Anda di halaman 1dari 14

-HIBAH-

KELOMPOK 9
Anggota Kelompok

Rahardhian Saputra
Muhamad Habib Syailandra
Dewa
Aji Muklis
Faadi Firzatullah
Pengertian Hibah
Hibah berasal dari bahasa Arab yang secara
etimologis berarti melewatkan atau menyalurkan,
juga bisa diartikan memberi. Hibah merupakan
salah satu contoh akad tabarru, yaitu akad yang
Apa itu dibuat tidak ditujukan untuk mencari keuntungan
(nonprofit), melainkan ditujukan kepada orang
Hibah? lain secara cuma-cuma.

Sedangkan menurut istilah ialah akad yang


menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti
ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela
Pengertian Hibah
Hibah adalah suatu pemberian oleh seseorang
yang masih hidup kepada orang lain secara
cuma-cuma dan tidak dapat ditarik kembali, atas
Hibah Menurut barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
Berbeda dengan harta warisan, biasanya hibah
KUHP Perdata dapat dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan
Pasal 1666 atau hubungan darah. Itulah mengapa hibah
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti dalam urusan sosial, kenegaraan,
pendidikan, agama, dan lain sebagainya.
Dasar Hukum
Dalam Ayat - Ayat Al - Qur’an maupun teks dalam
hadist banyak yang menganjurkan penganutnya
untuk berbuat baik dengan cara tolong menolong
QS: Al Maidah: 2 dan salah satu bentuk tolong menolong tersebut
adalah memberikan harta kepada orang lain yang
“… dan tolong menolonglah betul – betul membutuhkannya.
kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa.” Dalam Islam adanya hibah sangat dianjurkan
mengingat ia bersifat tolong-menolong (ta’awun)
antar sesama. Ulama hanafiah berpendapat bahwa
sifat kepemilikan pada hibah adalah tidak lazim.
Dengan demikian dapat dibatalkan oleh pemberi
Rukun Hibah

Menurut Ibnu Rusyd


Jumhur ulama
Rukun hibah ada tiga:
(1) orang yang menghibahkan Rukun hibah itu ada empat, yaitu
(alwāhib); (a) orang yang menghibahkan,
(2) orang yang menerima (b) harta yang dihibahkan,
hibah (al-mauhūb lah); (c) lafaz hibah, dan
(3) pemberiannya (al-hibah) (d) orang yang menerima hibah
Syarat Hibah

1. Harta yang akan dihibahkan ada ketika akad hibah berlangsung.


2. Harta yang dihibahkan itu bernilai harta menurut syara'.
3. Harta itu merupakan milik orang yang menghibahkannya.
4. Menurut ulama Hanafiyah apabila harta yang dihibahkan itu berbentuk rumah harus bersifat
utuh, sekalipun rumah itu boleh dibagi. Akan tetapi, ulama Malikiyah, Syafi'iyah, dan Hanabilah
mengatakan bahwa menghibahkan sebagian rumah boleh saja dan hukumnya sah. Apabila
seseorang menghibahkan sebagian rumahnya kepada orang lain, sedangkan rumah itu
merupakan miliknya berdua dengan orang lain lagi,
5. Harta yang dihibahkan itu terpisah dari yang lainnya dan tidak terkait dengan harta atau hak
lainnya, karena prinsip barang yang dihibahkan itu dapat dipergunakan oleh penerima hibah
setelah akad dinyatakan sah.
6. Harta yang dihibahkan itu dapat langsung dikuasai (alqabdh) penerima hibah.
Macam-Macam Hibah

1. Al-Hibah, yakni pemberian sesuatu kepada yang lain untuk dimiliki zatnya tanpa mengharapkan
penggantian (balasan)
2. Shadaqah. Yakni yang menghibahkan sesuatu dengan harapan pahala di akhirat
3. Washiat, pemberian seseorang kepada yang lain yang diakadkan ketika hidup dan diberikan
setelah yang mewasiatkan meninggal dunia. Sebagai catatan perlu diketahui bahwa tidak
semua washiyyat itu termasuk pemberian, untuk lebih lengkap akan dibahas pada bab khusus
4. Hadiah, yang dimaksud dengan hadiah ialah pemberian yang menuntut orang yang diberi hibah
untuk memberi imbalan.
Pelaksanaan Hibah
di Indonesia
Apabila kita mengkaji pasal-pasal yang mengatur tentang hibah dalam hukum
perdata, maka dapat dikatakan bahwa unsur-unsur suatu hibah ada tiga macam,
yaitu ada si penghibah, penerima hibah dan barang atau benda yang dihibahkan.

1. Si Penghibah
Si penghibah ingin memberikan sesuatu yang dibolehkan dalam hukum secara
cuma-cuma tanpa mengharapkan penggantian atau imbalan jasa. Akan tetapi
tidak dibolehkan memberi hibah apabila belum dewasa, sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 1677 KUH Perdata.
Pelaksanaan Hibah
di Indonesia
2. Penerima Hibah
Untuk menerima suatu hibah dibolehkan orang yang belum dewasa, tetapi ia
harus diwakili oleh orang tuanya atau walinya, bahkan dalam Pasal 1679 KUH
Perdata dinyatakan, bahwa orang yang menerima hibah itu harus sudah ada
(sudah dilahirkan) pada saat dilakukan penghibahan. Dalam Pasal 2 KUH Perdata
lebih lanjut dinyatakan bahwa “anak yang ada dalam kandungan pun dianggap
sebagai telah dilahirkan manakala kepentingan si anak itu menghendaki”.
Pelaksanaan Hibah
di Indonesia
Sementara itu, dalam Pasal 1680 KUH Perdata dinyatakan bahwa: Penghibahan
kepada lembaga-lembaga umum atau lembaga-lembaga agama tidak
mempunyai akibat selamanya sekedar oleh presiden atau penguasa-penguasa
yang telah ditunjuk olehnya telah diberikan kekuasaan pada pengurus lembaga-
lembaga tersebut, untuk menerima pemberian-pemberian itu.
Selanjutnya pada Pasal 904 s/d 907 KUH Perdata dijelaskan bahwa tidak
dibenarkan menerima hibah: guru-guru/pengasuh dari muridnya, orang yang
mempunyai hubungan khusus seperti dilarang pemberian hibah wasiat kepada
walinya atau kepada dokter yang merawat selama sakitnya atau kepada notaris
yang membuat testament hibah wasiat.
Pelaksanaan Hibah
di Indonesia
3. Barang yang dihibahkan
Hibah meliputi barang bergerak dan tidak bergerak, dengan demikian, dalam
pengalihannya, pemindahanya telah diatur dalam Pasal 1682 s/d pasal 1687 KUH
Perdata, yang pada prinsipnya dapat dilihat bahwa untuk penghibahan benda tak
bergerak ditetapkan suatu formalitas dalam bentuk akta notaris. Tetapi untuk
menghibahkan benda yang bergerak yang berbentuk atau surat penghibahan
atas tunjuk (aan toonder) tidak diperlukan suatu formalitas dan dapat dilakukan
dengan secara sah dengan penyerahan barangnya begitu saja kepada si
penerima hibah kepada pihak ketiga yang menerima pemberian hibah atas
namanya.
Kesimpulan

Bahwa fungsi utama dari hibah adalah menjembatani kesenjangan sosial antara orang yang
mampu dan orang yang tidak mampu. Selain itu, hibah juga merupakan wadah pemerataan
keadilan sosial, menanggulangi/mengurangi beban kesulitan sesama umat manusia dan
merupakan asset yang potensial dalam membangun lembaga-lembaga sosial.

Bahwa antara Hukum Perdata dan Hukum Islam dalam hal pelaksanaan hibah, di samping
terdapat persamaan juga terdapat perbedaan, baik dari segi dasar hukum maupun dari segi
sifatnya. Permaan itu dapat dilihat antara lain, dalam hal fungsi, tujuan, serta unsur dan
syarat-syaratnya. Sedangkan perbedaannya dapat dilihat asal muasal dasar hukumnya dan
wilayah keberlakuannya (kompetensi absolutnya), serta batasan jumlah yang boleh
dihibahkan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai