Anda di halaman 1dari 5

Contoh Kasus Pelanggaran Hak Cipta : Pelanggaran Hak

Cipta Lagu Band Wali


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembajakan karya cipta lagu 'Cari Jodoh' yang
dipopulerkan Band Wali mulai disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Malang, Jawa Timur,
Rabu (1/5/2013).

Di sidang pertama itu, bos PT Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, dihadirkan. Rahayu adalah bos
dari label yang selama ini mendistribusikan karya-karya Faang dan kawan-kawannya itu. Selain
bos PT Nagaswara, Rahayu hadir di persidangan sebagai saksi atas dugaan pembajakan yang
dilakukan Malikul Akbar Atjil.

Kala dihubungi lewat telepon, Kamis (2/5/2013), Rahayu mengatakan, perbuatan yang dilakukan
Atjil dengan membajak karya orang lain itu jelas merugikan. "Akan lebih merugikan lagi apabila
tindakan pembajakan itu dibiarkan," ujar Rahayu. Sebagai pemilik label yang mendistribusikan
lagu-lagu musisi Indonesia, termasuk artis dan penyanyi Nagaswara, Rahayu mempunyai tugas
dan kewajiban untuk ikut-serta menjaga karya para artisnya itu.

Kasus lagu 'Cari Jodoh' milik Band Wali, cerita Rahayu, pihaknya semula tidak tahu perbuatan
yang dilakukan Atjil. "Jangankan memberi tahu, minta ijin memakai lagu 'Cari Jodoh-nya' Wali
saja tidak dilakukan Atjil," tutur Rahayu.

Menurut Rahayu, akibat aksi pembajakan lagu 'Cari Jodoh' itu, sebagai pemegang hak cipta
karya tersebut, pihaknya dirugikan Atjil sebesar Rp 1 Milyar. Dalam laporannya yang dibuat
tahun 2010, Rahayu menyertakan jumlah kerugian itu.

Selama Atjil belum diputus bersalah oleh majelis hakim PN Malang, jelas Rahayu, pihak
distribusi Malaysia Incitech bisa terus menjual karya lagu 'Cari Jodoh-nya' Band Wali versi Atjil
tanpa ada ijin yang jelas.

Perkara tersebut dimulai ketika lagu 'Cari Jodoh' karya cipta Band Wali dibajak di Malaysia
tahun 2009. Setelah dilakukan penyidikan, Polda Jawa Timur menangkap Atjil di Surabaya pada
awal tahun 2013. Atjil belakangan diketahui pernah menjadi aktivis Antipembajakan. Saat
ditangkap, Atjil mengaku, Malaysia Incitech sudah membeli karya lagu 'Cari Jodoh' dari Wali
Band.

\
CONTOH KASUS PELANGGARAN HAK PATEN :
PERMASALAHAN APPLE VS SAMSUNG
Produsen smartphone AS, Apple mengklaim Samsung meniru desain perangkat iPhone dan iPad-
nya yang populer dan menggunakannya untuk membuat perangkat Galaxy. Dua produsen
smartphone (ponsel pintar) terbesar dunia, perusahaan Amerika Apple dan perusahaan Korea
Selatan Samsung Electronics, bersiap bertarung di sebuah pengadilan Amerika, berkenaan
dengan klaim hak paten bagi produk-produk populer mereka. Miliaran dolar dipertaruhkan dalam
sengketa yang akan diputuskan juri di California, tidak jauh dari kantor pusat Apple. Proses
pengadilan, yang Senin ini dimulai dengan pemilihan anggota tim juri, diperkirakan akan
berlangsung beberapa pekan. Ini adalah satu dari sekian kasus yang diajukan kedua raksasa
teknologi itu di pengadilan-pengadilan di empat benua. Dominasi industri teknologi perangkat
bergerak bernilai 312 miliar dolar dipertaruhkan. Pada periode April hingga Juni tahun ini saja,
konsumen membeli lebih dari 400 juta unit perangkat bergerak. Samsung menjual lebih dari 50
juta produk populer mereka, hampir dua kali lipat yang dijual Apple. Apple mengklaim Samsung
meniru desain perangkat iPhone dan iPad-nya yang populer dan menggunakannya untuk
membuat perangkat Galaxy. Apple menuntut ganti rugi 2,5 miliar dolar atas apa yang disebutnya
pelanggaran hak paten. Samsung menyatakan memiliki bukti bahwa pada tahun 2006, beberapa
bulan sebelum Apple memperkenalkan iPhone-nya yang pertama pada awal 2007, perusahaan itu
mengembangkan generasi terbaru smartphone dengan bentuk persegi panjang dengan sudut-
sudut bulat yang digunakan kedua perusahaan.
CONTOH KASUS PELANGGARAN HAK MEREK :
OSKADON VS OSKANGIN
Oskadon merupakan salah satu obat sakit kepala yang sudah cukup lama beredar di Indonesia.
Masyarakat Indonesia pun sudah tidak asing lagi jika mendengar merek obat sakit kepala yang
satu ini. Slogan “Oskadon Memang Oye!” ternyata bukan hanya suatu slogan kosong belaka. Hal
ini terbukti saat Oskadon mengajukan gugatan ke pengadilan. Merek obat sakit kepala ini
ternyata tidak terkalahkan melawan obat sejenis dengan merek Oskangin. Oskadon telah
menggugat merek Oskangin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Hasilnya hakim
mengabulkan permohonan tersebut serta memerintahkan Oskangin mencabut nama tersebut.

