Anda di halaman 1dari 24

HIBAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Qowaidul Fiqhiyyah
Dosen: Lisnawati, S.H.,M.H

Oleh:

M. Nadzif Fathoni

NIM.2114120518

Ahmad Rivaldo

NIM.2114120527

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji semata hanya milik Allah SWT, yang berkat qadrat dan iradat-

Nya, serta shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW dan para sahabat

yang berjuang dalam mengembangkan ajaran agama Islam. Selanjutnya penulis

sampaikan, bahwa dapat disusunnya makalah ini sedemikian rupa, tidak lepas dari

peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa

ta’dzim penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya tentunya dengan iringan doa semoga apa yang telah diberikan semuanya

mendapatkan balasan dari Allah SWT tentunya sesuai dengan amal ibadah yang

diniatkan. Kemudian tidak lupa penulis sampaikan, sebagai hamba yang dhoif dan

penuh dengan keterbatasan tentunya banyak kesalahan dan kekurangan penulis

dalam menyajikan makalah ini, oleh sebab itu dengan penuh kerendahan hati,

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, disamping itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya, dengan mengharap ridho Allah SWT, penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat dalam meniti perjalanan beraqidah menuju jenjang

kehidupan akhirat, dan semoga makalah ini pula dapat berperan sebagaimana

mestinya.

Palangka Raya, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6

A. Pengertian Hibah ............................................................................................6

B. Dasar Hukum Hibah .......................................................................................8

C. Rukun dan Syarat Hibah ...............................................................................10

D. Hibah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) .............................................16

E. Macam - Macam Hibah ................................................................................17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................19

A. Kesimpulan ...................................................................................................19

B. Saran .............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hibah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain dimana


l l l l l l

pemberi tersebut dalam kondisi masih hidup. Secara materil, eksistensi


l l l l l l l l

hibah ada hubungannya dengan kewarisan. Hal ini secara gamblang l l l

ditegaskan dalam hukum positif di indonesia seperti; Kompilasi Hukum


l l l l

Islam, Hukum Adat dan KUH Perdata. Selain itu, adanya posibilitas l l

pembatalan hibah yang telah diberikan oleh seorang pemberi hibah kepada
l l l l l l l l

yang menerima hibah sebagaimana dijelaskan dalam Kompilasi Hukum


l l l l

Islam, Hukum Adat dan KUH Perdata. l

Hibah dalam bahasa Belanda adalah schenking, sedangkan menurut l l l

istilah yang dimaksud hibah, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1666 l l

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, adalah: Sesuatu persetujuan l l l l

dengan mana si penghibah diwaktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan


l l l

dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda guna


l l l l l

keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.1


l l l l l l l l

Penghibahan termasuk perjanjian dengan cuma-cuma (om niet)


l l l l

dimana perkataan dengan cuma-cuma itu ditujukan pada hanya adanya


l l

prestasi dari satu pihak saja, sedang pihak yang lainnya tidak usah
l l

memberikan kontra- prestasi sebagai imbalan. Perjanjian yang demikian


l l l l l l

1
HukumZone, “Hibah menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
http://hukumzone.blogspot.com/2016/05/hibah-menurut-kitab-undang-undang-hukum.html,
Diaksestanggal 02 maret 2023, Pukul 15.45 WIB.

1
2

juga dinamakan sepihak (unilateral) sebagai lawan dari perjanjian l l l

bertimbal-balik (bilateral). Perjanjian yang banyak tentunya adalah


l l l

bertimbal-balik,
l karena l yang lazim adalah bahwa orang yang

menyanggupi suatu prestasi karena ia akan menerima suatu kontra-


l l l l l

prestasi.2 l

Penghibahan itu sering terjadi ketika anak-anak mulai berdiri


l l l l l

sendiri atau ketika anak-anak mereka mulai menikah dan membentuk


l l l l l l l

keluarga sendiri. Penghibahan itu dilakukan ketika si pemberi hibah itu


l l l l l l

masih hidup, dengan tujuan untuk menghindari percekcokan yang akan


l l l l

terjadi diantara anak- anaknya itu apabila ia telah meninggal dunia.


l l l

Penghibahan itu terjadi kemungkinan juga sebagai akibat karena


l l l l l

kekhawatiran si pemberi hibah sebab ibu dari anak-anaknya itu adalah ibu
l l l l

sambung atau ibu tiri, atau juga karena dikalangan anak-anaknya itu l

terdapat anak angkat yang mungkin disangkal keanggotaannya sebagai


l l l

ahli waris3

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum


l l l l l

Islam Pasal 210 ayat (1), orang yang berumur sekurang-kurangnya 21 l l

tahun berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-


l l l l

banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang lain atau lembaga di hadapan l l l

dua orang saksi untuk dimiliki.

Salah satu sebab perpindahan hak milik menurut pandangan hukum


l l l

Islam adalah dengan hibah. Dengan menghibahkan suatu benda berarti


l l l l l

2
R Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1995, h. 94-95
3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia,Prenada Media Group,
Jakarta, 2008, h. 132
3

keluarlah sesuatu itu dari wahib (yang menghibahkan) dan berpindah


l l l l

kedalam milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam,


l l l

seseorang dianjurkan untuk suka memberi. Sekurangnya ada dua hal yang
l l l l l

hendak dicapai oleh hibah. Pertama, dengan beri memberi akan


l l l l l l l

menimbulkan suasana akrab dan kasih sayang di antara sesama manusia


l l

serta akan memperat hubungan silaturrahim. Sedangkan menyambung dan


l l l l l

mempererat silaturrahim adalah salah satu ajaran Islam. Di dalam suatu


l l l

pemberian harta selain warisan adapula yang diberikan karena hibah.


l l l l l

Hibah diberikan kepada orang yang bukan ahli waris tetapi ia berhak
l l l l

untuk mendapatkannya seperti anak angkat. l l l

Bagi perjanjian yang digolongkan dalam perjanjian formil


l l

termasuk didalamnya perjanjian hibah, mensyaratkan adanya bentuk


l l l l

tertentu, yaitu akta notaris atau akta otentik, sehingga disini berfungsi
l l l l l

sebagai salah satu unsur perjanjian yaitu syarat mutlak untuk adanya
l l

perjanjian tersebut.4
l l l

Setiap hibah yang dibuat dihadapan Notaris berbentuk Akta.


l l l

Pertimbangan tersebut sangat penting karena menyangkut harta kekayaan


l l l l l l l

seseorang. Kewenangan-kewenangan yang dimiliki olehNotaris, maka


l l l l l l l

akta hibah tersebut mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Akta yang
l l l l

dibuat Notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar l l

tercapai sifat otentik dari akta itu sebagaimana yang tercantum dalam
l l l l

4
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya,
Bandung 2008, h. 375.
4

Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian yaitu l l l

adanya kesepakatan. l l

kedua belah pihak, kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum,


l l l l l

adanya objek, dan adanya kausa yang halal, misalnya mencantumkanl l

identitas para pihak, membuat isi perjanjian yang dikehendaki para pihak,
l l l l l

menandatangani akta dan segalanya. Sebelum ditanda tangani, akta


l l l l

terlebih dahulu dibacakan kepada penghadap dan saksisaksi yang


l l l l

dilakukan oleh Notaris yang membuat akta tersebut. Pembacaan akta tidak
l l l l l

dapat diwakili oleh orang lain atau didelegasikan pembacaan akta tersebut l l l l l l

kepada pegawai kantor Notaris melainkan harus dilakukan oleh Notaris


l l l l

sendiri. Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling
l l

mengetahui isi dari akta tersebut yang mana isi dari akta itu merupakan
l l l l l

kehendak para pihak yang membuat perjanjian, pembacaan akta ini juga
l l l l l

dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa dirugikan apabila terdapat l l

keterangan serta bunyi akta yang memberatkan atau merugikan pihak


l l l l l l

lain.5

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik membuat makalah yang


l l l l

berjudul “ Pengertian Hibah” dengan tujuan untuk mengetahui tentang


l l l l l l l

pengertian hibah, dasar hukum hibah, rukun dan syarat hibah dan hibah
l l

perspektif kompilasi hukum islam.


l l

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Hibah ? l

5
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 201.
5

2. Apa saja dasar hukum Hibah ?

3. Apa saja rukun dan syarat hibah

4. Bagaimana hibah perspektif kompilasi hukum islam


l l

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hibah


l l l

2. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum hibah


l l

3. Untuk mengetahui apa saja rukun dan syarat hibah


l l

4. Untuk mengetahui
l l hibah perspektif
l l kompilasi hukum islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah

Hibah secara bahasa berasal dari kata wahaba,yang berarti lewat


l l l l l l l

dari satu tangan ke tangan yang lain atau dengan kata lain kesadaran untuk
l l l l l l l l l l

melakukan kebaikan atau di ambil dari kata hubbub ar-rih (angin yang
l l l l l l l l l

menghembus) atau ibra (membebaskan utang). Secara terminologi yaitu


l l l l l l l l l l l l l l

pemberian hak milik secara langsung dan mutlak terhadap suatu benda
l l l l l l l l l l l l

ketika masih hidup tanpa ganti walaupun dari orang yang lebih tinggi.6
l l l l l l l l l l l l l

Hibah menurut istilah adalah pemberian pemilikan sesuatu benda


l l l l l l l l l l l l l l l l

melalui transaksi (aqad) tanpa mengharap imbalan yang telah di ketahui


l l l l l l l l l l l

dengan jelas ketika pemberi masih hidup. Dalam rumusan kompilasi,


l l l l l l l l l l l l l l

hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan
l l l l l l l l l l l

dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk di miliki (pasal.
l l l l l l l l l l l l l l

171 huruf g KHI). Dari beberapa definisi di atas dapat di ketahui bahwa
l l l l l l l l l l l l l l l

secara terminologi hibah adalah pemberian secara sukarela dari seseorang


l l l l l l l l l l l l l l

kepada orang lain untuk kepentingan pribadi maupun lembaga sosial


l l l l l l l l l l l l l

semasa pemberi masih hidup tanpa adanya imbalan atau secara suka rela.
l l l l l l l l l l l l

Menurut beberapa mazhab hibah diartikan sebagai berikut


l l l l l l l l l l l l l

1. Memberikan hak memiliki suatu benda dengan tanpa ada syarat l l l l l l l l l l l

harus mendapat imbalan ganti pemberian ini dilakukan pada


l l l l l l l l l l l

saat

6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h. 342-343

6
7

pemberi masih hidup. Dengan syarat benda yang akan


l l l l l l l l

diberikan itu adalah sah milik sipemberi (menurut mazhab


l l l l l l l l l l l l l l

Hanafi) l

2. Memberikan hak sesuatu materi dengan tanpa mengharapkan l l l l l l l l l l

imbalan
l atau l ganti. l Pemberian l l l semata-mata l hanya

diperuntukkan l l l l kepada l orang yang diberinya


l l l tanpa

mengharapkan adanya pahala dari Allah SWT. hibah menurut


l l l l l l

mazhab ini sama dengan hadiah. Apabila pemberian itu semata l l l l l l l l l l l

untuk meminta ridha Allah dan mengharapkan pahalanya


l l l l l l

menurut mazhab Maliki ini dinamakan sedekah.


l l l l l l l l l l

3. Pemberian sifatnya sunnah yang dilakukan dengan ijab dan


l l l l l l l l l

qobul pada waktu sipemberi masih hidup. Pemberian mana l l l l l l l l l l l l

tidak dimaksudkan untuk menghormati atau memuliakan


l l l l l l l l l l l

seseorang dan tidak dimaksudkan untuk mendapat pahala dari


l l l l l l l l l

Allah karena menutup kebutuhan orang yang diberikannya l l l l l l l l l l

(menurut mazhab Syafi‟i).7 l l l l l

Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hibah adalah:
l l l l l l l l l l l

1. Merupakan akad atau perjanjian


l l l l l

2. Pemberian Cuma-Cuma atau pemberian tanpa ganti


l l l l l l l l l l

3. Benda (barang) yang dihibahkan mempunyai nilai


l l l l l l l l

7
Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut
Hukum Perdata, H.145-146.
8

4. Hibah dapat dilaksanakan oleh seseorang kepada orang lain, oleh


l l l l l l l l

seseorang kepada badan-badan tertentu, juga beberapa orang yang


l l l l l l l l l

berserikat kepada yang lain.


l l l l l

B. Dasar Hukum Hibah

Hibah sebagai salah satu bentuk tolong menolong dalam rangka


l l l l l l l

kebajikan antar sesama manusia sangat bernilai positif. Para ulama fiqih
l l l l l l l l l l l l l

sepakat bahwa hukum hibah itu sunnah. Hal ini didasari oleh nash Al-
l l l l l l l l l l l l

Quran dan hadist Nabi.


l l l

Hal ini tertuang dalam surah An-Nisa ayat 4 yang bebunyi.


l l l l l l l l l

Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang

hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang

sedap lagi baik akibatnya.(Q.S An-Nisa:4)8

Artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,

kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan

8
Al-Qur‟an, Surah An-Nisa Ayat 4.
9

menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si

penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada

kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.9

Artinya: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan

kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara

kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak

menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang

menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang

saleh?" (Q.S Al-Munafiqun:10)10

Ayat di atas menggunakan konotasinya menganjurkan agar


l l l l l l

manusia yang telah di karunia rezeki itu untuk mengeluarkan sebagiannya


l l l l l l l l l l l l l l l l l l

untuk orang lain. Dari kata nafkah, zakat, hibah,sadaqah, wakaf, hingga
l l l l l l

wasiat. Kendati istilah-istilah tersebut memiliki ciri-ciri khas yang


l l l l l l l l l l l l l l l l l l

berbeda, kesamaannya adalah bahwa manusia di perintahkan untuk


l l l l l l l l l l

mengeluarkan sebagian hartanya.11


l l l l l

9
Al-Qur‟an, Surat Al-Baqarah Ayat 262.
10
Al-Qur‟an, Surat Al-Munafiun Ayat 10
11
Ahmad Rofik, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.
375-379
10

Di dalam hadist Rasulullah pun tidak ditelusuri secara pasti


l l l l l l l l l l l l l

masalah hibah, namun hal itu dapat di kaitkan dalam hadist yang di l l l l l l l l

riwayatkan oleh Bukhori dan Baihaqi yang bebunyi:


l l l l l l l l l

Artinya :“Saling berhadiahlah kamu sekalian, niscaya kamu akan saling

mencintai”.12

Dari ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa setiap


l l l l l l l

pemberian atau hadiah merupakan suatu perbuatan baik yang dianjurkan


l l l l l l l l l l l l l l

Islam, karena pemberian dapat menumbuhkan rasa saling mencintai dan


l l l l l l l l l l l l

juga dapat menghilangkan kebencian antara sesama, khususnya antara


l l l l l l l l l

memberi dan penerima.l l l l l l

C. Rukun dan Syarat Hibah

Menurut l l l Ibnul l Rusy l dalam kitabnya


l Bidayatull l Mujtahid l l

sebagaimana yang dikutip oleh jaziri mengemukakan bahwa rukun hibah


l l l l l l l l l l l l l l

ada tiga esensial yaitu: l l l l l l

1. Orang yang menghibahkan atau (al-Wahib) l l l

2. Orang yang menerima hibah (al-Mauhib Lah) l l l l

3. Pemberiannya atau perbuatan hibah atau disebut juga dengan al-


l l l l l l l l l l l l l

hibah.13
l

12
7Muhammad Ibnu Hajar al-Asqalani, Subulussalam Jilid III, terj. Abu Bakar
Muhammad,(Surabaya: al-Ikhlas 1995), h. 333
11

Sedangkan Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa disamping hal- hal


l l l l l l l l

yang telah tersebut itu, hibah baru dianggap sah haruslah melalui ijab
l l l l l l l l l l l l l l

Kabul, misalnya penghibah berkata: aku hibahkan kepadamu, aku


l l l l l l l l l l

hadiahkan kepadamu, aku berikan kepadamu, atau yang serupa itu,


l l l l l l l l l l l l l

sedangkan si penerima hibah berkata, ya aku terima, pendapat yang


l l l l l l l l l l l

mewajibkan ijab Kabul adalah sejalan dengan pendapat Imam Syafi‟I dan
l l l l l l l l l l

juga pengikut-pengikut Imam Hambali, sedangkan Imam Abu Hanifah dan


l l l l l l l l l l l l l

pengikutnya berpendapat bahwa dengan ijab saja sudah cukup, tidak perlu
l l l l l l l l l l l l l

diikuti dengan Kabul, dengan perkataan lain bahwa tersebut merupakan


l l l l l l l l l l l l l l

pernyataan sepihak.14
l l l

Syarat-Syarat Hibah l

a. Syarat Orang yang Menghibah (Pemberi Hibah) l l l l l l

1. Penghibah memiliki sesuatu yang di hibahkan


l l l l l l l l l l l

2. Penghibah bukan orang yang di batasi haknya artinya orang


l l l l l l

yang cakap dan bebas bertindak menurut hukum l l l l l l l l

3. Penghibah itu orang dewasa, berakal, dan cerdas. Tidak di


l l l l l l l l l

syaratkan penghibah itu harus muslim. Hal ini berdasarkan l l l l l l l l l l

hadist Bukhari yang menyatakan di perbolehkan menerima


l l l l l l l l l l

hadiah dari penyembah berhala. l l l l l

13
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,) H. 133
14
Ibid, h. 134
12

4. Penghibah itu tidak di paksa sebab hibah merupakan akad yang


l l l l l l l l l l

di syaratkan adanya kerelaan.15


l l l

b. Syarat Orang yang di Beri Hibah l l l l

Orang yang di beri hibah benar-benar ada pada waktu di l l l l l l l l

beri hibah, bila tidak ada atau di perkirakan keberadaannya


l l l l l l l l l l l

misalnya masih dalam bentuk janin maka tidak sah hibah. Jika
l l l l l l l l

orang yang diberi hibah itu ada pada waktu pemberian hibah, akan l l l l l l l l l l l

tetapi ia masih kecil atau gila maka hibah itu harus di ambil oleh
l l l l l l l l l l l l l l l

walinya, pemeliharanya. Atau orang yang mendidiknya sekalipun


l l l l l l l l l l l

ia orang asing.
l l

c. Syarat Benda yang di Hibahkan l l l

1. Benar-benar benda itu ada ketika akad berlangsung. Maka


l l l l l l l l l

benda yang wujudnya akanada seperti anak sapi yang masih


l l l l l l l l

dalam perut ibunya atau buah yang belum muncul di pohon l l l l l l l l l l l

maka hukumnya batal. Para ulama mengemukakan kaidah l l l l l l l

tentang harta yang di hibahkan “segala sesuatu yang sah untuk


l l l l l l l l l

di jual-belikan sah pula untuk di hibahkan”


l l l l l l l l l

2. Harta itu memiliki nilai (manfaat). Maka menurut pengikut l l l l l l l l l l l l l l

Ahmad bin Hambal sah menghibahkan anjing piaraan dan najis l l l l l l

yang di dapat di manfaatkan. l l

3. Dapat di miliki zatnya artinya benda itu sesuatu yang biasa l l l l l l l l l l l l

untuk di miliki, dapat di terima bendanya, dan dapat berpindah


l l l l l l l l l l l l

15
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.160- 161.
13

dari tangan ketangan lain. Maka tidak sah menghibhkan air


l l l l l l l

sungai, ikan di laut, burung udara masjid, atau pesantren.


l l l l l l l l l l l l

4. Harta yang akan di hibahkan itu benilai harta. Maka tidak sah l l l l l l l l

menghibahkan darah dan minuman keras.


l l l l l

5. Harta itu benar-benar milik orang yang menghibahkan maka, l l l l l l l l

tidak boleh menghibahkan sesuatu yang ada di tangannya tetapi


l l l l l l l l l l

itu kepunyaan orang lain seperti harta anak yatim yang


l l l l l l l l l

disamakan kepada seseorang.


l l l l

6. Menurut Hanafiah, jika barang itu berbentuk rumah maka harus


l l l l l l l l l l l l

bersifat utuh meskipun rumah itu boleh dibagi. Tetapi ulama


l l l l l l l l l l l l l l l l

Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Haanifah memperbolehkan hibah l l l l l l l l l

berupa sebagian rumah. l l l l l

7. Harta yang di hibahkan terpisah dari yang lainnya, tidak terkait l l l l l l l l l

dengan harta atau hak lainnya. Karena pada prinsipnya barang


l l l l l l

yang di hibahkan dapat di gunakan setelah akad berlangsung. l l l l l l l l

Jika orang menghibahkan sebidang tanah tetapi di dalamnya


l l l l l l l l

ada tanaman milik orang yang menghibahkan, atau ada orang l l l l l

yang menghibahkan rumah, sedangkan di rumah itu ada benda l l l l l l l l l

milik yang menghibahkan, atau menghibahkan sapi yang


l l l l l l l l

sedang hamil, sedangkan yang di hibahkan itu hanya induknya


l l l l l l l l l

sedangkan anaknya tidak. Maka, ketiga bentuk hibah seperti


l l l l l l l l l l

tersebut di atas hukumnya batal atau tidak sah.16


l l l l l l l l

16
Ibid, h. 161-162
14

Tentang hukum menghibahkan semua harta yang di miliki


l l l l l l l l l l l

terdapat perbedaan. Menurut jumhur ulama, seseorang boleh


l l l l l l l l l l l l

menghibahkan semua harta yang di milikinya. Adapun menurut


l l l l l l l l l l l l

Muhammad Ibnu al- Hasan dan sebagian pengikut mazhab Hanafi


l l l l l l l l l

berpendapat bahwa tidak sah menghibahkan semua harta,


l l l l l l l

meskipun dalam kebaikan karena mereka menganggap yang


l l l l l l l l l

berbuat seperti itu orang yang dungu yang wajib di batasi


l l l l l l l l l l l l

tindakannya. Menghibahkanutang kepada orang yang berutang


l l l l l l l

sama dengan membebaskannya dari utang itu.17 l l l l l l l

d. Perihal Pemberian hibah


l l l l l l

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam hal melakukan l l l l l l l l

hibah menurut hukum Islam, yaitu:


l l l l l l l l l

1. Ijab, yaitu pernyataan tentang pemberian tersebut dari pihak


l l l l l l l l l l l l l

yang memberikan. l l l

2. Qabul, yaitu l l l pernyataan l dari l pihak yang l

menerima pemberian itu. l l l l l l l l

3. Qabdlah, yaitu penyerahan milik itu sendiri, baik dalam l l l l l l l l l l l l

bentuk yang sebenarnya maupun secara simbolis.


l l l l l l l l l

Seseorang yang hendak menghibahkan sebaagian atau seluruh


l l l l l l l l l l l

harta peninggalan semasa hidupnya dalam Hukum Islam (pasal 210


l l l l l l l l

KHI) harus memenuhi syarat berikut :


l l l l l l l l l

17
Ibid, h. 162
15

1. Orang tersebut telah berumur sekurang-kurangnya 21 l l l l l l l l l l

tahun. l

2. Harus berakal sehat l l l

3. Tidak adanya paksaan l

4. Menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya l l l l

kepada orang lain atau lembaga.18


l l l l

Hibah dalam hukum Islam dapat dilakukan baik secara tertulis


l l l l l l l l l l l

maupun secara lisan, bahkan telah ditetapkan dengan tegaas bahwa


l l l l l l l l l

dalam hukum Islam, pemberian berupa harta tidak bergerak dapat l l l l l l l l l l l

dilakukan dengan lisan tanpa mempergunakan suatu dokumen


l l l l l l l l l l l

tertulis. Hibah orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan


l l l l l l l l l l

sebagai warisan (Pasal 211 KHI). Hibah tidak dapat ditarik


l l l l l l l l

kembbali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya (Pasal 212 KHI)
l l l l l l l l l

hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan sakit
l l l l l l l l l l

yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat persetujuan l l l l l l l l l l

dari ahli waris-nya (Pasal 213 KHI). Menurut Pasal 214 KHI,
l l l l l l l l

warga negara Indonesia yang berada di negara asing dapat l l l l l l l l

membuat surat hibah dihadapan konsulat atau kedutaan Republik


l l l l l l l l l l l l

Indonesia setempat sepanjang isinya tidak bertentangan dengan


l l l l l l l l l l l l

ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam.19


l l l l l l l l

D. Hibah Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

18
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015.) h.255
19
Ibid, h.255
16

Hibah di dalam kompilasi hukum Islam yang tertera didalam bab


l l l l l l l l l l

VI yang membahas tentang hibah yang akan di jelaskan dalam pasal 210-
l l l l l l

214.

Pasal 210

1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun l l l l l l l l

berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan


l l l l

sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang lain atau


l l l l l

lembaga di hadapan dua orang saksi untuk di miliki.


l l l l l l l l l l

2. Harta benda yang di hibahkan harus merupakan hak dari


l l l l l l l

penghibah l l

pasal 211

Hibah dan orang tua kepada anaknya dapat di perhitungkan


l l l l l l l

sebabagai warisan.
l l l

Pasal 212

Hibah tidak dapat di tarik kembali, kecuali hibah orang tua


l l l l l l l l l l l

kepada anaknya. l

Pasal 213
17

Hibah yang di berikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan


l l l l l l l l l

sakit yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat


l l l l l l l

persetujuan dari ahli warisnya.


l l l l l l l

Pasal 214

Warga negara Indonesia yang berada di negara asing dapat l l l l l l l l

membuat surat hibah di hadapan konsulat atau Kedutaan Republik


l l l l l l l l l l l l

Indonesia setempat sepanjang isinya tidak bertentangan dengan


l l l l l l l l l l l l

ketentuan pasal- pasal ini20 l l l l l

E. Macam-Macam Hibah

1. Hibah Bersyaratl l

Apabila hibah dikaitkan dengan suatu syarat seperti syarat pembatasan


l l l l l l l l l l l

penggunaan barang oleh pihak penghibah kepada pihak penerima


l l l l l l l l l l l

hibah, maka syarat tersebut tidak sah sekalipun hibahnya itu sendiri
l l l l l l l l l l l l l l

sah. Seperti seorang yang menghibahkan sebidang tanah kepada orang


l l l l l l l l l

lain dengan syarat pihak penerima hibah tidak boleh mengharap tanah
l l l l l l l l l l

tersebut tanpa seizing pihak penghibah, persyaratan yang demikian


l l l l l l l l l l l l l

jelas bertentangan dengan prinsip hibah.


l l l l l l l

2. Hibah ‘Umra Atau Hibah Manfaat


l l l l

Yaitu hibah bersyarat dalam bentuk bahwa seseorang dibolehkan


l l l l l l l l l l

memiliki sesuatu yang semul milik penghibah selama penerima hibah


l l l l l l l l l l l l l l l l l l

masih hidup. Bila penerima hibah meninggal dunia, maka harta


l l l l l l l l l l l l

tersebut harus dikembalikan kepada pihak penghibah. Jenis transaksi


l l l l l l l l l l l l l l

20
Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,(Jakarta:Permata Press,2014), h. 64-65.
18

ini lebih tepat disebut sebagai ariah (pinjaman) dan hal ini boleh
l l l l l l l l l l l l l l l

dilakukan. l l

3. Hibah Ruqbah l l

Adalah pemberian bersyarat, jika syarat itu ada maka harta itu menjadi l l l l l l l l l l l

milik penerima hibah dan bila syarat itu tidak ada maka harta itu
l l l l l l l l l l l l

menjadi milik penerima hibah. Dan bila syarat itu tidak ada maka harta
l l l l l l l l l l l l

itu akan kembali kepada pemberi hibah. Misalnya seseorang


l l l l l l l l l l l l

penghibah berkata bahwa “rumah ini diberika kepadamu dan akan


l l l l l l l l l l l

menjadi milikmu bila aku mati terlebih dahulu, ini berarti bila pihak
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

yang menerima hibah meninggal dunia terlebih dahulu maka benda l l l l l l l l l l l l l l

yang dihibahkan tersebut kembalipada pihak penghibah. Sama dengan


l l l l l l l l l l l

umra jenis ini juga dibolehkan berdasarkan sabda Rasulullah


l l l l l l l l l l l

SAW.yang artinya l

Artinya:dari jabir r.a dikatakan bahwa Rasulullah SAW. telah


l l l l l l l

bersabda: “Umra itu boleh dilakukan oleh siapa saja yang sanggup
l l l l l l l l l l

melakukannya dan ruqbah itu juga boleh dilakukan oleh orang yang
l l l l l l l l l l

sanggup melakukannya’’(diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’I dan


l l l l l l l l l

Ibnu l l Majah).21

21
Mu‟amal Hamidy, dkk. Terjemah Nailul Author V, cet 1, h.1987.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hibah Merupakan akad atau perjanjian, Pemberian Cuma-Cuma atau


l l l l l l l l l l l l

pemberian tanpa ganti, Benda (barang) yang dihibahkan mempunyai


l l l l l l l l l l

nilai dan Hibah dapat dilaksanakan oleh seseorang kepada orang lain,
l l l l l l l l l

oleh seseorang kepada badan-badan tertentu, juga beberapa orang yang


l l l l l l l l l l

berserikat kepada yang lain.


l l l l l

2. Dasar hukum islam didasari oleh nash Al-Quran dan hadist Nabi. l l l l l l l l l

3. Rukun hibah ada tiga esensial yaitu: Orang yang menghibahkan atau
l l l l l l l l l l l l

(al-Wahib), Orang yang menerima hibah (al-Mauhib Lah) dan l l l l l l l

Pemberiannya atau perbuatan hibah atau disebut juga dengan al- hibah.
l l l l l l l l l l l l l l

4. Hibah di dalam kompilasi hukum Islam yang tertera didalam bab VI


l l l l l l l l l l l

yang membahas tentang hibah yang akan di jelaskan dalam pasal 210-
l l l l l

214.

B. Saran

Untuk
l l cakupan l pembahasan l di l perluas l l lagi. l

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku : l l

Budiono Herlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,


l l l l l

Citra Aditya, Bandung 2008, h. 375.


l l l

Hamidy Mu‟amal, dkk. Terjemah Nailul Author V, cet 1, h.1987


l l l l l l l l

Ibnu Hajar al-Asqalani Muhammad, Subulussalam Jilid III, terj. Abu Bakar
l l l l

Muhammad,(Surabaya: al-Ikhlas 1995), h. 333 l l

Lumban Tobing G.H.S., Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999, hal.
l l l l l l

201.

Manan Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: l

Kencana Prenada Media Group,) H. 133


l l l l l

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h.


l l l l

342-343

Rahman Abdul, Fiqh Muamalat,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), l l l l l l

h.160- 161.

Ramulyo Idris, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan


l l l

Kewarisan Menurut Hukum Perdata, H.145-146.

Rofik Ahmad, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo


l l

Persada, 2015), h. 375-379


l

Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015.)


l l l l l l

h.255

20
21

Subekti R, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1995, h. 94-95


l l l l l l

Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam,(Jakarta:Permata Press,2014), h. 64-


l l l l l

65.

Internet :
l l l

Al-Qur‟an, Surah An-Nisa Ayat 4.


l l l

Al-Qur‟an, Surat Al-Baqarah Ayat 262.


l l

Al-Qur‟an, Surat Al-Munafiun Ayat 10


l l l l l

Hukum Zone, “Hibah menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,


l l l l l l l l l l l l l

http://hukumzone.blogspot.com/2016/05/hibah-menurut-kitab-undang-
l l l l l l l l l

undang-hukum.html, Diaksestanggal 02 maret 2023, Pukul 15.45 WIB.


l l l l l l l l l

Anda mungkin juga menyukai