Anda di halaman 1dari 4

ZAKAT DALAM PERSPEKTIF FIQIH IBADAH KLASIK DAN KONTEMPORER

ST.MASNIA (10156122062)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

Zakat secara Bahasa berasal dari kosakata bahasa Arab al-zakah yang berarti al-tathir wa
al nama (suci, bersih dan tumbuh atau berkembang). Menurut terminologi fikih,zakat adalah
pengeluaran harta dalam jumlah tertentu kepada orang yang berhak dengan syarat-syarat yang
ditetapkan syariat.

Zakat yang dikelola terdiri dari zakat fitrah dan zakat harta. Menurut jumhur ulama, harta
yang wajib dizakati adalah setiap jenis harta yang dapat mendatangkan penghasilan atau
keuntungan (al-mal al-nami). Kewenangan pengelolaan zakat diberikan kepada amil zakat
menurut hukum Islam. Pengelolaan zakat tersebut meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan,pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Ibnu khuzaimah memprediksi bahwa zakat mulai diwajibkan ketika Rasulullah saw. masih
bermukim di Mekah, sebelum umat muslim hijrah ke Habasyah. Mayoritas ulama berpendapat
bahwa syariat zakat diterapkan pasca hijrahnya umat muslim ke Madinah. Imam al-Nawawi
mengatakan bahwa hal itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Ibnu Asir berpendapat tahun
kesembilan Hijriyah. Akan tetapi,pendapat terkuat adalah bahwa syariat zakat dimulai pada
tahun kedua Hijriyah.Harta yang wajib dizakati pada masa Rasulullah saw. terbatas pada emas
dan perak, hewan ternak, dan tumbuh-tumbuhan.Jenis zakat lain yang diwajibkan adalah zakat
fitrah, zakat barang tambang dan zakat aset perniagaan.

Pada era Abu Bakar, hukuman bagi yang tidak membayar zakat adalah diperangi dan ijtihad
Abu Bakar tersebut menjadi kesepakatan bagi para sahabat. Penetapan hukuman tersebut demi
memaksimalkan pengumpulan zakat dari kalangan mampu yang enggan membayar zakat
kepada kalangan tidak mampu.Manajemen zakat tersebut terus berlangsung pada masa Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah.Sejarah mencatat bahwa dalam kurun tiga tahun kepemimpinan
Umar bin Abdul Aziz, umat Islam dapat terlepas dari belenggu kemiskinan dengan
memaksimalkan distribusi dan pengelolaan zakat. Baitul Mal ketika itu memiliki pendapatan
zakat yang melimpah sehingga para amil, bahkan kesulitan untuk mencari mustahiknya.

Dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad SAW memberikan contoh dan petunjuk
oprasionalnya. Manajemen operasional yang bersifat teknis tersebut dapat dilihat pada
pembagian struktur amil zakat, yang terdiri dari katabah, petugas yang mencatat para wajib
zakat; Jubah, petugas yang menarik, mengambil zakat para Muzakki; Khazanah, petugas yang
menghimpun dan memelihara harta; Qasamah, petugas yang menyalurkan zakat pada mustahiq
(orang yang berhak menerima zakat)

Manajemen pengelolaan zakat pada abad modern terbagi kepada dua sistem yaitu
sentralisasi (terpusat) dan desentralisasi. Sentralisasi adalah proses pengumpulan, distribusi,
dan pengelolaan zakat dilaksanakan melalui satu pintu Atau satu lembaga resmi negara,
desentralisasi sebaliknya. Sistem tersebutditerapkan oleh negara seperti Pakistan melalui
lembaga zakatnya yang bernama Central Zakah Fund (CZF) dan negara-negara di wilayah
persekutuan Malaysia melalui lembaganya Zakah Collecting Centre (ZCC). Adapun contoh
negara yang menerapkan sistem desentralisasi pengelolaan zakat yaitu Indonesia, yang dtandai
oleh beragamnya lembaga dan komunitas pengelola zakat mulai dari milik pemerintah hingga
swasta.

Terdapat beberapa negara mayoritas muslim mewajibkan masyarakatnya untuk membayar


dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan pada masa sekarang. Oleh karena itu,
selain aturan dari syariat. Beberapa negara juga membuat regulasi khusus tentang pengelolaan
zakat. Negara tersebut antara lain Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Pakistan, Kuwait,
Yordania, dan Sudan. Selain di negara mayoritas muslim, negara-negara seperti Singapura dan
sebagaian besar negara Eropa juga menetapkan regulasi pengelolaan zakat bagi umat muslim.

Manajemen pengelolaan zakat yang ideal terdiri dari 4 tahapan:

Perencanaan (planing), tahapan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat
meliputi rencana sosialisasi ke masyarakat, penetapan jadwal tertentu pengumpulan zakat dan
distribusinya, rencana pendayagunaan zakat, dan rencana pengawasannya.

