Anda di halaman 1dari 1

Asosiasi 

Fintech Indonesia juga memastikan keberadaan fintech P2P lending tidak akan


mematikan lembaga keuangan konvensional (perbankan). Sebab, kedua lembaga keuangan
ini bisa saling bermitra (channeling) dan mendukung satu sama lain. Direktur Kebijakan
Publik Asosiasi Fintech Indonesia, M. Aji Satria mencontohkan kemitraan antara bank
konvensional dengan fintech, seperti yang dilakukan PT Amartha Mikro Fintek dengan Bank
Mandiri. 

“Fintech bertumbuh, perbankan juga bisa bertumbuh. Ini mematahkan mitos selama ini
kalau fintech akan mematikan perbankan karena ada kerja sama antara bank-bank besar
dan kecil," ujarnya.

 Harapannya fintech bisa digabungkan dengan kapabilitas dan modal bank yang kuat,


dengan kelincahan pemain fintech sendiri. Yang penting, masyarakat bisa lebih efisien,
transparan, dan cepat dalam melakukan kegiatan ekonominya. Meskipun pada akhirnya,
pilihan kembali kepada nasabah ingin menggunakannya seperti apa. 

Kartika juga mengingatkan agar bank harus membangun speed banking, harus semakin


kreatif dalam menciptakan promo yang menguntungkan. Sehingga masyarakat, khususnya
kaum milenial menjadi tertarik untuk menggunakannya. 

"Jadi mungkin ada satu jenis pekerjaan baru, yaitu banker digital dan milenial tidak
memandang dari sisi perbankan yang lama. Tapi, jangan sampai digital banker ini
melupakan prinsip-prinsip perbankan seperti trust, dan sebagainya," kata Kartika.

Agar perbankan bisa bersaing melawan fintech, Menteri Sri menjabarkan tiga kunci
utama. Pertama, perbankanperbankan harus berani membangun infrastruktur digital yang
kuat. Infrastruktur ini penting untuk memperluas konektivitas hingga ke daerah-daerah
yang selama ini belum terjangkau.

Kedua, perbankan harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar tidak
gagap teknologi. Misalnya dengan rutin memberikan pelatihan-pelatihan dan edukasi
terkait teknologi digital. Saat ini ketersediaan SDM yang memiliki kemampuan teknologi
digital masih terbatas.

Ketiga, mendorong OJK dan Bank Indonesia (BI) supaya lebih luwes terhadap perbankan,
tapi tetap memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan konsumen. "Regulasi harus
mampu mendukung. Sikap pemerintah yang akomodatif dan bagaimana industri
perbankan bisa tumbuh," ujarnya. 

Anda mungkin juga menyukai