Abstrak
Mahar suatu Pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk
barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Namun mahar tidak masuk dalam
ranah syarat dan rukun nikah tetapi wajib harus ada dalam perkawinan. Meski begitu, kewajiban
menyerahkan mahar dari mempelai pria ke mempelai wanita ini bukan rukun dalam perkawinan. Sebab,
sesuai Pasal 14 KHI jo Pasal 2 UU Perkawinan rukun dan syarat pernikahan ada lima yakni calon suami,
calon istri, wali nikah, dua orang saksi, ijab dan kabul. Namun, praktiknya mahar selalu digunakan calon
pasangan suami-istri terutama yang beragama Islam, dengan ketentuan bahwa mahar atas kesepakatan
dari calon suami istri. Tetapi kenyataanya di masyarakat masih ada penyimpangan bahwa dari fihak
calon pengantin perempuan meminta mahar kepada calon pengantin laki-laki yang sangat
memberatkan sehingga calon pengantin laki-laki tidak sanggup untuk mengadakanya yang akhirnya
calon pengantin laki-laki dan perempuan mengambil jalan pintas belarian ke tempat Penghulu. Maka
untuk mengungkap hal tersebut , penulis menggunakan pendekatan Penelitian Pustaka dengan metode
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari literatur-literatur dan tulisan-tulisan yang mempunyai
kaitan erat dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Pada hal fungsi mahar adalah; a.
Pembeda antara pernikahan dengan mukhadanah;, b. Bentuk penghormatan, penghargaan, dan
perlindungan terhadap wanita;, c. Bentuk keseriusan laki-laki terhadap wanita yang akan dinikahinya;,
d. Simbol tanggung jawab wanita terhadap mahar yang diberikan;, e. Simbol tanggung jawab pihak laki-
laki, dan f. Simbol persetujuan dan kerelaan.
Kata Kunci: Mahar, Pernikahan
karena semua walaupun ada nilai bentuk pakaian, cincin, dan sebagainya.
harganya. Sebagaimana pendapat Abdur Rahman
c. Barangnya bukan barang ghasab. alJaziri mengatakan mahar berfungsi
Ghasab artinya mengambil barang sebagai pengganti (muqabalah) istimta'
milik orang lain tanpa seizinnya namun dengan istrinya. Sedangkan sebagian ulama
tidak termasuk untuk memilikinya Malikiyah mengatakan bahwa mahar
karena berniat untuk berfungsi sebagai imbalan jasa pelayanan
mengembalikannya kelak. seksual dan Abu Hasan Ali memposisikan
Memberikan mahar dengan barang mahar sebagai alat ganti yang wajib dimiliki
hasilghasab tidak sah, tetapi akadnya perempuan karena adanya akad nikah.
tetap sah. Menurut madzab Imam syafi’i bahwa
d. Bukan barang yang tidak jelas mahar tidak mengenal batas tinggi dan
keadaannya. Tidak sah mahar dengan besarnya mahar. Segala sesuatu yang dapat
memberikan barang yang tidak jelas menjadikan berharga bagi sesuatu yang lain
keadaannya, atau tidak disebutkan dapat dijadikan mahar.(Tihami dan Sharani
jenisnya.(Al-Juzairy 2014) 2009) Begitu pula dengan Syariat Islam juga
3. Fungsi Mahar tidak menetapkan jumlah besar atau kecil
Islam hadir ditengah-tengah umat mahar, karena adanya perbedaan kaya dan
melindungi dan menghargai perempuan miskin, lapang dan sempit rezekinya. Selain
yaitu memberi hak untuk memegang itu hampir masyarakat mempunyai adat
usahanya. Di zaman Jahiliah hak perempuan dan tradisinya sendiri. Karena itu Islam
dan dihilangkan dan disia-siakan, lalu Islam tidak menyerahkan mahar oleh sejumlah
datang mengembalikan hak-hak itu. maharitu berdasarkan kemampuan masing-
Kepadanya diberi hak mahar dan kepada masing orang atau tradisi
suami diwajibkan memberi mahar. keluarganya.(Sabiq 1987)
Mahar adalah bagian esensial Dalam KHI Pasal 31 dikatakan “Penentuan
pernikahan dalam Islam. Tanpa mahar mahar berdasarkan asas kesederhanaan
sebuah pernikahan tidak dapat dinyatakan dan kemudahan yang dianjurkan oleh
telah dilaksanakan dengan benar. Mahar ajaran Islam”. Pasal ini memberikan
harus ditetapkan sebelum pelaksanaan penjelasan bahwa jumlah yang dianjurkan
akad nikah. Merupakan hak mutlak seorang dari mahar adalah ukuran kesederhanaan
perempuan untuk menentukan besarnya sedangkan kesederhanaan sifatnya relatif
mahar. bergantung pada batas kemampuan dan
Apabila mahar sudah ditentukan kesanggupan mempelai pria.(Abdullah
bentuk dan besar kecilnya, maka barang 1994)
itulah yang wajib dibayarkan. Tetapi bila Perkawinan merupakan perjanjian sakral
tidak ada ketentuan sebelumnya dan tidak antara calon mempelai laki-laki dengan
disebutkan bentuknya di waktu akad nikah, calon mempelai wanita yang hendak
maka bagi mempelai pria kepada calon membangun rumah tangga dengan tujuan
mempelai perempuan, baik berupa uang, keluarga yang sakinah, mawaddah
barang atau jasa yang tidak bertentangan warahmah. Dalam hal tersebut ajaran Islam
dengan hukum Islam. Para Imam mazhab menganjurkan kesederhanaan dan niat
(selain Imam Malik) sepakat bahwa mahar yang ikhlas dalam menerima hakikat
merupakan salah satu konsekuensi adanya perkawinan. Islam mengajarkan agar
akad. Karena itu, akad nikah boleh keluarga perempuan tidak menolak laki-laki
dilakukan tanpa (menyebut) mahar. Apabila yang datang untuk melamar dengan alasan
terjadi percampuran, ditentukanlah mahar, kemiskinan. Dengan demikian para pemuda
dan jika kemudian kemudian si istri ditalak tidak boleh menunda perkawinan jika telah
sebelum dicampuri maka dia tidak berhak memiliki kemampuan secara material dan
atas mahar, tetapi harus diberi mut'ah yaitu biologisnya sebab perkawinan hukumnya
pemberian sukarela dari suami berdasarkan
menjadi wajib jika sacara syahwat tidak ada bentuk yang biasa diterima keluarga pihak
kekuatan untuk menahan nafsu seksualnya. isteri karena tidak ditentukan sebelumnya
4. Macam-macam Mahar/maskawin dalam akad nikah.
Zumhur ulama sepakat bahwa
membayar mahar itu adalah wajib.
Sedangkan macam-macam mahar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: Mahar
Musamma dan Mahar Mitsil.(al-Ghofiri
2017). Untuk lebih jelasnya tentang kedua Tidak ada kewajiban membayar
istilah tersebut di atas dapat dirinci sebagai (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan
berikut; isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur
a. Mahar Musamma dengan mereka dan sebelum kamu
Mahar musamma merupakan mahar menentukan maharnya. Dan hendaklah
yang telah jelas dan ditetapkan bentuk dan kamu berikan suatu mut'ah (pemberian)
jumlahnya dalam shighat akad. Jenis mahar kepada mereka. Orang yang mampu
ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu: menurut kemampuannya dan orang yang
Pertama Mahar Musamma Mu’ajjal, yakni miskin menurut kemampuannya (pula),
mahar yang segera diberikan oleh calon yaitu pemberian menurut yang patut. Yang
suami kepada calon isterinya. demikian itu merupakan ketentuan bagi
Menyegerakan pembayaran mahar orang-orang yang berbuat kebajikan.
termasuk perkara yang sunnat dalam Islam. (Kementerian Agama 2013)
Kedua Mahar Musamma Ghair Mu’ajjal, Imam Malik menjelaskan ayat tersebut
yakni mahar yang telah ditetapkan bentuk bahwa seorang laki-laki boleh memilih salah
dan jumlahnya, akan tetapi ditangguhkan satu dari ketiga kemungkinan ada.
pembayarannya.(Supriyadi dan Saebani Kemungkinan pertama, seorang suami tidak
2015) perlu membayar mahar kepada isterinya.
Terkait dengan pembayaran mahar, Kemungkinan kedua, suami membayarkan
maka wajib hukumnya apabila telah terjadi mahar mitsilnya. Kemungkinan ketiga,
dukhul. Ulama’ sepakat bahwa membayar memilih membayar mahar mitsilnya adalah
mahar menjadi wajib apabila telah keputusan yang dipandang lebih adil dan
berkhalwat (bersepi-sepian/berdua-duan) bijaksana karena disesuaikan dengan
dan juga telah dukhul. kemampuan pihak suami dan jumlah yang
Membayar mahar apabila telah terjadi biasa diterima oleh pihak keluarga isteri.
dukhul adalah wajib, sehingga jika belum
terbayarkan maka termasuk utang piutang. 2. Pembahasan
Namun, jika sang isteri rela terhadap Kedudukan Mahar Dalam Perkawinan
maharnya yang belum dibayarkan oleh Dalam Islam, disyari’atkannya
suaminya. Sementara suaminya telah membayar mahar hanyalah sebagai hadiah
meninggal, maka tidak wajib ahli warisnya yang diberikan seorang lelaki kepada
membayarkan maharnya. Jika isterinya seorang perempuan yang dipinangnya
tidak rela, maka pembayaran mahar itu ketika lelaki itu ingin menjadi
diambilkan dari harta warisannya oleh ahli pendampingnya, dan sebagai pengakuan
warisnya. Apabila terjadi talak sebelum dari seorang lelaki atas kemanusiaan,
terjadinya dukhul, sementara bentuk dan kemuliaan dan kehormatan perempuan.
jumlahnya telah ditentukan dalam akad, Karena itu, dalam al-Qur’an Allah telah
maka wajib membayar mahar separuhnya menegaskan dalam surat an-Nisa aya
saja dari yang telah ditentukan dalam
mahar.
b. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang Berikanlah maskawin (mahar) kepada
jumlah dan bentuknya menurut jumlah dan wanita (yang kamu nikahi) sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Gani. (1994). Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia. Gema
Insani.
Aizid, Rizem. (2018). Fiqh Keluarga Terlengkap. LAKSANA.
Al-Juzairy, Abdurrahman. (2014). Al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah. Kairo: Dar al-Jauzy.
Al-Zuhaili, Wahbah. t.t. DR., al Fiqh al Islamy Wa Adillatuhu. Bairut, Dar al Fikr, cet. IV.
Dahlan, Djamaludin Arra uf bin. (2011). Aturan Pernikahan Dalam Islam. Lembar Langit Indonesia.
Ghazaly, H. Abdul Rahman. (2019). Fiqh munakahat. Prenada Media.
Ghofiri, Hafidz al-. (2017). “Konsep besarnya mahar dalam pernikahan menurut Imam As-Shafi’i.” PhD
Thesis, IAIN Ponorogo.
Kementerian Agama, R. I. (2013). “Tafsir Alqur’an The Great Miracle.” Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Sabiq, Sayyid. (1987). “Fiqh Sunnah, terj.” Kamaluddin A. Marzuki. Bandung: Al Ma’arif.
Sudarto, M. Pd I. (2020). FIKIH MUNAKAHAT. Penerbit Qiara Media.
Supriyadi, Dedi, dan Beni Ahmad Saebani. (2015). “Fiqh Munakahat Perbandingan: dari tekstualitas
sampai legitimasi.”
Tihami, H. M. A., dan Sohari Sharani. (2009). Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT.”
Raja Grafindo Persada.