Anda di halaman 1dari 3

Jaminan Kredit Sindikasi

Kredit Sindikasi, atau bisa disebut dengan multi-bank lending atau syndicated loan
agreement, merupakan sebuah sistem pendanaan yang bersumber dari beberapa lembaga
keuangan kepada satu debitur, yang biasanya dana pinjaman tersebut akan digunakan untuk
pengerjaan proyek yang membutuhkan keperluan anggaran yang besar seperti proyek
pembangunan jalan tol, pembangunan gedung, dan lain-lain.
Kredit Sindikasi memiliki fungsi dimana debitur mendapatkan fasilitas pinjaman dengan
jumlah yang besar, untuk mendanai pengerjaan proyek berskala besar yang dilakukannya.
Fungsi kredit sindikasi bagi pihak bank yang meminjamkan pada umumnya adalah untuk
memperluas relasi untuk menjalin hubungan kerja sama dengan pihak debitur dan untuk
meminimalisir resiko kergugian yang terjadi bila terjadi kemacetan dalam pembayaran,
apabila perjanjian kredit tersebut bukan merupakan kredit sindikasi. 1

Dasar Hukum Kredit Sindikasi


 Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/33/UPK Tanggal 3 Oktober 1973
 Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/26/UPK Tahun 1979
 Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005 (“PBI 7/2005”)
 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DPD tahun 2005 (“SEBI 7/2005”)
 Pasal 1320 jo. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”)
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta segala
perubahannya (“UU Perbankan”)
Unsur-Unsur Penting dari Kredit Sindikasi
Sutan Remy Sjahdeini menjelaskan dalam bukunya “Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan
dan Aspek Hukum”2 bahwa unsur-unsur penting kredit sindikasi diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Kredit Sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam satu fasilitas
sindikasi.
2. Kredit Sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan
yang sama bagi masing-masing peserta sindikasi (hanya ada satu perjanjian kredit
antara nasabah dengan semua bank perserta sindikasi)
3. Hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi
pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama-sama.
4. Sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agen yang sama bagi semua bank
peserta sindikasi.
Jenis Kredit Sindikasi

1
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/09/01/kredit-sindikasi-adalah, tanggal akses 17/01/2023
2
Sutan Remy Sjahdeini, 2010, Kredit Sindikasi, hlm. 2
 Kredit Modal Kerja (KMK)
Kredit Modal Kerja pada umumnya merupakan pinjaman yang diberikan lembaga
keuangan pada nasabah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam
satu siklus usaha. Jangka waktu KMK sendiri cukup singkat dengan jangka waktu
maksimal 1 – 5 tahun (yang dapat diperpanjang) tergantung dengan KMK tersebut
berupa revolving atau non revolving.
 Kredit Investasi (KI)
Kredit Investasi pada umumnya merupakan pinjaman yang di berikan lembaga
keuangan pada nasabang yang ingin melakukan usaha / perluasan usaha dengan lama
pembayaran dengan jangka waktu kredit menenggah hinga jangka waktu yang
panjang.

PBI 7/2005 dan SEBI 7/2005 memberikan pengaturan mengenai bentuk kredit
sindikasi. Angka 3 SEBI 7/2005 yang menyatakan bahwa kredit sindikasi merupakan
kredit yang diberikan oleh lebih dari satu bank. Sedangkan, dari pengaturan Pasal 9
PBI 7/2005 dapat diketahui bahwa kredit sindikasi mensyaratkan adanya lead
manager yang berperan sebagai koordinator bagi anggota sindikasi (pemberi
pinjaman). Lebih lanjut, dasar hukum kredit sindikasi sebagai suatu perjanjian
dijelaskan dalam halaman 15 buku “Kewenangan Menggugat Pailit dalam Perjanjian
Kredit Sindikasi” karangan Fennieka Kristianto, adalah tunduk pada Pasal 1320
KUHPer jo. Pasal 1338 KUHPer. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut sudah sah
dan mengikat apabila telah memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320
KUHPer.

Sebagai suatu kredit, perjanjian kredit sindikasi juga tunduk pada pengaturan Pasal 1
angka 12 UU Perbankan yang menyatakan bahwa, “kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

Jaminan Kredit Sindikasi


Dalam permohonan kredit, bank akan mensyaratkan jaminan untuk menanggulangi
resiko tidak kembalinya kredit yang diberikan. Pada kredit sindikasi, jaminan yang
digunakan tergantung dari proyek yang dibiayai, namun pada umumnya jaminan yang
diberikan tidak jauh berbeda dengan jaminan kredit biasa. Pengikatannya hampir
sama dengan kredit biasa namun hanya ada beberapa pengikatan yang perlu di
tambahkan. 3

3
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. CV. Rejeki Agung, Jakarta, h.102
Pada umumnya terdapat dua macam penjaminan yaitu perorangan dan kebendaan.
Jaminan perorangan merupakan jaminan yang diberikan pihak ketiga (guarantee)
terhadap kreditor yang menjelaskan bahwa pihak ketiga menjamin pembayaran
kembali suatu pinjaman sekiranya hutang debitur tidak dapat dibayarkan olehnya.
Jaminan kebendaan merupakan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1131 KUHPer
yang menyebutkan bahwa segala kebendaan kreditor yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, baik yang sudah ada atau yang akan ada di kemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.

Contoh Jaminan Kredit Sindikasi


PT TMJ merupakan debitur kepada para kreditur sindikasi. Dalam Perjanjian Kredit
Sindikasi no. 21 Tanggal 11 Desember 2009 antara PT TMJ dengan Para Kreditur
Sindikasi, diatur tentang jaminan yang mengatur kepastian jaminan gina ketertebian
pembayaran lunas hutang debitur kepada para kreditur dengan tepat waktu, debitur
memberi jaminan hak kebendaan berupa:
1. Hak Konsensi Pengusahaan Jalan Tol, berdasarkan Perjanjian Pengusahaan
Jalan Tol yang diikat secara notariil berupa Akta Pengalihan Hak Pengelolaan
Jalan Tol yang diserahkan secara cessie, untuk Keperluan Penjaminan.
2. Seluruh tagihan dan pendapatan dari Pengusahaan Jalan Tol, termasuk
Pendapatan Jalan Tol Dan Pendapatan Usaha Lain selama Masa Konsensi
yang diikat secara fidusia, dengan nilai penjaminan sebesar 100% dari Nilai
Proyek atau sebesar 6,7 trilyun yang didaftarkan di Kantor Pendaftaran
Fidusia sesuai ketentuan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
3. Rekening Penampungan yang akan dibentuk terdiri dari Rekening
Pengumpulan, Rekening Pembayaran Hutang, Rekening Cadangan
Pembayaran Hutang, Rekening Dana Lebih, Rekening Operasional, Rekening
Konstruksi, Rekening Operasional yang ada di Para Kreditur maupun
Rekening yang dimiliki oleh Debitur di Bank lain untuk menampung
pendapatan Tol (selain Rekening Penampungan) apabila yang diikat dalam
bentuk Akta Pengalihan (Cessie untuk keperluan Penjaminan).
4. Tagihan atas pendapatan dari klaim asuransi, Bank Garansi atas penggantian
dana (kompensasi) dari Pemerintah yang secara fidusia dengan nilai
penjaminan sebesar 100% dari nilai proyek atau sebesar 6,7 trilyun dan
didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia sesuai Ketentuan dan Peraturan
Perundang – undangan yang berlaku.
5. Pemberian kuasa yang tidak dapat ditarik kembali kepada Para Kreditur untuk
mengalihkan hak pengusahaan Jalan Tol kepada Pihak Ketiga dan atau
menunjuk Pihak Ketiga Operator Jalan Tol sebagai Pelaksana dari Ketentuan
Pengalihan Hak Pengelolaan Jalan Tol (Cessie sebagai Hak Konsensi).

Anda mungkin juga menyukai