Anda di halaman 1dari 25

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA PT. NAFASINDO ACEH SINGKIL

2.1. Sejarah Perusahaan


PT Nafasindo awalnya bernama PT Ubertraco. PT Ubertraco ini didirikan
pada tanggal 22 Agustus 1973 berdasarkan akta notaris Tjahjadi Hartanto, S.H.
No. 58. Akta pendirian tersebut telah dipersetujui oleh Menteri Kehakiman RI
dengan Surat Keputusan No. Y.A 5/85/12, tanggal 15 Maret 1974. Fimsns
Anggaran Dasar Perusahaan ini telah mengalami beberapa kali perubahan, dan
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI. Perubahan tersebut adalah: tanggal 22
Desember 1986 dengan Surat Keputusan No. C2-899.HT.01.04.TH’86, tanggal 27
Maret 1989 No. C2-2584.HT.01.04.TH’89, dan yang terakhir adalah berdasarkan
akta Notaris Chufran Hamal, S.H., tanggal 22 April 1999 No.29, dan disetujui
oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C-18470
HT.01.04.TH’99, tanggal 3 November 1999.
Sebelumnya PT Ubertraco adalah perseroan terbatas yang didirikan dalam
rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagaimana dinyatakan dalam
Surat Persetujuan Tetap Penanaman Modal Dalam Negeri yang diberikan oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tanggal 23 Desember 1986 No.
303/I/PMDN/1986, dan sesuai dengan Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri
Penggerak Dana Investasi/ Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, tertanggal
27 September 1996 No. 85/V/PMA/1996. PT Ubertraco berubah status
Perusahaan dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Penanaman
Modal Asing (PMA). Izin Usaha Tetap telah dikeluarkan oleh Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal pada tanggal 14 Juni 2007, Nomor:
49/T/PERTANIAN/INDUSTRI/2007.
Ruang lingkup perusahaan adalah menyelenggarakan usaha perkebunan
kelapa sawit terpadu dengan unit pengolahannya menjadi minyak sawit (CPO)
dan inti sawit. Di tahun 2007 berdasarkan akte notaris Ny. Yanty Sulaiman
Sihotang, S.H., tanggal 23 Nopember 2007, No. 100. “PT. UBERTRACO”
berganti nama menjadi “PT. NAFASINDO”, yang selanjutnya perseroan akan
bernama PT. NAFASINDO, dan memindahkan tempat kedudukan perseroan dari
“Jakarta” pindah ke “Medan”. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
pada tanggal 11 Februari 2008 dengan surat No. 271/B.1/A.8/2008, telah mencatat
perubahan nama perusahaan yang semula PT. UBERTRACO menjadi
PT.NAFASINDO. Kantornya berkedudukan di Jalan Setia Budi Komplek Setia
Budi Point. Blok. B No. 9,10,11 Medan Selayang. Medan – 20132.

2.2. Lokasi Pabrik


PMKS PT.Nafasindo berlokasi di Desa Bukit Harapan Kecamatan Gunung
Meriah Kabupaten Aceh Singkil, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, berjarak
±10 km dari Kota Rimo. Batas-batas PMKS PT. Nafasindo adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan lahan perkebunan PT. Nafasindo Kebun
Bungara, Kecamatan Kota Baharu.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan lahan masyarakat Desa Bukit Harapan,
Kecamatan Gunung Meriah.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan lahan perkebunan PT. Nafasindo Kebun
Bungara, Kecamatan Kota Baharu.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan lahan perkebunan PT. Nafasindo Kebun
Bungara, Kecamatan Kota Baharu.

2.3. Struktur Organisasi PMKS PT. Nafasindo


Struktur organisasi dalam suatu perusahaan sangat diperlukan guna untuk
merumuskan suatu organisasi sehingga dapat menunjang keberhasilan dari
perusahaan tersebut. Perusahaan yang berhasil dapat mencapai tujuannya tidak
hanya ditunjang oleh faktor modal dan proses industri, tetapi juga ditentukan oleh
management yang baik. Untuk itu diperlukan organisasi yang fleksibel dan
berkembang sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan itu sendiri.
Unsur-unsur organisasi yang ada di PMKS PT. Nafasindo adalah sebagai berikut:

a. Kepala Pabrik
Tugas dan tanggung jawabnya adalah melakukan pengawasan dan
memimpin kelancaran berlansungnya aktifitas pabrik dengan baik dan optimal
sehingga menghasilkan out put yang maksimal, serta bertanggung jawab kepada
direktur utama.

b. Staff Personalia dan Umum, tugas dan tanggung jawabnya:


 Membuat Rencana Kebutuhan Dana (RPKD) pabrik setiap bulan.
 Membuat Permintaan Dana Pabrik setiap bulannya, dan bekerja sama
dengan Krani Gaji dalam hal pembuatan dan pemeriksaan amprahan yang
berhubungan dengan permintaan dana.
 Membuat laporan Jamsostek karyawan pabrik dan melapor ke kantor kebun
setiap bulannya.
 Menginput bukti penerimaan barang dan Bon pengeluaran barang gudang
pabrik setiap hari dan membuat laporannya setiap periode.
 Melakukan opname stock fisik gudang dan menyesuaikan dengan stock
kartu financial jika diperlukan.
 Membuat budget pabrik tahunan.
 Mengetik/membuat surat-surat yang diinstruksikan oleh kepala pabrik dan
KTU.
 Mengatur kerja bagian sipil dan umum meliputi :
 Pengaturan pembuangan janjangan kosong dan menjalin kerja sama
dengan Kepala Kebun dalam hal pembuangan janjangan kosong di
lokasi kebun.
 Pengaturan tanah perumahan karyawan pabrik dan bekerja sama
denagn bagian-bagian yang berkepentingan.
 Membuat peraturan-peraturan yang diinstruksikan oleh pimpinan
terhadap tata tertib perumahan karyawan pabrik.
 Menjalankan tugas-tugas lainnya yang diinstruksikan oleh kepala pabrik
dan KTU.
 Bertanggung jawab kepada Kepala Pabrik.

c. Kepala Tata Usaha (KTU), tugas dan tanggung jawabnya:


 Mengawasi seluruh administrasi umum pada kantor PMKS.
 Menjamin Administrasi keuangan pabrik dan pekerja.
 Menjamin dan menjaga semua file-file yang ada berkaitan dengan
Administrasi pabrik.
 Membantu kepala pabrik untuk menyiapkan budget tahunan, laporan
kunjungan direksi, laporan kemajuan pabrik dan laporan lain yang terkait.
 Membantu audit untuk melakukan audit keuangan pabrik, gudang, stock
dan lain-lain.
 Melakukan pengawasan pada setiap aktifitas tata usaha, penerimaan buah,
timbangan dan gudang.
 Menjamin sistem keamanan (satpam) berjalan dengan baik.
 Mengarahkan dan melatih tata usaha, Krani Gaji, Krani timbangan dan
bagan gudang.
 Melaksanakan kerja lain yang ada hubungannya dengan gudang, absensi
pekerja dan perizinan.

d. Kepal Pengadaan TBS, tugas dan tanggung jawabnya:


 Memantau harga pembelian TBS secara harian/mingguan oleh PKS
lain/harga pasaran TBS disekitarnya.
 Membuat kontrak kusus pembelian TBS.
 Menyusun Rekapitulasi Haria/mingguan TBS yang telah diterima.
 Mengawasi pelaksanaan pembayaran harga TBS.
 Melakukan pendekatan kepada pemilik TBS agar mereka tetap menjual
TBSnya kepada pabrik.
 Melakukan pendekatan selanjutnya dengan desa/kecamatan dan pihak
keamanan dalam rangka pembinaan hubungan baik.
 Memantau hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran pasokan TBS dari
luar.
 Membuat laporan bulanan kepada Direktur.
 Membantu kepala pabrik dalam hubungan PMKS dengan kebun
masyarakat dan instansi pemerintah.
e. Asisten Pengolahan/ Proses, tugas dan tanggung jawabnya:
 Membantu, mengarahkan, memotivasi sesuai dengan kebijaksanaan pihak
management.
 Menjaga proses operasi setiap hari yang efektif dan lancar.
 Mengadakan koordinasi dan mengarahkan mandor pada proses yang
benar.
 Mengadakan koordinisi dan mengarahakan bagian sortir pada pengawasan
kualitas buah.
 Melakukan koordinasi dan mengarahkan Kepala Lab untuk menjamin
semua analisa dalam laboratorium adalah benar.
 Membantu Kepala Pabrik untuk menjaga sistem safety secara efktif.
 Melakukan koordinasi dan mengarahkan Kepala Lab untuk menjamin
CPO dalam Storage dalam kualitas terjaga.
 Membantu kepala pabrik menjaga peralatan.
 Melakukan kerja sama dengan KTU untuk menjaga semua data-data,
dokumen dan stock barang dalam kondisi baik.
 Melaporkan kepada kepala pabrik setiap permasalahan proses dan
karyawan.
 Mengadakan diskusi dan mengarahkan mandor proses untuk mengadakan
pelatihan bagi operator.
 Melakukan kejasama dengan supervisor maintenance secara rutin.
 Melakukan checking terhadap peralatan (Temperatur dan Tekanan).

f. Asisten Maintenance, tugas dan tanggung jawabnya:


 Melakukan kerjasama dengan asisten proses secara rutin dan
merencanakan perawatan pabrik.
 Merencanakan dan melakukan pengawasan dan mengambik tindakan
perbaikan untuk perbaikan maintenance pada proses.
 Melatih operator bengkel dan helpernya untuk senantiasa melakukan
checking dan perawatan mesin.
 Menjamin keselamatan pekerja dan peralatan kerja selama kerja bengkel
dilakukan.
 Menjamin setiap peralatan bengkel terpelihara dengan baik.
 Melakukan modifikasi alat kerja dan peralatan jika diperlukan untuk
efesiensi pabrik.
 Melakukan pengawasan terhadap aktifitas pekerjaan Backhoe Loader dan
Dump Truck.
 Membuat laporan maintenance harian, mingguan dan bulanan.
 Merencanakan pembelian dan pembangunan peralatan dan perlengkapan
pabrik.
 Mengawasi dan bertanggung jawab proses pembelian dan pembangunan
peralatan dan perlengkapan pabrik.
 Melakukan perbaikan/modifikasi peralatan dan perlengkapan bangunan
dan jalan di area pabrik.

g. Kepala Gudang, tugas dan tanggung jawabnya:


 Menjamin stock dan pembelian barang serta hal-hal yang mengikut sesuai
dengan standar.
 Menjamin pesanan dan pembelian serta stock barang tersedi pada
minimum mengikut ketentuan perusahaan.
 Menyiapkan pesanan pembelian barang beserta jumlah.
 Menjaga pembelian item yang dipesan sesuai spesifikasi dengan pesanan
serta barang dalam kondisi baik.
 Menjamin semua stock dan barang yang diterima tercatat dengan baik.
 Menolak setiap barang yang rusak ataupun tidak sesuai dengan spesifikasi
pesanan.
 Menyiapkan daftar barang yang akan dibeli melalui KTU.
 Menjamin setiap catatan keluar masuk barang tercatat setiap hari dan
dikirimkan kepada kepala pabrik.
 Melakukan pengecekan kondisi fisik stock setiap bulan dan menyiapkan
laporan tahunan.
 Melaporkan permasalahan kepada KTU.
h. Kepala Laboratorium, tugas dan tanggung jawabnya:
 Melakukan pemeriksaan ke pengolahan sekaligus perifikasi sampel dan
pengenceran larutan.
 Merawat alat-alat laboratorium, mengontrol absensi karyawan
laboratorium.
 Mengawasi pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang benar.
 Memastikan dan memonitor kecukupan dan kelayakan alat kerja dan
peralatan.
 Mempersiapkan laporan harian kualitas produk.
 Mengarahkan operasi pompa air, pengendalian air dan sistem air boiler.
 Membuat laporan pada pihak manajemen bila ada operasi tidak normal
yang terdeteksi dari hasil analisa.
 Melakukan kalibrasi alat-alat laboratorium.

i. Kepala Listrik, tugas dan tanggung jawabnya:


 Merencanakan dan mengarahkan serta mengimplementasikan tindakan
pencegahan dan perbaikan pada mesin listrik di pabrik.
 Mengarahkan dan melatih personil untuk kerja pencegahan dan perbaikan
kerusakan pada peralatan listrik.
 Menjamin keselamatan kerja.
 Bekerjasama dengan konsultan listrik yang melakukan kunjungan setelah
mendapatkan izin dari pihak manajemen.
 Membuat laporan bulanan setiap aktivitas bengkel listrik.

j. Kepala Mekanis, tugas dan tanggung jawabnya:


 Merencanakan dan mengarahkan serta mengimplementasikan tindakan
pencegahan dan perbaikan mekanis di pabrik.
 Mengarahkan dan melatih personil untuk kerja pencegahan dan perbaikan
kerusakan pada peralatan.
 Bekerjasama dengan konsultan mekanis yang melakukan kunjungan
setelah mendapatkan izin dari pihak manajemen.
 Membuat laporan bulanan setiap aktivitas mekanis
k. Mandor, tugas dan tanggung jawabnya:
 Mengawasi para pekerja, baik dari bagian teknik, sortasi, pengolahan,
maupun limbah agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh asisten masing-masing.
 Bertanggung jawab atas absensi karyawan.

12. Operator, tugas dan tanggung jawabnya adalah menjalankan pekerjaan dengan
baik di masing-masing stasiun sesuai yang telah ditentukan.

2.4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja pada PT.Nafasindo terdiri dari staff, pengawas, mandor dan
karyawan. Status ketenagakerjaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu SKU, Honor,
dan BHL. Staff terdiri dari kepala pabrik, asisten kepala dan asisten bagian di
mana kepemimpinannya dipegang oleh kepala pabrik dan bertanggung jawab
langsung kepada direktur.