Pengorganisasian (organizing), agar zakat dapat dikelola secara epektif dan tepat sasaran,
dibutuhkan pengorganisasian yang profesional.Pengorganisasian zakat yang dibebankan
kepada para amil merupakan tugas yang berat, syariat hak mustahik zakat kepada mereka.

Pengarahan dan Motivasi (actuating), pengarahan dan motivasi dapat diberikan baik kepada
muzakki, mustahik maupun kepada amil zakat. Fungsi pengarahan bagi muzakki untuk
membangkitkan kesadaran spiritual mereka dalam berzakat ke lembaga-lembaga zakat resmi,
sedangkan bagi mustahik motivasi dan pengarahan dibutuhkan untuk meningkatkan etos kerja
atau taraf hidup mereka dengan mengalokasikan dana zakat sebagai sumber usaha.
Pengawasan (controlling), pengawasan meliputi kontrol manajemen perencanaan dan
pengorganisasian, evaluasi kinerja lembaga zakat, serta pengecakan aliran distribusi zakat.

Keberhasilan sebuah lembaga pengelolaan zakat dapat didorong dengan memperluas


cakupan harta wajib zakat, baik yang sifatnya tetap maupun tidak tetap. Pada zaman modern,
jenis harta wajib zakat menjadi lebih luas dibandingkan pada masa klasik. Di antara jenis zakat
pada era kontemporer adalah zakat pendapatan atau zakat profesi, zakat saham dan obligasi,
hingga zakat properti.

Selain pada persoalan penghimpunan dana zakat maka dalam hal penyaluran dana zakat
pun telah mengalami perkembangan yang signifikan. Secara umum zakat dikelola dengan
menyerahkan harta zakat berupa uang dari orang-orang yang wajib zakat (muzakki) kepada
orang-orang yang berhak menerima zakat (Mustahiq). Akan tetapi secara khusus, saat ini ada
trend pengeolaan zakat yang pendistribusiannya bukan dalam bentuk uang, namun dalam
bentuk program. Program pendistribusian zakat kontemporer (saat ini) dilakukan dalam bentuk
pemberian beasiswa kepada peserta didik miskin (seperti yang dilakukan Yayasan Dompet
Dhuafa, Rumah zakat dan Lembaga Amil Zakat Lainnya), atau dalam bentuk lain yang
tujuannya memang ingin memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat miskin dalam
beragam dimensi.

Zakat secara bahasa berasal dari kosakata bahasa arab al-zakah yang berarti al-tathir wa al-
nama(suci,bersih dan tumbuh atau berkembang).Secara terminologi fikih zakat adalah
pengeluaran harta dalam jumlah tertentu kepada orang yang berhak dengan syarat-syarat yang
ditetapkan syariat.

Pada era Abu Bakar,hukuman bagi yang tidak membayar zakat adalah diperangi dan ijtihad
Abu Bakar tersebut menjadi kesepakatan bagi para sahabat.

Ada empat manajemen pengelolaan zakat yang ideal yaitu: perencanaan (planing),
pengorganisasian (organizing),pengarahan dan motivasi (actuating) dan pengawasan
(controlling).

Setelah mendapatkan beberapa referensi bacaan,penulis menyadari masih banyak


keterbatasan materi dalam esai ini.Mengenai tentang zakat diharapkan pembaca dapat
memahami materi yang ada dalam esai ini,diharapkan dapat berguna bagi diri pribadi dan dapat
bermanfaat dari materi tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, ‘Abdu al-‘Al. Al-Takaful al-Ijtima’i fi al-Islam. Kairo: al-Nasyir, 1999.

Kurkuli, Hasan ‘Ali. “Masarif al-Zakah fi al-Islam”. Tesis Arab Saudi: Fakultas Syariah dan
Studi Islam, Universitas Ummul Qura, 1983.

Mayyadah. (2019). Praktik Manajemen Zakat Perspektif Hukum Islam (Analisis Komparatif
Fikih Klasik dengan Fikih Kontemporer). Mazahibuna Jurnal Perbandingan Mazhab,
vol.01 no., h 43-55.

Hudayati, Ataina dan Achmad Tohirin. Management of Zakah: Centralised vs Decentralised


Approach. Malaysia: Institusi Islam Hadhari Universitas Kebangsaan Malaysia, 2010.

Atabik, Ahmad. “Manajemen Pengelolaan Zakat yang Efektif di Era Kontemporer”. Jurnal
Zakat dan Wakaf. Vol. 2 Nomor 1 (Juni 2015)

Huda, N., Zain, E., & Zulihar. (2012). Zakat Dalam Pendekatan Kontemporer. Pro Bisnis,
5(1), 1–22.

Anda mungkin juga menyukai