(Maskawin)
Anggota Kelompok
Perbedaan pendapat tentang batas minimal mahar tersebut disebabkan oleh dua faktor
1. Ketidak jelasan akad nikah itu sendiri antara keduanya sebagai salah satu jenis
pertukaran, yang dijadikan pegangannya adalah kerelaan menerima ganti, seperti hal jual
beli, dan keduanya sebagai suatu ibadah.
2. Disebabkan oleh pertentangan qiyas menghendaki adanya pembatasan mahar, qias
menghendaki adanya pembatasan adalah bahwa pernikahan adalah ibadah, sedangkan
ibadah itu sudah ada ketentuan-ketentuannya
macam-macam mahar
1.Mahar Musamma
Mahar Musamma adalah mahar yang telah ditetapkan bentuk dan jumlahnya dalam sighat akad,
mahar musamma terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Mahar musamma mu'ajjal, yakin mahar yang segera diberikan oleh calon suami kepada calon
istrinya.
B. Mahar musamma ghair mu'ajjal, yakni: mahar yang pemberiannya ditangguhkan.
2. Mahar MItsil
Mahar mitsil ialah Mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut jumlah yang bisa diterima oleh
pihak istri. Sebagian fukaha melarang menunda pembayaran mahar, sementara sebagian ulama
membolehkan. Imam maliki menegaskan bahwa boleh menunda pembayaran mahar, tetapi
apabila suami hendak menggauli istrinya hendaknya ia membayar separuhnya.
Hak perempuan atas mahar
Menurut Sayyid Sabiq, akad nikah yang telah dilakukan menimbulkan akibat hukum
lain berupa hak dan kewajiban suami-istri. Hak suami merupakan kewajiban istri,
sedangkan kewajiban suami merupakan hak yang harus diterima oleh istri.
Hak istri terhadap suaminya ada dua:
1. Hak kebendaan, yaitu mahar dan nafkah
2. Hak rohaniah, seperti melakukannya dengan adil
Mahar adalah hak istri yang pertama dan wajib diberikan oleh suami ketika melakukan
ijab kabul perkawinan.
Untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan, pemberian mahar merupakan
upaya mendobrak peradaban jahiliah yang deskriminatif dan tidak mengenal
kesetaraan gender Allah menuangkan kewajiban pembayaran mahar dalam surah an-
nisa ayat 4 dan di pertegas juga pada ayat 20
Hukum dasar perkawinan adalah mubah, dan berubah tergantung pada
orang yang menjadi taklif dalam perkawinan tersebut
1. Wajib, bagi yang sudah mampu kawin, dan nafsunya telah mendesak
ditakutkan terjerumus dalam perzinahan
2. Sunnah, bagi orang yang sudah mampu secara biologis dan materialnya
tetapi ia mampu menahan nafsu seksualnya dengan cara membujang
3. Haram, bagi yang belum memiliki kemampuan secara lahiriyah maupun
batiniah dan kebutuhan biologisnya belum mendesak
4. Mubah, bagi yang tidak terdesak oleh alasan yang mewajibkan segera
menikah atau karena alasan yang mengharamkan untuk menikah
Mahar dalam Kompilasi Hukum
Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), permasalahan mahar
terdapat dalam bab V pasal 30 sampai pasal 38
Pasal 30:
Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon
mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati
oleh kedua belah pihak;
Pasal 31:
Penentuan mahar berdasarkan atas kesederhanaan dan
kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam;