Anda di halaman 1dari 3

Biore & Biorf saling klaim

JAKARTA: Perusahaan produk kosmetik KAO Corporatin Jepang meminta Pengadilan


Niaga membatalkan merek Biorf.

Merek itu memiliki persamaan dengan merek Biore yang telah terdaftar di Direktorat Merek
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM.

“Penggugat meminta majelis hakim yang menyidangkan perkara ini agar membatalkan merek
Biorf yang diterbitkan Direktur Merek Ditjen HKI Kemenkum HAM kepada PT Sintong
Abadi,”ungkap kuasa hukum penggugat KAO Corporation Jepang, melalui kuasa hukumnya
Nidya Kalangie dalam gugatannya di Pengadilan Niaga, Kamis, 8 Maret 2012.

Dalam gugatannya, Nidya mengatakan persamaan nama merek produk kosmetik tergugat itu
sangat berpotensi menimbulkan kebingungan terhadap konsumen.

Misalnya, jika kedua produk kosmetika itu disandingkan di supermarket, konsumen akan
bingung dan tidak menutup kemungkinan akan melakukan pemilihan yang salah atas kedua
jenis produk sabun cuci muka tersebut.

Pada bagian akhir petitumnya, kuasa hukum penggugat itu meminta majelis hakim agar
menyatakan Biore sebagai merek terkenal dalam produk sabun cuci muka tersebut dan
membatalkan merek Biorf yang memilik persamaan dengan Biore.

Dalam jawaban tertulisnya yang disampaikan di hadapan majelis hakim diketuai Marsudin
Nainggolan, kuasa hukum tergugat PT Sintong Abadi, Edi Negara Siahaan, menolak
produk sabun cuci kliennya itu memiliki persamaan dengan Biore.

“Penggunaan nama Biorf terdiri atas satu suku kata, sedangkan Biore memiliki tiga suku
kata. Artinya, tidak benar jika produk Biorf itu memiliki persamaan dengan Biore.”

Makna kata Biorf, kata Edi, berasal dari bahasa China yang mengandung makna perubahan
menuju kesegaran. “Jadi tidak meniru merek Biore yang diproduksi perusahaan klien
penggugat, apalagi perusahaan klien kami terbukti memiliki izin dari Direktur Merek Ditjen
HKI, Kemenkum HAM,”katanya.(msb)

di Mei 07, 2017 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Extra Joss versus Enerjos

Kamis, 19 Mei 2005, Pengadilan Niaga Jakarta yang diketuai Edy Cahyono
mengabulkan permohonan pembatalan Merek Enerjos milik PT. Sayap Mas Utama, yang
dimohonkan oleh pemilik Merek Extra Joss, PT. Bintang Toedjoe. Sebagaimana diberitakan,
PT. Bintang Toedjoe mengajukan gugatan terhadap PT. Sayap Mas Utama yang memiliki
Merek Enerjos. PT. Bintang Toedjoe menuding pihak PT. Sayap Mas Utama mendompleng
ketenaran Merek Extra Joss yang terdaftar sebagai Merek Terkenal pada Direktorat Jenderal
Hak atas Kekayaan Intelektual (H.K.I.) Depkum HAM. Menurut PT. Bintang Toedjoe, ada
kesan di masyarakat bahwa minuman kesehatan Enerjos adalah varian dari Extra Joss.
Persepsi inilah yang dinilai telah merugikan pihak PT. Bintang Toedjoe. Akhirnya, PT.
Bintang Toedjoe mengajukan gugatan dengan mengacu pada ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6
ayat (1) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Bahkan sebenarnya sebelum
pengajuan gugatan pun, pihak PT. Bintang Toedjoe pernah mengajukan oposisi terhadap
Merek Enerjos, yaitu ketika masih berada dalam proses pendaftaran di Dirjen H.K.I. Namun
ketika itu, Dirjen H.K.I. menolak dan tetap meloloskan Merek Enerjos.
Pihak PT. Sayap Mas Utama selaku tergugat tidak tinggal diam. Perusahaan ini
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Dan hasilnya, oleh MA, PT. Sayap Mas
Utama dinyatakan berhak menggunakan nama pemegang Sertifikat Merek Enerjos, dan
bahkan pihak PT. Bintang Toedjoe dituntut membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,-.
Lantaran putusan MA yang dianggap kontroversial inilah maka PT. Bintang Toedjoe
mengancam memindahkan pabriknya ke luar negeri. PT. Bintang Toedjoe menganggap
pemerintah mengabaikan perlindungan hukum terhadap produk andalannya, Extra Joss.
Bahkan pihak PT. Bintang Toedjoe tengah mengkaji kemungkinan merelokasi pabriknya
yang kini berlokasi di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta, ke Filipina atau Vietnam.
Terhadap putusan MA, pihak PT. Bintang Toedjoe sebagai produsen Extra Joss telah
mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas keputusan Majelis Hakim Agung pada tingkat
kasasi yang memenangkan PT. Sayap Mas Utama sebagai produsen Enerjos. Kuasa hukum
PT. Bintang Toedjoe, Justisiari Perdana Kusumah dari Soemadipradja & Taher di Jakarta,
mengatakan bahwa pengajuan PK dilakukan, karena telah ditemukannya bukti baru (novum)
yakni adanya biaya promosi yang dilakukan PT. Bintang Toedjoe sejak tahun 1997—2000.
Selain itu, kuasa hukum PT. Bintang Toedjoe mengatakan bahwa Majelis Hakim Agung MA
telah melakukan kesalahan pada tingkat kasasi dalam memutuskan perkara, yakni terjadinya
kesalahan yang dilakukan majelis hakim di tingkat kasasi dalam memutuskan perkara, yakni
mengenai penilaian tentang Merek Terkenal (well known marks).
Pada titik ini dapat dikatakan bahwa pokok sengketa antara kedua perusahaan tersebut
dalam kaitan dengan Merek Extra Joss dan Enerjos ialah sebagai berikut. Pertama, adanya
kemiripan nama dari kedua Merek tersebut, terutama dalam hal pengucapan (dengan tekanan
pada kata “jos”), padahal kedua jenis barang tersebut berada dalam kelas barang yang
sama. Kedua, adanya tudingan bahwa PT. Sayap Mas Utama mendompleng ketenaran Merek
Extra Joss yang terdaftar sebagai Merek Terkenal pada Direktorat Jenderal Hak atas
Kekayaan Intelektual (H.K.I.) Depkum HAM oleh pihak PT. Bintang Toedjoe. Ketiga,
munculnya Merek Enerjos telah menimbulkan kesan di masyarakat bahwa minuman
kesehatan Enerjos adalah varian dari Extra Joss; dan persepsi ini dinilai telah merugikan
pihak PT. Bintang Toedjoe.

Sumber: http://indotrademark.com/sengketa_merk_extra_joss_versus_enerjos_berita53.html

Tanggapan
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, pokok sengketa pertama antara PT.
Bintang Toedjoe dan PT. Sayap Mas Utama berhubungan dengan Merek Extra Joss dan
Enerjos ialah adanya kemiripan nama dari kedua Merek tersebut, terutama dalam hal
pengucapan dengan tekanan pada kata “jos”. Jika dilihat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, pada pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa
permohonan (pendaftaran Merek) harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dan
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya. Maka dapat dikatakan bahwa
Merek Extra Joss dan Enerjos memiliki persamaan bunyi ucapan (kata ”jos”). Padahal, secara
konstitutif, pihak PT. Bintang Toedjoe-lah yang lebih dahulu mendaftarkan nama Extra Joss
sebagai Merek Dagang-nya. Itu berarti, pendaftaran Merek Enerjos harus ditolak.
Berdasarkan kasus diatas, PT. Sayap Mas Utama menggunakan merek “Enerjos” yang
hampir menyerupai merek terkenal “Extra Joss”, pelanggaran merek ini terjadi karena
produsen ingin memperoleh keuntungan tetapi cara yang dilakukan adalah merugikan pihak
lain. Menurut saya, hal ini seharusnya tidak terjadi, karena merek mempunyai arti penting
dalam suksesnya pemasaran. Suksesnya pemasaran akan mempengaruhi kemajuan
perusahaan dan dengan merek yang terkenal maka akan terjamin kesuksesannya.
Hak atas merek adalah Hak Kekayaan Intelektual yang harus dilindungi, dengan
adanya perlindungan maka kepentingan pemegang hak merek juga dilindungi. Namun, dalam
kenyataannya perlindungan terhadap Hak Atas Merek belum baik terbukti masih terdapat
pelanggaran merek, karena dalam undang-undang tersebut masih banyak celah yang dapat
mempengaruhi timbulnya pelanggaran merek. Seharusnya, Undang-Undang perlu diregulasi,
dengan regulasi diharapkan Hak Atas Merek terdaftar terlindungi dengan baik. Regulasinya
adalah terhadap pasal-pasal yang berhubungan dengan perlindungan Hak Atas Merek.

Anda mungkin juga menyukai