Anda di halaman 1dari 10

Mahar

(Maskawin)
Anggota Kelompok

Ifan fauzan 221110009


Siti alya nafisya 221110027
Ira intan aulia 221110035
Pengertian mahar
Kata "mahar" berasal dari bahasa arab yang termasuk kata benda bentuk
abstrak atau masdar, yakni fi'il dari "mahara-yamaharu-maharan". Istilah
mahar merupakan pemberian yang dilakukan oleh mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan yang hukumnya wajib, tetapi tidak ditentukan bentuk
dari jenisnya, besar dan kecilnya dalam al-qur'an dan al-hadits. Karena
kebiasaan pembayaran mahar dengan mas, mahar diidentikkan dengan
maskawin.
menurut sayyid sabiq, mahar adalah harta atau manfaat yang wajib
diberikan oleh seorang mempelai pria dengan sebab nikah atau watha.
Penyebutan mahar hukum nya sunnah, baik dri segi jumlah atau bentuk
barangnya. Apa pun barang yang bernilai adalah sah untuk dijadikan mahar.
menurut KHI pasal 1 ayat 4, mahar adalah pemberian dari calon mempelai
pria kepada calon mempelai wanita, baik dalam bentuk barang uang atau
jasa yang tidak bertentangan dengan hukum islam.
Perlu di ingat mahar tidaklah termasuk di antara rukun-rukun nikah atau
syarat sah nya sesuatu pernikahan.
dasar hukum wajibnya
membayar mahar
Dalam Al-Qur'an, surah an-nisa ayat 4, menyebutkan "mahar" dengan
istilah "shadaqah" yang dimaknakan sebagai pemberian yang penuh
keikhlasan.
Dalam surah an-nisa ayat 25 di jelaskan bahwa dalam konteks hak atas
mahar, tidak ada perbedaan antara perempuan hamba sahaya dan
perempuan merdeka.
Dasar hukum dalam hadits, sebagaimana di riwayatkan oleh ibnu
majjah: sebaik-baiknya wanita, yang cantik wajahnya dan paling murah
mahar
Cara-cara pelaksanaan pembayaran mahar yaitu:
1. Mahar dibayar dengan cara kontan;
2. Mahar dibayar dengan cara ditangguhkan sampai batas waktu yang
disepakati;
3. Mahar dibayar dengan cara dicicil sampai lunas;
4. Mahar dibayar dengan cara pemberian uang muka, sisanya diangsur
atau sekaligus
Jumlah dan bentuk mahar
Mahar tidak di tetapkan dalam syariat Islam, Islam juga tidak menetapkan jumlah nya,
tapi di sesuaikan dengan kemampuan pihak mempelai laki-laki. Ulama fiqih sepakat
tidak ada batas tinggi dan rendahnya.
Seperti Imam Syafi'i, Ahmad bin Hanbal, Ishaq, Abu Tsaur, dan Fuqaha Madinah, segala
sesuatu yang dapat menjadi harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar. Imam
Malik berpendapat bahwa paling sedikit mahar itu harus mencapai seperempat Dinar
emas atau perak seberi tiga dirham timbangan, paling sedikit mahar itu harus mencapai
empat puluh dirham.

Perbedaan pendapat tentang batas minimal mahar tersebut disebabkan oleh dua faktor
1. Ketidak jelasan akad nikah itu sendiri antara keduanya sebagai salah satu jenis
pertukaran, yang dijadikan pegangannya adalah kerelaan menerima ganti, seperti hal jual
beli, dan keduanya sebagai suatu ibadah.
2. Disebabkan oleh pertentangan qiyas menghendaki adanya pembatasan mahar, qias
menghendaki adanya pembatasan adalah bahwa pernikahan adalah ibadah, sedangkan
ibadah itu sudah ada ketentuan-ketentuannya
macam-macam mahar
1.Mahar Musamma
Mahar Musamma adalah mahar yang telah ditetapkan bentuk dan jumlahnya dalam sighat akad,
mahar musamma terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Mahar musamma mu'ajjal, yakin mahar yang segera diberikan oleh calon suami kepada calon
istrinya.
B. Mahar musamma ghair mu'ajjal, yakni: mahar yang pemberiannya ditangguhkan.

2. Mahar MItsil
Mahar mitsil ialah Mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut jumlah yang bisa diterima oleh
pihak istri. Sebagian fukaha melarang menunda pembayaran mahar, sementara sebagian ulama
membolehkan. Imam maliki menegaskan bahwa boleh menunda pembayaran mahar, tetapi
apabila suami hendak menggauli istrinya hendaknya ia membayar separuhnya.
Hak perempuan atas mahar
Menurut Sayyid Sabiq, akad nikah yang telah dilakukan menimbulkan akibat hukum
lain berupa hak dan kewajiban suami-istri. Hak suami merupakan kewajiban istri,
sedangkan kewajiban suami merupakan hak yang harus diterima oleh istri.
Hak istri terhadap suaminya ada dua:
1. Hak kebendaan, yaitu mahar dan nafkah
2. Hak rohaniah, seperti melakukannya dengan adil
Mahar adalah hak istri yang pertama dan wajib diberikan oleh suami ketika melakukan
ijab kabul perkawinan.
Untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan, pemberian mahar merupakan
upaya mendobrak peradaban jahiliah yang deskriminatif dan tidak mengenal
kesetaraan gender Allah menuangkan kewajiban pembayaran mahar dalam surah an-
nisa ayat 4 dan di pertegas juga pada ayat 20
Hukum dasar perkawinan adalah mubah, dan berubah tergantung pada
orang yang menjadi taklif dalam perkawinan tersebut
1. Wajib, bagi yang sudah mampu kawin, dan nafsunya telah mendesak
ditakutkan terjerumus dalam perzinahan
2. Sunnah, bagi orang yang sudah mampu secara biologis dan materialnya
tetapi ia mampu menahan nafsu seksualnya dengan cara membujang
3. Haram, bagi yang belum memiliki kemampuan secara lahiriyah maupun
batiniah dan kebutuhan biologisnya belum mendesak
4. Mubah, bagi yang tidak terdesak oleh alasan yang mewajibkan segera
menikah atau karena alasan yang mengharamkan untuk menikah
Mahar dalam Kompilasi Hukum
Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), permasalahan mahar
terdapat dalam bab V pasal 30 sampai pasal 38

Pasal 30:
Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon
mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati
oleh kedua belah pihak;

Pasal 31:
Penentuan mahar berdasarkan atas kesederhanaan dan
kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam;

Perlu diketahui pembayaran mahar tidak termasuk rukun dan


syarat dalam perkawinan, tapi tidak ada pernikahan yang sah
jika tidak disertai pembayaran mahar.
terima kasihh

Anda mungkin juga menyukai