Hari kerja karyawan di PMKS PT. Nafasindo adalah 6 (enam) hari kerja
dalam seminggu yaitu hari senin sampai hari sabtu. Ketenagakerjaan terdiri dari 2
shift yaitu tenaga kerja shift I dan tenaga kerja shift II. Sistem jam kerjanya yaitu,
pekerja dibagi 2 shift, shift I dimulai dari pukul 08.00-17.00 WIB dan shift 2
dimulai dari 17.00-TBS yang di loading ramp habis diolah. Tenaga kerja yang
bekerja diatas jam kerja dihitung lembur. Pada hari Jumat, pabrik biasanya mulai
beroperasi dari pukul 14.00 WIB setelah shalat Jumat, sedangkan paginya pabrik
hanya menerima masukan TBS di loading ramp. Pada hari libur, pengolahan
kelapa sawit PMKS PT. Nafasindo tidak bekerja atau libur, terkecuali ada
pekerjaan yang sifatnya mendesak, maka perusahaan dapat memperkerjakan
karyawan atau pegawainya untuk bekerja lembur.
2.5. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
A. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
adalah TBS (Tandan Buah Segar). Bahan baku atau TBS yang digunakan dalam
proses pengolahan diperoleh dari kebun milik sendiri (PT. Nafasindo) sekitar (±
40%) dan perkebunan milik masyarakat atau sering juga disebut dengan TBS dari
pihak ketiga (± 60%).

B. Proses Pengolahan
Pengolahan buah sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) terdiri dari
serangkaian proses yang komplek, yaitu:

TANDAN BUAH SEGAR

PEREBUSAN (Sterilizer)

TANDAN KOSONG PERONTOKAN (Thereser)

Mulsa/Pupuk
PENGADUKAN (Digester)

PENGEPRESAN (Screw Presser)

PENYARINGAN (Vibrating Screen) PEMISAHAN AMPAS (Depericarper)

PENGENDAPAN (Centrifugal Purifier) PENGERINGAN (Nut silo)

Hydrocyclone

PEMECAHAN (Nut Cracker)


PEMURNIAN (Clarivication Tank) CANGKANG PEMECAHAN (Ripple Mill)
Cangkang

PEMISAHAN (Dry
PEMISAHAN Separator)
(LTDS)
PENGERINGAN (Oil Vacum Dryer)

PENGERINGAN (Winowing Kernel)


PENYIMPANAN CPO (Storage oil Tank)

PENYIMPANAN KERNEL

Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan minyak kelapa sawit

1. Bunch Reception Station


Tandan kelapa sawit yang berasal dari kebun-kebun yang diangkut ke
pabrik dengan menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan
secepatnya harus segera dilakuerlakuan terhadap Tandan Buah Segar
Pada stasion ini terdiri dari 2 metode yaitu: jembatan timbang dan sortasi,
yang kemudiannya menuju loading ramp. Buah yang sudah dipanen untuk diolah
dimulai dengan penimbangan TBS yang bertujuan untuk mengetahui jumlah TBS
yang akan diolah, kemudian di sortasi untuk mengetahui kualitas buah
(kematangan buah, buah busuk, dll) yang menjadi parameter untuk pengolahan
CPO. Buah yang tidak memenuhi standar akan di-reject.

2. Loading Ramp Station


Loading ramp yaitu tempat menampung TBS sementara yang diterima
dari kebun sebelum dilakukan pengolahan yang lebih lanjut pada TBS. Loading
ramp mempunyai Ramp cage mempunyai 10 pintu yang dibuka tutup dengan
sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka
lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS. Pemasukan lori ke dalam
sterilizer dilakukan dengan menggunakan bollard capstan dengan bantuan tali
penarik.

3. Sterilizer Station
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut
dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme yang dapat menaikkan kadar FFA (Free Fatty Acid)
dengan temperatur 55 oC.
2. Memudahkan buah sawit ditanggalkan dari tandannya dengan menggunakan
steam pada temperatur 100oC selama 20-40 menit.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 - 95 menit. Untuk media pemanas
dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,0 – 3,2 bar.
4. Thresser Station
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan
mengggunakan huosting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat
dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder). Stasiun ini disebut juga
dengan stasiun perontokan brondolan dari janjangannya. Dimana TBS yang sudah
direbus kemudian dirontokkan untuk memudahkan proses pengolahan
selanjutnya.
5. Press Station
Sebelum buah di-press, dilakukan digester atau pelumatan buah yang
bertujuan agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah untuk di-press.
Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu
sekitar 90 – 95 °C. Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press
untuk diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil).
6. Clarifier Station
Minyak yang berasal dari stasiun press kemudian menuju satasiun
klarifikasi/pemurnian minyak. Karena minyak masih banyak mengandung
kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain.
Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan
minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil
Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge
Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

7. Kernel Recovery Station


Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan
inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di
stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo,
Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

Gambar 7. Diagram keseimbangan material pada proses pengolahan


minyak kelapa sawit
2.6. Tinjauan Teori Tugas Khusus
2.6.1. Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih
disebut minyak sawit kasar (CPO/Crude Palm Oil). Selain CPO, kelapa sawit
menghasilkan PKO (Palm Kernel Oil). Produksi CPO Indonesia terus meningkat
dengan laju sekitar 6% tahun. Indonesia mampu memproduksi CPO sebesar 25,4
juta ton sepanjang tahun 2012 dengan luas total perkebunan kelapa sawit di
Indonesia yang mencapai 9,5 juta hektar (Ha) (Nurmayanti, 2013). CPO bersifat
setengah padat pada suhu kamar, dengan titik cair antara 40-70 oC, berwarna
kuning jingga karena mengandung pigmen karotenoida. Berdasarkan perbedaan
titik cairnya CPO dibagi menjadi 2 (dua) fraksi besar, yaitu fraksi olein (ringan)
berbentuk cair yang mengandung asam lemak jenuh, dan fraksi stearin (berat)
yang berbentuk padat yang mengandung asam lemak tak jenuh pada suhu kamar
(Serlahwaty, 2007). Minyak sawit, selain mengandung komponen utama
trigliserida (94%), juga mengandung asam lemak bebas (3-5%) dan komponen
non trigliserida yang jumlahnya sangat kecil (1%), termasuk karotenoida,
tokoferol, tokotrienol, sterol, triterpen alkohol, fosfolipida, glikolipida, dan
berbagai komponen trace element. Minyak kelapa sawit banyak mengandung
lemak, asam lemak, karotenoida dan tokoferol. Komponen penyusun minyak
sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida (Tambun, 2002). Asam-asam
lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam-asam lemak jenuh yang mengandung sekitar 47-48 %, dan
mempunyai ikatan tunggal. Sedangkan asam-asam lemak tak jenuh yang
mengandung sekitar 52-53 %, dan mempunyai ikatan rangkap (Kuswardhani,
2007). Kelapa sawit dan bentuk warna CPO seperti Gambar 2.6.1. dibawah ini.

Gambar 2.6.1. Buah sawit dan minyak kelapa sawit


2.6.2. Komposisi Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah
merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya
yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida.
a. Komponen Trigliserida
Asam-asam lemak penyusun komponen trigliserida atau komponen mayor
dari minyak kelapa sawit terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. FFA atau Free Fatty Acid adalah salah satunya yang terdapat dalam
minyak sawit. FFA di dalam minyak sawit, sebagian besar palmitat, stearat
dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam minyak sawit sehingga
berat molekulnya digunakan dalam perhitungan.

Gambar 2.6.2. Struktur asam palmitat

FFA terbentuk akibat adanya air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gliserol
Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama hidrolisis
enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada
di dalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila
mesocarp buah sawit pecah atau memar. Kedua hidrolisis katalis secara
spontan. Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah
sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu.
Free fatty acid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk
menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak
tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut
dengan alkali dengan menggunakan indikator phenolpthalein. Nilai FFA
dalam CPO tidak lebih dari 3%. Faktor-faktor yang mempengaruhi FFA
adalah :
1. Tingkat kematangan buah sawit
2. Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
3. Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
Telah dilaporkan Salunkhe, 1992, asam-asam lemak penyusun trigliserida
dalam minyak sawit dari 3 (tiga) Negara adalah seperti terlihat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Komposisi asam lemak pada minyak sawit
Malaysia Indonesia Zaire
Asam Lemak
(%) (%) (%)

0,5-0,8 0,4-0,8 1.2-2.4


Miristat

46-51 46-50 41-43


Palmitat

2-4 2-4 4-6


Stearat

40-42 38-42 38-40


Oleat

6-8 6-8 10-11


Linoleat
Sedangkan dalam dunia perdagangan persyaratan kualitas minyak
kelapa sawit kasar yang digunakan di Indonesia adalah berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-2901-2006 dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini.

Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit kasar menurut SNI 01-2901-2006


No. Karakterisasi Satuan Nilai
1 Asam lemak bebas (sebagai Palmitat) % (b/b) Maks 5,0
2 Kadar air % (b/b) Maks 2,0
3 Kadar kotoran % (b/b) Maks 0,02
Sedangkan untuk jumlah kadar karotenoida yang dipersyaratkan dalam
perdagangan Internasional minyak kelapa sawit adalah 500-700 ppm.
b. Komponen non-trigliserida
Komponen non-trigliserida atau komponen minor dari minyak kelapa
sawit ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma dan warna
minyak kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah
sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu
minyak. Menurut Ketaren, 2008., dan Goh, dkk, 1989., kandungan
komponen minor atau non trigliserida dari minyak sawit dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut di bawah ini.
Tabel 3. Kandungan Komponen Minor Minyak Kelapa Sawit
Kadar,
No. Komponen Kadar,ppm
ppm (Goh,
(Ketaren, 2008)
1989)
1 Karotenoida 500 – 700 326-527
2 Tokoferol 400 – 600 -
3 Tokoferol dan tokotrienol - 5-130
4 Sterol Mendekati 300 -
5 Phospatida 500 -
6 Phospolipid - -
7 Besi ( Fe ) 10 -
8 Tembaga ( Cu ) 0,5 -
9 Air 0,07 – 0,18 -
10 Kotoran-kotoran 0,01 -
11 Triterpen alcohol - 40-80
12 Squalen - 200-500
13 Alkohol alifatik - 100-200
14 Hidrokarbon alifatik - 50
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa komponen non trigliserida atau
komponen minor terbesar dalam minyak sawit adalah senyawa karotenoida,
tokoferol dan tokotrienol.

2.6.3. Limbah Cair


Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan
(sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari claybath. Limbah cair industri
minyak kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehingga
kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi (Kardila.V, 2011)
Limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandung bahan organic
yang sangat tinggi yaitu BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000 mg/l sehingga
kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi. Oleh sebab itu untuk
menurunkan kandungan kadar bahan pencemaran diperlukan degradasi bahan
organik. Secara umum dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair industri
kelapa sawit adalah tercemarnya badan air penerima yang umumnya sungai
karena hampir setiap industri minyak kelapa sawit berlokasi didekat sungai.
Limbah cair industri kelapa sawit bila dibiarkan tanpa diolah lebih lanjut akan
terbentuk ammonia, hal ini disebabkan bahan organik yang terkandung dalam
limbah cair tersebut terurai dan membentuk ammonia. Terbentuk ammonia ini
akan mempengaruhi kehidupan biota air dan dapat menimbulkan bau busuk.
(Azwir, 2006).
Limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah
cair. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang
mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa
organik.
Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses
pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang
dapat dijadikan sebagai pemupukan kedalam lahan-lahan limbah cair buangan
pabrik kelapa sawit dapat dikelompokkan :
1. Low polluted effluent
Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampak pada
lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalam
pengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanya
memiliki suhu diatas rata-rata (40-80oC), sedangkan parameter lain
memenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkan proses
pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke lingkungan.
2. High polluted effluent
High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat berdampak
terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan khusus sebelum di
buang ke lingkungan. Limbah ini mempunyai karakteristik BOD, COD,
TSS, pH dan parameter lain yang tidak memenuhi persyaratan. High
polluted effluent bersumber dari proses sterilisasi (berupa kondensat
rebusan), klarifikasi (berupa air bercampur lumpur dan minyak),
hydrocyclone (air pemisah kernel dan cangkang). Salah satu bentuk teknik
pengendalian dan pengoperasian limbah cair buangan pabrik kelapa sawit
adalah dengan melakukan bio degradasi terhadap komponen organik
menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku
mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No : 8 Tahun 2012,
standar baku mutu limbah cair kelapa sawit terdapat pada tabel 2 dibawah
ini :
Tabel 4. Standar Baku Mutu Limbah Cair Kelapa Sawit
Parameter Kadar Maksimum(mg/L)
COD 350
BOD 100
TSS 300
Minyak dan Lemak 25
Nitrogen Total (Sebagai N) 50
pH 6,0 – 9
Sedangkan parameter limbah yang diizinkan untuk buang ke sungai
(KepMenLH) adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Standar Baku Mutu Limbah diizinkan buang ke Sungai
No. Parameter Kadar Maksimum (mg/L)
1 BOD 250
2 COD 500
3 Suspendid Solid 300
4 Amoniacal Nitrogen 20
5 Minyak dan Lemak 30
6 pH 6-9
a. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia
dalam jumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wisnu, 2012).
Jumlah COD limbah cair kelapa sawit yang belum diolah sebesar
1910,4 mg/l (Ambarlina, 2012).
COD limbah cair minyak sawit pada PTPN V Sei. Pagar sebesar
60000 mg/l (Adrianto, 2011).
Dari hasil penelitian awal pada limbah cair pabrik kelapa sawit
diperoleh nilai COD 13344 mg/l (Kasnawati, 2011).
Menurut limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandung COD
48.000 mg/l (Azwir, 2006).
Kadar COD limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai
yang berbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang
digunakan dalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah
cair untuk industri minyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri
Negara lingkungan hidup nomor 51 tahun 1995, kadar maksimum COD
limbah cair kelapa sawit berkisar 350 mg/l. Sehingga limbah cair harus
dilakukan pengolahan agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
b. Biological Oxygen Demand (BOD)
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang
terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air
(Rumidatul, 2006).
Dari hasil penelitian awal pada limbah cair pabrik kelapa sawit
diperoleh nilai BOD 5540 mg/l (Kasnawati, 2011).
Limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandung BOD 25.500
mg/l (Azwir, 2006).
Kadar BOD limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai
yang berbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang
digunakan dalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah
cair untuk industri minyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri
Negara lingkungan hidup nomor 51 tahun 1995, kadar maksimum BOD
limbah cair kelapa sawit berkisar 250 mg/l. Sehingga limbah cair harus
dilakukan pengolahan agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
c. Kadar pH dalam Limbah Cair Kelapa Sawit
Limbah cair kelapa sawit memiliki pH yang bersifat asam, yaitu
berkisar 4,5 dan apabila tidak diolah lebih lanjut akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan (Ambarlina, 2012).
Limbah cair pabrik kelapa sawit bersifat asam dengan pH 3,5-5
(Ahmad, 2004).
pH limbah cair minyak sawit pada PTPN V Sei. Pagar sebesar 5,6
(Adrianto, Ahmad dkk 2011).
Kadar pH limbah cair kelapa sawit dapat dilihat bahwa bersifat asam
berkisar 3,5 – 5,6 sedangkan berdasarkan baku mutu limbah cair untuk
industri minyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri Negara
lingkungan hidup nomor 51 tahun 1995, pH maksimum limbah cair kelapa
sawit berkisar 6,0 – 9,0. Sehingga limbah cair kelapa sawit harus dilakukan
pengolahan agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
d. Total Suspended Solid (TSS)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami pengeringan. Penentuan zat padat tersuspensi
(TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah
domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air
(BAPPEDA, 2012).
Jumlah TSS limbah cair kelapa sawit yang belum diolah sebesar 259
mg/l (Ambarlina, 2012).
Dari hasil penelitian awal pada limbah cair pabrik kelapa sawit
diperoleh nilai TSS 10418 mg/l (Kasnawati, 2011).
Kadar TSS limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai
yang berbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang
digunakan dalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah
cair untuk industri minyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri
Negara lingkungan hidup nomor 51 tahun 1995, kadar maksimum TSS
limbah cair kelapa sawit berkisar 250 mg/l. Sehingga limbah cair harus
dilakukan pengolahan agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Berikut pengukuran losses pada limbah cair yang dilakukan di beberapa
station pengolahan CPO:
a. Oil losses di sterilizer condensate
Tujuan : Mengukur kehilangan minyak pada masing-masing
sterilizer, memonitor efficiency sterilisation, memonitor kematangan buah
yang masuk, mempelajari kehilanagn minyak yang berhubungan dengan
double versus triple peak sterilizer, kualitas dari minyak
sterilizer, mengetahui jangka waktu pembersihan sterilizer.
b. Oil losses di empty bunch
Tujuan : mengukur kehilangan minyak pada empty
bunch, menghasilkan data harian dari kehilangan minyak untuk
keperluan kontrol, mendeteksi FFB yang terlalu matang dan berlebih pada
kapasitas thresher.
c. Oil losses di USB
Tujuan : memantau effisiensi dari proses sterilisasi dan
threshing, memonitor kehilangan minyak akibat dari proses perebusan
yang tidak sempurna.
d. Oil loses di fibre press
Tujuan : mengetahui kehilangan minyak dan persentasi nut
pecah dalam fibre, menentukan ratio nut/fibre untuk pressing yang
optimum.
e. Oil losses di klarifikasi
Tujuan : memonitor effisiensi dari proses klarifikasi.
f. Oil losses di sludge waste
Tujuan : mengetahui kehilangan minyak dalam sludge waste,
mempertahankan effeciency sludge centrifuge untuk meminimalkan
kehilangan minyak dan menurunkan organic loading.
g. Kernel losses di fibre cyclone
Tujuan : mengetahui banyaknya kehilangan kernel pada fibre cyclone.
h. Kernel losses di claybath
Tujuan : untuk mengetahui total kehilangan kernel dalam shell setelah
separation.
Tabel 6. Standard of Process & Quality Control
No. Deskripsi Parameter Standard
1. Oil Losses
a. Press Cake Oil in Fibre Dry Basis (%) Max 7.5
b. Sludge Separator Oil Wet Basis (%) Max 1
Heavy Phase
2. Kernel Losses
a. Fibre Cyclone Kernel losses (%) Max 2
b. Destoner Kernel losses (%) Max 1
c. LTDS I Kernel losses (%) Max 2
d. LTDS II Kernel losses (%) Max 5
e. Shell ex- Kernel losses (%) Max 3-4
Hydrocyclone
Sumber: buku Palm Oil Mill Losses Management

