Anda di halaman 1dari 2

NAMA.

:M RISKI WILDANATA

NIM. :22030081/2MB

MATKUL. : BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Pertama, sumber daya manusia (digital talent) yang handal untuk dapat berinovasi dan
mengembangkan teknologi digital perbankan syariah.

Kedua, budaya digital (digital culture) sebagai konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi
dan internet membentuk dan memengaruhi pola interaksi dan komunikasi manusia.

“Untuk dapat mengembangkan digitalisasi, bank syariah juga perlu menginternalisasi digital culture
dalam organisasi hingga proses pengambilan keputusan dengan mendorong inovasi, transformasi
budaya lebih agile, automation proses bisnis, hingga pengambilan keputusan berbasis data,”
terangnya.

Ketiga, infrastruktur teknologi digital dengan mempersiapkan jaringan, open banking, Application
Programming Interface (API), big data analytics, cloud system termasuk persiapan governance dan
manajemen risikonya. Kesemua infrastruktur tersebut sangat diperlukan untuk mengembangkan
produk layanan perbankan digital.

Keempat, sinergi dengan ekosistem ekonomi digital dengan menggandeng elemen digital lain yang
ada dalam ekosistem seperti market place, financial technology termasuk super-apps.

“Semua upaya tersebut membutuhkan modal dan investasi yang lebih karena itu sebagaimana telah
ditekankan di awal, permodalan bank harus kuat agar dapat menjalankan bisnis dengan lebih baik
melalui investasi ke ranah digital,” tuturnya.

Menurutnya, investasi atau modal menjadi kendala utama yang kerap dihadapi perbankan syariah
dalam mengembankan layanan digital, terutama untuk mempersiapkan infrastruktur IT dan SDM
(digital talent).

“Butuh modal atau investasi yang tidak sedikit untuk itu, sedangkan saat ini sebagian besar bank
syariah masih memiliki memiliki modal di bawah Rp5 triliun atau sebagai bank BUKU 2, dan hanya 2
bank syariah yang memiliki modal di atas Rp5 triliun [BUKU 3]. Maka untuk pengembangan layanan
digital di bank syariah masih memerlukan tambahan modal,” jelasnya.
Untuk mengatasi kendala permodalan tersebut, maka OJK selaku otoritas yang mengatur dan
mengawai perbankan, termasuk perbankan syariah, telah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan
meningkatkan daya saing perbankan syariah.

Ketentuan tersebut berkaitan juga dengan POJK Konsolidasi (POJK No.12/POJK.0/2020 tentang
Konsolidasi Bank Umum). Bahwa bank besar sebagai perusahaan induk dapat menjadi payung bagi
bank kecil atau dalam hal ini bank syariah yang sebagian besar merupakan anak usaha bank
konvensional.

“Maka percepatan layanan digital untuk menghadapi persaingan dengan bank digital, maka bank
syariah nantinya dapat bersinergi dengan bank induk sehingga layanan digital yang canggih dapat
dihadirkan untuk layani nasabah lebih cepat dan efisien,” terangnya.

Memang saat ini transformasi layanan digital perbankan menjadi suatu keniscayaan, tetapi OJK juga
tidak ingin pelaku industri perbakan tergesa-gesa menerbitkan produk atau layanan digital yang
sebetulnya masih kurang dipahami dengan baik atau masih bersifat spekulatif.

“Ke depan, OJK memberikan kesempatan pada perbankan melakukan piloting review terhadap
produk atau layanan digital baru sebelum diluncurkan kepada masyarakat dengan mendorong peran
serta sejumlah pihak,” ujarnya.

Selain itu, OJK juga telah meluncurkan Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI)
2020 – 2025 yang salah satu poin pentingnya adalah mendorong digitalisasi perbankan syariah.

Antara lain dengan bersinergi mengoptimalkan infrastruktur bank induk, mendorong penerapan
common platform untuk mendukung digitalisasi BPRS alternatif, hingga mendorong pengembangan
modul pendanaan dan pembiayaan sesuai karakteristik akad syariah untuk mendukung transaksi
ekosistem digital.

Digitalisasi layanan dapat dimanfaatkan perbankan syariah untuk meningkatkan tingkat inklusi
terhadap perbankan syariah. Salah satu cara dalam memperluas akses masyarakat kepada perbankan
syariah adalah dengan pembukaan rekening bank syariah secara online melalui customer online
onboarding dan e-form.

Selain itu, perbankan syariah dapat menjalin kolaborasi denga market place untuk menangkap
potensi pasar millenial dan gen Z yang saat ini sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai