Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Oleh:
Semester 2
PURWAKARTA
2022
1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah segala sesuatu tentang pedoman norma bagi sebuah perusahaan
dalam mengambil keputusan. Dengan terjaganya hubungan baik antara perusahaan dan
stakeholder melalui implementasi prinsip etika, potensi usaha untuk berkembang juga
semakin terjamin.
Secara umum, teori ini memang berbicara tentang bagaimana perilaku berbisnis yang
baik dan sesuai dengan norma. Namun, ada empat teori besar yang juga dipelajari dalam
konsep tersebut. Baca selengkapnya tentang penjelasan empat teori etika dalam bisnis berikut
ini.
1. Teori keutamaan
2. Teori hak
Seperti pembahasan etika pada umumnya, teori hak berbicara mengenai sesuatu yang
pantas dan harus didapatkan oleh seorang individu. Sehingga jika dilihat dari segi bisnis,
segala keputusan yang diambil perusahaan tidak boleh melanggar hak seseorang.
3. Teori deontologi
Teori deontologi dalam etika bisnis menekankan tentang kewajiban seseorang untuk
berperilaku sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Misalkan Anda bekerja dalam
sebuah perusahaan dan bertugas untuk menangani pemasaran produk, maka sesuai teori
deontologi dalam etika bisnis, Anda harus melakukan tugas tersebut dengan baik.
4. Teori teleologi
Kata teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Telos" yang berarti tujuan atau akhir.
Teori ini menganggap bisnis etis adalah yang berhasil menciptakan keseimbangan dengan
baik hingga pada tujuan terakhir. Sehingga dalam kata lain, teori ini mendasarkan konsep
kebaikan.
1. Otonomi
Seperti yang kita tahu, kompetensi seorang pelaku bisnis dalam mengambil keputusan
haruslah baik. Prinsip otonomi memandang hal tersebut sebagai wewenang perusahaan
sepenuhnya. Sehingga, visi dan misi yang disusun membawa dampak baik pada
kesejahteraan karyawan dan stakeholder perusahaan.
2. Equilibrium
Berhubungan dengan otonomi pelaku bisnis, segala keputusan yang diambil juga harus
seimbang. Dalam kata lain, perusahaan tidak boleh berat sebelah dalam memutuskan sesuatu.
Misalnya memberi upah sesuai kontrak dan kontribusi kerja karyawan.
Kehendak bebas yang dimaksud adalah kesempatan rata yang bisa didapat individu.
Seluruh pelaku bisnis memiliki porsi yang sama sesuai dengan potensi mereka, tidak boleh
ada batasan hanya demi kepentingan satu kelompok saja.
4. Responsibility
Sebelumnya, pada teori deontologi dalam etika berbisnis juga membahas tentang
responsibilitas pelaku usaha. Jadi di samping menerima kehendak bebas, segala perilaku atau
tindakan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan.
5. Honesty
Dalam ranah bisnis, adanya transparansi kejujuran juga harus diterapkan dalam
berperilaku. Contohnya adalah ketika melakukan transaksi jual beli produk, maka prosedur
yang dilakukan harus sesuai dengan regulasi yang berlaku di perusahaan. Tidak hanya itu,
contoh lainnya adalah pelaporan keuangan yang juga harus didasari transparansi.
Melihat banyaknya pelanggaran etika yang terjadi antara perusahaan dan stakeholder
memunculkan asumsi bahwa ada hal-hal yang mempengaruhi etika bisnis, berikut ini
beberapa di antaranya:
Menurut Porter, persaingan sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha
atau perdagangan. Menurut Porter, ada 4 faktor persaingan bisnisVyang dapat menentukan
kemampuan bersaing
Mencakup faktor- faktor seperti pembeli, informasi pembeli. Daya tawar- menawar
pembeli mempengaruhi harga yang ditetapkan pedagang.
Biasanya sedikit jumlah pemasok, semakin penting produk yang dipasok, dan semakin
kuat posisi tawarnya. Demikian juga dengan kekuatan keempat yaitu kekuatan tawar
pembeli ,dimana kita bisa melihat bahwa semakin besar pembelian, semakin banyak pilihan
yang tersedia bagi pembeli dan pada umumnya akan membuat posisipembeli semakin kuat.
1. Jujur
Seorang pebisnis wajib berlaku jujur dalam melakukanusahanya. Jujur dalam penegertian
yang lebih luas yaitutidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngadafakta, tidak
berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji.
3. Tidak menipu
Praktek bisnis dan dagang yang sangat mulia yangditerapkan oleh Rasulullah SAW
adalah tidak pernahmenipu. Upaya melakukan penipuan kerap menjadi strategi dan cara bagi
dunia bisnis untuk akhirat. Maksudnya adalah pedagang muslim jika menjalankan bisnis
dengan cita-cita keuntungan dunia yang pendek, seperti punya mobil, punya rumah, dan
punya perusahaan besar, ini cita-cita yang terlalu pendek. Kita naikan cita-cita setinggi-
tingginya yaitu ke akhirat yaitu pedagang muslim berbisnis bekerja keras karena ingin
menikah, karena ingin menafkai keluarga, ingin membantu keluarga yang tidak mampu, dan
menyantuni anak yatim. Sejarah mencatat, bahwa dengan berpedoman kepada etika
perdagangan Islam, pedagang Arab Islam tempo dulu mampu mengalami masa kejayaanya,
sehingga mereka dapat terkenal di hampir seluruh penjuru dunia. Rasulullah SAW
menjalankan usahanya semata-matademi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bukan
untuk menjadi jutawan. Ini dikarenakan beliau tidakpernah memperlihatkan kecintaan yang
sangat besar terhadap harta.
Aspek hukum persaingan usaha yang dimaksud ini terkait dengan aspek hukum material
dan formal.
Faktor pendorong terjadinya suatu tindak pidana bukan hanya karena kelengahan suatu
peraturan perundang-undangan namun masyarakat umum yang berpotensi menjadi korban
juga sebagai pendorong terjadinya suatu tindak pidana. Maka perlu suatu peraturan
perundang- undangan yang mengatur dalam pencegahan dan penyelesaian tindak pidana
ekonomi yang dapat mengikuti perkembangan zaman khususnya di bidang
ekonomi.Perkembangan pemikiran dalam pembaharuan hukum pidana telah menerima
korporasi sebagai subjek hukum pidana.
Hukuman pokok sama dengan hukuman pokok yang disebut dalam KUHP (ps. 10
KUHP) akan tetapi maksimum pokok itu adalah lebih berat. Bunyi hukuman pokok ini
terdapat dalam pasal 6 UU no 7/Drt/1955, hukuman pokok ini terus mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman. perubahan ini antara lain adalah :
1) berdasarkan pasal 11, pasal 6 ayat i sub a kata-kata lima ratus ribu diubah menjadi
satu juta dan pada,
2) berdasarkan UU No 21/Prp/1959 yang memuat sanksi antara lain sebagai berikut:
denda 30 kali (30 juta), jika menimbulkan kekacuan ekonomi dalam masyarakat,
sanksi : hukuman mati atau 20 tahun penjara. Dalam hal ini penjelasan resmi UU No
21/Prp/1959, antara lain memuat: “menurut UU darurat nomor 7 tahun 1955 ada
kemungkinan untuk hakim memilih antara hukuman badan atau denda atau
menjatuhkan kedua-dua sanksi tersebut, menurut peraturan pemerintah pengganti UU
ini HAKIm harus menjatuhkan kedua-dua sanksi tersebut.
3) Hukuman Tambahan
Hukuman tambahan yang dimuat dalam pasal 7 UU 7/DRT/1955, yaitu:
Pencabutan hak- hak tersebut dalam pasal 35 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
untuk waktu sekurang- kurangnya enam bulan dan selama-lamanya enam tahun lebih
lama dari hukuman kawalan atau dalam hal dijatuhkan hukuman denda sekurang-
kurangnya enam bulan dan selama-lamanya enam tahun.
9. Intervensi Neagra dan proteksi terhadap konsumen Pengertian Intervensi
Intervensi merupakan salah satu bentuk ikut campur dalam urusan negara lain yang
mempunyai sifat diktatorial. Fungsi dari intervensi yaitu salah satu cara untuk merampungkan
sengketa internasional
K. Macam-Macam Intervensi
1. Intervensi Diplomatik
Intervensi ini seringkali terjadi jika seorang diplomat memberikan komentar kepada atau
memihak dalam suatu krisis atau persoalan politik yang sedang melanda negara tempatnya
bertugas.
2. Intervensi Klasik
Bentuk intervensi ini bisa dalam bentuk kegiatan gelap atau misi rahasia. Contohnya
intervensi ini dapat melalui penyuapan atau penyogokan dengan pejabat negara sebagai
sasarannya.
Yang relatif murah dan mengandung resiko rendah, tetapi justru lebih efektif dibanding
pengiriman ekspedisi militer yang sesunguhnya.
3) Gerilya
Gerilya adalah perpaduan antara subversi dengan sistem perang konvensional. Gerilya
tidak selalu merupakan hasil intervensi kekuatan asing tetapi cukup banyak kegiatan gerilya
yang merupakan manifestasi dari intervensi.
3. Intervensi Militer
Intervensi militer ini diwujudkan dalam bentuk pengiriman ekspedisi militer untuk
menunjang suatu pemerintahan yang sedang berkuasa atau membantu suatu kelompok
pemberontak.
Menurut J.G. Starke terdapat tiga macam bentuk intervensi yang tidak mengandung
karakter diplomatik, antara lain yakni: