Anda di halaman 1dari 10

EKSISTENSI HIBAH DAN POSIBILITAS PEMBATALANNYA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Oleh : Azni
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
e-mail : azni_umar@yahoo.com

Abstrak
Hibah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain dimana pemberi tersebut masih
dalam kondisi masih hidup. Secara materil, eksistensi hibah ada hubungannya dengan kewarisan.
Hal ini secara gamblang ditegaskan dalam Hukum Positif di Indonesia seperti; Kompilasi
Hukum Islam, Hukum Adat dan KUHPerd. Selain itu, adanya posibilitas pembatalan hibah
yang telah diberikan oleh seorang pemberi hibah kepada yang menerima hibah sebagaimana
dijelaskan dalam Kompilasi hukum Islam, Hukum Adat dan KUHPerd.

Kata kunci : Hibah, kewarisan dan hukum positif di Indonesia

A. Pendahuluan Hibah adalah suatu persetujuan dimana si penghibah


Marcus Tullius Cicero (Romawi) dalam De di waktu hidupnya dengan cuma-cuma dan dengan
Legibus menyatakan hukum adalah akal tertinggi (the tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu
highest reason) yang ditanamkan oleh alam dalam diri benda guna keperluan si penerima Hibah yang
manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa menerima penyerahan itu. Penghibahan termasuk
yang tidak boleh dilakukan.1 Ukuran dan unsur yang perjanjian sepihak, dimana hanya satu pihak saja
digunakan dalam perspektif ini adalah aspek perbuatan yang ,mempunyai kewajiban atas perjanjian itu, yaitu
yang boleh diperbuat manusia dan aspek perbuatan si penghibah, sedangkan pihak yang menerima
yang harus dihindari. Perbuatan manusia antara yang Hibah sama sekali tidak mempunyai kewajiban.
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan merugikan Penghibahan termasuk perjanjian “ dengan
atau tidak merugikan, bertentangan dengan norma cuma-cuma” (om niet) dimana perkataan “dengan
yang ditetapkan oleh negara atau tidak merupakan cuma-cuma” itu ditunjukan pada hanya adanya
beberapa unsur yang menentukan rumusan mengenai prestasi dari satu pihak saja, sedang pihak yang
hukum.2 lainnya tidak perlu memberikan kontra-prestasi
Kitab Undang- undang Hukum Perdata sebagai imbalan. Perjanjian yang demikian juga
(KUHPerd) pada pasal 1666 menyatakan bahwa, dinamakan “sepihak” (unilateral) sebagai lawan
dari perjanjian “bertimbal balik” (bilateral).
Perjanjian yang banyak tentunya adalah bertimbal
1
Johannes Ibrahim dan Lindawati Sewu, Hukum Bisnis dalam
Persepsi Manusia Modern, (Bandung : Refika Aditama, 2004), h. 5 balik, karena yang lazim adalah bahwa orang yang
2
Di kalangan ahli hukum, pemahaman tentang pengertian hukum menyanggupinya suatu prestasi karena ia akan
mudah ditemukan di berbagai leteratur baik klasik maupun modern.
Meski demikian, ada beberapa perbedaan dari setiap rumusan atau
menerima suatu kotra-prestasi.3
unsur-unsur yang disampaikan para ahli hukum. Perbedaan di
kalangan ahli ini wajar mengingat latar belakang pendidikan,
lingkungan sosial, budaya, politik, ekonomi dan kepentingan yang
mendasarnya juga berbeda. Lihat Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum R Subekti, Aneka Perjanjian, (Jakarta : PT Citra Aditya Bakti,
3

Islam Kontemporer, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 1 19995), hal 94-95

100|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

Perkataan “selama waktu hidup” si penghibah, untuk dimiliki. Selanjutnya menurut pasal 210
adalah untuk membedakan si penghibah itu dari kompilasi Hukum Islam pada ayat (1) menyatakan
pemberian-pemberian yang dilakukan dalam suatu bahwa orang yang telah berumur sekurang-kurang
testament (surat wasiat), yang baru akan 21 tahun, berakal sehat tanpa adanya paksaan
mempunyai kekuatan dan berlaku sesudah si dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3
pemberi meninggal dan setiap waktu selama si harta bendanya kepada orang lain atau lembaga
pemberi itu masih hidup, dapat diubah atau ditarik dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki.
kembali olehnya. Pemberian dalam testament itu Selanjutnya pada ayat (2) menyatakan harta benda
dalam B.W. dinamakan “Legaat” (Hibah Wasiat) yang dihibahkan harus merupakan hak dari
yang diatur dalam hukum waris, sedangkan penghibah. Dengan demikian apabila seseorang
penghibahan ini adalah suatu perjanjian. Karena yang menghibahkan harta yang bukan merupakan
penghibahan menurut B.W. itu adalah suatu haknya, maka hibahnya menjadi batal.
perjanjian, maka sudah dengan sendirinya ia tidak Berdasarkan ketentuan diatas, dapat dikatakan
dapat ditarik kembali secara sepihak oleh si bahwa setiap orang dapat memberi atau menerima
pemberi hibah.4 suatu hibah, kecuali orang-orang yang dinyatakan
Dalam hukum adat, yang dimaksud dengan tidak cakap untuk itu. Selain itu, untuk kerelaan
hibah adalah harta kekayaan seseorang yang dalam melakukan perbuatan hukum tanpa adanya
dibagi-bagikan kepada anak-anaknya pada waktu paksaan dari pihak ;lain merupakan unsur yang
ia masih hidup. Penghibahan itu sering terjadi harus ada dalam pelaksanaan hibah.
ketika anak-anak mulai mampu berdiri sendiri atau Selanjutnya menurut pasal 211 Kompilasi
ketika anak-anak mereka mulai menikah dan Hukum Islam menyatakan bahwa hibah dari orang
membentuk keluarga sendiri. Penghibahan itu tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai
dilakukan ketika si pemberi hibah itu masih hidup, warisan. Sehubungan fungsi hibah sebagai fungsi
dengan tujuan untuk menghindari konflik keluarga sosial yang dapat diberikan kepada siapa saja
apabila ia telah meninggal dunia. Penghibahan itu tanpa memandang ras, agama dan golongan, maka
terjadi kemungkinan juga sebagai akibat karena hibah dapat dijadikan sebagai solusi untuk
kekhawatiran si pemberi hibah sebab ibu dari memecahkan masalah hukum waris dewasa ini.
anak-anaknya itu terdapat anak angkat yang Pasal 212 Kompilasi Hukum Islam menyatakan,
mungkin disangkal keanggotaannya sebagai ahli hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah
waris.5 Selain itu ada juga diantara si pemberi dari orang tua kepada anaknya.
hibah karena sangat sayangnya kepada anak Kasus pembatalan hibah merupakan kasus
angkat dan kurangnya pemahaman kepada hukum yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh pihak
Islam, sehingga ada sebagian orang tua yang penerima hibah tidak memenuhi persyaratan
menghibahkan seluruh harta kekayaannya kepada dalam menjalankan hibah yang telah diberikan.
anak angkatnya. Menurut hukum, hibah yang sudah diberikan
Menurut kompilasi Hukum Islam Pasal 171 tidak dapat ditarik kembali.
huruf (g) dikatakan hibah adalah pemberian Ketentuan mengenai hibah di Indonesia diatur
sesuatu benda secara suka rela tanpa imbalan dari dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Hukum
seseorang kepada orang lain yang masih hidup Adat dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerd). Dari ketentuan-ketentuan tersebut,
hibah merupakan suatu solusi dalam pembagian
4
Ibid
5
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di warisan kepada keluarganya. Oleh karenanya
Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group,2008), hal. 132 penulis tertarik untuk membahas masalah hukum

101|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

yang berkaitan dengan hibah dan kewarisan dan D. Hasil dan Pembahasan
pembatalannya 1. Eksistensi Hibah dan Kewarisan dalam
Perspektif Hukum Positif di Indonesia
B. Rumusan Masalah a. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Adapun yang menjadi permasalahan dalam Sebagaimana telah diuraikan bahwa hibah
tulisan ini adalah sebagai berikut : Bagaimana merupakan pemberian dari seseorang pemberi
eksistensi hibah dan posibilitas pembatalannya hibah kepada orang lain sebagai penerima
dalam perspektif hukum positif di Indonesia ? hibah ketika si pemberi hibah masih hidup,
sedangkan warisan diberikan ketika si pewaris
C. Metode Penelitian (yang memiliki harta) telah meninggal dunia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Walaupun pemberiannya berbeda, namun
kepustakaan dengan menggunakan pendekatan keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.
yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang Terutama hibah itu diberikan kepada anak atau
bertujuan menelaah asas-asas hukum, isi kaidah ahli waris karena akan menentukan terhadap
hukum, dalam hal ini adalah mengenai hibah dan bagian warisan yang akan diterimanya,
kewarisan serta pembatalan hibah menurut sebagaimna yang tercantum pada pasal 211
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Kompilasi Hukum Islam, “hibah yang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan diberikan orang tua kepada anaknya dapat
pendekatan perundang-undangan (statute diperhitungkan sebagai warisan”.6
approach), yaitu Kompilasi Hukum Islam, Hukum Memang prinsip pelaksanaan hibah orang
Adat, dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata tua kepada anak sesuai dengan petunjuk
yang berkaitan dengan hibah dan kewarisan. Rasulullsh SAW. Hendaknya bagian mereka
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan disamakan. Kalaupun dibedakan, hanya bisa
mempergunakan data sekunder, berupa bahan- dilakukan jika mereka saling menyetujuinya.
bahan hukum terdiri dari: Oleh karena itu adanya perbedaan pendpat
a. Bahan Hukum Primer yaitu Instruksi Presiden mengenai status hukum melebihi hibah kepada
Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi satu anak, tidak kepada orang lain, yang
Hukum Islam,Hukum Adat, dan Kitab terpenting dalam pemberian hibah tersebut
Undang-Undang Hukum Perdata. adalah dilakukan secara musyawarah dan atas
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku dan persetujuan anak-anak yang ada. Ini penting
literature yang berkaitan dengan objek yang agar tidak terjadi perpecahan dalam keluarga.
diteliti. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa
c. Bahan Hukum Tersier yaitu terdiri dari kamus pemberian hibah dapat diperhitungkan sebagai
Bahasa Indonesia dan ensiklopedi hokum. warisan karena berdasarkan pola pembagian
demikian, oleh sementara pendapat dianggap
Bahan hukum yang telah terkumpul kemudian sebagai sikap mendua kaum muslimin
dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara menghadapi soal warisan, di satu sisi
menginterpretasikan semua peraturan perundang- menginginkan hukum waris Islam dilakukan,
undangan yang sesuai dengan masalah yang namun pada sisi yang lain dapat dilakukan
dibahas, kemudian dilakukan evaluasi dan dengan cara pemberian hibah sebelum si
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan terhadap
objek penelitian yang dijabarkan dalam bentuk 6
Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta :
uraian dan pernyataan. Dirjenbinbaga Islam, 1999) hal. 95

102|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

pewaris meninggal dunia. Ini merupakan menurut kata Umar ibn al-Khattab,
solusi yang ditawarkan oleh Kompilasi perdamaian justru lebih baik, daripada
Hukum Islam, kelihatannya didasari pada nantinya harus melibatkan pengadilan. Kedua,
kebiasaan yang dianggap” positif” oleh apabila pemberian itu dinyatakan sebagai
masyarakat. Karena, bukanlah sesuatu yang hibah saja, maka menurut petunjuk Rasulullah
aneh, apabila pembagian harta waris dilakukan SAW maka pembagiannya harus rata. Ini
akan menimbulkan penderitaan pihak tertentu, ditegaskan oleh tindakan Nabi, “ jika anak-
terutama apabila penyelesaiannya dalam anakmu yang lain tidak engkau beri dengan
bentuk gugatan di pengadilan. pemberian yang sama, maka tarik kembali.8
Kadang-kadang hibah yang diberikan Sebagaimana diketahui bahwa hukum
kepada sebagian ahli waris diikuti dengan waris Islam apabila diterapkan sesuai dengan
perjanjian, bahwa apabila ia sudah menerima ketentuan kitab fih klasik masih menimbulkan
hibah dalam jumlah tertentu, ia berjanji tidak berbagai masalah bila dihadapkan dengan
akan meminta bagian warisan kelak jika si realitas sosial masyarakat Indonesia, antara
pemberi hibah meninggal dunia. Perjanjian lain, pertama, adanya kescendrungan sebagian
seperti ini disebut dengan pengunduran diri masyarakat Indonesia yang tidak ingin
(takharruj). Fatchur Rahman mendefinisikan membedakan hak waris anak laki-laki dengan
Takharruj adalah suatu perjanjian yang anak perempuan. Kedua, ahli waris nom
diadakan oleh para ahli waris untuk muslim tidak menjadi ahli waris dari pewaris
mengundurkan diri (mengeluarkan) salah muslim sehingga tidak akan mendapat harta
seorang ahli waris dalam menerima bagian warisan. Ketiga, anak angkat dan orang tua
warisan dengan memberikan suatu prestasi, angkat tidak saling mewarisi karena tidak
baik prestasi tersebut berasal dari harta milik memiliki hubungan kekerabatan.
orang yang pada mengundurkannya, maupun 1. Hak waris anak laki-laki dan anak
berasal dari harta peninggalan yang bakal perempuan adalah 2:1 dianggap sudah
dibagi-bagikan.7 final karena landasan hukumnya Qat’i al-
Takharruj merupakan transaksi antara Wurud dan Qat’i al-Dilalah sehingga tidak
kedua belah pilah atau lebih, satu pihak bisa ditafsirkan lain, tetapi kenyataan
menyerahkan sesuatu sebagai pihak lain, dan masyarakat muslim Indonesia ada
pihak lain menyerahkan bagian warisnya kecendrungan tidak ingin membeda-
sebagai tegen prestasi kepada pihak pertama. bedakan pemberiannya baik terhadap anak
Persoalanya sekarang, perlu diidentifikasikan laki-laki maupun perempuan, terlebih lagi
agar jelas, apakah hibah yang diberikan dengan adanya isu kesetaraan gender, yang
seseorang kepada anak-anaknya dianggap berimplikasi terhadap pebagian harta
sebagai warisan ataukah sebagai hibah biasa. warisan dengan tidak membeda-bedakan
Keduanya memiliki implikasi hukum yang hak anak laki-laki dan anak perempuan,
berbeda. Pertama, apabila hibah itu dianggap dapun kalangan masyarakat muslim yang
sebagai warisan, sangat tergantung pada tetap konsisten melakukan pembagian
kesepakatan anak-anaknya atau diperhitungkan warisan 2:1 sepertinya lebih cendrung
menurut sistem kewarisan, karena sebagaimana kepada bentuk kepatuhan dan ketaatannya
terhadap ajaran agama, bukan dilandasi
7
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia,( Jakarta: Rajawali
Pers, 2000), hal. 474 8
Ibid, hal. 475

103|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

oleh kesadaran hukumnya.9 muslim tidak mewarisi dari seorang kafir,


Sehubungan dengan itu banyak (demikian juga) seorang kafir tidak
kalangan masyarakat muslim yang taat mewarisi dari seorang muslim.10
terhadap agamanya membagi-bagikan Menurut Hukum Waris Islam yang
harta mereka sewaktu masih hidup kepada selama ini diterapkan di lingkungan
anak-anaknya, tanpa membeda-bedakan Peradilan Agama, ahli waris non muslim
bagian anak laki-laki dan perempuan tidak akan mendapatkan harta warisan dari
sehingga yang menjadi harta warisan hanya pewarisnya yang muslim atas dasar hadits
sebagian kecil saja. Hal ini dimaksudkan diatas, demikian juga pasal 171 huruf (b)
untuk menghindari pembagian dari sistem dan (c) Kompilasi Hukum Islam,
bagi waris 2:1 dan lebih mengarah kepada menyatakan bahwa pewaris dan ahli waris
pembagian warisan 1:1. harus beragama Islam.
Membagi-bagikan harta dalam bentuk Apabila hal tersebut diatas tetap
hibah ketika pewaris masih hidup, dengan dipertahankan, maka sepertinya ada
maksud agar bagian anak laki-laki dan ketidakadilan hukum yang perlu dicarikan
perempuan memperoleh bagian yang sama solusinya, diantaranya adalah dengan
tidak dapat disalahkan, bahkan hal itu hibah yang harus diberikan oleh orang tua
merupakan sebuah solusi dalam hukum (pewaris muslim) ketika masih hidup
waris Islam, bahkan ada riwayat dari al- kepada ahli warisnya yang non muslim
Thabrani dan al-Bayhaqi dari Ibn Abas RA agar kegoncangan sosial dalam sebuah
bahwa Nabi SAW pernah bersabda : keluarga dapat dihindari.
“samakanlah pemberian yang kamu
lakukan terhadap anak-anakmu; dan 3. Anak angkat dan orang tua angkat tidak
sekiranya hendak melebihkan, maka saling mewarisi karena tidak memiliki
hendaklah kelebihan itu diberikan hubungan kekerabatan.
kepada anak perempuan”. Sebagaimana diatur dalam Pasal 209
ayat (1) Kompilasi Hukum Islam bahwa
Berdasarkan uraian tersebut diatas harta peninggalan anak angkat dibagi
dapat dipahami bahwa hibah yang berdasarkan pasal-pasal 176 sampai dengan
diberikan oleh si pemberi hibah pada 193 tersebut diatas, sedangkan terhadap
waktu masih hidup dapat dijadikan solusi orang tua angkat yang tidak menerima
dalam pembagian harta warisan kepada wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3
ahli warisnya. dari warisan anak angkatnya. Selanjutnya
pada ayat (2) KHI bahwa terhadap anak
2. Ahli waris Non muslim tidak mewarisi angkat yang tidak menerima wasiat wajibah
pewaris muslim sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan
Dasar hukum ahli waris non muslim orang tua angkatnya.
tidak mewarisi pewaris muslim adalah Berkaitan dengan masalah diatas pasal
hadits dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi 211 KHI telah memberikan solusi, yaitu
SAW bersabda yang artinya: “ seorang dengan cara hibah yang diberikan orang

9
http”//www.badilag.net/data/ARTIKEL/WACANA%20 10
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, (Beirut : Maktabah Syamilah),
HUKUM%ISLAM/Hibah.pdf tth., hal. 261

104|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

tua kepada anaknya dapat diperhitungkan berhak, yaitu harta kekayaan somah
sebagai warisan. Pengertian “dapat” dalam merupakan dasar kehidupan materil yang
pasal tersebut bukan berantai imperative disediakan bagi warga somah yang
(harus), tetapi merupakan salah satu bersangkutan beserta keturunannya.
alternative yang dapat ditempuh untuk Disamping motif umum ini, khususnya
menyelesaikan perselisihan atau sengketa didaerah-daerah yang bersifat kekeluargaan
warisan. Sepanjang para ahli waris tidak martriachaat ataupun patriarchaat,
ada yang mempersoalkan hibah yang sudah penghibahan harta kekayaan demikian ini
diterima oleh sebagian ahli waris, maka merupakan suatu jalan untuk seseorang bapak
harta warisan yang belum dihibahkan dapat (didaerah dengan sifat kekeluargaan
dibagikan kepada semua ahli waris sesuai martriachhat). Ataupun seorang ibu di daerah
dengan bagiannya masing-masing. Tetapi dengan sifat kekeluargaan patriarchaat)
apabila ada sebagian ahli waris yang memberikan sebagian dari pada harta –
mempersoalkan hibah yang diberikan pencariannya langsung kepada anak-anaknya,
kepada sebagian ahli waris lainnya, maka hal mana sesungguhnya merupakan
hibah tersebut dapat diperhitungkan penyimpangan dari pada ketentuan hukum
sebagai harta warisan, dengan cara adat waris yang berlaku didaerah-daerah yang
memperhitungkan hibah yang sudah bersangkutan (merupakan suatu koreksi-
diterima dengan bagian warisan yang koreksi ataupun perbaikan terhadap kekakuan
seharusnya diterima. Apabila hibah yang ketentuan-ketentuan hukum adat waris yang
sudah diterima masih kurang dari bagian berlaku).12
warisan, maka tinggal menambah Hibah orang tua kepada anaknya dapat
kekurangannnya, dan sebaliknya apabila diperhitungkan sebagai warisan, telah menjadi
hibah tersebut melebihi dari bagian tradisi atau kebiasaan dikalangan masyarakat
warisan, maka kelebihan hibah tersebut Indonesia, dalam sistem kekeluargaan
dapat ditarik kembali untuk diserahkan parental, Matrilineal, patrilineal, dimana
kepada ahli waris yang kurang dalam pemberian itu dilakukan pada waktu anak
bagiannya. menjadi dewasa dan membentuk keluarga
yang berdiri sendiri. Kemudian setelah orang
b. Menurut Hukum Adat tua menghibahkan ini meninggal, dilakukan
Menurut Ter Haar penghibahan atau pembagian harta warisan kepada ahli
pengwarisan (Toescheidingen) merupakan warisnya, maka hibah tersebut akan
kebalikan dari harta peninggalan yang tidak diperhatikan serta diperhitungkan dengan
dapat dibagi-bagi, yaitu pembagian bagian yang semestinya diterima oleh anak-
keseluruhan ataupun sebagian dari harta anak yang bersangkutan bila mereka itu belum
kekayaan pada saat kepemilikannya masih menerima bagian dari harta keluarga secara
hidup.11 hibah.
Dasar motif dari penghibahan ini adalah Sebaliknya apabila seseorang anak
tidak berbeda dengan motif daripada tidak mendapatkan hibah atau pemberian semasa
memperbolehkan membagi-bagi harta hidup bapaknya, demikian banyaknya
peninggalan kepada para ahli waris yang sehingga boleh dianggap ia telah mendapatkan

11
Soerojo Wignjodipuro, op,cit, hal. 171 12
Ibid

105|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

bagian penuh dari harta peninggalan bapaknya, dikehendaki oleh orang yang meninggalkan
maka anak ini tidak lagi berhak atas harta yang harta warisan.
lain yang dibagi-bagi setelah bapaknya Apabila perhitungan ini dilaksanakan,
meninggal dunia. Akan tetapi, setelah melihat maka pemberian-pemberian yang dulu
banyaknya harta warisan, ternyata yang telah dilakukan oleh orang yang meninggalkan harta
diterima anak tersebut masih belum cukup, warisan selama ini masih hidup, dianggap
maka ia akan mendapatkan tambahan pada sebagai pemberian di depan (voorschot) dari
saat harta peninggalan bapaknya dibagi-bagi. bagian si ahli waris itu dalam harta warisan.
Dengan demikian terlihat hubungan antara Adapun yang harus diperhitungkan adalah
hibah dengan warisan, dimana hibah atau “seluruh penghibahan (schenkinger) oleh
pemberian ini dapat diperhitungkan sebagai orang yang meninggalkan harta warisan pada
warisan. waktu ia masih hidup”. Menurut Jurisprudensi
dari Hoge Raad di Negeri Belanda
c. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum penghibahan ini mencakup juga lain-lain
Perdata (KUHPerd) perbuatan yang juga menguntungkan ahli
Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa waris, seperti pembebasan utang, statement ini
inbreng (pemasukan) adalah diatur pada pasal 1086 KUHPerd.
memperhitungkan pemberian barang-barang Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan jelaslah bahwa hibah mempunyai hubungan
harta warisan pada waktu ia masih hidup yang erat dengan pembagian waris adalah
kepada ahli waris.13 Semua hibah-hibah yang karena adanya pemasukan (inbreng). Apabila
pernah diberi pewaris kepada ahli waris dalam pewaris pada waktu masih hidupnya telah
garis lurus ke bawah (anak cucu dan memberikan benda-benda secara hibah
seterusnya) kecuali kalau pewaris secara tegas (schenking) kepada ahli waris, karena
membebaskan mereka dari pemasukan, pemberian semacam itu dapat dianggap
seakan-akan merupakan persekot (uang muka) sebagai uang muka atas bagian warisan yang
atas bagian para ahli waris dalam harta akan diperhitungkan kemudian. Hal ini tidak
peninggalan pewaris.14 dibedakan apakah mereka itu menerima
Inbreng (pemasukan) diatur dalam pasal warisannya secara penuh atau menerima
1086 s/d 1099 KUHPerdata. Perhitungan itu dengan bersyarat.
harus dilakukan ahli waris keturunan dari
orang yang meninggalkan harta waris 2. Pembatalan Hibah dalam Perspektif
dilakukan ahli waris keturunan dari orang yang Hukum Positif di Indonesia
meninggalkan harta warisan yaitu anak, cucu, a. Menurut Kompilasi Hukum Islam
dan seterusnya kebawah, kecuali bilamana Menurut pasal 211 Kompilasi Hukum
orang yang meninggalkan harta warisan secara Islam menyatakan, bahwa “hibah tidak dapat
tegas membebaskan mereka dari perhitungan ditarik kembali, kecuali hibah orang tua
ini, sedang perhitungan itu oleh waris lain kepada anaknya”.
hanya meski dilaksanakan, bilamana ini Pembatalan atau penarikan kembali atas
suatu pemberian (hibah) merupakan perbuatan
yang diharamkan, meskipun hibah tersebut
13
Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam
dengan KUHPerdata, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), hal. 126 terjadi antara dua orang yang bersaudara atau
14
Ibid suami istri. Adapun hibah yang boleh ditarik

106|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

kembali hanyalah hibah yang dilakukan atau anaknya dapat diperhitungkan sebagai waris.
diberikan orang tua kepada anaknya. Apabila hibah akan dilaksanakan menyimpang
Menurut hadits Ibnu Abbas,Rasulullah Saw dari ketentuan tersebut, diharapkan agar tidak
bersabda bahwa orang yang meminta kembali terjadi perpecahan di antara keluarga. Prinsip
hibahnya adalah laksana anjing yang muntah yang dianut oleh agama Islam adalah sesuai
kemudian dia memakan kembali muntahnya itu, dengan kultur bahasa Indonesia dan sesuai
hadits ini diriwayatkan oleh Mutafaq’alaih. Dalam pula dengan apa yang dikemukakan oleh
riwayat yang lain, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas Muhamad Ibnu Hasan, bahwa orang yang
mengemukakan bahwa Rasulullah pernah berkata, menghibahkan semua hartanya itu adalah
tidak halal bagi seorang muslim yang memberikn orang yang dungu dan tidak layak bertindak
suatu pemberian kemudian ia meminta kembali hukum. Oleh karena orang yang
pemberiannya itu,kecuali orang tua dalam suatu menghibahkan harta dianggap tidak cakap
pemberian yang ia berikan kepada anaknya. Hadits bertindak hukum, maka hibah yang
ini dinilai sahih oleh AT-Tarmizi, Ibnu Hibban dan dilaksanakan dianggap batal, sebab ia tidak
Al-Hakim, An-Nisa’ dan Ibnu Majah.15 memenuhi syarat untuk melakukan
Namun demikian walaupun tertutup penghibahan.16
kemungkinan untuk menarik kembali suatu Sehubungan dengan uraian tersebut diatas
barang yang telah dihibahkan ( menurut dapat dikemukakan bahwa pada prinsipnya
sebagian pendapat kecuali hibah yang hibah tidak dapat dibatalkan atau ditarik
diberikan terhadap anak), penarikan itu juga kembali. Namun apabila hibah yang diberikan
dapat dilakukan seandainya hibah yang seseorang pemberi hibah yang melebihi 1/3
diberikan tersebut guna mendapatkan imbalan dari harta kekayaannya dapat dibatalkan,
dan balasan atas hibah yang diberikannya. karena tidak memenuhi syarat dalam
Misalnya seseorang yang berusia lanjut penghibahan serta melanggar ketentuan
memberikan hibah kepada seseorang tertentu, sebagaomana diatur dalam pasal 210
dengan harapan kiranya si penerima hibah Kompilasi Hukum Islam.
memeliharanya., akan tetapi setelah hibahnya
dilaksanakan, si penerima hibah tidak b. Menurut Hukum Adat
memperhatikan keadaan si pemberi hibah Pada dasarnya hukum adat mengatur
dapat menarik kembali hibah yang telah tentang penarikan kembali atau pembatalan
diberikannya. hibah yang telah diberikan, apabila hibah
Ketentuan hukum tentang hal ini dapat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang
dipedomani hadits yang diriwayatkan oleh berlaku, dalam hal ini terdapat beberapa
salim dari ayahnya, Rasulullah Saw beliau daerah yang membolehkan penarikan kembali
bersabda yang artinya sebagai berikut: barang hibah.
siapa yang hendak member suatu hibah, maka Dalam masyarakat adat jawa barat
ia lebih berhak terhadapnya selama ia belum terutama di Desa Leuwi Leang dan Citeureap,
dibalas. suatu hibah dapat ditarik kembali apabila
Kompilasi hukum islam menganut prinsip bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
bahwa hibah hanya boleh dilakukan 1/3 dari hukum adat dan Hukum Islam. Sebaliknya
harta yang dimilikinya, hibah orang tua kepada didaerah Cianjur, Banjar,Ciamis, dan

15
Abdul Manan, Op.cit, hal.140 16
Abdul Manan, op.cit, hal 138

107|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

Cikenong, suatu hibah tidak dapat ditarik 2. Jika orang yang diberikan hibah bersalah
kembali meskipun utama pewaris tidak dapat dengan melakukan atau melakukan suatu
terlunasi dari kekayaan yang ditinggalkannya. usaha pembunuhan atau suatu kejahatan
Demikian pula didaerah Batujaya, Teluk lain atas diri penghibah.
Buyung, Pisang Sambo, Kecamatan Karawang Dalam hal ini barang yang telah
dan Indramayu apabila Hibah tersebut berupa dihibahkan tidak boleh diganggu gugat jika
hibah mutlak maka hibah tersebut tidak dapat barang itu hendak atau telah dipindah
ditarik kembali.17 tangankan, dihipoteknya atau dibebani
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dengan hak kebendaan lain oleh penerima
dapat dikatakan pembatalan hibah menurut hibah, kecuali kalau gugatan untuk
hukum adat ada beberapa daerah tertentu yang pembatalan hibah itu sudah diajukan
tidak dapat ditarik kembali dan ada yang dapat kepada dan telah didaftarkan dipengadilan
ditarik kembali apabila hibah tersebut tidak dan dimasukkan dalam pemumuman
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. tersebut dalam pasal 616 KUHPerd.
Semua pemindah tanganan,penghipotekan
c. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum atau pembebanan lain yang dilakukan oleh
Perdata penerima hibah sesudah pendaftaran
Menurut kitab Undang-undang Perdata, tersebut adalah batal bila gugatan itu
tidak ada ketentuan yang memberikan kemudian dimenangkan.
pembatasan tentang hibah yang diberikan si 3. Jika penghibah jatuh miskin sedang yang
pemberi hibah sebagaimana yang diatur dalam diberi hibah menolak untuk member nafkah
Hukum Kompilasi Islam, pada prinsipnya kepadanya. Dalam hal ini barang yang telah
hibah yang diberikan oleh seseorang kepada diserahkan kepada penghibah akan tetapi
orang lain tidak dapat ditarik kembali atau penerima hibah tidak memberikan nafkah,
dibatalkan, kecuali dalam hal-hal sebagaimana sehingga hibah yang telah diberikan dapat
yang diatur dalam pasal 1688 KUHPerd yaitu: dicabut atau ditarik kembali karena tidak
1. Jika syarat-syarat penghibahan itu tidak dilakukannya pemberi nafkah
dipenuhi oleh penerima hibah. Dalam hal
ini barang yang dihibahkan tetap tinggal E. Kesimpulan
kepada penghibah, atau ia boleh meminta Berdasarkan elaborasi pemikiran diatas, maka
kembali barang itu, bebas dari semua beban dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
dan hipotek yang mungkin diletakkan atas a. Secara materil, ada hubungan antara hibah dan
barang itu oleh penerima hibah serta hasil kewarisan. Kompilasi HukumIslam
dan buah yang telah dinikmati oleh menegaskan bahwa hibah yang telah diberikan
penerima hibah sejak ia alpa dalam orang tua kepada anaknya dapat
memenuhi syarat-syarat penghibahan itu. diperhitungkan sebagai warisan. Menurut
Dalam hal demikian penghibah boleh hukum adat hibah telah menjadi tradisi atau
menjalankan hak-haknya terhadap pihak kebiasaan di kalangan masyarakat Indonesia
ketiga yang memegang barang tak bergerak dalam sistem kekeluargaan Parental,
yang telah dihibahkan sebagaimana Matrilineal dan Patrilineal, dimana orang tua
terhadap penerima hibah sendiri. melakukan pemberian (hibah) pada waktu
anak menjadi dewasa dan membentuk
17
Eman Suparman,Op.cit, hal 93 keluarga. Sedangkan menurut KUHPerd

108|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015
Azni: Eksistensi Hibah dan Posibilitas Pembatalannnya dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

pemberian yang telah dilakukan oleh orang http”//www.badilag.net/data/ARTIKEL/


yang meninggalkannya harta warisan pada WACANA%20 HUKUM%ISLAM/
waktu masih hidup, dianggap sebagai Hibah.pdf
pemberian di muka (voorschot) dalam harta Ibrahim, Johannes Ibrahim dan Lindawati Sewu,
warisan dari bagian si ahli waris. Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia
b. Menurut Kompilasi hukum Islam bahwa pada Modern, Bandung : Refika Aditama, 2004
dasarnya hibah tidak dapat dibatalkan atau Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata
ditarik kembali, kecuali hibah orang tua Islam Di Indonesia, Jakarta : Prenada
kepada anaknya. Begitu pula menurut Media Group, 2008
KUHPerd bahwa hibah yang telah diberikan Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam
oleh seseorang kepada orang lain tidak dapat Kontemporer, Jakarta : Sinar Grafika, 2009
ditarik kembali atau dibatalkan, kecuali (a) jika Ramulyo, Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan
syarat-syarat perhibahan itu tidak dipenuhi oleh Islam dengan KUHPerdata, Jakarta : Sinar
penerima hibah, (b) jika orang yang diberi hibah Grafika, 2004
bersalah dengan melakukan atau ikut melakukan Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, Beirut : Maktabah
suatu usaha pembunuhan atau suatu kejahatan , tth.
lain atas diri penghibah, (c) jika penghibah jatuh Subekti, R., Aneka Perjanjian, Jakarta : PT Citra
miskin sedang yang diberi hibah menolak untuk Aditya Bakti, 1995
member nafkah kepadanya. —————————, Pokok-pokok Hukum
Perdata, Jakarta : PT Intermasa, 1991
DAFTAR PUSTAKA Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia:
Berlaku bagi Umat Islam, Jakarta: UI Pers,
Ahmad Rofik, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: 1986
Rajawali Pers, 2000. Wignjosoebroto, Soetandyo, Dari Hukum
Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, Kolonial ke Hukum Nasional, Jakarta :
Jakarta : Dirjenbinbaga Islam, 1999 Raja Grafindo Persada, 1994.

109|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.2


Juli - Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai