Anda di halaman 1dari 9

p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif

Vol. 13, No. 1, Juni 2020

KEDUDUKAN MAHAR DALAM PERKAWINAN


Muhammad Ridwan
Balai Diklat Keagamaan Palembang
mridwanbdk@gmail.com

Diterima: 10 Maret 2020 | Disetujui: 29 April 2020 | Dipublikasikan: 30 Juni 2020

Abstrak
Mahar suatu Pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk
barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Namun mahar tidak masuk dalam
ranah syarat dan rukun nikah tetapi wajib harus ada dalam perkawinan. Meski begitu, kewajiban
menyerahkan mahar dari mempelai pria ke mempelai wanita ini bukan rukun dalam perkawinan. Sebab,
sesuai Pasal 14 KHI jo Pasal 2 UU Perkawinan rukun dan syarat pernikahan ada lima yakni calon suami,
calon istri, wali nikah, dua orang saksi, ijab dan kabul. Namun, praktiknya mahar selalu digunakan calon
pasangan suami-istri terutama yang beragama Islam, dengan ketentuan bahwa mahar atas kesepakatan
dari calon suami istri. Tetapi kenyataanya di masyarakat masih ada penyimpangan bahwa dari fihak
calon pengantin perempuan meminta mahar kepada calon pengantin laki-laki yang sangat
memberatkan sehingga calon pengantin laki-laki tidak sanggup untuk mengadakanya yang akhirnya
calon pengantin laki-laki dan perempuan mengambil jalan pintas belarian ke tempat Penghulu. Maka
untuk mengungkap hal tersebut , penulis menggunakan pendekatan Penelitian Pustaka dengan metode
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari literatur-literatur dan tulisan-tulisan yang mempunyai
kaitan erat dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Pada hal fungsi mahar adalah; a.
Pembeda antara pernikahan dengan mukhadanah;, b. Bentuk penghormatan, penghargaan, dan
perlindungan terhadap wanita;, c. Bentuk keseriusan laki-laki terhadap wanita yang akan dinikahinya;,
d. Simbol tanggung jawab wanita terhadap mahar yang diberikan;, e. Simbol tanggung jawab pihak laki-
laki, dan f. Simbol persetujuan dan kerelaan.
Kata Kunci: Mahar, Pernikahan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International


License

Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan) 43


Jurnal Perspektif p-ISSN 1979-9624
Vol. 13, No. 1, Januari 2020

PENDAHULUAN kebutuhan dan mencari rezeki,


sedangkan tugas dari seorang wanita
1 Latar Belakang Masalah dalam keluarga adalah menjaga rumah
Di zaman pra-Islam, pembayaran tangga, terutama mendidik anak. Walau
mahar diharuskan kepada suku atau dalam kenyataannya tidak sedikit kaum
keluarga pengantin wanita sebagai perempuan yang mampu memenuhi
imbalan atas hilangnya kemampuan kebutuhan rumah tangganya dengan
melahirkan keturunan daripadanya dan bekerja sendiri.
sebagai sarana untuk menciptakan Pemberian mahar saat ini kepada
kestabilan ikatan dan hubungan antara calon istri dilakukan dengan berbagai
dua keluarga, telah jelas bahwa sebelum macam cara yang dianggap unik dan
datangnya Islam pun mahar sudah mengesankan. Salah satunya adalah
diakui di Arab sebagai milik sah membingkai mahar dalam bentuk mesjid,
pengantin wanita sendiri. kapal dan lain-lain dalam sebuah bingkai
kaca. Pembuatan mahar dalam bingkai kaca
Mahar merupakan pemberian yang
dengan berbagai bentuk lipatan origami
dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki
sudah sangat marak diminati oleh
kepada mempelai wanita yang masyarakat Indonesia, Bahkan saat ini
hukumnya wajib. Dengan demikian, usaha pembingkaian mahar semakin
istilah shadaqah, nihlah, dan mahar banyak peminatnya. Sungguh ironis, uang
merupakan istilah yang terdapat dalam senilai ratusan ribu bahkan ada yang
al-Qur’an, tetapi istilah mahar lebih di nominalnya sampai jutaan dibingkai secara
kenal di masyarakat, terutama di permanen dalam sebuah bingkai kaca dan
Indonesia. nantinya akan dipajang di dinding rumah.
Pemberian mahar kepada wanita Uang mahar sebagai pemberian awal suami
bukanlah sebagai harga dari perempuan kepada istri tidak bisa digunakan lagi dan
hanya bisa dipandang sebagai hiasan
itu dan bukan pula sebagai pembelian
dinding saja. Pembingkaian ini bahkan bisa
perempuan itu dari orang tuanya,
dimasukkan dalam kategori mubazir karena
pensyari’atan mahar juga merupakan uang digunakan sebagai bahan origami dan
salah satu syarat yang dapat dijadikan hiasan dinding. Berdasarkan
menghalalkan hubungan suami isteri, uraian di atas penulis merumuskan
yaitu interaksi timbal balik yang disertai permasalahan yaitu bagaimana kedukduan
landasan kasih sayang dengan dalam Perkawinan.
peletakan status kepemimpinan 2 Identifikasi Masalah
keluarga kepada suami dalam Setelah pemaparan latar belakang
kehidupan berumah tangga. masalah, maka perlu untuk
Kewajiban pemberian mahar oleh mengedentifikasi beberapa masalah yang
timbul dan membatasi masalah masalah
calon suami juga merupakan satu
tersebut dengan identifikasi dan batasan
gambaran dari sebuah kemauan dan
masalah.sebagai berikut:
tanggung jawab dari suami untuk a. Hukum mahar nikah dalam islam, fiqih
memenuhi nafkah yang jelas diperlukan dan Komplikasi Hukum Islam.
dalam kehidupan berumah tangga. Yang b. Pendapat mazhab-mazhab dan ulama
berkewajiban memberi nafkah (mahar tentang mahar Batasan dan ukuran
dan kebutuhan hidup rumah tangga) jumlah mahar nikah.
hanyalah laki-laki, karena memang c. Mahar sebagai hak istri dan kewajiban
menjadi kodrat bagi laki-laki bahwa Ia suami.
memiliki tanggung jawab dan
kemampuan untuk berusaha memenuhi

44 Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan)


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
Vol. 13, No. 1, Desember 2019

3 Rumusan Masalah Di kalangan fuqaha, di samping


Adapun permasalahan dalam perkataan ”mahar”, juga digunakan istilah
penelitian ini adalah Bagaimana lainnya, yakni shadaqah, nihlah, dan
sesungguhnya Kedudukan Mahar dalam faridhah yang maksudnya adalah mahar.
Perkawinan Dengan pengertian etimologi tersebut,
4 Tujuan Penulisan istilah mahar merupakan pemberian yang
Hasil penelitian ini sebagai jawaban dilakukan oleh mempelai laki-laki kepada
permasalahan untuk mengungkap mempelai perempuan yang hukumnya
kedudukan mahar dalam perkawinan yang wajib, tetapi tidak ditentukan bentuk dari
terkadang ditengah-tengah masyarakat jenisnya, besar dan kecilnya dalam al-Quran
menjadi debatebel. Disisi lian penelitian ini merupakan alHadits.
bertujuan Dalam bahasa Arab, terma mahar
a. Aspek keilmuan (teoritis) Sebagai jarang digunakan. Kalangan ahli fiqih lebih
acuan bagi peneliti-peneliti lain yang sering menggunakan kata “shidaq” dalam
ingin mengkaji masalah yang kitab-kitab fuqahanya. Sebaliknya, di
relevansinya dengan penelitian ini Indonesia terma yang sering digunakan
pada suatu saat nanti. adalah terma mahar dan maskawin. Para
b. Untuk memperkaya khazanah ulama menyatakan bahwa tidak ada
keilmuan kalangan akademis, perbedaan mendasar antara terma
terutama yang mengkaji masalah yang ashshidaq dan terma al-mahar. Ada
ada relevansinya dengan penelitian ini pendapat yang menegaskan bahwa shadaq
suatu saat nanti. merupakan sesuatu yang wajib karena
nikah, seperti wathi’ subhat, persusuan, dan
METODE PENELITIAN menarik kesaksian. Menurut ibnu Qayyim,
istilah mahar dengan shidaq tidak berbeda
fungsi jika yang dimaksudkan merupakan
TEMUAN DAN PEMBAHASAN pemberian sesuatu dari mempelai laki-laki
kepada mempelai perempuan dalam
1. Temuan sebuah perkawinan. Hanya istilah mahar
Mahar secara etimologi artinya digunakan untuk perkawinan, sedangkan
mahar (maskawin). Secara terminologi, iatilah shidaq dapat digunakan dalam hal
mahar ialah pemberian wajib dari calon selain perkawinan, karena adan istilahnya
suami kepada calon istri sebagai ketulusan bersifat umum sebagaimana shadaqah
hati calon suami untuk menimbulkan rasa wajib dan shadaqah sunnah/ shadaqah
cinta kasih bagi seorang istri kepada calon wajib adalah membayar zakat dan
suaminya. Atau suatu pemberian yang membayar mahar.
diwajibkan bagi calon suami kepada calon 2. Syarat Mahar
istrinya, baik dalam bentuk benda maupun Ketentuan mahar yang akan
jasa memerdekakan, mengajar, dll(Ghazaly diberikan kepada calon istri setidaknya
2019) harus memenuhi syarat-syarat sebagai
Kata “mahar” berasal dari bahasa berikut.
Arab yang termasuk katra benda bentuk a. Ada nilai Harga, Tidak sah mahar
abstrak atau masdar, yakni “Mahram” atau dengan yang tidak ada nilai harganya
kata kerja, yakni fi’il dari “mahara- walaupun tidak ada ketentuan banyak
yamaharumaharan”. Lalau, dibakukan atau sedikitnya mahar, mahar sedikit,
dengan kata benda mufrad, yakni al-mahr, tapi bernilai tetap sah disebut mahar.
dan kini sudah diindonesiakan dengan kata b. Barangnya suci dan bisa diambil
yang sama, yakni mahar atau karena manfaat. Tidak sah mahar dengan
kebiasaan pembayaran mahar dengan mas, diberikan berupa benda haram dan
mahar diidentikkan dengan najis sepert; khamar, babi, atau darah,
maskawin.(Aizid 2018)

Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan) 45


Jurnal Perspektif p-ISSN 1979-9624
Vol. 13, No. 1, Januari 2020

karena semua walaupun ada nilai bentuk pakaian, cincin, dan sebagainya.
harganya. Sebagaimana pendapat Abdur Rahman
c. Barangnya bukan barang ghasab. alJaziri mengatakan mahar berfungsi
Ghasab artinya mengambil barang sebagai pengganti (muqabalah) istimta'
milik orang lain tanpa seizinnya namun dengan istrinya. Sedangkan sebagian ulama
tidak termasuk untuk memilikinya Malikiyah mengatakan bahwa mahar
karena berniat untuk berfungsi sebagai imbalan jasa pelayanan
mengembalikannya kelak. seksual dan Abu Hasan Ali memposisikan
Memberikan mahar dengan barang mahar sebagai alat ganti yang wajib dimiliki
hasilghasab tidak sah, tetapi akadnya perempuan karena adanya akad nikah.
tetap sah. Menurut madzab Imam syafi’i bahwa
d. Bukan barang yang tidak jelas mahar tidak mengenal batas tinggi dan
keadaannya. Tidak sah mahar dengan besarnya mahar. Segala sesuatu yang dapat
memberikan barang yang tidak jelas menjadikan berharga bagi sesuatu yang lain
keadaannya, atau tidak disebutkan dapat dijadikan mahar.(Tihami dan Sharani
jenisnya.(Al-Juzairy 2014) 2009) Begitu pula dengan Syariat Islam juga
3. Fungsi Mahar tidak menetapkan jumlah besar atau kecil
Islam hadir ditengah-tengah umat mahar, karena adanya perbedaan kaya dan
melindungi dan menghargai perempuan miskin, lapang dan sempit rezekinya. Selain
yaitu memberi hak untuk memegang itu hampir masyarakat mempunyai adat
usahanya. Di zaman Jahiliah hak perempuan dan tradisinya sendiri. Karena itu Islam
dan dihilangkan dan disia-siakan, lalu Islam tidak menyerahkan mahar oleh sejumlah
datang mengembalikan hak-hak itu. maharitu berdasarkan kemampuan masing-
Kepadanya diberi hak mahar dan kepada masing orang atau tradisi
suami diwajibkan memberi mahar. keluarganya.(Sabiq 1987)
Mahar adalah bagian esensial Dalam KHI Pasal 31 dikatakan “Penentuan
pernikahan dalam Islam. Tanpa mahar mahar berdasarkan asas kesederhanaan
sebuah pernikahan tidak dapat dinyatakan dan kemudahan yang dianjurkan oleh
telah dilaksanakan dengan benar. Mahar ajaran Islam”. Pasal ini memberikan
harus ditetapkan sebelum pelaksanaan penjelasan bahwa jumlah yang dianjurkan
akad nikah. Merupakan hak mutlak seorang dari mahar adalah ukuran kesederhanaan
perempuan untuk menentukan besarnya sedangkan kesederhanaan sifatnya relatif
mahar. bergantung pada batas kemampuan dan
Apabila mahar sudah ditentukan kesanggupan mempelai pria.(Abdullah
bentuk dan besar kecilnya, maka barang 1994)
itulah yang wajib dibayarkan. Tetapi bila Perkawinan merupakan perjanjian sakral
tidak ada ketentuan sebelumnya dan tidak antara calon mempelai laki-laki dengan
disebutkan bentuknya di waktu akad nikah, calon mempelai wanita yang hendak
maka bagi mempelai pria kepada calon membangun rumah tangga dengan tujuan
mempelai perempuan, baik berupa uang, keluarga yang sakinah, mawaddah
barang atau jasa yang tidak bertentangan warahmah. Dalam hal tersebut ajaran Islam
dengan hukum Islam. Para Imam mazhab menganjurkan kesederhanaan dan niat
(selain Imam Malik) sepakat bahwa mahar yang ikhlas dalam menerima hakikat
merupakan salah satu konsekuensi adanya perkawinan. Islam mengajarkan agar
akad. Karena itu, akad nikah boleh keluarga perempuan tidak menolak laki-laki
dilakukan tanpa (menyebut) mahar. Apabila yang datang untuk melamar dengan alasan
terjadi percampuran, ditentukanlah mahar, kemiskinan. Dengan demikian para pemuda
dan jika kemudian kemudian si istri ditalak tidak boleh menunda perkawinan jika telah
sebelum dicampuri maka dia tidak berhak memiliki kemampuan secara material dan
atas mahar, tetapi harus diberi mut'ah yaitu biologisnya sebab perkawinan hukumnya
pemberian sukarela dari suami berdasarkan

46 Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan)


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
Vol. 13, No. 1, Desember 2019

menjadi wajib jika sacara syahwat tidak ada bentuk yang biasa diterima keluarga pihak
kekuatan untuk menahan nafsu seksualnya. isteri karena tidak ditentukan sebelumnya
4. Macam-macam Mahar/maskawin dalam akad nikah.
Zumhur ulama sepakat bahwa
membayar mahar itu adalah wajib.
Sedangkan macam-macam mahar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: Mahar
Musamma dan Mahar Mitsil.(al-Ghofiri
2017). Untuk lebih jelasnya tentang kedua Tidak ada kewajiban membayar
istilah tersebut di atas dapat dirinci sebagai (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan
berikut; isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur
a. Mahar Musamma dengan mereka dan sebelum kamu
Mahar musamma merupakan mahar menentukan maharnya. Dan hendaklah
yang telah jelas dan ditetapkan bentuk dan kamu berikan suatu mut'ah (pemberian)
jumlahnya dalam shighat akad. Jenis mahar kepada mereka. Orang yang mampu
ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu: menurut kemampuannya dan orang yang
Pertama Mahar Musamma Mu’ajjal, yakni miskin menurut kemampuannya (pula),
mahar yang segera diberikan oleh calon yaitu pemberian menurut yang patut. Yang
suami kepada calon isterinya. demikian itu merupakan ketentuan bagi
Menyegerakan pembayaran mahar orang-orang yang berbuat kebajikan.
termasuk perkara yang sunnat dalam Islam. (Kementerian Agama 2013)
Kedua Mahar Musamma Ghair Mu’ajjal, Imam Malik menjelaskan ayat tersebut
yakni mahar yang telah ditetapkan bentuk bahwa seorang laki-laki boleh memilih salah
dan jumlahnya, akan tetapi ditangguhkan satu dari ketiga kemungkinan ada.
pembayarannya.(Supriyadi dan Saebani Kemungkinan pertama, seorang suami tidak
2015) perlu membayar mahar kepada isterinya.
Terkait dengan pembayaran mahar, Kemungkinan kedua, suami membayarkan
maka wajib hukumnya apabila telah terjadi mahar mitsilnya. Kemungkinan ketiga,
dukhul. Ulama’ sepakat bahwa membayar memilih membayar mahar mitsilnya adalah
mahar menjadi wajib apabila telah keputusan yang dipandang lebih adil dan
berkhalwat (bersepi-sepian/berdua-duan) bijaksana karena disesuaikan dengan
dan juga telah dukhul. kemampuan pihak suami dan jumlah yang
Membayar mahar apabila telah terjadi biasa diterima oleh pihak keluarga isteri.
dukhul adalah wajib, sehingga jika belum
terbayarkan maka termasuk utang piutang. 2. Pembahasan
Namun, jika sang isteri rela terhadap Kedudukan Mahar Dalam Perkawinan
maharnya yang belum dibayarkan oleh Dalam Islam, disyari’atkannya
suaminya. Sementara suaminya telah membayar mahar hanyalah sebagai hadiah
meninggal, maka tidak wajib ahli warisnya yang diberikan seorang lelaki kepada
membayarkan maharnya. Jika isterinya seorang perempuan yang dipinangnya
tidak rela, maka pembayaran mahar itu ketika lelaki itu ingin menjadi
diambilkan dari harta warisannya oleh ahli pendampingnya, dan sebagai pengakuan
warisnya. Apabila terjadi talak sebelum dari seorang lelaki atas kemanusiaan,
terjadinya dukhul, sementara bentuk dan kemuliaan dan kehormatan perempuan.
jumlahnya telah ditentukan dalam akad, Karena itu, dalam al-Qur’an Allah telah
maka wajib membayar mahar separuhnya menegaskan dalam surat an-Nisa aya
saja dari yang telah ditentukan dalam
mahar.
b. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang Berikanlah maskawin (mahar) kepada
jumlah dan bentuknya menurut jumlah dan wanita (yang kamu nikahi) sebagai

Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan) 47


Jurnal Perspektif p-ISSN 1979-9624
Vol. 13, No. 1, Januari 2020

pemberian dengan penuh kerelaan. sebuah rumah tangga untuk


Kemudian jika mereka menyerahkan menghadiahkan kembali mahar itu kepada
kepada kamu sebagian dari maskawin itu suaminya demi kepentingan dan
dengan senang hati, maka makanlah kesenangan bersama, sebab harta itu telah
(ambillah) pemberian itu (sebagai menjadi hartanya. Tentang hukum
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. memberikan mahar adalah wajib, sesuai
Pengertiannya adalah, bayarkanlah firman Allah SWT dalam Q.S. anNisa ayat 47.
mahar kepada mereka sebagai pemberian “Berikanlah maskawin kepada perempuan
yang setulus hati. Pemberian itu yang kamu nikahi sebagai pemberian
adalahmaskawin yang besar kecilnya dengan penuh kerelaan”.
ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, Ayat di atas menunjukkan bahwa
karena pemberian itu harus dilakukan Allah SWT telah memerintahkan kepada
dengan ikhlas. Wajibnya mahar juga suami untuk membayar mahar kepada
didasarkan pada sabda Rasulullah SAW ) istrinya. Karena perintah itu tidak disertai
dengan qarinah yang menunjukkan kepada
sunnah ataupun mubah, maka ia
“Berikanlah (maharnya) sekalipun cincin menghendaki kepada makna wajib. Jadi
besi”. (HR Muttafaq ‘alaih)(Sudarto 2020) mahar adalah wajib bagi suami terhadap
Hadits di atas menunjukkan bahwa istrinya, karena tidak ada qarinah yang
mahar itu boleh berupa sesuatu yang memalingkannya dari makna wajib kepada
bermanfaat. Di antara yang bermanfaat itu makna yang lain.12 Pemberian tersebut
adalah mengajarkan beberapa ayat dari juga sebagai pertanda eratnya hubungan
alQur’an. Selain mengajarkan ayat-ayat dari dan cinta yang mendalam antara calon
al-Qur’an, bentuk mahar dalam perbuatan suami-istri, di samping jalinan yang
jasa atau manfaat lainnya adalah yang seharusnya menyelimuti rumah tangga
termasuk dalam kategori melayani yang mereka bangun.
(khidmad), mereka berargumen dengan Di kalangan banyak orang telah
mengacu kepada firman Allah yang menjadi tradisi bahwa mereka tidak cukup
menceritakan perkawinan Nabi Musa a.s. hanya dengan pemberian mahar saja, tetapi
dengan putri Nabi Syu’aib a.s. dengan diiringi dengan aneka ragam hantaran
mahar dalam bentuk jasa yang bermanfaat (hadiah) lainnya, baik berupa makanan,
yaitu bekerja selama delapan tahun, QS Al pakaian, peralatan rumah tangga, atau yang
Qasshas ayat 27; lainnya, sebagai penghargaan dari calon
suami kepada calon istri tercinta yang
nantinya akan mendampingi hidupnya.
Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya Besar dan bentuk mahar hendaknya
Aku bermaksud menikahkan kamu dengan senantiasa berpedoman kepada sifat
salah seorang dari kedua anakku ini, atas kesederhanaan dan ajaran kemudahan
dasar bahwa kamu bekerja denganku yang dianjurkan Islam, sehingga besar dan
delapan tahun dan jika kamu cukupkan bentuk mahar itu tidak sampai
sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu memberatkan calon mempelai pria.
kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak Kalau mahar atau mas kawin itu
hendak memberati kamu. dan kamu insya adalah hak seorang perempuan (istri) maka
Allah akan mendapatiku termasuk orang- istri yang baik adalah yang tidak
orang yang baik". mempersulit atau mempermahal mas
Mahar adalah wajib dibayar suami kawin. Kini, tidak sedikit dari kaum muslimin
kepada istrinya. Namun setelah pasti yang telah teracuni paham materialisme.
ketentuan pembayarannya, tidak tertutup Mereka memandang mahar dengan
kemungkinan bagi pasangan suami istri pandangan materi semata. Mahar mereka
yang saling mencintai dan meridhoi dan jadikan sebagai asas dalam akad nikah.
menjadi pasangan yang mesra dalam Padahal sebenarnya mahar hanyalah

48 Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan)


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
Vol. 13, No. 1, Desember 2019

sebagai lambang penghormatan terhadap laki-laki maupun perempuan terlibat dalam


kaum wanita. Namun ternyata sekarang bahayanya, akan menimbulkan banyak
menjadi tuntutan yang paling utama. kejahatan dan kerusakan serta
Pandangan seperti itu sangat bertentangan mengacaukan dunia perkawinan sehingga
dengan syari’at Islam yang memerintahkan akhirnya yang halal itu lebih sulit untuk
kepada pemeluknya untuk mempermudah dicapai daripada yang haram (zina).
masalah mahar. Mempermahal mas kawin Masalah nominal mahar, Islam tidak
adalah sesuatu yang dibenci oleh Islam, mengatur tentang berapa banyak dan
karena akan mempersulit hubungan sedikitnya jumlah mahar tersebut. Dalam
perkawinan di antara sesama manusia. hal ini jumlah mahar tergantung pada
Islam tidak menyukai mahar yang berlebih- keadaan pihak suami serta kedudukan si
lebihan (wanita yang memasang mahar istri. Kewajiban seorang muslim agar
terlalu mahal), bahkan sebaliknya memberikan mahar atau maskawin kepada
mengatakan bahwa setiap kali mahar itu wanita yang akan dipersunting menjadi
lebih murah tentu akan memberi berkah istrinya terdapat dalam al-Qur’an surat an-
dalam kehidupan suami istri (berumah Nisa ayat 25, dan Ia pun mengingatkan
tangga). kaum muslimin agar menikahi wanita
Dan mahar yang murah adalah dengan seijin walinya dan membayarkan
menunjukkan kemurahan hati si maskawinnya.
perempuan, bukan berarti malah Wahbah al-Zuhaily dalam bukunya
menjatuhkan harga dirinya. Dari ‘Aisyah ra. alFiqh al-Islamy wa Adillatuhu mengatakan
Ia berkata, bahwa Rasulullah Saw, bahwa mahar yang disepakati oleh
bersabda: pengantin lakilaki dan perempuan yang
disebutkan dalam redaksi akad sesudahnya.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat
dimengerti bahwa penetapan jumlah mahar
telah ditentukan ketika akad nikah, akan
“Sesungguhnya perkawinan yang tetapi diperbolehkan untuk membayar
besar barakahnya adalah yang paling murah secara penuh sekaligus atau melakukan
maharnya. Dan sabdanya pula: perempuan penundaan. Hal ini tentunya sangat
yang baik hati adalah yang murah didukung oleh kerelaan kedua belah
maharnya, memudahkan dalam urusan pihak.(Al-Zuhaili, t.t.) Hal-hal yang termasuk
perkawinannya dan baik akhlaknya. Sedang dalam ke dalam mahar musamma dalam
perempuan yang celaka yaitu maharnya akad adalah apa saja yang diberikan oleh
mahal, sulit perkawinannya dan buruk suami untuk istrinya menurut adat yang
akhlaknya”. (HR. Ahmad).(uf bin Dahlan berlaku sebelum pesta pernikahan ataupun
2011) sesudahnya, seperti gaun pengantin atau
Masih banyak manusia yang tidak pemberian yang diberikan sebelum dukhul
mengenal mahar atau maskawin ini, (bersetubuh) atau sesudahnya. Karena yang
mereka berpegang dengan adat Jahiliyah. ma’ruf (baik) dalam masyarakat seperti
Yaitu seorang ayah menyerahkan anak yang disyaratkan dalam akad adalah
gadisnya kepada laki-laki yang berani lafdziyah (yang dilafalkan atau diucapkan).
memberikan jumlah mahar yang tinggi, Pemberian itu wajib disebutkan pada
sebaliknya menolak menyerahkan anak saat akad, suami harus menyebutkan
gadisnya kepada laki-laki yang hanya kecuali bila disyaratkan untuk
mampu memberikan mahar dengan jumlah tidakmenyebutkan dalam akad. Sedangkan
yang sedikit. Sehingga seakan-akan mahar yang tak ditentukan adalah
perempuan itu merupakan barang merupakan mahar yang diberikan oleh
dagangan yang dipasang tarif dalam etiket calon suami kepada calon istrinya yang
perdagangan itu. Perbuatan semacam ini ketentuan besar kecilnya belum ditetapkan
menimbulkan banyak kegelisahan sehingga dan bentuknya juga tidak disebutkan. Akan

Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan) 49


Jurnal Perspektif p-ISSN 1979-9624
Vol. 13, No. 1, Januari 2020

tetapi mahar ini disesuaikan dengan PENUTUP


kedudukan wanita dalam struktur
kehidupan sosial dari segala aspek atau 1. Simpulan
pertimbangan seperti keagamaan, Mahar merupakan pemberian wajib
kekayaan, kecantikan, kepandaian, dari calon suami kepada calon istri sebagai
kesopanan, usia, kegadisan, kejandaan, ketulusan hati calon suami untuk
negeri, keturunan, dan kemuliaan menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang
leluhurnya. Mahar mitsil itu diukur dari istri kepada calon suaminya. Atau suatu
perempuan yang menyerupai istri dari pemberian yang diwajibkan bagi calon
seluruh kerabatnya, baik dari pihak ayah suami kepada calon istrinya, baik dalam
maupun ibunya. bentuk benda maupun jasa. Agama tidak
Seperti saudara kandung, bibi dari menetapkan jumlah minimum dan begitu
pihak ayah, anak paman dari pihak ayah, pula jumlah maksimum dari mahar. Hal
bibi dari pihak ibu dan selain mereka dari inidisebabkan oleh perbedaan tingkatan
kerabat yang ada. Jumlah mahar atau kemampuan manusia dalam
maskawin yang wajar itu akan tergantung memberikannya. Mahar boleh dilaksanakan
pada kedudukan seseorang dalam dan diberikan dengan kontan atau utang,
kehidupannya, status sosial, pihak-pihak apakah mau dibayar kontan sebagian dan
yang menikah itu, dan dapat berbeda dari utang sebagian. Oleh karenanya mahar
satu tempat dengan tempat yang lainnya, memiliki fungsi a. Pembeda antara
dari satu masa ke waktu yang lain dan dari pernikahan dengan mukhadanah;, b.
satu negeri dengan negeri yang lain.20 Jenis Bentuk penghormatan, penghargaan, dan
mahar yang dipakai masyarakat Indonesia perlindungan terhadap wanita;, c. Bentuk
secara umum adalah mahar musamma, keseriusan laki-laki terhadap wanita yang
biasanya ditetapkan bersama atau dengan akan dinikahinya;, d. Simbol tanggung
musyawarah dari kedua belah pihak. jawab wanita terhadap mahar yang
Berapa jumlahnya dan bagaimana diberikan;, e. Simbol tanggung jawab pihak
bentuknya harus disepakati bersama, dan laki-laki, dan f. Simbol persetujuan dan
sunnah tatkala mengucapkan ijab kabul kerelaan baru yang merupakan esensi dari
pernikahan, agar para saksi dapat temuan penelitian.
mendengar secara langsung jumlah dan
bentuk dari mahar tersebut. Penentuan 2. Rekomendasi
mahar serta pemberiannya baik dengan Dari hasil penelitian tersebut perlu
cara memberi kontan atau direkomendasikan kepada pengampu Fiqh
menangguhkannya adalah suatu hal yang Munakahat untuk menyampaikan bahwa
diperbolehkan, akan tetapi ketentuan dari yang selama ini masyarakat memahami
mahar musamma ini telah ditetapkan ketika mahar(maskawin) adalah seolah-olah rukun
ijab kabul pernikahan. Keputusan dan tekadang memberatkan, maka melalui
musyawarah antara kedua belah pihak tulisan ini bisa memberikan jawaban bahwa
dapat menjadi tolak ukur pemberian mahar mahar tidak ada ketentuan yang pasti yang
secara kontan ataupun penundaan. penting ada nilai ekonomis, sederhana dan
bermanfaat.

50 Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan)


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
Vol. 13, No. 1, Desember 2019

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Gani. (1994). Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia. Gema
Insani.
Aizid, Rizem. (2018). Fiqh Keluarga Terlengkap. LAKSANA.
Al-Juzairy, Abdurrahman. (2014). Al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah. Kairo: Dar al-Jauzy.
Al-Zuhaili, Wahbah. t.t. DR., al Fiqh al Islamy Wa Adillatuhu. Bairut, Dar al Fikr, cet. IV.
Dahlan, Djamaludin Arra uf bin. (2011). Aturan Pernikahan Dalam Islam. Lembar Langit Indonesia.
Ghazaly, H. Abdul Rahman. (2019). Fiqh munakahat. Prenada Media.
Ghofiri, Hafidz al-. (2017). “Konsep besarnya mahar dalam pernikahan menurut Imam As-Shafi’i.” PhD
Thesis, IAIN Ponorogo.
Kementerian Agama, R. I. (2013). “Tafsir Alqur’an The Great Miracle.” Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Sabiq, Sayyid. (1987). “Fiqh Sunnah, terj.” Kamaluddin A. Marzuki. Bandung: Al Ma’arif.
Sudarto, M. Pd I. (2020). FIKIH MUNAKAHAT. Penerbit Qiara Media.
Supriyadi, Dedi, dan Beni Ahmad Saebani. (2015). “Fiqh Munakahat Perbandingan: dari tekstualitas
sampai legitimasi.”
Tihami, H. M. A., dan Sohari Sharani. (2009). Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT.”
Raja Grafindo Persada.

Muhammad Ridwan(Kedudukan Mahar dalam Perkawinan) 51

Anda mungkin juga menyukai