Ketua majelis hakim Marsudin Nainggolan dalam sidang di PN Jakpus mengabulkan


permohonan penggugat dan membatalkan merek Oskangin. Menurut majelis hakim, berdasarkan
bukti merek Oskadon telah dipromosikan secara besar-besaran sudah sejak lama. Sedangkan
Oskangin baru terdaftar sejak 1 Juli 2010. Majelis juga beralasan membatalkan merek Oskangin
karena merek tersebut mengandung unsur kata ‘Oska’ yang mendominasi unsur kata Oskadon.
Menurut ketua majelis hakim Marsudin Nainggolan, Oskangin telah mendaftarkan merek
Oskangin dengan berniat membonceng ketenaran merek Oskadon. Selain itu, kata ‘Oska’ telah
digunakan sebagai merek Oskadon terlebih dahulu dibanding Oskangin. Hakim juga melihat
secara visual antara kedua merek tersebut memiliki persamaan pada pokoknya. Menurut ketua
majelis hakim Marsudin Nainggolan, tergugat terbukti memiliki itikad tidak baik karena
mempunyai persamaan pada pokoknya.

Menanggapi putusan ini, kuasa hukum Oskadon Nur Hatimah mengaku senang. Sebab putusan
hakim seperti yang diharapkan oleh kliennya. Sementara kuasa hukum Oskangin, Irawan Adnan
mengaku kecewa dan akan mengajukan kasasi.
CONTOH KASUS PELANGGARAN HAK DESAIN
INDUSTRI : SIMILIARITY
Pada kasus ini, PT. Nobel Carpets sebagai pihak penggugat mengajukan gugatan desain industri
atas karpet dengan motif Pilar dan karpet dengan motif Masjid yang didaftarkan PT. Universal
Carpets and Rugs sebagai pihak tergugat.

Dasar gugatan PT. Nobel Carpets atau penggugat adalah desain industri atas karpet dengan motif
Pilar dan Masjid yang keduanya didaftarkan atas nama PT. Universal Carpets and Rugs adalah
tidak baru pada saat diterimanya permohonan pendaftarannya, masing- masing pada tanggal 4
Juli 2003 dan 8 Juli 2003, karena sama dengan desain industri karpet dengan motif Pilar dan
motif Masjid yang telah digunakan di Indonesia oleh Penggugat atau PT. Nobel Carpets sejak
tahun 1995.

Tuntutan Penggugat atau PT. Nobel Carpets adalah agar Tergugat PT. Universal Carpets and
Rugs dinyatakan beritikad tidak baik pada waktu pengajuan permohonan pendaftaran desain
industri yang terdaftar dengan No. ID 0 005 420 dengan karpet motif Pilar dan desain industri
dengan No. ID 0 005 425. Dan tuntutan agar desain industri No. ID 0 005 420 dengan judul
karpet dengan motif Pilar dan desain industri No. ID 0 005 425 dengan judul karpet dengan
motif masjid.

Pada Putusan Pengadilan Niaga, Majelis Hakim berpendapat bahwa motif pilar dan motif masjid
yang diproduksi PT. Universal Carpets and Rugs atau Tergugat tidak sama dengan karpet Pilar
dan Masjid yang diproduksi oleh Penggugat dengan pertimbangan bahwa setelah
membandingkan karpet-karpet produk Penggugat dengan karpet produk Tergugat sepintas
memang memiliki kemiripan, namun apabila diteliti lebih seksama dari segi bentuk, konfigurasi,
komposisi garis dan ornamentasi khas ternyata berbeda, sehingga karpet-karpet produk Tergugat
dapat dikatakan memiliki nilai kebaruan atau novelty.

Dalam putusan tersebut Majelis Hakim menimbang bahwa Pasal 10 Undang-Undang Desain
Industri menyatakan bahwa hak atas desain industri diberikan atas dasar permohonan.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka perlindungan desain industri hanya diberikan kepada
pihak yang telah mengajukan permohonan pendaftaran desain industri. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 12 Undang-Undang Desain Industri bahwa pihak yang untuk pertama kali mengajukan
permohonan dianggap sebagai pemegang hak desain industri, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai