FIQH MU’AMALAH
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................
1.1 PENGERTIAN ‘ARIYAH.........................................................
1.2 DASAR HUKUM ‘ARIYAH.....................................................
1.3 PEMBAYARAN ‘ARIYAH.......................................................
1.4 MEMINJAM DAN MENYEWAKAN........................................
1.5 TANGGUNG JAWAB PEMINJAM..........................................
BAB II: HIWALAH
2.1 PENGERTIAN HIWALAH.......................................................
2.2 DASAR HUKUM HIWALAH...................................................
2.3 JENIS HIWALAH...................................................................
2.4 RUKUN HIWALAH................................................................
2.5 SYARAT HIWALAH...............................................................
2.6 AKIBAT HUKUM...................................................................
2.7 AKAD HIWALAH BERAKHIR.................................................
BAB III: AR-RAHN (GADAI)
3.1 PENGERTIAN GADAI............................................................
3.2 DASAR HUKUM GADAI.........................................................
3.3 SYARAT SYAH GADAI...........................................................
3.4 PEMANFA’ATAN BARANG GADAI.........................................
BAB V: PENUTUP
5.1 KESIMPULAN........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
‘Ariyah ( ۱ ) ﻝﻌار ﻳةadalah Suatu yang dipinjam, pergi atau beredar.
Dengan demikian ‘ariyah yaitu perbuatan seseorang yang membolehkan atau m
engizinkan orang lain untuk mengambil manfaat barang miliknya tanpa ganti
rugi. Para ulama figih membedakan pengertian ‘ariyah dan hibah. Kendatipun
keduanya mengandung pengertian kebebasan memanfaatkan barang menurut
mereka ‘ariyah yang unsurn dipinjam hanya manfa’atnya serta dalam jangka
waktu terbatas. Sedangkan hibah terkait dengan materi barang yang disedekahkan
dan tidak memiliki batas waktu.
Mengenai definisi ‘ariyah para ulama mengemukakan ;pendapat mereka
Ulama malikiyah dan Imam As-SYARAKHSI (Tokoh Fiqh Hanafi)
mendefinisikan:
ﺘﻤﻠﻚ ﺍﻟﻣﻨﻓﻌﺖ ﺑﻐﻴﺮ ﻋوض
“Pemilikan mejadi tanpa ganti rugi’’
Ulama Syafi’iyah dan Hambali mengemukakan definisinya:
ﻟﻤﻨﻔﻌﺖ ﺑﻼ ﻋﻮ ﺽ١ إﺑﺍﺤﺖ
“Kebolehan memanfa’atkan berang (orang lain) tanpa ganti rugi”
Kedua defenisi tersebut memiliki makna berbeda sehingga membawa perbedaan
hukum umpamanya: mengenai boleh atau tidak seseorang dalam meminjamkan
mobil yang dipinjamnya kepada orang lain (pihak ke 3).
Menurut definisi pertama mobil itu dapat dipinjamkan kepada pihak ketiga.
Sebab, ada kebebasan kepelilikan manfa’at dan boleh dimanfaatkan orang
lain(pihak ke 3). Sedangkan menurut definisi kedua, mobil itu hanya dibolehkan
bermanfaatnya oleh pihak kedua, tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak ke 3,
kecuali ada izin dari pihak pertama.
1
1.1 pengertian ‘Ariyah
‘Ariyah menurut bahasa yaitu pinjaman, sedangkan menurut istilah
‘Ariyah ada beberapa pendapat:
1. Menurut Hanafiyah ‘ariyah adalah
ﻟﻤﻨﺍﻓﻊ ﻣﺤﺍﻧﺍ١ ﺗﻤﻠﻴﻚ
“memiliki manfa’at secara Cuma-Cuma”
2. Menurut malikiyah ‘ariyah adalah
ﺗﻤﻠﻴﻚ ﻣﻨﻔﻌﺖ ﻻﺑﻌﻮض
“memiliki manfa’at dalam waktu tertentu tanpa imbalan”
3. Menurut Syafi’iyah ‘ariyah adalah
ﺇ ﺑﺎ ﺣﺕ ﺍﻻ ﻧﺘﻔﺎ ﻉ ﻣﻦ ﺷﺨﺺ ﻔﻴﻪ ﺃ ﻫﻠﻴﺖﺍﻠﺗﺒﺭﻉ ﺒﻪ ﺒﻘﺄ ﻋﻴﻨﻪ ﻟﻴﺭﺩ ﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻠﻤﺘﺒﺭﻉ
“kebolehan dalam mengambil manfa’at dari seseorang yang
membebaskanya, apa yang mungkin untuk dimanfa’atkan, serta tetap zat
barangnya supaya dapat dikembalikan kepada pemiliknya”
4. Menurut Hanabilah ‘ariyah adalah
ﻟﻤﺳﺘﻌﺮﺃﻭﻏﻴﺮە١ﻟﻔﻴﻦ ﺑﻔﻴﺮﻋﻮﺽ ﻣﻦ١إﺑﺍﺣﺔ ﻧﻔﻊ
“kebolehan memanfa’atkan suatu zat barang tanpa imbalan dari peminjam
atau yang lainya “
Dalam Surat annisa’ ayat 58
) ﻻﻣﺍﻧﺍﺕﺈﻟﻯﺃﻫﻠﻬﺍ (ﺍﻟﻧﺴﺄ١١ﷲ ﻳﺃ ﻣﺮﻛﻢ ﺃ ن ﺗﻮﺩﻮ١إن
“sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya”
4
Melebihkan bayaran dari sejumlah hutang diperbolehkan, asal saja
kelebihan itu merupakan kemauan dari yang berhutang semata. Hal ini
akan menjadi nilai kebaikan yang membayar hutang. Sebagaimana sabda
Rosullah saw:
)ﻓﺎﺀﻥﻣﻦ ﺧﻴﺭﻛﻢ ﺃ ﺣﺴﻛﻢ ﻗﻀﺎ (ﺭﻭﺍﻩﺍﻩﻠﺒﺠﺭﻯﻭﻣﺴﻠﻡ
“sesungguhnya diantara orang yang terbaik dari kamu adalah orang yang
sebai-baiknya dalam mambayar hutang”(riwayat bukhori dan muslim)
Rosullah saw perhutang hewan, kemudian beliau membayar hutang
itu dengan yang lebih besardan tua umurnya dari hewan yang beliau
pinjam. Jika penambahan tersebut dikehendaki oleh orang yang
berhutangan, maka tambahan itu tidak halal bagi yang brpiutang untuk
mengambil.
Sabda Rosullah saw:
“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaatnya, maka itu adalah salah satu
cara dari sekian cara riba”(dikeluarkan oleh Baihaqi).
5
1.6 Tanggung Jawab Peminjam
ﻟﻴﺲﻋﻠﻰﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻴﺮﺧﻴﺮﺍﻟﻤﻔﻞﺿﻤﺎﻥﻭﻩﺍﻟﻤﺴﺘﻮﺩﻉﺧﻴﺭﺍﻟﻤﻔﻞﺿﻤﺎﻥﺃﺧﺭ(ﺟﻪﺍﻟﺩﺍﺭﻗﻄﻨﻰ
“pinjaman yang tidak berhianat tidak berkewajiban mengganti kerusakan,
orang yang dititipi yang tidak berkhianat tidak berkewajiban mengganti
kerusakan” (dikeluarkan al-Daruqurhni)
6
BAB II
HIWALAH
7
Sabda Rosullah saw:
8
2.4. Rukun hiwalah
Menurut mazhab hanafi, rukun hiwalah hanya ijab (pernyataan
melakukan hiwalah) dari pohak pertama, dan qabul (penyataan menerima
hiwalah) dari pihak kedua dan pihak ketiga.
Menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali rukun hiwalah ada
enam yaitu:
Pihak pertama
Pihak kedua
Pihak ketiga
Ada hutang pihak pertama pada pihak kedua
Ada hutang pihak ketiga kepada pihak pertama
Ada sighoh (pernyataan hiwalah)
10
2.6. Akibat Hukum
Jika aqad hiwalah telah ternjadi maka akibatnya:
Sekiranya ada pihak yang diragukan dalam melaksanakan akad hiwalah itu.
Maka ia dapat mengadakan gugatan yang sudah barang tentu bukti yang
kuat dengan dapat dipertanggung jawabkan.
12
BAB III
GADAI (AR-RAHN)
)ﻭﺍﻦﻛﻨﺗﻡﻋﻠﻰﺳﻔﺭﻭﻠﻡﺗﻀﺩﻭﺍﻛﺎﺗﺑﺎﻔﻦﻫﺎﻦﻣﻘﺑﻭﻀﺔﻓﺈﻦﺃﻣﻦﺑﺤﻀﻜﻡﺑﺤﻀﺎﻓﻠﺆﺪﺍﻠﺫﻯﺍﺆﻗﻤﻦﺃﻤﺎﻧﺘﻪﻭﻠﻴﺘﺍﷲﺭﺱ(ﺍﺑﻘﺭﺓ
“jika kamu dalam perjalanan (dan tidak bermualah secara tunai) sedang ka
u tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaknya ada orang barang
tanggungan yang dipegang(oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu
menunaikan amanatnya(Al-baqoarah:285)
13
Sabda Rosullah saw:
ﻋﻦﺃﻧﺲﻗﺎﻝﺭﻫﻦﺭﺳﻮﻝﷲﺻﻠﻡﺭﻋﺎﻋﻧﺩﻠﻬﻮﺩﻱﺑﺎﻠﻤﺩﻳﻨﺔﻮﺃﺧﺫﺷﺨﻳﺭﺍﻷﻫﻠﻼ
(ﺭﻮﺃﻩﺣﻣﺩﻮﺃﺣﻣﺩﻮﺍﻠﺒﺨﺎﺭﻯﻭﺍﻠﻧﺴﺎﺀﻭﺍﻠﺒﻦﻣﺎﺟﻪ
“dari anas berkata: “Rosullah telah menuguhkan baju besi beliau kepada
seorang yahudi dimadinah, sewaktu Beliau menghutang syair(gandum) dari
orang yahudi itu untuk keluarga beliau.(HR Ahmad, Nasa’i, dan Ibnu
Majah)
Menurut riwayat lain, gandum yang dipinjam Rosullah sebanyak 30
sha’(90 liter) dan sebagai jaminanya baju perang beliau. Dari hadist diatas
dapat dipahami bahwa bermualah dibenarkan juga dengan non muslim, dan
harus ada jamianan sebagai pegangan sehingga tidak kehawatiran bagi
yang memberi piutang.
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
‘ariyah yaitu perbuatan seseorang yang membolehkan atau
mengizinkan orang lain untuk mengambil manfaat barang miliknya tanpa
ganti rugi
Hiwalah ( )ﺍﻟﺤﻭﻟﻪberarti pengalihan, pemindahan, berubah kulit dan
memikul sesuatu diat Ulama mazhab Hanafi (Ibnu Abidin) mendefinisikan
Hiwalah ialah pemindahan membayar hutang dari orang yang berhutang
(al-muhiil = ﺍﻟﻣﺤﻴﻞKepada yang berhutang lainya(muhaal alaih=
ﻋﻠﻴﻪ )ﺍﻟﻣﺤﺎﻝUlama mazhab Hanafi lainya (Kamal bin
Humman)mendefinisikanya dengan : ”Pengalihan kewajiban membayarkan
hutang dari pihak pertama kepada pihak lainya yang berhutang kepadanya
atas dasar saling mempercayai”.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Hendi suhendi,M.si.1997. Fiqih Muamalah. Bandung: pustaka rajawali
pers
Fiqh muamalah membahahas ekonimi islam