Anda di halaman 1dari 40

PEMBERIAN BANK GARANSI DALAM PERJANJIAN

Pada dasarnya bank garansi merupakan perjanjian


penanggungan yang diatur dalam Pasal 1820 KUH Perdata.
Istilah garansi sendiri berasal dari bahasa "Inggris guarantee
atau guaranty Yang berarti menjamin atau jaminan. Dalam
bahasa Belanda disebut dengan borgtog. Dan istilah ini Iah yang
paling sering kita dengar selain bank garansi sendiri.
Di satu sisi, pemberian garansi dapat dilihat sebagai suatu
jaminan atas hutang atau pekerjaan yang harus dilakukan oleh
sesuatu pihak. Akan tetapi di Sisi Iain, pemberian garansi
tersebut kebanyakan sebenarnya juga merupakan salah satu
model pembayaran, yakni memberikan pembayaran jika ada
hutang yang tidak terbayar atau ada pekerjaan yang tidak
terlaksana.
Menjamin atau jaminan dalam perjanjian garansi
dimaksudkan sebagai tindakan dari pihak garantor untuk
menjamin bahwa jika seseorang tidak menunaikan
kewajibannya, misalnya tidak membayar hutang-hutangnya, si
garantor tersebutlah yang akan melaksanakan/mengambil alih
kewajiban tersebut (Munir Fuady, .1997). Jadi, jika bank
yang menjadi garantornya, banklah yang akan melaksanakan
atau mengambil alih 'kewajiban tersebut, yang biasanya berupa
pembayaran ganti rugi.
Di dalam kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan
kepada nasabah, bank dapat memberikan jasa-jasa
pemberian bank garansi , sepanjang tidak
bertentangan/melanggar dari peraturan perundang-
undangan termasuk Peraturan Bank Indonesia. Bahkan, oleh
bank pemberian bank garansi ini sudah merupakan produk/jasa
yang ditawarkan dalam rangka mendapatkan pendapatan
(fee). Seperti juga yang diutarakan

Munir Fuady (ibid) bahwa pemberian garansi oleh bank sudah


merupakan bisnis rutin dari bank, di mana bank akan
mendapatkan provisi karenanya, provisi mana dihitung dari
persentase tertentu dari jumlah yang digaransikan itu. Jadi, bagi
bank telah merupakan salah satu sumber income yang bersifat
fee based
Namun demikian, sebagaimana kita ketahui bahwa bisnis bank
sangatlah konservatif. Dalam arti bank tidak boleh melakukan
bisnis yang mengandung unsur spekulatifnya tinggi, sehingga
dipenuhi prinsip kehatihatian bank (prudential banking).
Kemudian, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/88/KEP/ DIR Tanggal 18 Maret 1991 tentang Pemberian
Garansi oleh Bank, memberikan pengertian bank garansi
sebagai berikut:
Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang
mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji
(wanprestasi).
Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya
atas surat-surat berharga, seperti aval dan endosemen dengan
hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi
bank apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
Garansi Iainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat
sehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.
Dari pengertian tersebut di atas lebih lanjut dapat disampaikan
beberapa hal berikut bahwa:
Dalam suatu pemberian fasilitas bank garansi, setidaknya
terdapat 3 (tiga) pihak, yaitu:
pihak pemberi garansi dalam hal ini bank;
pihak yang digaransi dalam hal ini nasabah bank; dan
pihak penerima garansi dalam hal irii adalah pihak ketiga
(bouwheer).
Pihak yang dijamin (nasabah bank) memiliki kewajiban
(pekerjaan atau hutang) kepada pihak ketiga atau bouwheen.\
Timbulnya garansi, biasanya karena dirninta oleh bouwheer
kepada nasabah bank, dan menerbitkannya dengan
pertimbangan bisnis (terdapat opportunity income).
Jika ketiga point tersebut dijabarkan ke dalam hal terjadinya atau
diterbitkannya suatu bank garansi Oleh bank, secara sederhana
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama: Seseorang atau suatu badan usaha memperoleh
kesempatan untuk mengerjakan suatu proyek yang
diberikan oleh suatu lembaga atau instansi
pemerintah atau swasta (bouwheeö, baik dengan
penunjukan langsung ataupun dengan tender yang
dimenangkan olehnya. Salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh pelaksana kerja tersebut
adalah adanya garansi dari bank atau perusahaan
asuransi tertentu.
Ketiga:
Setelah melalui berbagai proses (prosesnya seperti
pemberian kredit pada umumnya) bank setuju untuk
memberikan atau menerbitkan bank garansi.
Keempat Oleh karena fasilitas bank garansi ini sewaktu-waktu
dapat saja diklaim dan bank harus membayar ganti rugi bank
garansi dan pemberian jaminan oleh nasabah yang ber kepada
sangkutan.
Dalam pemberian bank garansi, bank bertindak sebagai
penanggung/ penjamin akan mengandung risiko, maka dalam
menerbitkan/mengeluarkan bank garansi, bank akan meminta
kontra garansi/jaminan lawan (counter guarantee) kepada
dijamin yang dapat berupa uang tunai, deposito, simpanan giro,
surat-surat berharga, maupun harta kekayaan.
Apabila di kemudian hari ternyata pihak yang dijamin melakukan
prestasi (cidera janji), sedangkan kontra garansi tidak rnencukupi
untuk membayar klaim/tuntutan dari penerima jaminan,
hubungan antara penjamin (bank) dan dijamin (nasabah bank)
berubah menjadi hubungan kredit. Dengan demikian, dapat
dikatakan bank garansi tidak lain adalah bentuk kredit yang
wujudnya bergantung pada suatu keadaan tertentu di waktu
mendatang (Huyarso dan Achmad Anwari; dalarn FX. Djumialdji
2001).
Terhadap pemberian bank garansi, secara internal bank sedapat
mungkin melakukan analisis terhadap faktor-faktor:
Meneliti kredibilitas, bonafiditas, dan past performance pihak
Yang dijamin maupun penerima jaminan.
Meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin, hingga dapat
diberikan bank garansi yang sesuai.
Menilai jumlah atau nominal bank garansi yang akan diberikan
menurut kemampuan bank dan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (karena bank garansi dapat saja berubah
menjadi fasilitas kredit).
Meneliti adanya suatu kontrak yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai suatu transaksi dan dalam
kontrak mana dengan jelas dicantumkan bahwa untuk keperluan
pelaksanaan/realisasi kontrak tersebut oleh nasabah/pemohon
bank garansi diperlukan suatu Surat Jaminan Bank.
Melakukan analisis lainnya sebagaimana analisis pemberian
fasilitas kredit pada umumnya karena pemberian fasilitas bank
garansi tidak berbeda dengan pemberian fasilitas kredit, kecuali
tidak adanya cash out bagi bank pada pemberian fasilitas bank
garansi. Akan tetapi, padă bank garansi terdapat risiko klaim dari
pihak bouwheeryang dapat berakibat cash out bagi bank.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/7/UKU tanggal
19 Maret 1991 perihal Pemberian Garansi oleh Bank, disebutkan
bahwa dalam ketentuan KUH Perdata hanya mengatur masalah
penanggungan hutang secara umum, terutama mengenai
masalah akibat-akibat hukum yang timbul karena penanggungan
hutang, sedangkan ketentuan mengenai bentuk maupun syarat-
syarat minimum yang harus dimuat dalam warkat/ perjanjian
tidak diatur secara lengkap. Oleh karena itu, agar bank-bank
mempunyai pedoman yang lengkap dalam pelaksanaan
pemberian suatu bank garansi, maka dianggap perlu untuk
menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi
dalam suatu bank garansi, yaitu sekurangkurangnya harus
memuat:

Judul "Bank Garansitt atau "Garansi Bank”.


Dalam hal bank mengeluarkan bank garansi dalam bahasa
asing, maka di bawah judul dalam bahasa asing yang
dikehendaki tersebut diberi judul dalam kurung "Bank Garansi"
atau "Garansi Bank".
Nama dan alamat bank pemberi bank garansi.
Tanggal penerbitan bank garansi.
Transaksi antara pihak yang dijamin dengan penerima jaminan
160
Jumlah uang yang dijamin oleh Bank
Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya Bank Garansi.
Mengingat bank garansi merupakan perjanjian -buntut/tambahan
(accesoire) maka jangka waktunya akan berakhir selain karena
berakhirnya perjanjian pokok, juga karena berakhirnya bank
garansi sebagaimana ditetapkan dalam bank garansi yang
bersangkutan.
Penegasan batas waktu pengajuan klaim.
Dalam hubungan ini untuk memperoleh keseragaman hendaknya
dengan jelas mencantumkan dalam bank garansi bahwa klaim
dapat diajukan segera setelah timbul wanprestasi dengan batas
waktu pengajuan terakhir sekurang-kurangnya 14 (empat belas)
hari dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari seteiah
berakhirnya bank garansi tersebut.
Menurut Pasal 1831 KUH Perdata, apabila timbul cidera janji
(wanprestasi), sebelum melakukan pembayaran si penjamin
(bank dapat meminta agar benda-benda si berhutang disita dan
dijual terlebih dahulu untuk melunasi hutangnya. Dalam pada itu,
menurut Pasal 1832 KUH Perdata, dapat diperjanjikan bank
melepaskan hak istimewanya sebagaimana dimaksud dalarn
Pasal 1831 KUH Perdata, yaitu meminta terlebih dahulu agar
benda-benda si berhutang disita dan dijual untuk melunasi
hutangnya, sehingga berarti dalam hal dipilih ketentuan Pasal
1832 KUH Perdata, maka bank wajib membayar bank garansi
yang bersangkutan segera setelah timbul cidera janji
(wanprestasi) dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban
(Claim). Agar pihak Yang dijamin maupun pihak yang menerima
garansi dapat mengetahui dengan jelas ketentuan Pasal 1831
atau Pasal 1832 KUH Perdata Yang akan dipergunakan, maka
bank diwajibkan memperjanjikan dan mencantumkan ketentuan
yang dipilihnya dalam bank garansi Yang bersangkutan.

B. JENIS-JENIS BANK GARANSI


Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam Surat
Keputusan Direksi Bank .lndonesia Nomor 23/88/KEP/DlR
tanggal 18 Maret 1991 tentang Pemberian Garansi oleh Bank,
disebutkan bahwa bank garansi adalah:
Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan Oleh bank yang
mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji
(wanprestasi).
Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya
atas surat-surat berharga seperti ava/ dan endosemen dengan
hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi
bank apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
Garansi Iainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat
sehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.
Untuk jenis bank garansi yang diterbitkan dalam bentuk warkat,
maka setidaknya ada 3 (tiga) jenis bank garansi yang dapat dan
sering diberikan oleh bank kepada nasabahnya, yaitu:
Bid Bond
Bid bond, yaitu bank garansi yang diterbitkan oleh bank bagi
nasabahnya agar dapat mengikuti tender/penawaran atas suatu
proyek.
Bank garansi jenis ini diberikan kepada nasabah bank yang akan
mengikuti penawaran atau tender untuk pengerjaan suatu proyek
yang disyaratkan adanya suatu jaminan penawaran yang
dikeluarkan Oleh bank.
Terjadi cidera janji (wanprestasi) apabila pihak dijamin (nasabah
bank) tidak menerima penunjukan untuk melaksanakan proyek,
padahal ia sudah dinyatakan sebagai pemenangnya oleh
bouwheer atau pihäk yang dijamin atau pemberi proyek.
Performance Bond
Performance bond, yaitu bank garansi yang diterbitkan oleh bank
untuk menjamin kepastian (mutu dan ketepatan) pengerjaan
suatu proyek atau untuk menjamin performance salah satu pihak
dalam suatu transaksi.
Terjadi cidera janji (wanprestasi) apabiia pihak dijamin (nasabah
bank) tidak melakukan pekerjaannya sesuai dengan mutu yang
telah diperjanjikan atau mengalami keterlambatan dalam
penyelesaiannya.
(Advance) Payment Bond
(Advance) payment bond, yaitu bank garansi yang diterbitkan
oleh bank untuk menjamin pembayaran yang (terlebih dahulu)
telah diterima oleh pemohon bank garansi dari pemilik proyek
(bouwheer) atau pemberi order, baik dalam bentuk uang muka,
pembayaran termin, maupun keseluruhan nilai proyek.
Terjadi cidera janji (wanprestasi) apabila pihak dijamin (nasabah
bank) tidak melaksanakan kewajibannya untuk melaksanakan
atau mengerjakan proyek yang telah diberikannya, padahal ia
telah menerima pembayaran di muka atas proyek tersebut dari
bouwheer atau pihak yang dijamin pemberi kerja (proyek).

Kemudian, terdapat 1 (satu) jenis garansi yang diterbitkan oleh


bank untuk menjamin pengembalian atas Bill of Lading kepada
maskapai pelayaran, yang disebut dengan Shipping Guarantee.
Untuk pengeluaran Shipping Guarantee bagi maskapai
pelayaran, berlaku pula ketentuan-ketentuan mengenai bank
garansi sebagaimana yang disebutkan dalam SK Direksi BI
Nomor 28/88/KEP/DIR dan SE BI Nomor 23/7/UKU masing-
masing tertanggal 18 Maret 1991 perihal Pemberian Garansi
oleh Bank.
Selain itu, terdapat bank garansi guna penangguhan bea masuk,
yaitu yang diterbitkan oleh bank untuk pihak bea cukai, guna
menjamin pembayaran bea masuk atas barang-barang impor
yang dimohonkan penangguhan pembayarannya.
Untuk garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan
seterusnya atas surat-surat berharga seperti aval dan
endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan
kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin
cidera janji (wanprestasi), dapat dikemukakan sebagai berikut:
KUH Dagang mengatur mengenai endosemen dengan hak
regres dan endosemen tanpa hak regres. Endosemen tanpa hak
regres tidak menimbulkan kewajiban membayar, sedangkan
endosemen dengan hak regres dapat menimbulkan kewajiban
membayar sehingga dimasukkan ke dalam "contingent liabilities".
Agar bank dapat memperoleh kepastian kapan dimulai dan
berakhirnya contingent liabilities maka dalam Pasal 3 SK Direksi
Bl Nomor 23/88/KEP/DIR tersebut ditetapkan bahwa pemberian
garansi berlaku sejak tanggal dilakukannya pembubuhan tanda

tangan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga yang


bersangkutan Oleh bank dan garansi tersebut berakhir apabila
Telah ada pembayaran dari debitur, baik dalam hal tidak terjadi
protes maupun dalam hal terjadi protes yang kemudian diterima.
Yang dimaksud dengan debitur adalah pihak tertarik dalam hal
wesel dan penandatanganan (penerbit) dalam hal promes/aksep.
Tidak diterima pemberitahuan protes dalam tenggang waktu dan
menurut ketentuan yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Berakhirnya contingent liabilities karena kasus ini dapat di
akibatkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu:
Protes non-akseptasi atau nonpembayaran diajukan melewati
batas waktu yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Protes non-akseptasi atau nonpembayaran diajukan dalam
batas waktu yang ditetapkan, ,tetapi• pemberitahuannya
melewati batas waktu yang ditetapkan KUH Dagang.

Tidak diterima protes non-akseptasi atau nonpembayaran dalam


batas waktu yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Tenggang waktu penuntutan pembayaran menurut KUH Dagang
dan KUH Perdata tefah kedaluwarsa, dalam hal diterima protes
sesuai dengan tenggang waktu yang ditetapkan dalam KUH
Dagang.
3. Sebagaimana diketahui dalam praktek dikenal pembubuhan
endosemen tanpa hak regres atau zonder Obligo atau without
recourse yang tidak menimbulkan kewajiban membayar,
misalnya dalam pemberian kredit sindikasi, yang memang tidak
diharapkan pih@kpihak yang mengendos bertanggung jawab
secara materiel. Oleh karena itu, mengingat bank adalah
lembaga kepercayaan maka pembubuhan endosemen tanpa hak
regres hanya dipergunakan dalam hal bank bertindak sebagai
bank induk dalam rangka pem-Pemberlan Bank Gnrnns/ dalnm
Perlanlian
Terjadi cidera janji (wanprestasi) apabila pihak dijamin (nasabah
bank) tidak melaksanakan kewajibannya untuk melaksanakan
atau mengerjakan proyek yang telah diberikannya, padahal ia
telah menerima pembayaran di muka atas proyek tersebut dari
bouwheer atau pihak yang dijamin pemberi kerja (proyek).
Kemudian, terdapat 1 (satu) jenis garansi yang diterbitkan oleh
bank untuk menjamin pengembalian atas Bi// of Lading kepada
maskapai pelayaran, yang disebut dengan Shipping Guarantee.
Untuk pengeluaran Shipping Guarantee bagi maskapai
pelayaran, berlaku pula ketentuan-ketentuan mengenai bank
garansi sebagaimana yang disebutkan dalam SK Direksi BI
Nomor 28/88/KEP/DlR dan SE BI Nomor 23/7/UKtJ masing-
masing tertanggal 18 Maret 1991 perihal Pemberian Garansi
oleh Bank.
Selain itu, terdapat bank garansi guna penangguhan bea masuk,
yaitu yang diterbitkan oleh bank untuk pihak bea cukai, guna
menjamin pembayaran bea masuk atas barang-barang impor
yang dimohonkan penangguhan pembayarannya.
Untuk garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan
seterusnya atas surat-surat berharga seperti aval dan
endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan
kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin
cidera janji (wanprestasi), dapat dikemukakan sebagai berikut:
KUH Dagang mengatur mengenai endosemen dengan hak
regres dan endosemen tanpa hak regres. Endosemen tanpa hak
regres tidak menimbulkan kewajiban membayar, sedangkan
endosemen dengan hak regres dapat menimbulkan kewajiban
membayar sehingga dimasukkan ke dalam "contingent /iabi/ities"
Agar bank dapat memperoleh kepastian kapan dimulai dan
berakhimya contingent liabi/ities maka dalam Pasal 3 SK Direksi
BI Nomor 23/88/KEP/DlR tersebut ditetapkan bahwa pemberian
garansi bedaku sejak tanggal dilakukannya pembubuhan
tandaPemberian Bank Garanoi dalam Perianiian
tangan kedua dan seterusnya Atas surat-surat berharga yang
bersangkutan Oleh bank dan garansi tergebut berakhir apabila:
Telah ada pembayaran dari debitur, baik dalam hal tidak terjadi
protes maupun dalam hal terjadi proteg yang kemudian ditenma.
Yang dimaksud dengan debitur adalah pihak tertarik dalam hal
wese! dan penandatanganan (penerbit) dalam hal promes/aksep.
T'dak diterima pemberitahuan protes dalam tenggang waktu dan
menurut ketentuan yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Berakhimya contingent /iabi/ities karena kasus ini dapat
diakibatkan Oleh 3 (tiga) hal, yaitu:
O Protes non-akseptasi atau nonpembayaran cftajukan melewati
batas waktu yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Ü Protes non-akseptasi atau nonpembayaran diajukan dalam
batas waktu yang ditetapkan, tetapi pemberitahuannya melewati
batas waktu yang ditetapkan KUH Dagang.
Tidak diterima protes non-akseptasi atau nonpembayaran dalam
batas waktu yang ditetapkan dalam KUH Dagang.
Tenggang waktu penuntutan pembayaran menurut KÜH Dagang
dan KUH Perdata te!ah kedaluwarsa, dalam hal diterima protes
sesuai dengan tenggang waktu yang ditetapkan dalam KUH
Dagange
3. Sebagaimana diketahui dalam praktek dikenal pembubuhan
endosemen tanpa hak regres atau zonder Obligo atau without
recourse yang tidak menimbulkan kewajiban membayar,
misalnya dalam pemberian kredit sindikasi, yang memang tidak
diharapkan pihakpihak yang mengendos bertanggung jawab
secara materiel. Oleh karena itu, mengingat bank adalah
lembaga kepercayaan maka pembubuhan endosemen tanpa hak
regres hanya dipergunakan dalam hal bank bertindak sebagai
bank induk dalam rangka pemberian kredit sindikasi.
B. PEMBERIAN KUASA
Tak dapat disangkal bahwa dalam proses pemberian kredit oleh
bankf sangat banyak dijumpai adanya pemberian kuasa, baik di
kalangan debitur maupun dari pihak perbankan sendiri. Hal ini
membuktikan bahwa surat kuasa merupakan sesuatu hal yang
tak dapat dilepaskan dari objek analisis dalam suatu
pembahasan proses perkreditan.
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
Pengertian Kuasa
Pemberian kuasa atau lastgeving Oleh Pasal 1792 KUH Perdata
sebagai suatu persetujuan dengan mana seprang memberikan
kekuasaan kepada orang Iain, Yang menerimanya, untuk atas
namanya menyelenggarakan suatu urusan.
Dari bunyi Pasal 1792 KUH Perdata tersebut lebih lanjut dapat
dikemuka. kan bahwa:
Pemberian kuasa tidak Iain adalah suatu persetujuan atau
perjanjian. Dan jika melihat dari sifat perjanjian, pemberian kuasa
ini merupakan perjanjian khusus.
Oleh karena pemberian kuasa merupakan suatu perjanjian,
maka menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak.
Sebagai pemberian yang merupakan suatu persetujuan, maka
penerima kuasa berhak untuk menolak atau melepaskan kuasa
itu, begitu pun sebaliknya pemberi kuasa berhak untuk mencabut
kuasa tersebut.
Adanya dua pihak dalam pemberian kuasa, di mana penerima
kuasa bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa untuk
menyelenggarakan suatu urusan.
• Dengan perkataan suatu urusan, berarti tidak semua tindakan
atau perbuatan dapat dikuasakan kepada orang/pihak Iain,
apabila orang/pihak yang berkepentingan tersebut berhalangan.
Yang dimaksud dengan "menyelenggarakan suatu urusan",
menurut Prof. R. Subekti, S.H., adalah melakukan suatu
"perbuatan hukum", yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau
"menelorkan" suatu "akibat hukumn Kalau seorang, karena ia
sendiri berhalangan mengunjungi suatu resepsi, menyuruh
temannya untuk mewakilinya, itu bukan suatu pemberian kuasa.
Orang yang telah diberikan kuasa (ia dinamakan "juru kuasa"
atau juga "kuasa" saja) melakukan perbuatan hukum tersebut
"atas namall orang yang memberikan kuasa atau juga dikatakan
bahwa ia "mewakili" si pern-Lain-lain an Berhubun an den an
Kredit/Bank Garansi beri wasa. Artinya bahwa apa yang
dilakukan itu adalah "atas tanggungan" si pemberi kuasa dan
segala hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan yang
dilakukan itu menjadilah hak dan kewajiban orang yang memberi
kuasa. Atau bahwa kalau yang dilakukan itu berupa membuat
(menutup) suatu perjanjian, si pemberi kuasalah yang menjadi
"pihak" dalam perjanjian itu.
Terjadinya Pemberian Kuasa
Pada dasarnya terjadinya suatu kuasa adalah sejak terjadinya
kesepakatan pemberian kuasa tersebut, baik lisan ataupun
secara tertulis. Seperti Yang disebutkan Pasal 1793 KUH
Perdata bahwa kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu
akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam
sepucuk surat ataupun dengan lisan.
Dari ketentuan tersebut di atas lebih lanjut dapat dikemukakan
bahwa: Terjadinya suatu pemberian kuasa adalah pada saat
terjadinya kesepakatan antara si pemberi kuasa dan penerima
kuasa.
Bentuk dari suatu pemberian kuasa adalah tidak ditentukan
bahkan hanya secara lisan sekalipun dapat terjadi kuasa.
Dalam .praktek, kuasa yang sering ditemui dalam suatu proses
pemberian kredit adalah kuasa yang diberikan dan diterima
dalam bentuk suatu akta, baik notarial ataupun di bawah tangan.
Mengenai hal ini, Legal Officer, harus mengetahui benar tentang
kepentingannya, kapan suatu kuasa harus atau perlu dibuat
dalam bentuk akta notarial atau bisa hanya dalam bentuk akta di
bawah tangan. Agar dalam proses suatu pemberian kredit dapat
tertanamkan aspek-aspek yuridisnya.
3. Jenis-Jenis Pemberian Kuasa
Pada Pasal 1795 KUH Perdata disebutkan bahwa pemberian
kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya
satu kepentingan tertentu atau lebih atau secara umum, yaitu
meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa.
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit Bank Garansi
Jika melihat ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis
pembeğ. an kuasa ada dua, yaitu kuasa khusus dan kuasa
umum.
Yang dimaksud dengan kuasa khusus adalah suatu kuasa yang
karena sifat dan kepentingannya hanya memberi wewenang
khusus mengenai suatu atau beberapa kepentingan tertentu
kepada pemegangnya.
Pemberian kuasa khusus menyebutkan perbuatan-perbuatan
Hukum
yang harus dan BankGaransi
Kreditdilakukan, misalnya menjaminkan, menggadaikan,
atau menjual barang dan sebagainya.
Lebih lanjut mengenai sifat kekhususan tersebut penulis
mengarnbü contoh pada ketentuan yang diberikan oleh Pasal
123 HIR jo. Pasal 147 RBG tentang surat kuasa berperkara di
pengadilan. Sifat khusus yang dimaksudkan di sini adalah
terletak pada hal-hal;
nama, kualitas, dan kedudukan pihak-pihak yang berperkara;
masalah (perkara) apa kuasa itü diberikan; forumnya yang pasti;
dan nomor perkaranya yang pasti (jika suatu perkara telah
terdaftar di pengadilan). Sedangkan mengenai wewenang yang
khusus terletak pada terbatasnya wewenang tersebut, yaitü
keterbatasan yang melekat pada: masalah atau perkaranya;
pihak yang dihadapi dalam berperkara; dan forumnya.
Yang dimaksud dengan kuasa umum adalah suatu kuasa yang
karena sifat dan kepentingannya memberi wewenang umum
kepada pemegangnya. Pemberian kuasa yang dirumuskan
dalam kata-kata umum hanya meliputi perbuatan-perbuatan
pengurusan (Pasal 1796 ayat (1)).
Untuk memindahtangankan benda-benda atau untuk meletakkan
hipotik di atasnya, atau lagi untuk membuat suatu perdamaian,
ataupun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-
kata yang tegas (Pasal 1796 ayat (2)).
Lain-lain an Berhubun an den an Kredlt/Bank Garansi
Di samping kedua ihat jenis dari kuasa segi sifat tersebut dan
kepentingannya, di atas, ada satu melainkan lagi jenis
kuasa,timbul namun tidak dil si penerima kuasa, yaitu hak
penorima kuasa untuk
karena hak dari Iain sebagai pengganti dalam pelaksanaan
kuasa termenunjuk orang Tentang hal ini dapat dilihat pada
ketentuan Pasal 1803 KUH Per Tersebut.
Jenis kuasa ini lebih dikenal dengan nama "Kuasa Substitusi".
data. Jika dalam pemberian kuasa diberikan hak substrtusi
dengan rnenyebutkan natha pengganti itu, maka apabila si kuasa
pada suatU waktu monunjuk orang tersebut untuk
menggantikannya, ia bebas dari sesuatu tanggung jawab
mengenai pelaksanaan kuasa selanjutnya; jika diberikan hak
substitusi tanpa menyebutkan si pengganti, si kuasa hanya
bertanggung jawab kalau si pemberi kuasa membuktikan bahwa
Hukum
yang ditunjuk sebagai pengganti itu seorang yang tak cakap atau
393
tak mampu. Akhirnya, jika sama sekali tidak ada penyebutan
tentang hak substitusi, si kuasa bertanggung jawab sepenuhnya
untuk orang yang ditunjuknya sebagai penggantinya.
4. Kewajiban Para Pihak
Yang dimaksud oleh penulis dengan para pihak di sini tidak Iain
adalah:
pihak yang memberikan kuasa (pemberi kuasa) dan
pihak yang memegang kuasa (penerima kuasa).
Tentang kewajiban para pihak dalam suatu pemberian kuasa,
dapat ditemukan dalam ketentuan yang diatur oleh KUH Perdata,
Buku Ketiga, Bab XVI, Bagian Kedua dan Bagian Ketiga.
Adapun kewajiban para pihak tersebut adalah sebagai berikut:
Kewajiban Penerima Kuasa la wajib melaksanakan kuasanya,
selama pemberian kuasa tersebut belum dicabut atau ia
dibebaskan dan apabila ia tidak• melaksanakan kuasanya itu, ia
harus menanggung segala kerugian dan biaya-biaya yang timbul.
Lain-lain n Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
la diwajibkan menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerja.
kannya pada waktu si pemberi kuasa meninggal jika dengan
tidak segera menyelesaikannya dapat timbul sesuatu kerugian
la wajib bertanggung jawab tentang perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja dan tentang kelalaian Yang
dilakukannya dalam menjalankan kuasanya.
la wajib memberikan laporan tentang pelaksanaan atas
pernberian kuasa tersebut dan memberikan perhitungan kepada
si pemberi kuasa tentang segala apa Yang telah diterimanya
berdasarkan pemberian kuasa tersebut.
la wajib bertanggung jawab apabila ia telah menunjuk orang
Iain untuk melaksanakan kuasanya itu, sedangkan ia sendiri
tidak diberikan kekuasaan untuk melimpahkan kuasa itu.
la wajib bertanggung jawab apabila ia telah menunjuk orang
Iain untuk melaksanakan kuasanya itu, sedangkan orang Yang
ditunjuknya sebagai pengganti itu ternyata orang yang tak cakap
atau tak mampu.
Kewajiban Pemberi Kuasa la wajib memenuhi perikatan-
perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa menurut kekuasaan
yang telah ia berikan kepadanya.
la wajib mengembalikan kepada si penerima kuasa,
persekotpersekot, dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh si
penerima kuasa untuk melaksanakan kuasa tersebut.
la wajib membayar upah kepada si penerima kuasa apabila
memang teJah diperjanjikan sebelumnya tentang adanya upah
atas pemberian kuasa tersebut.
la wajib _membayar/memberikan ganti kerugian kepada si
penerima kuasa atas kerugian yang diderita sewaktu
menjalankan kuasa tersebut, di mana si penerima kuasa tidak
telah berbuat kurang hati-hati.
(Apabila pemberi kuasa terdiri dari beberapa orang yang atas
kepentingan bersama, maka) ia/mereka masing-masing wajib
394 Lain-lain an Berhubun an den an KrediVBank Garansi

bertanggung jawab terhadap si penerima kuasa mengenai


segala akibat dari pemberian kuasa tersebut.
Dari uraian tentang kewajiban para pihak tersebut di atas, Yang
pada pok0knya bersumber dari Pasal 1800 sampai dengan Pasal
1812 KUH perdata, maka pada dasarnya dapat pula ditemukan
hak-hak para pihak Yang terkandung di daiam suatu pemberian
kuasa.
Berakhirnya Pemberian Kuasa
Berakhirnya suatu kuasa di dalam KUH Perdata diatur pada
Pasal 1813 sampai dengan 1819, yang secara umum oleh
penulis disimpulkan sebagai berikut:
Adanya penghentian atas kuasa tersebut
Penghentian kuasa ini dapat terjadi karena:
Ditariknya atau dicabutnya pemberian kuasa tersebut oleh si
pemberi kuasa apabila ia menghendaki dan ada alasan untuk itu;
dan
Juga dengan adanya alasan untuk itu, si penerima kuasa
mengembalikan kuasa yang dipegangnya yang dengan demikian
ia membebaskan diri dari kuasanya dengan pemberitahuan
kepada si pemberi kuasa.
Meninggalnya salah satu pihak;
Dengan meninggalnya pemberi kuasa, tetapi apabila kuasa
tersebut tidak diteruskan/diselesaikan akan menimbulkan suatu
kerugian, penerima kuasa harus meneruskan/menyelesaikan
kuasa itu; dan
Dengan meninggalnya penerima kuasa, yang apabila ini ter jadi,
para ahli warisnya harus memberitahukan hal itu kepada si
pemberi kuasa, jika mereka tahu tentang adanya pemberian
kuasa, dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang
perlu menurut keadaan bagi kepentingan si pemberi kuasa.
Hukum Kredit dan Bank Garansi 395
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
Apabila si pemberi kuasa atau penerima kuasa ditaruh di bawah
pengampuan atau pailit.
Apabila terjadi perkawinan Oleh perempuan, baik sebagai
pemberi kuasa maupun ia sebagai penerima kuasa. Mengenai
hal ini ada baiknya diperhatikan bunyi Pasal 1798 KUH Perdata,
yaitu sebagai berikut:
"Orang-orang perempuan dan orang-orang be/urn dewasa dapqt
ditunjuk menjadi kuasa, tetapi si pemberi kuasa tidaklah
mempunyai suatu tuntutan hukum terhadap orang-orang belum
dewasa, se/ainnya menurut ketentuan umum mengenai
perikatan-perikatan yang diperbuat o/eh orang-orang Yang
belum dewasa dan terhadap orang perempuan yang bersuami
yang menerima kuasa tanpa bantuan si suami ia pun tidak
mempunyai tuntutan hukum se/ainnya menurut aturan-aturan
yang ditu/iskan da/am bab kelima dan ketujuh Buku Kesatu dari
kitab undang-undang ini. 'I
Kemudian, menurut Prof. R. Subekti, S.H., bahwa mengenai
kawinnya seorang perempuan yang memberikan atau menerima
kuasa, dengan lahirnya yurisprudensi yang menganggap
seorang perempuan yang bersuami sepenuhnya cakap menurut
hukum, maka ke tentuan yang berkenaan dengan kawinnya
seorang perempuan, dengan sendirinya tidak berlaku lagi.
Selain hat-hal tersebut di atas yang menyebabkan hapus atau
berakhirnya suatu pemberian kuasa, maka ada satu hal lagi yang
menyebabkan secara otomatis-suatu kuasa tnenjadi berakhir
adalah karena "telah selesainya seluruh kepentingan yang
harus dilaksanakanu yang tertera dalam kuasa tersebut.
C. ASURANSI

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu unsur yang selalu


melekat dalam setiap pemberian kredit adalah adanya "risikoll
sehingga pemberian kredit disebut l)uga sebagai penanamarp
dana dalam bentuk "risk assete. Dansebagaimana juga diketahui
bahwa risiko atas suatu hal adalah bersifat merugikan, dan
sebagai suatu musibah atau malapetaka,
Hukum Kredit dan Bank aransi
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Dank Garan•/

datangnya tidak pasti dan tidak dapat diduga dan dapat terjar$
riSikO an tiba•tiba harus terjadi.
pertimbangan itu, bank harus dapat menghilangkan atau paGng
tidak urangi nsiko yang mungkin timbul dalam setlap pembenan
kredrt, satu caranya adalah dengan mengalihkan risiko tersebut
kepada lain, yang memang dimungkinkan, baik dari segi yuridis
maupun dan segi bisnis. yang tak lain adalah asuransi.
Pengertian dan Fungsi Asuransi
Asuransi atau pertanggungan oleh Pasal 246 KUH Dagang
disebutkan sebagai suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan lebih lanjut dari
pengertian yang diberikan oleh Pasal 246 tersebut di atas, antara
lain:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian. Dengan
begitu, ia harus tunduk pada ketentuan mengenai syarat sahnya
perjanjian, Pasal 1320 KUH Perdata.
Perjanjian atau kontrak asuransi pada umumnya bersifat adhesif.
Artinya, bahwa kontrak asuransi dibuat oleh perusahaan
asuransi yang bersangkutan, di mana calon tertanggung tidak
bisa mengajukan usul agar perusahaan asuransi tersebut
mengubah pasal yang menurutnya tidak sesuai dengan
kehendak tertanggung.
Dalam suatu perjanjian asuransi, terdapat dua pihak, yaitu pihak
penanggung dan pihak tertanggung. Namun, dalam prakteknya,
sering kali terjadi pihak tertanggcng berbeda dengan pihak yang
akan menenma terjadi kerugian atas sesuatu yang
diasuransikan. Dengan demikian, dajam perisuwa ini terdapat

Lain-lain an Berhubun an den an KrediUBank Garansi


pihak tertanggung; dan
pihak yang berhak menerima "tanggungan."
Datam setiap perjanjian asuransi haruslah ditandai dengan
adanya pembayaran premi dari pihak tertanggung, sebagai salah
satu tanda bahwa para pihak (khususnya pihak tertanggung)
setuju untuk diadakan perjanjian asuransi, "tak ada premi, tak
ada asuransi".
Dengan terjadinya perjanjian asuransi, maka secara yuridis
formal apabila terjadi suatu peristiwa yang telah diperjanjikan
dapat diadakan suatu daim, pihak penanggung akan
memberikan ganti kerugian.
Ada tiga aliran pemikiran mengenai asuransi, yang masing-
masing mempunyai pandangan yang berbeda-beda:

Pertama: Menurut aliran pertama (aliran transfer) asuransi


adalah pemindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung.
Kedua: Sedangkan aliran kedua mengabaikan aspek transfer
dan memusatkan pada aspek teknik. Prof. Mehr dan Cammack
misalnya, mendefinisikan asuransi sebagai:
alat sosial untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan
sejumlah yang memadai unit-unit yang ter buka terhadap risiko
sehingga kerugjan-kerugian individü
mereka secara kolektif dapat dirama/kan. Kemudian, kerugian
yang dapat dirama/kan itü dipikul merata o/eh semua mereka
yang bergabung itu. 'l
Ketiga: Aliran ketiga menggabungkan kedua pandangan ini.
Prof. Willett mendefinisikan asuransi sebagai:
"alat sosial untuk penumpukan dana guna mengatasi ke rugian
modal yang tak tentü yang dilaksanakan melalui pemindahan
risiko dari banyak individü kepada seorang atau kelompok orang.
D6finisi lain adalah "asuransi adalah pemindahan risiko dengan
ciri-ciri.tambahan, yaitu penggabungan risiko dan penaksiran
terhadap kerugian masa deparı."

Jika melihat uraian dari ketiga aliran tersebut, dapat disimpulkan


bahwa asuransi merupakan upaya pemindahan ataupengalihan
risiko. Seperti
Garansi
Lain-lain an Berhubun an den an KreditJBank Garansi
disebutkan oleh Drs. A. Abbas Salim bahwa orang bersedia
membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa
menghadapi xewgian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada
waktu mendatang. Atau dengan kata lain, bahwa segala kerugian
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, kita
pindahkan (shi/t) kepada perusahaan Umpamanya: asuranSl.
asuransi kebakaran, seseorang mengasuransikan rumahnya
kepada perusahaan asuransi, Dalam hal ini orang tersebut
membayar premi temadap perusahaan asuransi. Jika terjadi
kebakaran, perusahaan asuransi akan mengganti kerugian yang
disebabkan oleh kebakaran tersebut.
Dalam berbagai kegiatan ekonomi, asuransi memegang peranan
yang penting, di samping memberikan perlindungan (protection)
terhadap kemungkinan-kemungkinan kerugian yang akan terjadi,
juga memberikan dorongan ke arah perkembangan kegiatan
ekonomi lainnya. Perlindungan yang dimaksud di sini adalah
bahwa bahaya-bahaya yang di luar perhitungan terjadinya,
seperti gempa bumi, kebakaran, perang, pemogokan huru-hara,
kapal tabrakan, tenggelam, pesawat jatuh, dan lain-lain, maka
akibat risiko-risiko tersebut tidak perlu menjadikan usaha
manusia menjadi terhenti atau bahkan bangkrut karenanya.
Di sinilah salah satu peranan asuransi di mana dapat
memberikan perlindungan dari akibat-akibat risiko, yang mungkin
menimpa pengusahd usahawan di waktu mendatang. Dengan
demikian, yang bersangkutan tidak merasa bimbang dalam
menjalankan usahanya maupun penanaman modalnya, oleh
karenanya perkembangan ekonomi dibidang lainpun terdorong
karenanya.
2. Terjadinya Asuransi
Pada dasarnya terjadinya asuransi atau pertanggungan adalah
pada saat terjadinya kesepakatan penutupan asuransi tersebut.
Oleh Pasal 257 ayat (1) Kl.JH Dagang disebutkan bahwa,
perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup;
hak-hak dan kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si
penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu,
bahkan sebelum polisnya ditandatangani.
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
Ditutupnya perjanjian menerbitkan kewajiban bagi si penanggung
untuk menandatangani polis tersebut dalam waktu yang
ditentukan dan menye. rahkannya kepada si tertanggung (Pasal
257 ayat (2) KUH Dagang).
Kemudian, untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian
tersebut, diperlu. kan pembuktian dengan tulisan. Namun
demikian, bolehlah Iain-Iain alat pembuktian dipergunakan juga
manakala sudah ada suatu permulaan pembuktian dengan
tulisan (Pasal 258 ayat (1 )). Namun demikian, boleh_ Iah
ketetapan-ketetapan dan syarat-syarat khusus, apabila tentang
itu timbul suatu perselisihan, dalam jangka waktu antara
penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya, dibuktikan
dengan segala alat bukti; tetapi dengan pengertian bahwa segala
hal yang dalam beberapa macarn pertanggungaæ Oleh
ketentuan-ketentuan undang-undang„ atas ancaman batal,
diharuskan penyebutannya dengan tegas dalam polis, harus di.
buktikan dengan tulisan (Pasal 258 ayat (2)).
Dari uraian ini ada beberapa hal yang perlu djgarisbawahi Oleh
Lega/ Officer apabila akan melakukan suatu penutupan asuransi,
antara Iain:
Bahwa dalam praktek alat bukti yang dimaksud sebelum
terbitnya polis adalah:
Aplikasi, yaitu suatu permintaan penutupan asuransi dari calon
tertanggung kepada perusahaan asuransi, yang berisi segala
informasi yang diperlukan untuk suatu kepentingan
pertanggungan;
Kontrak sementara atau yang dikenal dengan istilah binder,
kontrak ini dikeluarkan sebelum terbitnya polis.
• Bahwa walaupun perjanjian asuransi terjadi 9ejak adanya
kesepakatan untuk itu, namun pada waktu penutupan suatu
asuransi dilakukan, haruslah segera dimintakan polis atas
asuransi tersebut, guna pembuktian yang lebih kuat. Mengenai
hal ini, disyaratkan oleh Pasal 259 KUH Dagang yang
berbunyi sebagai berikut: "Apabi/a suatu pertanggungan
ditutup /angsung antara si tertanggung,: ataU'seorang yang telah
diperintahnya untuk itu atau mempunyai kekuasaan untuk itu,
dan si penanggung, maka harus/ah po/isnya da/am waktu 24 jam
sete/ah dimintaHukum Kredit dan Bank Garansi
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
nya ditandatangani oleh pihak yang tersebut terakhir ini ke cua/i
apabila dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dalam suatu
ha/ tertentu, ditetapkan suatu jangka waktu yang lebih
lama. '
Selain tentang terjadinya suatu penutupan asuransi tersebut,
dalam KUH
Dagang juga diatur mengenai batalnya suatu pertanggungan
atau asuransi, antara Iain adalah:
pasal 251 KUH Dagang
'Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap
tidak memberitahukan ha/-hal yang diketahui o/eh si
tertanggung, betapa pun itikad baik ada padanya, yang demiRian
sifatnya,' sehingga, seandainya si penanggung te/ah mengetâhui
keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau
tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan
batalnya pertanggungan. " pasal 269 KUH Dagang
"Setiap penanggungan yang dilakukan atas sesuatu kepentingan
yang bagaimanapun, yang kerugiannya, terhadap mana
pertanggungan itu diadakan, sudah ada pada saat ditutupnya
perjanjian adalah batal, apabi/a si tertanggung atau orang yang
dengan atau tanpa pemberian kuasa telah mengadakan
pertanggungan itu, telah mengetahui akan sudah adanya
kerugian tadi. "
Pasal 272 KUH Dagang
"Apabila si tertanggung dengan suatu• pemberitahuan lewat
pengadi/an membebaskan si penanggung dari segala
kewajibannya untuk waktu yang akan datang. "
Pasal 282 KUH Dagang
"Apabi/a bata/nya perjanjian itu disebabkan karena suatu akalan
cerdik, penipuan, atau kecurangan si tertanggung, maka tetap/ah
si penanggung menerima preminya, dengan tidak mengurangi
adanya tuntutan pidana, apabila ada alasan untuk itu. j'
Pasal 599 KUH Dagang
"Sega/a pertanggungan ada/ah batal, apabi/a dibuat: .
40 atas barang-barang yang menurut undang-undang atau
peraturan-peraturan Iainnya, tidak boleh diperdagangkan;
50 atas sebuah kapal, baik kapal Indonesia maupun kapal
401 Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi asing,
yang dipergunakan untuk mengangkut barang-barang
3. Polis sebagai Akta Asuransi
Walaupun suatu asuransi atau pertanggungan telah dianggap
terjadi Pada saat terjadinya kesepakatan penutupan asuransi
tersebut, tetapi untuk amannya suatu penutupan asuransi atau
pertanggungan, haruslah anggap pada saat terbitnya polis. Hal
ini pun dengan tujuan agar pihak tertanggung termotivasi untuk
terus meminta polis Yang telah ditanda. tangani oleh si
penanggung, seperti yang diingatkan Oleh Pasal 259 KUH
Dagang tersebut di atas.
Apalagi Oleh Pasal 255 KUH Dagang telah disebutkan dengan
tegas bahwa suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis
dalam suatu akta yang dinamakan polis.
Menurut Drs. A. Hasymi Ali (op.cit), yang dimaksud dengan polis
adalah suatu dokumen yang memuat kontrak antara pihak yang
ditanggung dan penanggung. Anatominya tertinggi dari deklarasi,
perjanjian pertanggungan, pengeculian, dan syarat-syarat,
Deklarasi menguraikan Sifat risiko perjanjian pertanggungan
menunjukkan dalam garis besar sifat penutupan, pengecualian
mengurangi penutupan, dan syarat-syarat menetapkan aturan-
aturan dasar dari transaksi itu.
Sedangkan isi setiap polis (Pasal 255 KUH Dagang), kecuali
yang mengenai suatu pertanggungan jiwa, harus menyatakan:
Hari ditutupnya pertanggungan;
Nama orang yang menutup pertanggungan atas tanggungan
sendiri atau atas tanggungan seorang ketiga;
Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang
dipertanggungkan;
Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan;
Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung;
Pada saat mana bahaya mulai berlaku untuk tanggungan si
penanggung dan saat berakhirnya itu;
Lain-lain an Berhubun an den an KreditJBnnk Garan•i
premi pertanggungan tersebut: dan pada umumnya semua
keadaan yang kjranya pontjng bagi gi penanggung untuk
diketahuinya dan segala gyatat yang doorpnpkan antara para
pihak,

syarat-syarat yang disobutkan Pasa' 256, maka suatu harus


menyebutkan (Pasa! 287):
Letaknya barang.barang tetap yang dtpertanggungkan beserta
batas-batasnya: Pemakaiannya:
b,
Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sekadar
Itu
C. ada pengaruhnya terhadap pertanggungan tersebut;
Harga dari barang-barang yang dipertanggungkan;
Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dl
mana barang-barang bergerak yang dipertanggungkan itu
berada, disimpan atau ditumpuk.
Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis
asuransl. perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu:
Bencana yang ditutup
a.
Sebagian polis menutup satu atau lebih bencana yang
dicantumkan dalam polis itu. Polis komprehensif menutup setiap
bencana, selain dari yang dikecualikan di situ.
Sering kali diperlukan definisi yang tepat dari suatu bencana.
Walaupun suatu harta ditutup untuk suatu bencana secara
umum, namun mungkin ada beberapa bagian dikecualikan.
Selanjutnya, perlu pula diketahui definisi legal atau definisi
kontraktual dari istilah-istilah yang dipakai.
Harta apa yang ditutup
Biasanya polis menguraikan hana yang ditutup dan menunjukkan
harta yang dikecualikan.

Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi


Kerugian apa yang ditutup
Sebagian kontrak asuransi hanya menutup kerugian langsung, te
tapi ada pula yang menutup kerugian tak langsung, baik
seluruhnya atau sebagian.
Orang-orang yang ditutup
Sebagian polis hanya menutup yang ditanggung yang namanya
cantum dalam polis itu dan wakil sahnya (legal representatives)
Namun, ada juga polis yang menutup selain dari orang-orang ini.
e. Lokasi-lokasi yang ditutup
Banyak polis yang membatasi diri sampai daerah-daerah atau
lokasi-lokasi tertentu saja.
f. Jangka waktu yang ditutup
Ada polis untuk masa lebih dari satu tahun disebut term policies.
Ada pula yang hanya untuk satu tahun atau kurang dari satu
tahun. Mulai terjadinya kerugian haruslah terjadi dalam masa
laku polis itu.
g. Bahaya-bahaya apa yang dikecualikan
Atau bahaya-bahaya atau kondisi-kondisi tertentu yang dapat
menunda penggantian.
4. Asuransi Bagi Bank
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa
asuransi atau pertanggungan ini harus dilakukan oleh bank, baik
atas jiwa debiturnya (perorangan) maupun atas jaminan kredit
yang dikuasainya. Salah satu pertimbangan yang paling
mendasar adalah yang menyangkut kepentingan atas
pengembalian kredit yang telah diberikan kepada debiturnya.
Untuk kepentingan tersebut, bank dalam melakukan penutupan
asuransi haruslah selalu memasukkan adanya syarat "Banker's
Clausen atas setiap pertanggungannya.
Bank Garansi

pengertian
kan bank sebagai pihak yang berhak menerima ganti rugi atas
terjadinya kejadian yang mengakibatkan kerusakan atau
kerugian atas bara ng-barang yang dipertanggungkan atau
kernafian atas debitur yang ditutup asuransinya.
UntuK lebih jelasnya, berikut salah satu contoh bunyi Banker's
Clause tersebut:
KLAUSULA BANK:
Dengan ini dicatat dan disetujui bahwa harta yang
dipertanggungkan di bawah polis ini telah dijadikan agonan kredit
pada bank: Sehubungan dengan itu, telah disetujui dan
disepakati antara bank tersebut dengan tertanggung, bahwa
da/am hal terjadi kerugian, jika ada yang dapat dibayar di bawah
polis ini, maka akan dibayarkan kepada bank tersebut sampai
jum/ah yang menjadi haknya, termasuk bunga dan biaya-biaya
lainnya, tetapi tanpa mengurangi hak tedanggung atas
selisihnya.
Dalam praktek, suatu barang jaminan kredit dapat säja telah
terlebih dahulu diasuransikan oleh pemilik barang yang
bersangkutan, sebelum dijadikan jaminan kredit.
Apabila terjadi hal yang demikian, bank dengan persetujuan
pemilikJ debitur, harus diadakan Banker's Clause atas asuransi
tersebut dengan pemberitahuan kepada perusahaan asuransi
yang telah menutup pertanggungan atas barang yang diserahkan
sebagai jaminan kredit tersebut. Dan apabila pada waktu
diadakan pengikatan kredit, belum diadakan asuransi atas
barang jaminan Oleh pemilik barang/debitur, bank pada waktu
akan menutup pertanggungan/asuransi, atas barang jaminan
tersebut, harus langsung dengan pemberitahuan syarat Banker's
Clause nya. Sedangkan apabila barang tersebut tidak lagi
menjadi jaminan kredit, tetapi masa waktu asuransinya belum
habis, syarat Banker's Clause ini dapat dihapus dengan
pemberitahuan bank kepada perusahaan asuransi tersebut tadi.
Dalam praktek asuransi oleh bank saat ini, ada dua jenis
asuransi yang selalu dilakukan, yaitu asuransi jiwa debitur
(perorangan) dan asuransi
Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi
a. Asuransi jiwa debitur
Tentang asuransi jiwa debitur, berdasarkan pengalaman bank
ninggalnya penerima kredit merupakan salah satu sebab dapat
menimbulkan kesulitan dalam pengembalian kredit tersebut
Contoh 1:
Si A mengasuransikan dirinya sendiri kepada suatu perusahaan
asuransi (life insurance), maka si A selain sebagai subjek, ia juga
sekaligus sebagai pemilik dan beneficiary.
Kemudian,
Si A mendapat pinjaman dari Bank X sehingga atas persyaratan
bank, maka si A mengajukan banker's clause kepada
perusahaan asuransi tadi. bengan demikian, si A di sini bertindak
sebagai subjek dan pemilik, sedangkan beneficiary adalah Bank
X.
Contoh 11:
Si A mendapat kredit dari Bank X, lalu untuk mengantisipasi
risiko Bank X mengasuransikan A pada perusahaan asuransi (life
insurance), maka subjeknya adalah si A, sedangkan pemilik
adalah Bank X dan sebagai beneficiaryadalah si A.
Kemudian,
Atas asuransi _jiwa debitur tersebut oleh Bank X mengajukan
banker's clause kepada perusahaan asuransi tadi, maka
subjeknya adalah si A, sedangkan yang menjadiv pemilik
sekaligus beneficiary adalah Bank X.
b. Asuransi barang jaminan kredit
Sedangkan asuransi barang jaminan yang banyak dipergunakan
bank adalah asuransi kerugian yang terdiri dari asuransi
kebakaran; asuransi kendaraan bermotor; dan asuransi angkutan
laut, baik asuransi atas kapalnya maupun atas muatannya.
Lain-lain an Berhubun an den an KreditJBank Garansi

Asuransi kebakaran
Barang jaminan kredit yang dapat ditutup dengan asuransi
kebakaran ini, antara lain adalah gedung-gedung, baik rumah
tempat tinggal, kantor, rumah toko, bengkel, hotel, pabrik, dan
sebagainya. Asuransi kebakaran ini bertujuan untuk mengganti
kerugian yang disebabkan oleh kebakaran, di mana bentuk
pertanggungannya menjamin risiko yang terjadi karena
kebakaran. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu "kontrak"
(perjanjian) antara si pembeli asuransi (insured) dan perusahaan
asuransi (insurer).
Dalam pembuatan kontrak tersebut, harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu:
Insuring clause
Artinya, perusahaan asuransi akan menjamin semua kerugian
yang terjadi atas hak milik (property) seseorang, yaitu kerugian-
kerugian yang disebabkan oleh kebakaran.
stipulations conditom
Artinya, harus ditentukan di mana tempat atau lokasi serta
alat/barang yang ada di dalamnya. Kemudian, harus ditentukan
pula apakah yang hendak dijamin jika terjadi kerugian karena
kebakaran, apakah hanya gedung atau termasuk segala benda
yang berada di dalamnya.
Form of contracts
Artinya, harus dinyatakan jenis atau bentuk kontrak yang
digunakan dalam perjanjian asuransi sehingga meng-
gambarkan tentang jenis kerugian yang hendak diasuransikan.
Umpamanya, di dalam pertanggungan selain kebakaran yang
dijamin, disebutkan pula kerugian karena peledakan,
perampokan, dan sebagainya.
Insurable interest
Artinya, harus dituli$ atas nama seseorang atau suatu
badan hukum, yang bertujuan memberikan jaminan ke-
ain-lain yanq Berhubunqan denqan Kredit/Bank Garansi
pada yang berkepentingan, "insurab/e interest' berarti suatu
jaminan kepada yang berkepentingan.
Dari uraian di atas, maka dapat ditarik beberapa hal yang
menjadi dasar pertimbangan suatu penutupan asuransi
kebakaran, antara Iain adalah:
1) Nilai pertanggungan
Besaran nilai pertanggungan/asuransi kebakaran atas suatu
jaminan kredit haruslah sesuai dengan filosofi dari diadakannya
pertanggungan/asuransi oleh bank, yaitu menutup dan
mengalihkan risiko.
Dengan demikian, besaran nilai pertanggungan/asuransi atas
barang jaminan, idealnya adalah sebesar 150% (seratus lima
puluh persen) dari plafond kredit yang diberikan kepada debitur
yang bersangkutan atau minimal sebesar plafond kredit tersebut.
Namun demikian, besaran nilai suatu pertanggungan tidak boleh
melebihi harga barang yang ditutup asuransinya, sebagaimana
bunyi Pasal 253 ayat(l) KUH Dagang yang berbunyi sebagai
berikut:
"Suatu pertanggungan yang me/ebihi jurnlah harga atau
kepentingan yang sesungguhnya, hanya/ah sah sampai jum/ah
tersebut. "
Kemudian, pada ayat (2) pasal tersebut disebutkan bahwa
apabila harga penuh sesuatu barang tidak dipergunakan, apabila
timbul kerugian, si penanggung hanyalah diwajibkan
menggantinya menurut imbangan dari bagian yang
dipertanggungkan terhàdap bagian yang tidak dipertanggungkan.
Kecuali apabila hal kelebihan ini diperjanjikan dengan tegas oleh
bank dengan perusahaan asuransi, seperti yang dimungkinkan
oleh ayat pasal tersebut di atas yang berbunyi sebagai berikut:
Hukum Kredit dan Bank Garansi

"Namun demikian, boleh/ah para pihak memperjanjikan dengan


tegas bahwa dengan tak mengingat harga lebihnya barang yang
dipertanggungkan, kerugian yang menimpa barang itu akan
diganti sepenuhnya sampai jumlah yang dipertanggungkan. "
Objek pettanggungan
Objek penanggungan yang dimaksud di sini adalah barang yang
akan diasuransikan karena terikat sebagai suatu jaminan kredit.
Apabita bank akan menutup asuransi suatu gedung/ bangunan
yang terikat sebagai suatu jaminan kredit, se yogianya
penutupan tersebut termasuk segala isi/barangbarang yang ada
di dalam gedung/bangunan tersebut. Hal ini dengan
pettimbangan bahwa:
apabila terjadi kebakaran, hampir dapat dipastikan isi gedung
tersebut ikut terbakar; dan
isi/barang-barang yang ada di dalam gedung tersebut juga
merupakan barang yang dapat dinilai dengan uang.
Mengenai hal ini, oleh Pasal 268 KUH Dagang ditentukan bahwa
suatu pertanggungan dapat mengenai segala sesuatu
kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh
sesuatu bahaya dan tidak dikecuali kan oleh undang-undang.
Jenis pertanggungan yang dipersamakan
Dalam ketentuan KUH Dagang telah diatur bahwa dalam jenis
asuransi kebakaran terdapat beberapa jenis yang dikategorikan
atau dipersamakan dengan jenis kebakaran ini, antara Iain,
peletusan mesiu, petir, peledakan, ataupun akibat-akibat yang
ditimbulkan dar! suatu kebakaran.

Lain-lain an Berhubun an den an Kredit/Bank Garansi


Pasal-pasal yang mengatur mengenat hal mi adatah: Paga' 291
"Dengan ketugpan yang disebabkan karona kobakar, an
dipergamakan segala keruqan yang dianggap sebagat akibat
suatu kebakaran, pun apabi/a ko. rug'an itu teoadi dari suatu
kobakaran di godunggedung yang berdekatan, nusalnya barang
yang di. peãanggungkan Jadi busuk atau berkurang karona air
dan /ain-lain alat yang drpaka' guna membasmi Aebakaran
tersebut. ataupun barang itu hilang karena pencurian atau
sesuatu sebab lain selama d'/akukan pembasrman kebakaran
atau penolongan: begitu pula kerugian yang disebabkan karena
dirusakkannya se/uruh atau sebagian barang yang
dipeãanggungkan, atas penntah dari pihak atasan dengan
maksud untuk menghentikan kebakaran yang timbul itu. "
Pasal 292:
"Dengan kerugian yang disebabkan karena kebakaran
dipersamakan pula kerugian yang ditimbulkan karena peletusan
mesiu, karena peledakan ketel uap, karena penyambaran petir
atau lain sebagainya, btarpun pe/etusan, pe/edakan, atau
penyambaran tersebut tidak mengakibatkan kebakaran. "
Jenis-jenis pertanggungan yang dipersamakan ini perlu untuk
diketahui oleh Legal Officer sehingga dalam mengawasi barang-
barang jaminan yang diasuransikan dapat dengan tepat diketahui
kapan barang tersebut dapat dikiaim atau tidak.
Asuransi kendaraan bermotor
Selain asuransi kebakaran, asuransi kerugian terhadap
kendaraan bermotor juga sangat banyak dilakukan oleh
bankbank sehubungan dengan fasilitas kredit yang diberikan.
Oleh karena pada kendaraan bermotor diadakan pembedaan
antara satu dan yang lainnya, baik mengenai jenis kendaraan
maupun jenis penggunaannya, maka oleh perusahaan asuransi
Juga diberlakukan premi pertanggungan yang berbeda-beda.

410 Hukum Kredit dan Bank Garansi

Contoh, premi atas asuransi kendaraan bus (mobil penumpang


umum) berbeda dengan premi asuransi yang harus dibayar
terhadap asuransi kendaraan sedan (mobil pribadl).
Asuransi kendaraan bermotor ini bertujuan untuk mengganti
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan kendaraan, baik
karena kecelakaan maupun karena kebakaran dan kerugian
yang disebabkan oleh pencurian.
Dalam praktek, bank biasanya menutup asuransi kendaraan
bermotor yang diserahkan sebagai jaminan dua kemungkinan
bentuk pertanggungan, yaitu:
Pertanggungan al/ risk
Yang dimaksud dengan al/ risk adalah pertanggungan yang
menjamin semua kerusakan atas kendaraan yang diasuransikan
tersebut sebagai akibat dari suatu risiko yang secara kebetulan
datang dari luar tanpa unsur kesengajaan. Jadi, apabila suatu
jaminan kredit kendaraan bermotor yang ditutup dengan
pertanggungan all risk, apabila terjadi kerusakan sekecil apa pun
nilai kerugiannya, seyogianya segera diajukan c/aim kepada
perusahaan asuransi yang bersangkutan.
Pertanggungan tota/ loss only
Yang dimaksud dengan tota/ loss on/y atau yang biasa disingkat
dengan TLO adalah pertanggungan yang hanya menjamin suatu
kerugian apabila si tertanggung menderita kerugian secara total
atas kendaraan yang diasuransikan tersebut.
Jenis pertanggungan ini jarang dipergunakan oleh bank karena
kemungkinan terjadinya total löss terhadap suatu kerusakan
kendaraan (kecuali kebakafan) sangat kecil.
Antara kedua jenis pertanggungan, ini terdapat
perbedaan harga premi, di mana all risk lebih mahal 4aripada
jenis TLO.

Dalam suatu penutupan asuransi kendaraan bermotor


diperlukan data-data seperti disebut di bawah ini:
I) Namá dan alamat si tenanggung.
Hal ini penting bagi penanggung untuk mengetahui dengan pasti
apakah kendaraan yang dipertanggungkan itu benar miliknya/di
bawah tanggung jawabnya.
Jangka waktu pertanggungan.
Jenis, merek, dan tahun pembuatan dari kendaraan yang
diasuransikan untuk menetapkan harga pertanggungan
Nomor polisi, nomor chasis (rangka), dan nomor mesin
kendaraan tersebut.
Harga pertanggungan (ditetapkan berdasarkan harga pasaran
(market value) hal ini penting sekali sebagai dasar penyelesaian
kerugian (claim nantinya).
6) Pemakaian atau penggunaan kendaraan itu sebagai dasar
penetapan tarif premi. Dalam hal kerugian, ken daraan tersebut
sedang dipergunakan secara menyimpang yang disebutkan di
dalam polis maka claim akan ditolak.
7) Risiko sendiri (own risk) lalah jumlah dari beban tertanggung
pada setiap terjadi nya kecelakaanj besar kecilnya risiko sesuai
ketentuan tarif. Makin besar risiko sendiri yang dipilih, makin
rendah premi yang harus dibayar,
Tujuan own risk agar tertanggung berhati-hati/ikut mencegah
terjadinya kerugian.
Asuransi pengangkutan laut

Asuransi pengangkutan laut meliputi, baik kapal lautnya maupun


muatan kapal laut itu sendiri:iJenis kerugian yang dapat
dípertanggungkan adalah:Pemberlnn Bnnk Gnrnn•l dolnm
Perlnnlian
Untuk garansi Iainnya yang teriadi karena perjanjian bergyarat
gehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank,
Dalam hal ini dapat di. kemukakan sebagai berikut:
1 . Pemberian garansi Iainnya berupa surat yang dapat
monimbulkan kewajiban membayar suatu jumlah tertentu apabila
pihak yang di. jamin cidera janji (wanprestasi) dan Letter of
Credit (L/C).
2. Pemberian garansi Iainnya dalam bentuk surat mulai berlaku
Pada saat penandatanganan garansi dan berakhir pada gaat
realisasi garansi dalam hal syarat perjanjian dipenuhi atau pada
saat tidak dipenuhi syarat perjanjian. Pemberian garansi tersebut
dapat diterbitkan sendiri atau dalam bentuk penandatanganan
kedua dan seterusnya atas warkat-warkat pihak Iain yang
menimbulkan kewajiban berupa pemberian garansi seperti letter
of commitment.
c. PERSETUJUAN PEMBERIAN BANK GARANSI
Seperti halnya dengan pemberian kredit oleh bank, maka bank
garansi juga selalu harus didahului dengan permohonan oleh
nasabah bank dan kemudian bank melakukan analisis atas
kelayakannya. Apabila bank menganggap pemohon layak untuk
diberikan bank garansi sesuai dengan permohonannya, bank
akan mengeluarkan surat persetujuannya. Surat persetujuan itu
pun hampir sama dengan surat persetujuan pemberian kredit,
yang menurut O.R Simorangkir (ibid) disebutnya sebagai Surat
Persetujuan Prinsip.
Surat Persetujuan Prinsip tersebut berisi berbagai syarat yang
diminta oleh bank. Pemohon menandatangani copy (turunan)-
nya untuk dikirimkan ke bank yang bersangkutan, sebagai tanda
setuju akan syarat-syarat yang diminta.
Dari uraian tersebut di atas, lebih lanjut dapat dikemukakan hal-
hal sebagai berikut:
1, Bahwa yang dimaksud dengan surat pemberitahuan
persetujuan pemberian bank garansi adalah suatu surat yang
dikeluarkan oleh bank kepada nasabahnya sebagai suatu
penyampaian/pemberi166 Hukum Kredit dan Bank Garansi
Pemberian Bank Garansi dalam Perlaniian

tahuan bahwa bank tersebut setuju secara prinsip untuk


memberikan bank garansi kepada nasabah yang bersangkutan.
Bahwa surat pemberitahuan persetujuan bank garansi tersebut
berisi syarat-syarat umum mengenai kredit yang akan diberikan
bank kepada nasabahnya, yaitu antara Iain:
Besarnya plafond bank garansi yang disetujui;
Jenis dan jangka waktu penggunaan bank garansi;
Biaya-biaya yang harus dibayar;
Tata cara klaim;
Barang-barang jaminan yang diminta; dan Syarat-syarat
Iainnya.
Bahwa oleh karena surat ini adalah suatu persetujuan, maka
nasabah yang bersangkutan harus pula memberikan tanda
persetujuannya apabila ia telah setuju dengah segala syarat-
syarat dan ketentuan yang ditawarkan oleh bank, dengan jalan
membubuhkan tanda tangannya pada copy surat tersebut, yang
kemudian diserahkan kembali kepada bank penerbit surat
persetujuan prinsip dimaksud.
Adapun prosedur pemberian bank garansi yang lazim dilakukan
oleh bank-bank, sëtidaknya adalah sebagai berikut:
Pemohon telah menjadi nasabah bank.
Artinya, pemohon bank garansi terlebih dahulu harus memiliki
rekening pada bank tempat di mana ia akan mengajukan bank
garansi yang diinginkannya atau yang dipersyaratkan oleh
bouwheer (pemberi kerja). Sering terjadi pemberi kerja (proyek)
menentukan sendiri bank garansi yang diterbitkan oleh bank-
bank mana saja yang dapat diterima olehnya sebagai jaminan
bank. Persyaratan rekening ini juga terkait dengan jaminan lawan
bank garansi (kontra bank garansi) di mana bank biasanya
mensyaratkan adanya cash collateral sebesar 10% (sepuluh
persen) dari nilai bank garansi yang akan diterbitkan.

