RIBA
Di Susun Oleh :
• KASWITA
Semester III
KATA PENGANTAR
1
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah , kami panjatkan rasa syukur kehadhirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan segala rahmatnya kepada kami, sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan.
Dalam penyediaan makalah ini bertujuan sebagai tugas yang diberikan kepada
kelompok kami dan sebagai salah satu sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar
Makalah ini dibuat dengan maksud sebagai pedoman atau target capai yang harus
dikuasai oleh para Mahasiswa/Mahasiswi pada umumnya, namun demikian tentunya masih
Akhirnya tak lupa kami sampaikan terimakasih banyak kepada Bapak Dosen
Pembimbing serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga buku makalah ini bermanfaat bagi para pemakai pada umumnya dan semoga
menjadi amal ibadah serta kebaikan bagi penyusun, Amiin ya Robbal ‘Alamin…
2
RIBA
Pengertian Riba
Menurut bahasa riba berarti tambahan (ziyadah-Arab, addition-Inggris), sedangkan
menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok sebagai syarat
terjadinya suatu taransaksi. Sedangkan menurut Al Jurjani merumuskan riba sebagai
kalebihan / tambahan pembayaran tanpa ada ganti / imbalan, yang disyaratkan bagi salah
seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi).
Dampak Riba
Adapun dampak dari praktek riba antara lain :
1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin.
2. Modal besar yang dikuasai pemilik modal tidak disalurkan kepada usaha-usaha
yang produktif, tetapi justru disalirkan dalam perkreditan berbunga yang belum
produktif.
3. Dapat menyebankan kebangkrutan usaha.
Jenis-Jenis Riba
Riba Fudul
Penukaran dua barang sejenis dalam jumlah yang tidak sama. Contoh :
menukar 2 gram emas dengan 2,5 gram emas yang sama.
3
Riba Qardi
Riba dalam bentuk hutang piutang atau pinjaman dengan syarat ada
tambahan atau keuntungan bagi yang memberi pinjaman. Contoh : si A memberikan
pinjaman uang Rp 10.000 kepada si B dengan syarat si B harus mengembalikan
sebesar Rp 11.000.
Riba Yad
Riba yang dilakukan dalam transaksi jual beli yang belum diserah terimakan
namun oleh si pembeli sudah dijual lagi kepada orang lain. Contoh : si A menjual
motor kepada si B tetapi si B belum menerima motor tersebut, tetapi si B sudah
menjual motor tersebut kepada si C
4
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
Artinya : Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa. (Qs Al Baqarah : 276)
لعن ال اكل الربا ومؤكله وكاتبه وشاهده وهم يعلمون والواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة
﴾والنامصة والمتنمصة ﴿رواه الطبرانى
5
Persoalan Bunga Bank
Bunga bank yang diterapkan oleh bank-bank konvensional pada dasarnya
merupakan tambahan yang diambil dari prosentase dana yang disalurkan kepada kreditor
melalui produk-produk penyaluran dana yang disediakan atau dana yang ditanam (saving).
Sistem bunga ini digunakan, baik untuk biaya opersional bank maupun untuk kompensasi
nasabah penanam modal. Dengan demikian para nasabah, baik yang menabung, deposito,
giro ataupun pemakai produk bank lainnya, juga mendapatkan kompensasi bunga berupa
tambahan prosentase dari dana yang ditanam (saving).
Dewasa ini juga terdapat bank yang dalam opersionalnya tidak memakai system
bunga, namun memakai prinsip-prinsip syariah sehingga dapat terbebas dari bunga. Inilah
yang dikenal dengan Bank Syariah. Beberapa perbedaan antara sistem bunga dengan
prinsip syariah yang diterapkan oleh bank konvensional dan bank syariah dalam
memberikan pendanaan kepada nasabah antara lain sebagai berikut :
Pokok-pokok
No Sistem Bunga Prinsip Syariah
Perbedaan
1. Dasar perjanjian Perjanjian pengenaan bunga Perjanjian imbalan
penentuan bunga / tidak berdasadkan keuntungan / berdasarkan pada
imbalan kerugian. keuntungan / kerugian.
Dasar perhitungan Persentase tertentu dari total Besarnya nisbah bagi hasil
2.
bunga / imbalan danayang dipinjamkan kepada didasarkan atas jumlah
nasabah keuntungan yang diperoleh
nasabah.
6
memenuhi persyaratan syariah.
(bankable)
6. Pandangan prinsip
syariah terhadap Pembayaran / pengenaan bunga Pembayaran imbalan
sistem bunga oleh kreditur kepada nasabah berdasarkan bagi hasil
dianggap haram sifatnya halal
2. PB NU
PB NU melalui Lajnah Bahsul Masa’il NU yang bersidang di Bandar Lampung pada
tahun 1982 memutuskan bahwa bunga bank haram dan merekomendasikan
berdirinya bank syariah dengan sistem tanpa bunga.
3. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) pada tahun 2000 mengeluarkan fatwa
bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syariah. Selanjutnya pada tanggal 16
Desember 2003 kembali MUI mengeluarkan fatwa, kali ini lebih tegas dengan
menyatakan bahwa bunga bank adalah haram.
4. Pendapat Abu Zahra, Guru Besar pada Fakultas Hukum
Universitas Cairo, Abul A’la Al Maududi (Pakistan), Muhammad Abdullah Al
A’rabi, Penasihat Hukum pada Islamic Congress Cairo dan lain-lain yang
menyatakan bahwa bunga bank itu ruba nasiah, yang dilarang oleh islam.
5. Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin pesantren Bangil
(Persis) yang menerangkan bahwa bunga bank yang seperti di Negara kita kita ini
bukan riba yang diharamkan, karena tidak bersifat ganda sebagaimana seperti yang
dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 130 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.
7
Cara Memberantas Riba
Riba merupakan salah satu yang harus diperangi oleh masyarakat muslim, karena
itu seluruh umat muslim harus berusaha untuk mengurangi bahkan memberantas segala
bentuk-bentuk dari praktek riba dalam segala bidang. Adapun cara yang dapat dilakukan
untuk memerangi dari praktek riba itu di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Menyuburkan dan memakmurkan sedekah, karena memang sedekah sangat
dianjurkan sekali dalam agama islam (QS. Al Baqarah : 276)
2. Dana dari sedekah tadi digunakan untuk memfasilitasi segala bidang-bidang yang
telah terkena paraktik riba, sehingga dengan bantuan dari dana sedekah tersebut
masyarakat dituntut untuk menggunakan uangnya untuk keperluan-keperluan yang
produktif saja dan bukan digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumtif.
3. Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penggunaan dana syariah yang
dapat digunakan untuk mendanai proyek dan kegiatan yang bisa didanai secara
syariah, misalnya mengenai asuransi syariah dan perkreditan syariah
4. Memanfaatkan bunga dari bank untuk kepentingan masyarakat umum, karena jika
bunga bank yang haram itu tidak diambil maka bunga tersebut akan digunakan lagi
oleh bank untuk mendanai proyek-proyek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Karena hakikatnya bunga bank itu berasal dari masyarakat umum, sehingga
pemenfaatanya juga harus diberikan untuk memfasilitasi masyarakat umum dan
bukan untuk digunakan secara pribadi.
8
4. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang ingin mendirikan toko dengan
sisitem yang sesuai dengan syariah
Daftar Pustaka
Antonio, Muhammad syafi’i. 2001. Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani
Press
Muslih, Mohammad dan Drs. Nur Hadi Ikhsan. 2007. Fiqih untuk Kelas IX Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta : Yudhistira
Siamat, Dahlan. 2001. Managemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga). Jakarta : FEUI
Zuhdi, Masyfuk. 1994. Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta : Haji
Masagung.