Disusun oleh:
KELAS A
FAKULTAS SYARIAH
2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, sholawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai
menyusun karya tulis yang berjudul “Fiqh Zakat: Pengelolaan Zakat di Beberapa
Negari Muslim; Timur Tengah dan Sekitarnya (Arab Saudi, Mesir dan Turki)”.
Karya tulis ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata
kuliah Fiqh Zakat dengan dosen H. Masduki, S.Ag., M.A. Adapun ruang lingkup
pembahasan dalam karya tulis ini meliputi: Pengelolaan Zakat di Negara Arab
Saudi, Mesir dan Turki.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan tepat
waktu. Akhir kata, semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
syiar Islam.
Kelompok 11
ii
PENGELOLAAN ZAKAT DI BEBERAPA NEGERI MUSLIM; NEGARA
TIMUR TENGAH DAN SEKITARNYA (ARAB SAUDI, MESIR DAN
TURKI)
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Salah satu kelemahan yang menonjol pada model pertama adalah adanya
keterlibatan negara yang sangat dominan dalam pengelolaan zakat dan rakyat
kurang mendapat peran. Sementara itu, padamodel pengelolaan zakat yang kedua
justru sebaliknya, dimana masyarakat memiliki peran dominan danperan
pemerintah nihil. Pengumpulan zakat pun bersifat sukarela sehingga pendapatan
zakat cenderung kecil. Untuk kasus Indonesia, kedua model ini justru
1 Pengelolaan zakat seperti ini dilakukan di negara-negara Islam seperti Saudi Arabiah,
Pakistan, Kuwait, Bahrain dst. Lihat Sigrid Faad (ed.), Islamische Stiftungen und Wohltaetige
Einrichtungen mit entwicklungspolitischen Zielsetzungen in Arabische Staaten (Hamburg:
Deutches Orient-Institut, 2003).
iii
dikombinasikan dengan cara melibatkan negara dan masyarakat. Cara ini dipakai
karena negara Indonesia bukanlah negara Islam sehingga negara tidak boleh ikut
campur terlalu jauh pada urusan ibadah (zakat) dan negara cukup bertindak
sebagai fasilitator.
Untuk membahas dan lebih memperkaya referensi kita terkait dua model
pengelolaan zakat di atas, maka selanjutnya akan diuraikan beberapa model dan
pengalaman pengelolaan zakat di negara-negara Muslim.
b. Rumusan Masalah
iv
PEMBAHASAN
2 Mohd.Nasir Tajang (Ed.), Zakat dan Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat, 2006).
Dikutip dari Monzer Kahf, Taushil wa at-Tauzi’ az-Zakah, Tajrubah al-Mamlakah al-Arabiyah
asSu’udiyyah.
v
pendapatan). Sebagai bantuan bagi pelaksanaan keputusan Raja, dibentuklah suatu
departemen khusus yang disebut “Maslahah Al-Zakah Wa Promosi Dakhal”
(Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak Pendapatan). Sangat diharapkan bagi orang
Saudi untuk membedakan zakat dengan pajak karena sistem yang diterapkan pada
penghimpunan harta hampir setara dengan pengkajian tahunan.
• Penghimpunan Zakat
Penghimpunan zakat di Arab Saudi diterapkan pada semua jenis kekayaan
yaitu zakat ternak yang dikelola oleh komisi bersama antara Departemen
Keuangan dan Departemen Dalam Negeri yang disebut al-‘awamil yaitu
komisi khusus yang tugasnya melakukan pungutan zakat ternak ke
pelosokpelosok daerah dan kemudian menyerahkan hasilnya ke
Departemen Keuangan.
Demikian halnya dengan zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat
tabungan, dan zakat pendapatan. Beberapa yang masuk dalam kategori
zakat pendapatan adalah pendapatan dokter, kontraktor, pengacara,
akuntan, dan para pegawai, seniman, penghasilan hotel, biro travel.
Penghasilan kesemuanya dipotong dari accountnya masing-masing jika
telah mencapat nisab. Cara penghitungannya berdasarkan pada laporan
keuangan masingmasing.
• Penyaluran Zakat
vi
Pemerintah Saudi menyalurkan zakat terfokus pada jaminan sosial
warganya. Untuk kepentingan tersebut pemerintah Saudi memberikan
wewenang pendistribusian zakat kepad Kementerian Sosial dan Tenaga
Kerja di bawah Dirjen Jaminan Sosial. Penentuan mustahiq didasarkan
pada survey yang dilakukan oleh departemen dengan nilai santunan 6000
Reyal Saudi per tahunnya.
Satu hal yang menarik dari sistem pengelolaan zakat di Saudi adalah tidak
ada zakat dari perusahan milik pemerintah karena semua hasil perusahaan
ditujukan untuk kepentingan umum. Majelis Tinggi Qadhi memberi fatwa
untuk perusahaan patungan antara pemerintah dan swasta harus
dikeluarkan zakatnya kerena mereka menganggap perusahan tersebut
menjadi satu kesatuan badan hukum.
2. Mesir
Zakat sengaja dibayarkan kepada penguasa di atas dan disebarkan oleh dewan
pengawas zakat di atas kepada para mustahik dengan pemikiran dari setiap
kelompok penasihat zakat. UU No. 48 Tahun 1977 yang mengatur pendirian Bank
Islam Faisal Mesir memperkuat hal tersebut. Peraturan ini mengharapkan bank
untuk mengeluarkan zakat dari modal, keuntungan investor dan kemudian
mengumpulkan aset otonom/bebas untuk zakat di dalam bank. Peraturan ini
vii
memaksa tidak ada keringanan pajak bagi Muzaki. Apalagi Bank Sosial Nasir
adalah bank milik administrasi. Bank ini membentuk direktorat zakat di setiap
cabang utamanya. Melalui kantor bank yang tersebar di seluruh tanah air,
direktorat ini bisa mendukung upaya terkoordinasi dengan direktur zakat
lingkungan.3
3. Turki
Sampai saat ini belum ada privatisasi lembaga zakat di Turki. Bahkan
pengelolaan zakat di tingkat pemerintah pusat juga belum ada. Sampai saat ini unit
unit di kementerian agama Turki (Presidency Religious Affair) belum ditemukan
unit khusus yang bertugas langsung mengelola zakat. Oleh karena itu (Zagrali,
2017) mengusulkan bahwa Presidency Religious Affair bertindak sebagai
viii
koordinator atas lembaga amal yang mengumpulkan dana zakat. Presidency
Religious Affair nantinya menawarkan transparansi dan akuntabilitas system zakat
ini. Karena tidak adanya privatisasi lembaga zakat oleh pemerintah pusat Turki,
maka akan sangat sulit menemukan data zakat Turki secara nasional. Sehingga
perhitungan estimasi zakat akan sulit dilakukan dengan berdasarkan data histori
pengumpulan zakat. Sehingga dalam menghitung potensi zakat di Turki
menggunakan 3 metode. Pertama adalah berdasarkan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) sektor pertanian dan industri sebesar 5 atau 10 persen. Kemudian dari PDB
sektor jasa sebesar 2,5 persen. Metode kedua adalah berdasarkan data Global
Weath Report mengenai 10 persen masyarakat terkaya Turki yang didapat dari aset
dikurangi utang. Metode ketiga adalah berdasarkan data FORBES mengenai
pendapatan 100 orang masyarakat terkaya Turki (ALTINTAŞ, 2019).
ix
PENUTUP
a. Simpulan
x
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat S.A., Beik S.I., Pengelolaan Zakat dan Wakaf di Malaysia dan
Turki:Studi Komparatif. Diterbitkan pada Iltizam Journal of Shariah
Economic Research Vol. 6, No.1 (2022) June 2022, pp. 48-58E-
ISSN:25982540 P-ISSN:2598-2222. Diakses pada 26 November 2023.
xi