Nasabah bank mengajukan permohonan bank garansi kepada


bank yang bersangkutan.
Permohonan bank garansi yang diajukan oleh nasabah torsebut
sesuai dengan jenis dan besarnya bank garansi yang dirninta
atau yang dipersyaratkan oteh pemberi kerja (proyek). Dengan
demikian, (jika memungkinkan) permohonan bank garansi ini
harus disertai dengan dokumen-dokumen rencana proyek
termasuk data-data perusahaan (company profile) pemohon
bank garansi dan pernberi kerja, sebagai lampiran permohonan
bank garansi.
Bank melakukan analisis atas permohonan bank garansi yang
diterima dan nasabahnya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa agar terhadap
pemberian bank garansi, secara internal bank sedapat mungkin
melakukan analisis terhadap faktor-faktor kredibilitas, bonafiditas,
dan past performance pihak yang dijamin maupun penerima
jaminan.
Kemudian, meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin,
menilai jumlah atau nominal bank garansi yang akan diberikan
menurut kemampuan bank. Meneliti adanya suatu kontrak yang
wajar dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai suatu
transaksi, dan dalam kontrak mana dengan jelas dicantumkan
bahwa untuk keperluan pelaksanaan/realisasi kontrak tersebut
oleh nasabah/ pemohon bank garansi diperlukan suatu Surat
Jaminan Bank.
Melakukan analisis lainnya sebagaimana analisis pemberian
fasilitas kredit pada umumnya, karena bank garansi terdapat
risiko klaim dari pihak bouwheer yang dapat berakibat cash out
bagi bank (berubah jadi kredit).
Nasabah/pemohon bank garansi menyediakan kontra bank
garansi.
Kontra bank garansi adalah syarat yang selalu diminta oleh
bank sebagai lawan bank garansi, Artinya, bank garansi sebagai
produk bank yang juga memiljki risiko cash out bagj bank, maka
ia harus di
Pemberian Bank Garansi dalam Perjanlian
back up oleh suatu jaminan, apakah itu berupa giro, tabungan,
deposito, surat berharga, atau berupa aset lainnya milik
nasabah/ pemohon bank garansi. Dengan demikian, apabila di
kemudian hari terdapat klaim dari pemberi kerja (proyek) atas
bank garansi yang diterbitkan bank tersebut, maka bank yang
bergangkutan telah memiliki jaminan atas dana yang
dikeluarkannya untuk membayar klaim tersebut.
Bank garansi yang diberikan oleh bank mengandung risiko
sehingga dalam pemberian bank garansi dituntut adanya kontra
garansi (counter guarantee) yang dapat berupa (ibid):
uang tunai yang disetorkan ke bank;
dana giro yang dibekukan;
deposito;
surat berharga;
harta kekayaan yang dapat berupa barang bergerak, barang tak
bergerak, serta barang tak bemujud, seperti tagihan dan hak-hak
lain yang sifatnya serupa dengan itu;
harta kekayaan lain yang dapat diterima oleh yang bersangkutan.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/7/UKU tanggal
18 Maret 1991 kontra bank garansi dapat berupa:
a. Kontra garansi dari bank di luar negeri yang bonafide.
Setoran sebesar 100% (seratus persen) dari nilai garansi yang
diberikan.
Kontra garansi lainnya, yaitu kontra yang diperoieh dari pihak
yang dijamin yang memadai untuk kerugian yang mungkin
diderita oteh bank apabila garansi tersebut pada waktunya harus
direalisasi.
Dalam hal kontra bank garansi bersifat materiel, perlu dilakukan
penilaian dan pengikatan kontra garansi sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku disertai tindakan pengamanan
lainnya.
Pemberian Bank Garansi dalam Per affian
Dalam pengikatan kontra bank garansi tersebut harus pula
dicantumkan pernyataan tentang kesediaan pihak yang dijamin
untuk diperiksa sewaktu-waktu oleh bank. Di samping itu, apabila
dianggap perlu untuk menambah kontra bank garansi, bank
diperkenankan meminta sejumlah uang setoran kepada nasabah
yang dijamin untuk diblokir pada bank bersangkutan sebelum
bank garansi dikeluarkan/diterbitkan (ibid).
Bank memberikan surat persetujuan prinsip pernberian bank
garansi kepada nasabahnya/pemohon bank garansi.
Dilakukan perjanjian pemberian bank garansi antara bank dan
nasabahnya sebagai perjanjian pokok dari bank garansi.
Penerbitan warkat bank garansi oleh bank yang bersangkutan.
Di sini bank bertindak sebagai pemberi jaminan, sedangkan
hasabahnya sebagai pihak dijamin. Artinya, pemegang warkat ini
(bouwheeö dapat melakukan tuntutan kepada bank penerbit bank
garansi apabila nasabah bank tersebut (pihak dijamin)
melakukan wanprestasi.
Dalam hal menerbitkan bank garansi, bank terikat oleh suatu
ketentuan-ketentuan maupun larangan-larangan yang termuat
dajam SE Bl Nomor 23/7/UKU yang antara lain adalah:
a. Dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat serta bank-
bank dalam melaksanakan asas-asas perbankan yang sehat,
maka ditetapkan bahwa bank garansi atau standby L/C tidak
boleh memuat hal-hal:
Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk
berlakunya bank garansi tersebut.
D Ketentuan bahwa bank garansi boleh diubah atau dibatalkan
secara sepihak.
Pemberian garansi dalam rangka penerimaan kredit dari luar
negeri hanya diperbolehkan dengan ketentuan bahwa jumlah
keseluruhan pemberian garansi dimaksud tidak melebihi 20%
(dua puluh persen) dari modal.
Pemberian garansi atas permintaan bukan penduduk hanya
diperkenankan apabila disertai dengan:
kontra garansi yang cukup dari bank luar negeri yang bonafide,
dalam pengertian bank tersebut tidak termasuk cabang bank
yang bersangkutan di luar negeri; atau
setoran sebesar 100% (seratus persen) dari nilai garansi yang
diberikan.
d. Bank dilarang bertindak sebagai penjamin emisi efek.
D. KLAIM DAN JATUH TEMPO BANK GARANSI
Tanggal mulai dan berakhirnya (jatuh tempo) suatu bank garansi
selalu tercantum dalam warkat, bilyet, atau sertifikat bank garansi
yang bersangkutan. Dengan demikian, bank garansi berakhir
apabila:Dikembalikannya bank garansi asli.
Batas tanggal berakhirnya masa klaim bank garansi telah
dilampaui tanpa adanya klaim dari penerima bank garansi.
Adanya pernyataan dari penerima bank garansi tentang
pelepasan hak klaim atas bank garansi yang bersangkutan.
Apabila tidak terjadi klaim dalam batas waktu yang ditentukan, 1
(satu) hari setelah batas waktu pengajuan klaim, bank penerbit
bank garansi harus segera mengtimkan surat pemberitahuan
tentang berakhirnya bank garansi dan batas waktu pengajuan
klaim, baik kepada pemegang/ penerima bank garansi maupun
kepada nasabah pemohon bank garansi.
Asli warkat, bilyet, atau sertifikat bank garansi yang telah jatuh
tempo dan telah lewat tanggal batas waktu klaim, agar
diusahakan untuk dikembalikan kepada bank penerbit bank
garansi, untuk mencegah penyalahgunaan bank garansi oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab meskipun secara yuridis
keharusan pengembalian warkat, bilyet, atau sertifikat bank
garansi tidaklah merupakan syarat mutlak bagi penyelesaian
bank garansi.

Apabila satu dan Iain hal asli bilyet, warkat, atau sertifikat bank
garansi yang telah jatuh tempo dan telah lewat tanggal batas
waktu klaim tidak dapat dikembalikan, seyogianya pihak
pemegang/penerima bank garansi membuat pernyataan bahwa
objek bank garansinya telah selesai dan tidak akan melakukan
suatu penuntutan apa pun kepada bank penerbit bank garansi
tersebut.
Apabila terjadi klaim, maka:
Klaim bank garansi tersebut dianggap sah apabila diajukan oleh
pemegang/penerima bank garansi dengan menyerahkan asli
warkat, bilyet, atau sertifikat bank garansi dan tidak melebihi
jangka waktu sesuat dengan klausula yang tercantum dalam
warkat, bilyet, atau sertifikat bank garansi.
Bank seyogianya menghubungi nasabah pemohon bank garansi
untuk melakukan negosiasi dan menyelesaikan kewajibannya
atas terjadinya klaim, apakah akan diselesaikan secara sekaligus
lunas atau dengan pemberian fasilitas kredit
Jika bank penerbit bank garansi• pada akhirnya harus membayar
klaim ganti rugi yang diajukan oleh pemegang/penerima bank
garansi, maka harus dibuatkan akta subrogasi, dengan
memperhatikan Pasal 1400 dan Pasal 1401 KUH Perdata.

Pasal 1400 KUH Perdata:


Sobrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang o/eh seorang
pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi
baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang.

Pasal 1401 KUH Perdata:


Penggantian ini terjadi dengan persetujuan:
g. Apabi/a si berpiutang, dengan menerima pembayaran itu dari
seorang pihak ketiga, menetapkan bahwa orang ini akan
menggantikan hak-haknya, gugatannya, hak-hak istimewanya
dan hipotik-hipotik yang dipunyainya terhadap si berhutang.
Subrogasi ini harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan tepat
pada waktu pembayaran.
2. Apabi/a si berhutang meminjam sejum/ah uang untuk
melunasi utangnya dan menetapkan bahwa orang yang
meminjami uang itu akan menggantikan hak-hak si berpiutang,
maka agar supaya subrogasi ini sah, baik perjanjian pinjam uang
maupun tanda pelunasan harus dibuat dengan akta otentik, dan
da/am suratnya perjanjian pinjam uang harus diterangkan bahwa
uang itu dipinjam guna melunasi hutang tersebut; sedangkan
selanjutnya suratnya tanda pe/unasan harus menerangkan
bahwa pembayaran di/akukan dengan uang yang untuk itu
dipinjamkan o/eh si berpiutang baru. Subrogasi ini di/aksanakan
tanpa bantuan si berpiutang.
Bersamaan dengan waktu pembayaran klaim, berdasarkan akta
subrogasi tersebut harus dibuat akta perjanjian kredit antara bank
dan pihak nasabah yang bersangkutan.
Bank garansi yang telah jatuh tempo tidak dapat diperpanjang.
Dengan demikian, jika nasabah bank memohon "perpanjangan",
harus diberlaku-• kan sebagai penerbitan bank garansi baru,
dengan kelengkapan dokumendokumen dan prosedur yang
sama sebagaimana halnya dengan permohonan bank garansi
baru.

Anda mungkin juga menyukai