Kredit Sindikasi, atau bisa disebut dengan multi-bank lending atau syndicated loan
agreement, merupakan sebuah sistem pendanaan yang bersumber dari beberapa lembaga
keuangan kepada satu debitur, yang biasanya dana pinjaman tersebut akan digunakan untuk
pengerjaan proyek yang membutuhkan keperluan anggaran yang besar seperti proyek
pembangunan jalan tol, pembangunan gedung, dan lain-lain.
Kredit Sindikasi memiliki fungsi dimana debitur mendapatkan fasilitas pinjaman dengan
jumlah yang besar, untuk mendanai pengerjaan proyek berskala besar yang dilakukannya.
Fungsi kredit sindikasi bagi pihak bank yang meminjamkan pada umumnya adalah untuk
memperluas relasi untuk menjalin hubungan kerja sama dengan pihak debitur dan untuk
meminimalisir resiko kergugian yang terjadi bila terjadi kemacetan dalam pembayaran,
apabila perjanjian kredit tersebut bukan merupakan kredit sindikasi. 1
1
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/09/01/kredit-sindikasi-adalah, tanggal akses 17/01/2023
2
Sutan Remy Sjahdeini, 2010, Kredit Sindikasi, hlm. 2
Kredit Modal Kerja (KMK)
Kredit Modal Kerja pada umumnya merupakan pinjaman yang diberikan lembaga
keuangan pada nasabah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam
satu siklus usaha. Jangka waktu KMK sendiri cukup singkat dengan jangka waktu
maksimal 1 – 5 tahun (yang dapat diperpanjang) tergantung dengan KMK tersebut
berupa revolving atau non revolving.
Kredit Investasi (KI)
Kredit Investasi pada umumnya merupakan pinjaman yang di berikan lembaga
keuangan pada nasabang yang ingin melakukan usaha / perluasan usaha dengan lama
pembayaran dengan jangka waktu kredit menenggah hinga jangka waktu yang
panjang.
PBI 7/2005 dan SEBI 7/2005 memberikan pengaturan mengenai bentuk kredit
sindikasi. Angka 3 SEBI 7/2005 yang menyatakan bahwa kredit sindikasi merupakan
kredit yang diberikan oleh lebih dari satu bank. Sedangkan, dari pengaturan Pasal 9
PBI 7/2005 dapat diketahui bahwa kredit sindikasi mensyaratkan adanya lead
manager yang berperan sebagai koordinator bagi anggota sindikasi (pemberi
pinjaman). Lebih lanjut, dasar hukum kredit sindikasi sebagai suatu perjanjian
dijelaskan dalam halaman 15 buku “Kewenangan Menggugat Pailit dalam Perjanjian
Kredit Sindikasi” karangan Fennieka Kristianto, adalah tunduk pada Pasal 1320
KUHPer jo. Pasal 1338 KUHPer. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut sudah sah
dan mengikat apabila telah memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320
KUHPer.
Sebagai suatu kredit, perjanjian kredit sindikasi juga tunduk pada pengaturan Pasal 1
angka 12 UU Perbankan yang menyatakan bahwa, “kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
3
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. CV. Rejeki Agung, Jakarta, h.102
Pada umumnya terdapat dua macam penjaminan yaitu perorangan dan kebendaan.
Jaminan perorangan merupakan jaminan yang diberikan pihak ketiga (guarantee)
terhadap kreditor yang menjelaskan bahwa pihak ketiga menjamin pembayaran
kembali suatu pinjaman sekiranya hutang debitur tidak dapat dibayarkan olehnya.
Jaminan kebendaan merupakan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1131 KUHPer
yang menyebutkan bahwa segala kebendaan kreditor yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, baik yang sudah ada atau yang akan ada di kemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.