Anda di halaman 1dari 6

Extra Joss versus Enerjos

Kamis, 19 Mei 2005, Pengadilan Niaga Jakarta yang diketuai Edy Cahyono mengabulkan
permohonan pembatalan Merek Enerjos milik PT. Sayap Mas Utama, yang dimohonkan oleh
pemilik Merek Extra Joss, PT. Bintang Toedjoe. Sebagaimana diberitakan, PT. Bintang Toedjoe
mengajukan gugatan terhadap PT. Sayap Mas Utama yang memiliki Merek Enerjos. PT. Bintang
Toedjoe menuding pihak PT. Sayap Mas Utama mendompleng ketenaran Merek Extra Joss yang
terdaftar sebagai Merek Terkenal pada Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual
(H.K.I.) Depkum HAM. Menurut PT. Bintang Toedjoe, ada kesan di masyarakat bahwa
minuman kesehatan Enerjos adalah varian dari Extra Joss. Persepsi inilah yang dinilai telah
merugikan pihak PT. Bintang Toedjoe. Akhirnya, PT. Bintang Toedjoe mengajukan gugatan
dengan mengacu pada ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek. Bahkan sebenarnya sebelum pengajuan gugatan pun, pihak PT. Bintang
Toedjoe pernah mengajukan oposisi terhadap Merek Enerjos, yaitu ketika masih berada dalam
proses pendaftaran di Dirjen H.K.I. Namun ketika itu, Dirjen H.K.I. menolak dan tetap
meloloskan Merek Enerjos.
Pihak PT. Sayap Mas Utama selaku tergugat tidak tinggal diam. Perusahaan ini
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Dan hasilnya, oleh MA, PT. Sayap Mas Utama
dinyatakan berhak menggunakan nama pemegang Sertifikat Merek Enerjos, dan bahkan pihak
PT. Bintang Toedjoe dituntut membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,-. Lantaran putusan
MA yang dianggap kontroversial inilah maka PT. Bintang Toedjoe mengancam memindahkan
pabriknya ke luar negeri. PT. Bintang Toedjoe menganggap pemerintah mengabaikan
perlindungan hukum terhadap produk andalannya, Extra Joss. Bahkan pihak PT. Bintang
Toedjoe tengah mengkaji kemungkinan merelokasi pabriknya yang kini berlokasi di kawasan
industri Pulo Gadung, Jakarta, ke Filipina atau Vietnam.
Terhadap putusan MA, pihak PT. Bintang Toedjoe sebagai produsen Extra Joss telah
mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas keputusan Majelis Hakim Agung pada tingkat kasasi
yang memenangkan PT. Sayap Mas Utama sebagai produsen Enerjos. Kuasa hukum PT. Bintang
Toedjoe, Justisiari Perdana Kusumah dari Soemadipradja & Taher di Jakarta, mengatakan bahwa
pengajuan PK dilakukan, karena telah ditemukannya bukti baru (novum) yakni adanya biaya
promosi yang dilakukan PT. Bintang Toedjoe sejak tahun 1997—2000. Selain itu, kuasa hukum
PT. Bintang Toedjoe mengatakan bahwa Majelis Hakim Agung MA telah melakukan kesalahan
pada tingkat kasasi dalam memutuskan perkara, yakni terjadinya kesalahan yang dilakukan
majelis hakim di tingkat kasasi dalam memutuskan perkara, yakni mengenai penilaian tentang
Merek Terkenal (well known marks).
Pada titik ini dapat dikatakan bahwa pokok sengketa antara kedua perusahaan tersebut
dalam kaitan dengan Merek Extra Joss dan Enerjos ialah sebagai berikut. Pertama, adanya
kemiripan nama dari kedua Merek tersebut, terutama dalam hal pengucapan (dengan tekanan
pada kata “jos”), padahal kedua jenis barang tersebut berada dalam kelas barang yang
sama. Kedua, adanya tudingan bahwa PT. Sayap Mas Utama mendompleng ketenaran Merek
Extra Joss yang terdaftar sebagai Merek Terkenal pada Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan
Intelektual (H.K.I.) Depkum HAM oleh pihak PT. Bintang Toedjoe. Ketiga, munculnya Merek
Enerjos telah menimbulkan kesan di masyarakat bahwa minuman kesehatan Enerjos adalah
varian dari Extra Joss; dan persepsi ini dinilai telah merugikan pihak PT. Bintang Toedjoe.
Merek TUPPERWARE vs TULIPWARE di Bandung

DART INDUSTRIES INC., Amerika Serikat adalah perusahaan yang memproduksi


berbagai jenis alat-alat rumah tangga, di antaranya yaitu ember, panci, toples dan botol, sisir-sisir
dan bunga-bunga karang, sikat-sikat, perkakas-perkakas kecil dan wadah-wadah kecil yang dapat
dibawa untuk rumah tangga dan dapur dari plastik untuk menyiapkan, menyajikan dan
menyimpan bahan makanan, gelas-gelas minum, tempayan, tempat menyimpan bumbu, wadah-
wadah untuk lemari es dan tutup daripadanya, wadah-wadah untuk roti dan biji-bijian dan tutup
daripadanya, piring-piring dan tempat untuk menyajikan makanan, cangkir-cangkir, priring-
piring buah-buahan dan tempat-tempat tanaman untuk tanaman rumah dan main-mainan untuk
anak-anak dengan berbagai jenis desain yang terbuat dari plastik yang bermutu tinggi. Merek
TUPPERWARE sudah terdaftar di Indonesia dibawah no. pendaftaran 263213, 300665, 300644,
300666, 300658, 339994, 339399 untuk jenis-jenis barang seperti tersebut diatas, sedangkan
merek TULIPWARE baru mengajukan permintaan pendaftaran merek pada Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual. Produk produk rumah tangga yang diproduksi oleh DART
INDUSTRIES INC. telah dipasarkan di lebih dari 70 negara dengan memakai merek
TUPPERWARE. TUPPERWARE juga telah dipasarkan di luas di Indonesia melalui Distributor
Nasional sekaligus penerima lisensi, yakni PT. IMAWI BENJAYA.
PT. IMAWI BENJAYA selaku Distributor Nasional sekaligus penerima lisensi produk
TUPPERWARE di Indonesia, menemukan produk-produk dengan menggunakan desain-desain
yang sama dengan disain-disain produk-produk TUPPERWARE yang menggunakan merek
TULIPWARE yang diproduksi oleh CV. CLASSIC ANUGRAH SEJATI yang berlokasi di
Bandung.

Bentuk Pelanggaran :

1. Dengan membadingkan antara produk-produk yang menggunakan merek


TUPPERWARE dan produk-produk dengan merek TULIPWARE, maka terlihat secara
jelas bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang memproduksi produk
TULIPWARE, sebagai berikut :
2. Terdapat persamaan pada pokoknya antara merek TULIPWARE dengan TUPPERWARE
untuk produk-produk yang sejenis
3. Penempatan merek pada bagian bawah wadah dan bentuk tulisan yang sama lebih
dominan, sehingga menonjolkan unsur persamaan dibandingkan perbedaannya.
Keberadaan produk-produk sejenis yang menggunakan merek TUPPERWARE dan
TULIPWARE membingungkan dan mencaukan konsumen mengenai asal-usul barang.
4. Merek TULIPWARE yang dipergunakan pada barang-barang berbeda dengan etiket
merek yang diajukan permohonannya pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual.

DART INDUSTRIES INC. selaku pemilik merek telah memasang iklan pengumuman di
beberapa surat kabar, untuk mengingatkan kepada konsumen tentang telah beredarnya produk-
produk TULIPWARE, yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan produk-produk
TUPPERWARE
Si Ringgo Star resmi "diharamkan" oleh Sang Ringo Star

JAKARTA - PT Asia Global Media harus merelakan merek Ringgo Star miliknya setelah
gugatan pembatalan yang diajukan oleh Richard Starkey dikabulkan oleh Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
Richard Starkey merupakan musisi yang tergabung dalam grup musik The Beatles. Pria yang
berasal dari Inggris Raya tersebut dikenal dengan nama panggung Ringo Starr.

Kuasa hukum penggugat Ali A. Algaiti mengatakan gugatannya terhadap PT Asia Global Media
dikabulkan seluruhnya dan pendaftaran merek Ringgo Star milik tergugat diperintahkan untuk
dibatalkan.
"Putusan majelis hakim sudah sesuai dengan fakta hukum, merek klien kami memang sudah
dikenal banyak orang jauh sebelum tergugat mendaftarkan miliknya," kata Ali, Rabu
(22/6/2016).

Dia akan menghormati sikap tergugat jika hendak mengajukan upaya hukum kasasi. Kendati
tidak hadir selama persidangan, majelis hakim tidak memutus perkara secara verstek karena
Direktorat Merek selaku turut tergugat selalu hadir. Dalam persidangan, ketua majelis hakim
Budi Riyanto mengatakan Richard Starkey merupakan pihak yang berkepentingan. Hal tersebut
sesuai Pasal 68 ayat 1 Undang-undang No. 15/2001 tentang Merek.

"Penggugat adalah pemilik satu-satunya merek Ringo Starr yang sah, maka mempunyai hak
tunggal dan ekslusif atas penggunaan merek tersebut," kata Budi saat membacakan amar
putusan, Selasa (22/6/2016).
Dalam pertimbangannya, Ringo Starr dinyatakan sebagai merek yang terkenal dan terdaftar di
sejumlah negara. Perinciannya, terdaftar di Amerika Serikat pada November 2001, Australia
pada Mei 2000, China pada Oktober 2001, Inggris Raya pada Mei 2000, dan Jepang pada Maret
2003.
Pendaftaran tersebut termasuk pengajuan permohonan penggugat melalui Direktorat Merek.
Ringo Starr terdaftar dengan sejumlah agenda pada 5 Februari 2016, pertama, No.
D00.2016.005924 untuk melindungi jenis barang kelas 09. Adapun, kelas tersebut melindungi
CD-ROM pra-rekaman, perangkat lunak, piringan hitam, dan perekam suara musik yang dapat
diunduh.

Kedua, No. D00.2016.005937 untuk melindungi jenis barang kelas 28, yakni mainan, patung
kecil, boneka, atau instrumen musik mainan. Ketiga, No. J00.2016.05926 untuk melindungi jenis
jasa dalam kelas barang 35, yaitu jasa produksi, publikasi, atau distribusi untuk penyiaran TV.
Keempat, J00.2016.005935 untuk melindungi jenis jasa dalam kelas 38, antara lain penyiaran
TV, TV kabel, streaming konten audio, maupun konten pertunjukan hiburan yang ditampilkan
melalui internet. Terakhir, J00.2016.005933 untuk melindungi kelas 41, yakni hiburan
pertunjukan, produksi perekam pita video dan suara, serta produksi film bioskop. Berdasarkan
bukti penggugat, merek Ringo Starr sudah sejak lama dipergunakan dan dipromosikan ke
beberapa negara. penggugat bergabung dengan John Lennon, Paul McCartnet, dan George
Harrison dalam grup The Beatles periode 1960 hingga 1970.
Majelis hakim menuturkan tergugat telah mencatatkan merek Ringgo Star dalam daftar umum
dan terdaftar dengan lima nomor sertifikat yakni No. IDM000255941, IDM000263049,
IDM000252426, IDM000252425, dan IDM000252424. Faktanya, merek tersebut memiliki
kesamaan penulisan, pengucapan, maupun jenis barang dan jasa yang dilindungi. Menurutnya,
persamaan jenis tersebut dikhawatirkan akan berisiko membingungkan konsumen. Masyarakat
akan kesulitan untuk membedakan merek kedua pihak.

Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-undang No. 15/2001 tentang Merek disebutkan permohonan
harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual apabila merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain
dengan barang/jasa sejenis. Budi berpendapat perolehan merek tergugat dilandasi adanya iktikad
membonceng ketenaran atau meniru kreativitas dari penggugat. Padahal, peniruan merek juga
telah dilarang sesuai dalam Konvensi Paris.
Dalam pemeriksaan perkara, majelis hakim mengatakan beban pembuktian berada pada pihak
penggugat sebagai subjek hukum. Penggugat tercatat mengajukan empat bukti surat dalam
persidangan.
Dia menambahkan baik penggugat maupun turut tergugat tidak mengajukan saksi maupun ahli.
Kendati tidak pernah hadir sejak awal persidangan, putusan tidak diputus secara verstek.

Anda mungkin juga menyukai