a. Kepala Pabrik
Tugas dan tanggung jawabnya adalah melakukan pengawasan dan
memimpin kelancaran berlansungnya aktifitas pabrik dengan baik dan optimal
sehingga menghasilkan out put yang maksimal, serta bertanggung jawab kepada
direktur utama.
12. Operator, tugas dan tanggung jawabnya adalah menjalankan pekerjaan dengan
baik di masing-masing stasiun sesuai yang telah ditentukan.
2.4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja pada PT.Nafasindo terdiri dari staff, pengawas, mandor dan
karyawan. Status ketenagakerjaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu SKU, Honor,
dan BHL. Staff terdiri dari kepala pabrik, asisten kepala dan asisten bagian di
mana kepemimpinannya dipegang oleh kepala pabrik dan bertanggung jawab
langsung kepada direktur.
Hari kerja karyawan di PMKS PT. Nafasindo adalah 6 (enam) hari kerja
dalam seminggu yaitu hari senin sampai hari sabtu. Ketenagakerjaan terdiri dari 2
shift yaitu tenaga kerja shift I dan tenaga kerja shift II. Sistem jam kerjanya yaitu,
pekerja dibagi 2 shift, shift I dimulai dari pukul 08.00-17.00 WIB dan shift 2
dimulai dari 17.00-TBS yang di loading ramp habis diolah. Tenaga kerja yang
bekerja diatas jam kerja dihitung lembur. Pada hari Jumat, pabrik biasanya mulai
beroperasi dari pukul 14.00 WIB setelah shalat Jumat, sedangkan paginya pabrik
hanya menerima masukan TBS di loading ramp. Pada hari libur, pengolahan
kelapa sawit PMKS PT. Nafasindo tidak bekerja atau libur, terkecuali ada
pekerjaan yang sifatnya mendesak, maka perusahaan dapat memperkerjakan
karyawan atau pegawainya untuk bekerja lembur.
2.5. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
A. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
adalah TBS (Tandan Buah Segar). Bahan baku atau TBS yang digunakan dalam
proses pengolahan diperoleh dari kebun milik sendiri (PT. Nafasindo) sekitar (±
40%) dan perkebunan milik masyarakat atau sering juga disebut dengan TBS dari
pihak ketiga (± 60%).
B. Proses Pengolahan
Pengolahan buah sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) terdiri dari
serangkaian proses yang komplek, yaitu:
PEREBUSAN (Sterilizer)
Mulsa/Pupuk
PENGADUKAN (Digester)
Hydrocyclone
PEMISAHAN (Dry
PEMISAHAN Separator)
(LTDS)
PENGERINGAN (Oil Vacum Dryer)
PENYIMPANAN KERNEL
3. Sterilizer Station
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut
dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme yang dapat menaikkan kadar FFA (Free Fatty Acid)
dengan temperatur 55 oC.
2. Memudahkan buah sawit ditanggalkan dari tandannya dengan menggunakan
steam pada temperatur 100oC selama 20-40 menit.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 - 95 menit. Untuk media pemanas
dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,0 – 3,2 bar.
4. Thresser Station
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan
mengggunakan huosting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat
dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder). Stasiun ini disebut juga
dengan stasiun perontokan brondolan dari janjangannya. Dimana TBS yang sudah
direbus kemudian dirontokkan untuk memudahkan proses pengolahan
selanjutnya.
5. Press Station
Sebelum buah di-press, dilakukan digester atau pelumatan buah yang
bertujuan agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah untuk di-press.
Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu
sekitar 90 – 95 °C. Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press
untuk diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil).
6. Clarifier Station
Minyak yang berasal dari stasiun press kemudian menuju satasiun
klarifikasi/pemurnian minyak. Karena minyak masih banyak mengandung
kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain.
Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan
minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil
Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge
Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.
FFA terbentuk akibat adanya air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gliserol
Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama hidrolisis
enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada
di dalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila
mesocarp buah sawit pecah atau memar. Kedua hidrolisis katalis secara
spontan. Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah
sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu.
Free fatty acid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk
menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak
tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut
dengan alkali dengan menggunakan indikator phenolpthalein. Nilai FFA
dalam CPO tidak lebih dari 3%. Faktor-faktor yang mempengaruhi FFA
adalah :
1. Tingkat kematangan buah sawit
2. Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
3. Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
Telah dilaporkan Salunkhe, 1992, asam-asam lemak penyusun trigliserida
dalam minyak sawit dari 3 (tiga) Negara adalah seperti terlihat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Komposisi asam lemak pada minyak sawit
Malaysia Indonesia Zaire
Asam Lemak
(%) (%) (%)