2.6.4. Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah
tandan kosong, solid, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong
terkadang mengandung buah yang tidak terlepas di antara celah-celah di
bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak
sempurna sehinggapelepasan buah sangan sulit (Naibaho, 2003). Serat yang
merupakan hasil pemisahan dari fiber cyclone mempunyai kandungan
cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses
ekstaksi di screw press dan pemisahan pada fiber cyclone. Tempurung yang
dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator yang masih mengandung
biji bulat dan inti kelapa sawit (Naibaho, 2003).
a. Tandan Kosong
Tandan kosong merupakan produk dari pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) setelah TBS diproses sterilizer dan tippler. Tandan kosong kaya
akan unsur organik nutrisi yang baik bagi tanaman. Menurut Pahan (2012),
kandungan unsur hara 1 ton tandan kosong adalah:
 8 kg Urea
 2.90 kg TSP
 18.30 kg MOP
 5.00 kg Kieserit
Fungsi tandan kosong kelapa sawit:
 Mengatur kelembaban tanah
 Meningkatkan infiltrasi tanah
 Menambah bahan organik tanah
 Memperbaiki struktur tanah
 Meningkatkan menstabilkan temperatur tanah
 Meningkatkan mikroba tanah
 Mengendalikan laju aliran permukaan dan erosi tanah
b. Cangkang / Shell
Cangkang sawit yang awalnya dari tempurung kelapa sawit,
merupakan bagian paling keras pada kompopnen yang terdapat pada kelapa
sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang kelapa sawit di berbagai industri
pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal. Cangkang memiliki
kegunaan sebagai bahan arang, bahan bakar untuk boiler (Purba, 2004).
Kelebihan dari cagkang kelapa sawit dibandingkan dengan batu bara
adalah cangkang kelapa sawit lebih ramah bagi lingkungan dan orang
sekitar. Karena unsur batu bara mengandung sulfur dan nitrogen sehingga
pembuangan uap dari boiler akan mengganggu kesehatan masyarakat. Saat
ini pemanfaatan cangkang sawit di berbagai industri pengolahan minyak
CPO masih belum digunakan sepenuhnya, sehingga masih meninggalkan
residu yang akhirnya cangkang ini dijual mentah ke pasaran (Purba, 2004).
c. Tempurung
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan
minyak kelapa sawit yang cukup besar dapat mencapai 60% dari produksi
minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri seperti
minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini tempurung kelapa sawit
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap dan pengeras jalan. Arang
aktif dapat dibuat melalui proses karbonasi pada suhu 550oC selama kurang
lebih 3 jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses
tersebut memenuhi standar industri Indonesia, kecuali untuk kadar abu.
Tingkat kereaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap
larutan ionnya sebesar 28.9%.
2.6.4. Soxhlet
Soxhlet adalah alat yang digunakan untuk ekstraksi (metode untuk
mendapatkan senyawa dari sistem campuran) padat-cair atau memisahkan
suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut
cair. Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan pelarut
yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel
terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu
heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel
basah. Jadi, pelarut yang digunakan tergantung sampel alam yang
digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai sokletasi adalah
pengekstrakan berulang-ulang (continous extraction) dari sampel pelarut.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan
semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan dapat
dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya
sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang
larut karena efektivitasnya.
Istilah-istilah dalam ekstraksi umumnhya digunakan dalam teknik ekstraksi:
 Bahan ekstraksi: campuran bahan yang aka diekstraksi
 Pelarut : cairan yang digunakan untuk melangsungkan
ekstraksi
 Ekstraks : bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
 Larutan ekstrak : pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
 Rafinat : bahan ekstraksi setelah diambil ekstraksinya
 Ekstraktor : alat ekstraksi
Gambar 2.6.4. Alat instrumen soxhlet

Adapun mekanisme kerja soxhlet, yaitu pertama menghaluskan


sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya
lebih besar, jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian sampelnya
dibungkus dengan kertas saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu
alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu dimasukkan batu didih (untuk
meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu alas bulat.
Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan
timbalnya dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut
dituangkan kedalam timbal dan disana akan langsung menuju ke labu alas
bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut dengan acuan pada titik
didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan menguap melalui pipa F
dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga akan terjadi proses
kondensasi (pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari
fasa gas ke fasa cair. Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan
mengekstrak (memisahkan/mengambil)senyawa yang kita inginkan dari
suatu sampel. Setelah itu maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan ketika
pada sifon penuh kemudian akan dislurkan kembali kepada labu alas bulat.
Proses ini dinamakan 1 siklus, semakin banyak jumlah siklus maka bisa di
asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga akan semakin
maksimal.
Berikut nama-nama bagian soxhlet dan fungsinya :
 Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat
proses pengembunan.
 Timbal: berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil
zatnya.
 Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari
proses penguapan.
 Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya
penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus.
 Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
 Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan.

Anda mungkin juga menyukai