Anda di halaman 1dari 31

JAMINAN KREDIT & BENTUK IKATANNYA

 Disampaikan Oleh: H. Eko W. Suwardyono


MK: Analisis Kredit (1301P04A)
M-9 GENAP 2021-2022

KREDIT DAN FUNGSINYA
KREDIT [UU NO 10 TH1998]:
Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11
UU Nomor 10 Thn 1998 tentang Perbankan,
adalah sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan


yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga”
KEHARUSAN ANALISIS KREDIT

DASAR: PASAL 8 (1) UU 10/1998

“DALAM MEMBERIKAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN


BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH, BANK UMUM
WAJIB MEMPUNYAI KEYAKINAN BERDASARKAN
ANALISIS YANG MENDALAM ATAS ITIKAD DAN
KEMAMPUAN SERTA KESANGGUPAN NASABAH
DEBITUR UNTUK MELUNASI UTANGNYA ATAU
MENGEMBALIKAN PEMBIAYAAN DIMAKSUD
SESUAI DENGAN YANG DIPERJANJIKAN”
PENJELASAN PASAL 8 UU 10/1998
1. PRINSIP KEHATI-HATIAN DIKAITKAN DENGAN
RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
2. JAMINAN KREDIT/PEMBIAYAAN ARTINYA
KEYAKINAN ATAS KEMAMPUAN DAN KESANGGUPAN
NASABAH DEBITUR UNTUK MELUNASI
KEWAJIBANNYA SESUAI PERJANJIAN
3. DALAM MEMPEROLEH KEYAKINAN TERSEBUT
DILAKUKAN PENILAIAN TERHADAP WATAK,
KEMAMPUAN, MODAL, AGUNAN DAN PROSPEK USAHA
4. AGUNAN HANYA SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
ANALISIS, DAPAT BERUPA BARANG, PROYEK ATAU
HAK TAGIH YANG DIBIAYAI DARI KREDIT YBS
5. KREDIT HARUS MEMPERHATIKAN HASIL ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
Azas perkreditan yang sehat
Besarnya risiko yang diterima bank, bank harus
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu
1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa
surat perjanjian tertulis
2. Bank tidak diperkenankan memberikan kepada usaha
yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan
akan membawa kerugian;
3. Bank tidak diperkenankan memberi kredit untuk
pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan
jual beli usaha;
4. Memberikan kredit melampaui batas maksimum
pemberian kredit (legal lending limit).
KEYAKINAN BANK THD KEMAMPUAN
DEBITUR
Menurut Sutojo, Siswanto [2007, Analisis Kredit
Bank Umum]:

Untuk menentukan apakah suatu permohonan


kredit dapat dikabulkan atau tidak, maka
dilakukan pemeriksaan kredit melalui faktor “the
six C’s of Credit, sebagai syarat keyakinan bank
atas kemampuan debitor dalam pemberian kredit,
yaitu:
Character, Capacity to create sources of
funding, Capital, Collateral, Condition of economy
and sector of business, and Competence to
borrow.
FUNGSI KREDIT
Menurut Munir Fuady [2002], fungsi Kredit adalah:

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna atau utility dari


uang.
2. Kredit dapat meningkatkan daya guna atau utility dari
barang.
3. Kredit dapat meningkatkan peredaran uang dan lalu
lintas uang.
4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.
5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan
pendapatan nasional.
7. Kredit adalah sebagai alat hubungan ekonomi
internasional.
JAMINAN DAN AGUNAN KREDIT BANK
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda
yaitu "zekerheid" atau "cautie", yg secara umum artinya
cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya,

Dalam peraturan perundang-undangan, kata jaminan terdapat


dalam Pasal 1131 & Pasal 1132 KUH Perdata, serta dalam
Penjelasan Pasal 8 UU No. 7 Th 1992 & UU No. 10 Th 1998
(ttg perbankan).

Selain istilah jaminan, dikenal juga istilah agunan. Dalam


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tidak membedakan
pengertian jaminan maupun agunan yg sama-sama memiliki arti
"tanggungan".

Namun dalam UU No. 14 Th 1967 dan UU No. 10 Th 1998,


membedakan pengertian dua istilah tersebut, Dimana dlm UU
No. 14 Th 1967 lebih cenderung menggunakan istilah 
"jaminan" daripada agunan.
Pengertian jaminan terdapat dalam SK Direksi Bank Indonesia No.
23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991, yaitu: "suatu keyakinan
kreditur.bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai
dengan yang diperjanjikan".

Pengertian agunan diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Th 1998,


yaitu: "jaminan pokok yg diserahkan debitur dlm rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syari'ah, sesuai dgn ketentuan yg ditetapkan Bank Indonesia".

Dalam Penjelasan Pasal 8 UU, terdapat 2 (dua) jenis agunan, yaitu:


agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok adalah barang,
surat berharga atau garansi yg berkaitan langsung dgn objek yg
dibiayai dgn kredit yg bersangkutan, seperti barang-barang atau
proyek-proyek yg dibeli dgn kredit yg dijaminkan. Sedangkan agunan
tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi yg tidak
berkaitan langsung dgn objek yg dibiayai dgn kredit bersangkutan, yg
ditambah dgn agunan.
Prinsip dasar…
Disimpulkan bahwa unsur-unsur dari jaminan (menurut Pasal 1
angka 23 UU No. 10 Tahun 1998), yaitu:

1. merupakan jaminan tambahan.


2. diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank/kreditur.
3. untuk mendapatkan fasilitas kredit/pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syari'ah.

Kegunaan dari jaminan, yaitu:


1. memberikan hak dan kekuasaan kepada bank/kreditur untuk
mendapatkan pelunasan agunan, apabila debitur cidera janji.
2. menjamin agar debitur berperan serta dlm transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan meninggalkan
usahanya/proyeknya dgn merugikan diri sendiri, dpt dicegah.
3. memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi
janjinya, misalnya dalam pembayaran angsuran pokok kredit
tiap bulannya.
Pengertian & Fungsi Jaminan Kredit
Menurut Pasal 1131 KUH Perdata ditegaskan:

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak


maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”

Artinya bila debitur berutang kepada kreditur maka


seluruh harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi
jaminan atas utangnya, meskipun kreditur tidak meminta
kepada debitur untuk menyediakan jaminan harta
debitur.
Agunan merupakan istilah yang dikenal dalam
dunia perbankan, dalam Pasal 1 angka 23
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
disebutkan bahwa agunan adalah:

“jaminan tambahan yang diserahkan debitur


kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.”
AGUNAN
POKOK

AGUNAN
KREDIT JAMINAN JAMINAN
KEYAKINAN TAMBAHAN

AGUNAN
TAMBAHAN
Dalam Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan berikut penjelasannya
disimpulkan:
•Jaminan pemberian kredit dapat diartikan sebagai keyakinan
akan kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasinya
sesuai dg yang diperjanjikan.
•Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan
kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari
debitur.
•Bila terhadap unsur unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan
atas kemampuan debitur mengembalikan utangnya, maka agunan
dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagihan yang
dibiayai dengan kredit yang bersangkutan.
•Bank tidak wajib meminta agunan yang tidak berkaitan langsung
dengan obyek yang dibiayai, lazim disebut agunan tambahan.
Agunan pokok & agunan tambahan
Contoh:
•Suatu perusahaan ingin membeli kendaraan angkut
(delivery equipment) untuk kelancaran distribusi. Bank
melakukan pengikatan thd kendaraan angkut yg dibeli
serta tanah & bangunan perusahaan tsb.

•Kendaraan angkut yg dibeli adalah agunan pokok,


sedangkan tanah & bangunan adalah agunan tambahan.

•Meskipun nilai tanah & bangunan tsb jauh lebih besar


drpd kendaraan yg dibeli, namun tidak mempengaruhi
hakikat dari agunan pokok dan agunan tambahan.

•Jika kredit macet maka agunan pokok berupa


kendaraan angkut wajib dijual terlebih dahulu untuk
menutup utang, baru kemudian jika masih tidak cukup,
bank akan menjual tanah & bangunan perusahaan.
Fungsi & Klasifikasi JAMINAN
KREDIT BANK
Fungsi Jaminan
Menurut Siswanto Sutojo [2000], fungsi jaminan adalah
sebagai sumber dana kedua pelunasan kredit, disamping
keuntungan.

Terhadap debitur yang mengalami kerugian, maka untuk


mencegah bank menanggung kerugian total, setelah
melalui prosedur hukum tertentu, bank dapat menjual
lelang (mengeksekusi) harta jaminan dan hasilnya
dipergunakan untuk membayar tunggakan kredit.

Hasanuddin Rahman [2000]: Pentingnya jaminan oleh


kreditur (bank) atas pemberian kredit, adalah salah satu
upaya mengantisipasi risiko dalam tenggang waktu antara
pelepasan dan pelunasan kredit
Jaminan yang ideal
Meskipun UU No. 10/1998 memberi kemudahan
thd jaminan, jaminan harus tetap ideal karena
jaminan berfungsi melancarkan, dan mengamankan
pemberian kredit. Jaminan yang ideal adalah:

1. Dapat secara mudah membantu perolehan


kredit oleh pihak yang memerlukannya.
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si
penerima kredit untuk melakukan (meneruskan)
usahanya.
3. Memberikan kepastian kepada kreditor dalam
arti bahwa bila perlu mudah diuangkan untuk
melunasi hutang debitur.
KLASIFIKASI JAMINAN KREDIT
Munir Fuady [2002] mengkasifikasi jaminan kredit dalam
beberapa kriteria:
1.Jaminan Umum dan Jaminan Khusus [Pasal 1131 KUH
Perdata]
2.Jaminan Pokok, Jaminan Utama dan Jaminan Tambahan
3.Jaminan Kebendaan dan Jaminan Perorangan
4.Jaminan Regulatif dan Jaminan Nonregulatif
5.Jaminan Konvensional dan Jaminan Non-konvensional
6.Jaminan Eksekutorial Khusus dan Jaminan Non-
eksekutorial Khusus
7.Jaminan Serah Benda, Jaminan Serah Dokumen, dan
Jaminan Serah Kepemilikan Konstruktif
KLASIFIKASI…..
Dari 7 klasifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa objek
jaminan kredit dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:

1. Jaminan Kebendaan, dapat berupa harta milik debitur


maupun milik pihak ketiga, yang terdiri dari :
a. Jaminan benda tak bergerak
b. Jaminan benda bergerak

2. Jaminan Perorangan, terdiri dari :


a. Jaminan orang perorangan (personal guarantee),
penjamin adalah orang perorangan.
b. Jaminan perusahaan (corporate guarantee),
penjamin adalah perusahaan.
c. Jaminan bank (bank guarantee), penjamin adalah
bank.
Jaminan Kebendaan
Dalam praktek perbankan di Indonesia, jaminan kebendaan
yang sering dipakai adalah:

a. Hipotik, yaitu suatu hak kebendaan atas benda-benda


tidak bergerak selain tanah, untuk mengambil penggantian
dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan. (Pasal 1162
KUH Perdata)
b. Credietverband, yaitu suatu jaminan atas tanah, yang
sekarang telah diganti dengan Hak Tanggungan sebagaimana
diatur dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah.
c. Fidusia(Fiduciare eigendoms overdracht/f.e.o), yaitu
pemindahan hak milik secara kepercayaan.
Metode Penilaian Jaminan
Ada beberapa metode dalam penilaian jaminan:
a. Metode Nilai Reproduksi Baru (New Reproduction Value):
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan benda baru yang
sama berdasarkan harga yang berlaku saat ini dengan
menggunakan bahan yang sama/sejenis dengan benda yang
dinilai.

b. Metode Nilai Sehat (Sound Value): Nilai benda


berdasarkan nilai reproduksi baru dikurangi nilai penyusutan.

c. Metode Nilai Pasar (Market Value): Nilai benda ditentukan


atas transaksi yang terjadi dipasaran antara pembeli dengan
penjual dengan harga yang wajar.

d. Metode Nilai Likuidasi (Liquidation Value): Ditentukan atas


transaksi yang terjadi dalam kondisi penjualan mendesak.
Nilai Pasar dan Nilai Likuidasi
Besarnya Nilai Pasar berbeda dengan Nilai Likuidasi
karena beberapa faktor:
a.Untuk benda tidak bergerak seperti tanah/bangunan,
harus diperhatikan jenis sertifikat (Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Sewa, Hak Pakai,
Tanah Girik) dan tingkat marketability.

b.Untuk benda bergerak seperti mobil, mesin, emas,


harus diperhatikan fisik barang dan marketability.
Secara umum, pedoman perhitungan nilai likuidasi:
1.Jaminan tanah dan tanah/bangunan maks 80% dari nilai
pasar.
2.Jaminan mobil dan mesin-mesin, maksimal 60% dari
nilai pasarnya.
3.Jaminan emas maksimal 90% dari nilai pasar.
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai