Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMULIHAN PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH

STARTUP FINTECH MELALUI P2P LENDING


Optimalisasi startup dalam menghadapi krisis pandemik COVID-19
karya ini disusun untuk mengikuti lomba essay
Public Action 2020

Disusun oleh :

Catharina Adinda Mega Cahyani ISB/2019


Marshall Ovierdo Kurniawan IMT/2019

UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2020
FORMULIR PENDAFTARAN
LOMBA ESSAY PUBLIC ACTION UGM 2020

1. Judul Karya : Strategi Pemulihan Perekonomian


Indonesia oleh Startup Fintech Melalui
P2P Lending
2. Data Ketua
Nama : Catharina Adinda Mega Cahyani
Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 4 Juli 2001
NIM : 0706021910001
Jurusan/Angkatan : ISB/2019
Alamat : Perum Bumi Maron, Genteng, Banyuwangi
No.HP : 083111195883
Email : cadindamega@student.ciputra.ac.id

3. Data Anggota
Nama : Marshall Ovierdo Kurniawan
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 03 Oktober 2000
NIM : 0706011910009
Jurusan/Angkatan : IMT/2019
Alamat : Petemon Sidomulyo I/30A, Surabaya
No.HP : 081233129966
Email : movierdo@student.ciputra.ac.id

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Ketua : Catharina Adinda Mega Cahyani
Nama Anggota : Marshall Ovierdo Kurniawan
Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 4 Juli 2001
NIM : 0706021910001
Asal Universitas : Universitas Ciputra

Dengan ini menyatakan bahwa essay dengan judul :


Strategi Pemulihan Perekonomian Indonesia oleh Startup Fintech Melalui
P2P Lending
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiasi,
duplikasi dari karya orang lain serta belum pernah dikompetisikan dan
dipublikasikan dalam bentuk apa pun. Apabila di kemudian hari pernyataan ini
tidak benar maka saya bersedia mendapat sanksi didiskualifikasi dari kompetisi.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
unsur paksaan dari siapa pun.

iii
Pendahuluan
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia mengumumkan kasus COVID-19
pertama kalinya (Detik.com, 2020). Semenjak saat itu, pandemi COVID-19 telah
melanda Indonesia hingga saat ini dan memberikan dampak yang signifikan
terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk perekonomian negara. Dalam artikel
berjudul Dampak Covid –19 Terhadap Perekonomian Indonesia, Hanoatubun
(2020) mengatakan perekonomian Indonesia menurun dari 5% menjadi 2,5%
dalam kurun waktu tiga bulan apabila pandemi tidak kunjung berakhir. Penurunan
perekonomian yang signifikan tersebut perlu ditanggulangi bersama oleh pihak-
pihak yang berperan dalam perekonomian Indonesia salah satunya adalah startup
fintech.
Startup fintech merupakan perusahaan yang berfokus pada inovasi di
bidang jasa keuangan dengan pemanfaatan teknologi modern (Cahyono, 2018).
Startup fintech memiliki peran penting dalam menyatukan sinergi antara praktik
finansial di institusi keuangan konvensional dengan kemajuan teknologi yang
menjadi industri krusial dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional (Shae,
2020). Salah satu fasilitas atau produk digital yang ditawarkan oleh startup fintech,
yang bisa menjadi solusi pemulihan perekonomian Indonesia di masa pandemi ini,
adalah P2P Lending atau yang lebih umum dikenal sebagai peminjaman dana
secara daring. Meskipun P2P Lending memiliki potensi strategis terkait
pemulihan ekonomi negara, namun, seperti akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya dalam esai ini, bisa dikatakan belum banyak pelaku industri kecil atau
UMKM yang memahami cara kerja dan manfaatnya.
Artikel ini akan membahas strategi optimalisasi P2P Lending dari startup
fintech yang berorientasi pada aspek manfaatnya terhadap masyarakat untuk
kepentingan perbaikan ekonomi. Pertanyaan yang menjadi fokus adalah
bagaimanakah strategi optimalisasi penggunaan P2P Lending pada masyarakat,
khususnya masyarakat yang terdampak oleh pandemi COVID-19, sebagai bagian
dari upaya edukasi dan sosialisasi P2P Lending yang ditujukan kepada
masyarakat?

1
Legalitas Startup Fintech di Indonesia
Di Indonesia, regulasi mengenai penyelenggaraan program P2P Lending
telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Aturan tersebut terdapat pada
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016. Peraturan tersebut
juga menjelaskan definisi dari program P2P Lending yang diselenggarakan oleh
berbagai macam startup fintech di Indonesia. Di dalamnya, terdapat banyak
ketentuan yang harus dipenuhi bukan hanya oleh orang atau instansi yang
meminjam dana. Namun, terdapat juga peraturan yang harus dilaksanakan oleh
badan penyelenggara program P2P Lending tersebut, yang dimana penyelenggara
tersebut adalah perusahaan startup fintech. Peraturan tersebut meliputi keresmian,
kepemilikan, dan permodalan suatu instansi untuk diizinkan menyelenggarakan
jasa layanan pinjam meminjam yang berbasis teknologi informasi ini. Dari sisi
peminjam sendiri, terdapat peraturan mengenai ketentuan kewarganegaraan
peminjam dan juga kewajiban peminjam untuk mengikuti ketentuan perundang-
undangan.
Di Indonesia, bisnis fintech sangat menarik perhatian seluruh pebisnis
karena perkembangannya yang sangat pesat. Pengguna fasilitas yang disediakan
oleh startup fintech pun terus berkembang. Pada tahun 2006-2007, pengguna
layanan fintech terdapat 7%. Kemudian, pada tahun 2017, pengguna layanan
fintech melonjak tinggi hingga 78% (Tampubolon, 2019). Untuk perusahaan
startup fintech yang menyediakan layanan pembayaran transaksi secara digital
melalui dompet elektronik, OVO, GO-PAY, dan DANA adalah jenis startup
fintech yang sering digunakan saat ini. Kemudian untuk startup fintech yang
menyediakan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi atau P2P
Lending sendiri ada Kredivo, Investree, Cicil, dan masih banyak lagi. Pada saat ini,
Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) sudah memiliki lebih dari 300 anggota
perusahaan startup fintech. AFTECH sendiri adalah Asosiasi Penyelenggara
Inovasi Keuangan Digital (IKD) yang secara resmi ditunjuk oleh OJK
berdasarkan Surat Penunjukan Nomor : /MS.72/2019 (AFTECH, 2020). Dari
banyaknya perusahaan startup fintech yang ada di Indonesia, tercatat pada tanggal
30 April 2020 ini, terdapat 161 perusahaan yang sudah terdaftar dan memiliki izin

2
secara resmi dari OJK untuk menyelenggarakan layanan P2P Lending kepada
masyarakat (OJK, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi lima hal utama dalam
terkait pemanfaatan P2P Lending sebagai salah satu agen pemulihan ekonomi
Indonesia di masa COVID-19. Pertama, P2P Lending berpotensi mengurangi
angka penularan virus COVID-19 karena layanan peminjaman dilakukan melalui
proses dalam aplikasi sehingga tidak perlu mengadakan pertemuan secara
langsung. Kedua, Menurut Ketua Harian AFPI, Kuseryansyah, P2P Lending
mampu menjangkau pembiayaan usaha bagi masyarakat yang belum diperhatikan
oleh lembaga keuangan (dalam Nofian, 2020). Masyarakat yang dimaksud adalah
para pengusaha UMKM konvensional dan pedagang-pedagang kecil yang
terdampak akibat pandemi COVID-19 saat ini. P2P Lending bisa menjadi
pertolongan pertama dalam memulihkan kembali usaha-usaha yang merugi akibat
dampak negatif pandemi. Ketiga, menurut Departemen Kebijakan
Makroprudensial (dalam Dewi, 2018), P2P Lending mendukung kemajuan inklusi
finansial, menawarkan alternatif bagi peminjam yang belum memenuhi syarat
kredit usaha oleh Bank, dan menurunkan nilai suku bunga pinjaman. Keempat,
P2P Lending memberikan kemudahan akses penyaluran kredit dari kreditur
kepada debitur. P2P Lending juga tidak mewajibkan aset pribadi peminjam
sebagai jaminan kredit. Kelima, tercatat hingga tanggal 20 Desember 2019, sudah
ada 164 startup dan perusahaan fintech yang tercatat dan berizin dari OJK (OJK,
2019). Masyarakat dapat menggunakan P2P Lending dari startup dan perusahaan
fintech tersebut sehingga keamanan peminjaman dapat terjaga.

