itikad tidak baik untuk meniru merek Penggugat yang telah
terlebih dahulu terdaftar dan telah terkenal

3. Bila melihat desain dan merek BIONEURON, akan terlihat sama persis
sekilas sehingga berpotensi menyesatkan masyarakat awam dalam
menggunakan produk, sehinga pendaftaran merek tidak dapat didaftar. Hal
ini selaras dengan isi Pasal 20 huruf c UU A Quo:

“memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,


kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas
tanaman yang dilindungi untuk barang danjatau jasa yang sejenis”

4. Mengenai itikad tidak baik yang digugat oleh PENGGUGAT, penulis


tidak sama sekali menemukan adanya itikad tidak baik yang dilakukan
TERGUGAT, sebab TERGUGAT tidak terlihat berniat memalsukan
produk PENGGUGAT NEUROBION. Hal ini terlihat dari hanya
kemiripan desain dan merek saja.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh Majelis Hakim


dengan mendengarkan keterangan dari para pihak, serta mendengar kesaksian dari
saksi-saksi yang dihadirka para pihak dan juga mendengarkan keterangan dari para
ahli yang dihadirkan para pihak, serta menimbang dengan barang bukti yang
dihadirkan, maka Majelis hakim memutus sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya

2. Menyatakan Penggugat adalah pemilik satu-satunya yang berhak atas


merek “NEUROBION” dan “NEUROBION + Logo” untuk jenis barang
yang termasuk dalam kelas 5 di wilayah Republik Indonesia

3. Menyatakan merek Penggugat “NEUROBION” dan “NEUROBION +


LOGO” adalah merek terkenal

4. Menyatakan merek Tergugat “BIONEURON” daftar No. IDM000138153,


mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal milik
Penggugat “NEUROBION” dan “NEUROBION + LOGO” untuk barang
yang sejenis di kelas 5

5. Menyatakan pendaftaran merek Tergugat “BIONEURON” daftar No.


IDM000138153 didasari itikad tidak baik meniru merek terkenal dengan
merek terkenal Penggugat “NEUROBION” dan “NEUROBION +
LOGO” untuk barang sejenis

6. Menyatakan batal merek TERGUGAT “BIONEURON” daftar No.


IDM000138153, untuk jenis barang yang termasuk dalam kelas 5 dalam
Daftar Umum dengan segala akibat hukumnya

7. Memerintahkan Direktorat Merek untuk mencatat pembatalan dan


mencoret merek Tergugat “BIONEURON” daftar No. IDM000138153
dari Daftar Umum Merek

8. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara sebesar Rp.516.000 (Lima


ratus enam belas ribu rupiah
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kasus sengketa merek antara Perusahaan farmasi dari Jerman, Merck yang
memproduksi Neurobion dengan perusahaan dari Semarang, PT Phapros Tbk.
Pangkalnya, PT Phapros Tbk dimenangkan oleh pemegang merek Neurobion.
Sebenarnya, kasus ini sudah dibawa sampai kasasi, namun disini penulis hanya
memasukkan dari pengadilan tingkat pertama saja.

Pada intinya, didini tergugat telah membut kesalahan pada merek dan desain
dari produknya sehingga penggugat merasa keberatan dan meminta majelis hakim
untuk memutus membatalkan merek Bioneuron.

4.2 Saran

1. Bagi perusahaan yang ingin mendaftarkan merek, alangkah lebih baik bila
berpikir dua kali terhadap merek yang akan didaftarkannya sebab merek yang
mirip dengan merek lain akan berpotensi menimbullkan sengketa.

Anda mungkin juga menyukai