P2P Lending: Tantangan dan Strategi


Apabila dicermati, tren perkembangan positif dan potensi yang dimiliki
P2P Lending dikarenakan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan dan fasilitas
yang disediakan. Dalam industri keuangan tradisional, masyarakat harus
mengikuti perbankan yang terikat aturan yang ketat. Hal ini menyebabkan
masyarakat mencari alternatif biaya layanan yang efisien dan dapat menjangkau
masyarakat luas. Terdapat lima peran utama perusahaan atau startup fintech di
Indonesia. Peran tersebut antara lain; mendorong pemerataan tingkat

3
kesejahteraan penduduk, membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam
negeri, mendorong distribusi pembiayaan nasional yang masih belum rata,
meningkatkan inklusi keuangan nasional, dan mendorong kemampuan ekspor
UMKM yang saat ini masih rendah (Hadad, 2017).
Di sektor penyediaan jasa P2P Lending, startup fintech tiap tahunnya
menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 2018, jumlah
masyarakat yang menggunakan jasa pinjam meminjam uang secara digital ini
meningkat dari 330,2 ribu pada awal tahun hingga 2,8 juta peminjam pada bulan
Oktober 2018. Hal ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terdapat dampak
yang dihadirkan oleh adanya fasilitas P2P Lending dari perusahaan startup fintech
sangat positif (Syarifah, 2019).
Kelebihan dari sisi peminjam dalam menggunakan fasilitas P2P Lending
adalah suku bunga yang rendah dibandingkan dengan suku bunga yang ditetapkan
oleh lembaga keuangan seperti bank. Peminjam juga dapat mengajukan pinjaman
dengan tujuan atau alasan apapun selama ada orang yang akan menginvestasikan
uangnya. P2P Lending merupakan pinjaman tanpa agunan. Hal tersebut berarti
peminjam tidak perlu memberikan jaminan apapun untuk pihak peminjam dana
(Murifal, 2018). Pengajuan pinjamannya juga tidak begitu formal dibandingkan
dengan pengajuan pinjaman di lembaga keuangan seperti bank. Prosesnya pun
juga jauh lebih cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan, perusahaan fintech
memanfaatkan teknologi untuk menguji kebenaran nilai usaha yang dimiliki oleh
yang mengajukan pinjaman. Untuk kekurangannya, sama seperti peminjaman
uang pada umumnya. Jika terjadi keterlambatan pembayaran, tagihan akan
meningkat dan tentunya pengajuan pinjaman cenderung akan ditolak. Pinjaman
ini juga hanya sesuai untuk pinjaman jangka pendek. Karena semakin lama jangka
waktu pembayaran pinjaman, semakin besar tagihan yang harus dibayar.
Meskipun demikian, terdapat fenomena bahwa pelaku industri kecil dan
UMKM masih relatif belum menjadikan P2P Lending sebagai preferensi dalam
mendapatkan pinjaman. Hal tersebut sangat disayangkan karena UMKM memiliki
peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. UMKM memiliki peran
sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Keberadaan
UMKM sangat penting karena telah banyak UMKM yang didirikan dan dikelola

4
oleh masyarakat. UMKM juga menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan nasional serta
memacu pertumbuhan ekonomi daerah. UMKM sebagai pelaku utama industri
daerah perlu dirangsang perkembangannya agar dapat menghasilkan produk
dengan nilai yang dapat bersaing di pasar internasional (Rakhmawati, 2019).
Seperti diketahui, pada awal mula pandemi, banyak UMKM yang
mengalami kesulitan untuk beradaptasi di suasana yang baru ini. Dapat dilihat dari
bagaimana menurunnya indeks bursa saham, nilai tukar rupiah juga terperosok
yang menyebabkan para pemilik UMKM menjadi susah untuk berusaha.
Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 2 Maret 2020
sore, ditutup melemah 91,46 poin atau 1,68% ke posisi 5.361,25. Pada Senin, 23
Maret 2020, harga jual dolar AS di lima bank besar menembus Rp. 17.000,00 per
dollar AS (Medcom, 2020). Namun, setelah pemilik UMKM memutuskan untuk
mengandalkan fasilitas yang disediakan oleh startup fintech, peningkatan
transaksi di ekosistem lokal meningkat sebesar 19,5%. Peningkatan terbesar
terjadi pada pasar tradisional yang alami kenaikan transaksi sebesar 64%, lalu
diikuti dengan ritel modern sebesar 12,8%. Peningkatan transaksi ini terjadi
karena adanya perubahan perilaku masyarakat, kini lebih memilih untuk
bertransaksi secara digital daripada tunai, karena dirasa lebih aman terutama di
tengah pandemi COVID-19 (Herfianto, 2020).
Namun sayangnya, masih banyak pemilik UMKM yang belum
memanfaatkan fasilitas-fasilitas modern yang disediakan oleh perusahaan startup
fintech. Kendala yang menyebabkan hal tersebut adalah kurang luasnya
infrastruktur teknologi di masyarakat. Saat ini hanya di perkotaan besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung dan lain sebagainya. Jaringan internet juga belum
tersebar secara merata ke daerah pelosok. Kurangnya pemahaman dan keyakinan
Sumber Daya Manusia terhadap teknologi atau suatu hal yang baru juga menjadi
faktor hambatan. Tenaga kerja yang memiliki kemampuan di bidang edukasi
membuat pemerintah susah untuk mengembangkan fasilitas fintech kepada
mereka. Masyarakat yang belum mengerti cara penggunaan, manfaat, dan tujuan
yang mampu dicapai dari fintech, membuat mereka ragu dalam menggunakan
teknologi baru ini (Muzdalifa, Rahma, & Novalia, 2018).

5
Oleh karena itu, diperlukan adanya strategi sosialisasi produk layanan P2P
Lending yang disediakan oleh perusahaan startup fintech. Proses sosialisasi
tersebut dapat mengedukasi masyarakat mengenai segala sesuatu yang disediakan
oleh startup fintech meliputi definisi, cara penggunaan, manfaat yang dapat
diperoleh, contoh hasil dari masyarakat yang sudah menggunakan, dan juga
kelebihan dan kekurangannya. Adapun metode sosialisasi yang tepat digunakan di
masa pandemi ini adalah media-media daring, seperti webinar, kelas online,
media sosial, dan situs berita daring. Strategi sosialisasi dapat dimulai dari
mempublikasikan artikel di media berita daring. Kemudian artikel ini dapat
disebarkan melalui media sosial. Webinar (Web Seminar) dan kelas online juga
dapat dilakukan untuk menyampaikan edukasi tentang fintech secara daring.
Dalam menyebarkan materi ini, dapat pula melibatkan pengusaha terkenal atau
pejabat pemerintahan dengan citra yang positif dalam hal membantu untuk
meyakinkan dan mengambil perhatian masyarakat.

Simpulan
Pembahasan dalam artikel ini pada akhirnya berkesimpulan bahwa
prasyarat terciptanya kemitraan yang produktif antara startup fintech dan
masyarakat yang terdampak, khususnya UMKM, adalah edukasi dan bimbingan
pemerintah terhadap masyarakat terkait pengenalan teknologi fintech. Dengan
edukasi dan bimbingan dari pemerintah, masyarakat diharapkan semakin
memaksimalkan teknologi fintech yang disediakan oleh startup. Prasyarat lainnya,
dipandang dari pihak startup fintech yang ada di Indonesia, adalah inovasi-inovasi
tanpa batas yang sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Inovasi-
inovasi ini diharapkan dapat menanggulangi dampak negatif pandemi COVID-19,
terutama dampak terhadap perekonomian Indonesia. Masyarakat juga hendaknya
mempelajari dan memaksimalkan penggunaan fasilitas atau produk finansial yang
telah diciptakan oleh startup-startup fintech di Indonesia, salah satunya adalah
P2P Lending.

6
Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diusulkan strategi P2P Lending yang
sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia di masa pandemi COVID-19
adalah pertama, meningkatkan literasi masyarakat mengenai fintech atau
keuangan digital, khususnya P2P Lending. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan sosialisasi yang sesuai untuk dilakukan pada saat pandemi seperti webinar
yang membahas fintech atau keuangan digital, khususnya P2P Lending. Kedua,
mendorong terciptanya intermediasi kemitraan antara pihak UMKM atau
kalangan masyarakat yang terdampak pandemi dengan startup-startup fintech di
Indonesia. Dengan intermediasi ini, masyarakat dapat memahami dan
menggunakan teknologi fintech atau keuangan digital, khususnya P2P Lending,
dengan komunikasi bersama startup-startup fintech di Indonesia. Dengan
intermediasi ini pula, startup-startup fintech di Indonesia mampu melihat secara
langsung kendala finansial apa saja yang terjadi di masyarakat di masa pandemi.
Dari kendala-kendala tersebut, startup-startup fintech di Indonesia ditantang
untuk gencar berinovasi dalam menciptakan produk fintech lainnya yang dapat
memulihkan perekonomian masyarakat pada khususnya dan perekonomian
Indonesia pada umumnya. Dalam rangka menjalankan strategi kedua, maka
diperlukan adanya publikasi melalui media massa agar tujuan dari intermediasi
tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Publikasi ini dapat melalui
platform-platform yang sering diakses oleh masyarakat seperti Youtube dan
Instagram.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aftech Indonesia. (2020). Fintech Indonesia. Diambil kembali dari


fintech.id: https://fintech.id/id

Cahyono, G. H. (2018). Fenomena Startup Fintech dan Implikasinya.


Swara Patra, 8(4), 44-55. Retrieved from
http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/arti
cle/view/11

Detik.com. (2020, April 26). Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali


Masuk RI? Dipetik June 12, 2020, dari detikcom:
https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-
corona-pertama-kali-masuk-ri/3

Dewi, I. A. (2018, Desember). Intensi Masyarakat Berinvestasi Pada Peer


To Peer Lending:. Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis, III(2), 123.

Hadad, M. (2017). Financial Technology. OJK (hal. 10). Jakarta: OJK.

Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid – 19 terhadap Perekonomian


Indonesia. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 2(1), 146-153. Diambil kembali dari
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/423

Herfianto, P. (2020, Juni 12). LinkAja: Jumlah Transaksi UMKM


Meningkat 19,5% Selama April-Mei 2020. Diambil kembali dari
gizmologi.id: https://gizmologi.id/news/fintech/linkaja-transaksi-
umkm-meningkat-mei-2020/

Liputan6.com. (2019, Januari 10). Pengertian Startup Adalah, Sejarah


Singkat dan Karakteristiknya. Diambil kembali dari
www.liputan6.com:
https://www.liputan6.com/tekno/read/3867489/pengertian-startup-
adalah-sejarah-singkat-dan-karakteristiknya

Mangihot, J. (2020, April 7). Ini 8 Sektor yang Tetap Berjalan saat PSBB
di DKI Jakarta. Diambil kembali dari www.kompas.tv:
https://www.kompas.tv/article/75082/ini-8-sektor-yang-tetap-
berjalan-saat-psbb-di-dki-jakarta

Maulida, L., Patardo, H., & Chlistina, Z. (2020, April 10). Startup yang
boncos dan yang untung karena Covid-19. Diambil kembali dari
www.tek.id:https://www.tek.id/insight/bagaimana-startup-
bertahan-di-tengah-pandemi-corona-b1ZLq9h44

Medcom.id. (2020, Mei 1). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Ekonomi Indonesia. Diambil kembali dari www.medcom.id:

8
https://www.medcom.id/foto/ekonomi/9K50XDPk-dampak-
pandemi-covid-19-terhadap-ekonomi-indonesia

Murifal, B. (2018, September). Peran Teknologi Finansial Sistem P2l


Sebagai Alternatif Sumber Pendanaan UMKM. Perspektif, XVI(2),
204.

Muzdalifa, I., Rahma, I., & Novalia, B. (2018). Peran Fintech Dalam
Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada Umkm Di Indonesia.
Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah, III(1), 16.

Nofian, A. (2020, Juni 2). Ini Sektor Pembiayaan Fintech P2P Lending
Yang Masih Tumbuh Di Tengah Pandemi Covid-19. Diambil
kembali dari goodmoney.id: https://goodmoney.id/ini-sektor-
pembiayaan-fintech-p2p-lending-yang-masih-tumbuh-di-tengah-
pandemi-covid-19/

Otoritas Jasa Keuangan. (2019, Desember 31). Penyelenggara Fintech


Terdaftar dan Berizin di OJK per 20 Desember 2019. Diambil
kembali dari www.ojk.go.id: https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-Fintech-Terdaftar-dan-
Berizin-di-OJK-per-20-Desember-2019.aspx

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, 2016. Peraturan Otoritas


Jasa Keuangan Nomor 77 /Pojk.01/2016 Tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Tahun 2016, Nomor 77. Jakarta: Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

Rakhmawati, I. (2019). Pemberdayaan UMKM Berbasis “One Village One


Product (OVOP)” Sebagai Gerakan Ekonomi Kerakyatan Pada
Industri Logam di Desa Hadipolo Kudus. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam

Shae, E. A. (2020). COVID-19 Hancurkan Ekonomi Global, Fintech P2P


Lending Bantu Selamatkan Ekonomi Nasional. Diambil kembali
dari KoinWorks: https://koinworks.com/blog/fintech-p2p-lending-
selamatkan-ekonomi/

Syarifah, H. (2019). Analisis Pengaruh Peer To Peer Lending Terhadap


Kinerja Umkm (Studi Kasus Nasabah Pt. Ammana. Jurnal Ilmiah,
5.

Tampubolon, H. (2019). Seluk-beluk Peer To Peer Lending Sebagai


Wujud Baru Keuangan Di Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum.

Anda mungkin juga menyukai