PENDAHULUAN
1
ditarik oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena tidak
sesuai dengan ketentuan. Dimulai dari Viostin dan Enzyplex pada tanggal 5
Februari 2018 lalu karena terbukti mengandung DNA babi, dan saat ini
produk Albothyl dari PT Pharos Indonesia pun dibatalkan izin edarnya per
tanggal 15 Februari 2018 setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping
serius yang timbul akibat penggunaan Albothyl oleh para ahli kesehatan
dalam dua tahun terakhir.
Dari contoh kasus tersebut kita menjadi tahu bahwa masih banyak
perusahaan yang menjalankan bisnis hanya berorientasi pada laba atau
keuntungan tanpa mementingkan aspek moral dan melanggar aturan hukum
yang berlaku.
Dengan adanya kasus-kasus tersebut penulis akan mengungkap
tentang pelanggaran-pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PT
Pharos Indonesia dengan produknya yaitu Albothyl dan bagaimana
hukumannya.
Hal ini menarik untuk dikaji dan dieksplor sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan bagi para pembacanya. Menginggat banyak pelanggaran etika bisnis
yang dilakukan oleh para pebisnis, sehingga makalah ini dapat dijadikan
sebagai pengetahuan sekaligus sebagai pelajaran berharga dengan melihat
sisi buruk suatu perusahaan agar dikemudian hari para pebisnis lainnya
tidak mengulangi kesalahan yang sama, mengelola bisnis tidak hanya
berorientasi pada laba semata namun juga memperhatikan nilai moral dan
patuh terhadap hukum.
2
1.3 Tujuan Studi Kasus
1. Teoritis
Dapat mengembangkan pengetahuan tentang pelanggaran atau kasus etika
bisnis penyalahgunaan kandungan obat Albothyl produk PT Pharos.
2. Praktis
Dapat memecahkan permasalahan tentang pelanggaran etika bisnis
penyalahgunaan kandungan obat Albothyl produk PT Pharos.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Kata bisnis berasal dari bahasa inggris yaitu businiess → busy yang
berarti sibuk atau beragam kegaiatan. Secara umum kata bisnis juga diberi
makna sebagai “rangkaian aktivitas komersial”.
4
1. Sudut padang ekonomi
5
Tidak bisa diragukan, bisnis terikat juga oleh hukum. “Hukum
dagang” atau “hukum bisnis” merupakan cabang penting dari ilmu hukum
modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan
dengan bisnis, pada taraf nasional maupun internasional. Seperti etika pula,
hukum merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang
harus dilakuakan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma hukum bahkan
lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam
atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.
Terdapat kaitan erat antara hukum dan etika. Etika harus menjiwai
hukum. Baik dalam proses terbentuknya undang-undang maupun dalam
pelaksanaan peraturan hukum, etika atau moralitas memegang peranan
penting. Bisnis harus menaati hukum dan peraturan yang berlaku. “Bisnis
yang baik” antara lain berarti juga bisnis yang patuh pada hukum. Di
samping hukum, kita membutuhkan etika juga. Kita membutuhkan norma
moral yang menetapkan apa yang etis atau tidak etis untuk dilakukan.
Bahkan harus digarisbawahi, pada taraf normatif etika mendahului hukum.
6
diaturnya sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi pasar bebas yang
konsekuen, malah tidak mungkin terjadi penyelundupa. Jika kadang kala kita
ragu-ragu tentang boleh tidaknya suatu tindakan bisnis menurut segi hukum,
kita bisa mengajukan masalah ini ke pengadilan dan minta keputusan hakim.
1. Hati nurani
Suatu perbuatan adalah baik, jika dilakukan sesuai dengan hati
nurani, dan suatu perbuatan lain adalah buruk, jika dilakukan bertentangan
dengan suara hati nurani. Dalam bertindak menghancurkan hati nurani, kita
menghancurkan integritas pribadi, karena kita menyimpang dari keyakinan
kita yang terdalam. Hati nurani mengikat kita dalam arti, kita harus
melakukan apa yang diperintahkan hati nurani dan tidak boleh melakukan
apa yang berlawanan dengan suara hati nurani. Setiap orang mempunyai
hati nurani, termasuk juga orang yang tidak beragama.
Hati nurani memang merupakan norma moral yang penting, namun
sifatnya subyektif sehingga tidak terbuka untuk orang lain.
2. Kaidah emas
Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral
adalah mengukurnya dengan Kaidah Emas yang berbunyi “Hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan”.
Kaidah Emas dapat dirumuskan dengan cara positif maupun negatif. Bila
dirumuskan secara negatif kaidah emas berbunyi “Janganlah melakukan
terhadap orang lain, apa yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan
terhadap diri Anda”.
3. Penilaian umum
Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkannya kepada
masyarakat umum untuk dinilai. Cara ini bisa disebut juga “audit sosial”.
Sebagaimana melalui “audit” dalam arti biasa sehat tidaknya keadaan
finansial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu
perbuatan ditentukan oleh penilaian masyarakat umum.
7
Dapat disimpulkan, supaya patut disebut good business, tingkah laku
bisnis harus memenuhi syarat-syarat dari semua sudut pandang tadi.
Memang benar bisnis yang secara ekonomis tidak baik (jadi, tidak membawa
untung) tidak pantas disebut bisnis yang baik. Tidak ada orang dengan serius
akan mempersoalkan hal itu. Terdapat lebih banyak keraguan tentang
perlunya sudut pandang kedua dan ketiga. Bisnis tidak pantas disebut good
business kalau tidak baik dari sudut etika dan hukum juga. Dalam hal ini
pentingnya aspek hukum lebih mudah diterima sekurang-kurangnya pada
aspek teoritis (walaupun dalam praktek barangkali sering dilanggar).
Prinsip bisnis :
Prinsip dari suatu kegiatan bisnis adalah pertukaran
Sedangkan segala sesuatu yang dipertukarkan tidak menjadi masalah, dapat
berupa benda bernyawa atau tidak bernyawa
Jadi, pebisnis melakukan segala sesuatu terkait bisnis untuk meraih
keuntungan
Dan sebagai manusia, pebisnis memiliki sifat yang tidak selalu puas, mencari
kebebasan berinisiatif dalam menggagas bisnis dalam upaya mencari profit
atau keuntungan sehingga akan terus menerus berusaha untuk mencari
keuntungan.
Sifat bisnis :
Paham unitarian
Yaitu nilai-nilai moral yang bersifat universal harus tercermin dalam praktik dunia
bisnis.
Paham separatis
Yaitu lingkungan fungsional dalam bidang ekonomi dan politik relatif bersifat
otonom dengan didasarkan oleh logika, prosedur dan aturan tersendiri yang
terpisah dari aturan kehidupan pribadi di keluarga dan masyarakat.
Paham integrasi
Yaitu kegiatan bisnis tidak semata-mata memiliki logika pokok untuk
memaksimalkan keuntunga, tetapi juga merupakan bagian masyarakat dan
8
diawasi oleh tuntunan moral masyarakat. Dan masyarakat memiliki cara
mempengaruhi dunia bisnis melalui peraturan, hukum dan mekanisme pasar.
9
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam
mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam hal baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin dan penuh komitmen, melakukan semua tugas
dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengmbangkan, dan
memperhahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggung jawabkan, yaitu memilki tanggung jawab, menerikan
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu mencari contoh.
Dalam Haurisa & Praptiningsih (2014: 1) mengemukakan lima prinsip dalam etika
bisnis secara umum:
1. Prinsip otonomi
Adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tentang apa yang
dianggap baik untuk dilakukan. Dengan kata lain mereka diberi
kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya.
2. Prinsip kejujuran
Adalah sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. Atau prisip
kejujuran merupakan suatu perilaku yang dilakukan sesuai dengan
kondisi yang sebenar-benarnya. Misalnya :
- Jujur dalam syarat-syarat perjanjian kontrak
- Jujur dalam penawaran barang/jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding
- Jujur dalam hubungan kerja intern perusahaan.
3. Prinsip keadilan
Adalah bersikap sama secara objektif, rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan. Prinsip keadilan merupakan sikap untuk
memperlakukan semua pihak dengan tidak membeda bedakan dari
berbagai aspek. Misalnya tiap orang dalam kegiatan bisnis, dalam relasi
eksternal atau internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan hak
10
masing-masing. Dahulukan yang datang pertama untuk diberikan
pelayanan.
4. Prinsip saling menguntungkan
Yaitu tidak ada pihak yang dirugikan dalam bisnis. Menanamkan
kesadaran dengan win-win solution dalam semua sikap dan tindakan
bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan.
5. Prinsip integritas moral
Yaitu memenuhi standar moralitas.
6. Tanggungjawab
11
dalam kamus besar bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Pada dasarnya, etika berpengaruh terhadap para pelaku bisnis,
terutama dalam hal kepribadian, tindakan dan perilakunya. Etika ialah teori
tentang perilaku perbuatan manusia, dipandang dari nilai baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika lebih bersifat teori yang
membicarakan bagaimana seharusnya, sedangkan moral lebih bersifat praktik
yang membicarakan bagaimana adanya. Etika lebih kepada menyelidik,
memikirkan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk sedangkan
moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia dalam
kesatuan social tertentu (Kadir, 2010).
Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral
sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya
dipraktekkan. Dapat juga dikatakan etika sebagai praksis adalah apa yang
dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral. Kita
sering mendengar atau membaca kalimat-kalimat seperti ini; “Dalam dunia
modern etika bisnis mulai menipis.”, “Ada unsur tidak etis dalam akuisisi
internal”, “Semakin terasa urgensi membangun etika bisnis”, “Tegakkan etika
bisnis dengan Undang-Undang Anti Korupsi”, dan sebagainya. Perlu kita
perhatikan maksud kata “etika” atau “etis” dalam contoh-contoh ini. Orang
yang mengeluh bahwa etika bisnis mulai menipis, bermaksud bahwa pebisnis
sering menyimpang dari nilai dan norma moral yang benar, jadi ia menunjuk
kepada etika sebagai praksis.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai
refleksi kita berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi
berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
obyeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku
orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
12
Dalam surat kabar atau majalah berita hampir setiap hari dapat kita baca
komentar tentang peristiwa-peristiwa yang berkonotasi etis: perampokan,
pembunuhan, kasus korupsi dan masih banyak lagi. Dan setiap hari ada
banyak sekali orang yang membicarakan peristiwa-peristiwa itu. Mereka
semua melibatkan diri dalam etika sebagai refleksi pada taraf populer. Tetapi
etika sebagai refleksi bisa mencapai taraf ilmiah juga. Hal itu terjadi bila
refleksi dijalankan dengan kritis, metodis, dan sistematis, karena tiga ciri inilah
membuat pemikiran mencapai taraf ilmiah.
Etika sebagai ilmu mempunyai tradisi yang sudah lama. Tradisi
ini sama panjangnya dengan seluruh sejarah filsafat, karena etika dalam arti
ini merupakan suatu cabang filsafat. Karena itu etika sebagai ilmu sering
disebut juga filsafat moral atau etika filosofis. Etika adalah cabang filsafat
yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Karena itu etika dalam
arti ini sering disebut juga “filsafat praktis”. Cabang-cabang filsafat lain
membicarakan masalah-masalah yang tampaknya lebih jauh dari kehidupan
konkret. Namun demikian pada kenyataannya etika filosofis pun tidak jarang
dijalankan pada taraf yang sangat abstrak, tanpa hubungan langsung
dengan realita sehari-hari.
Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnispun dapat
dijalankan pada tiga taraf: taraf makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini
berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan
kegiatan ekonomi dan bisnis.
- Taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem
ekonomi sebagai keseluruhan. Jadi di sini masalah-masalah etika disoroti
pada skala besar. Misalnya masalah keadilan: bagaimana sebaiknya
kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil? Beberapa contoh lain adalah:
aspek-aspek etis dari kapitalisme dan globalisasi; masalah keadilan sosial
dalam suatu masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh; masalah
utang negara-negara selatan terhadap negara-negara utara dan sebagainya.
- Taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah-
maslah etis di bidang organisasi. Organisasi disini terutama berarti
perusahaan, tapi juga bisa serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan
profesi dan lain-lain.
13
- Taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan
ekonomi atau bisnis. di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan
majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan
investor.
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai
buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
dicerna akal pikiran, etika bisa memberikan gambaran mengenai prilaku
seseorang dalam menentukan sikap baik maupun buruk dalam aktifitas
kehidupan sehari-harinya. Maksud etika dalam penelitian ini adalah etika
yang berlaku dalam perdagangan.
14
mereka yang memprioritaskan untuk menolong orang lain. Keputusan dan
perilaku manajer seringkali dipengaruhi oleh kepercayaanya.
4. Pengalaman Hidup
15
Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang tidak bersifat imoral atau ilegal
kalau dilakukan oleh orang bisnis. Mengapa bisnis dijadikan pengecualian?
Mengapa bisnis perlu diperlakukan sebagai suatu kasus tersendiri di bidang
etika? Dan Drucker menyimpulkan bahwa etika bisnis itu menunjukkan
adanya sisa-sisa dari sikap bermusuhan yang lama terhadap bisnis dan
kegiatan ekonomis.
2. Etika bisnis itu kontradiktif
Kritik lain tidak berasal dari satu orang, tetapi ditemukan dalam
kalangan populer yang cukup luas. Sebenarnya ini bukan kritik, melainkan
skepsis. Orang-orang ini menilai etika bisnis sebagai suatu usaha naif.
Dengan nada sinis mereka bertanya: masa mau memikirkan etika dalam
menjalankan bisnis! Etika bisnis mengandung suatu kontradiksi. Dunia bisnis
itu ibarat rimba raya dimana tidak ada tempat untuk etika. Kalau mau disebut
bidang yang sama sekali asingterhadap etika, tidak ada contoh lebih jelas
daripada justru bisnis. Etika dan bisnis itu bagaikan air dan minyak, yang
tidak meresap yang satu ke dalam yang lain. Kritikan ini lebih sulit untuk
dijawab.
16
4. Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggungjawab
Kritikan lain lagi dilontarkan kepada etika terapaan pada umumnya
termasuk juga etika bisnis, di samping etika biomedis, etika jurnalistik, etika
profesi hukum, dan lain-lain. Kita disini membicarakannya dalam konteks etika
bisnis saja. Kritisi ini meragukan entah etika bisnis memiliki keahlian etis khusus,
yang tidak dimiliki oleh para pebisnis dan manajer itu sendiri. Setiap manusia
merupakan pelaku moral yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Kita tidak membutuhkan etika bisnis mereka tegaskan yang datang mejelaskan
apa yang harus kita perbuat atau apa yang tidak boleh kita perbuat. Kita sendiri
harus mengambil keputusan di bidang moral. Tidak ada jalan lain.
Seluruh kritikan ini juga berdasarkan salah paham. Etika bisnis sama sekali
tidak bermaksud mangambil alih tanggung jawab etis dari para pebisnis, para
manajer atau pelaku moral lain di bidang bisnis. Etika bisnis atau cabang etika
terapan lainnya tidak berpretensi memiliki keahlian yang sama sifatnya seperti
banyak keahlian lain.
Disini akan dibahas secara singkat beberapa teori yang dewasa ini
paling penting dalam pemikiran moral khususnya dalam etika bisnis:
a. Utilitarianisme
“Utilitarianisme” berasal dari kata Latin utilis yang berarti
“bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu
dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi
utilitarianisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Menurut
17
suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarianisme
(utilitarianisme) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan
adalah the greatest happiness of the greatest number, yang artinya
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.
Perbuatan yang sempat mengakibatkan paling banyak orang
merasa senang dan puas adalah perbuatan yaang terbaik. Mengapa
melestarikan lingkungan hidup misalnya, merupakan tanggung jawab
moral kita? Utilitarianisme menjawab: karena hal itu membawa manfaat
paling besar bagi umat manusia sebagai keseliruhan, termasuk juga
generasi-generasi sesudah kita. Kita tentu bisa meraih banyak manfaat
dengan menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri, hingga
sumber daya alam rusak atau habis sama sekali, tapi dengan demikian
kita merugikan anak cucu kita. Karena itu menurut utilitarianisme upaya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi
tanggung jawab moral kita.
Dengan maksud mencari jalan keluar dari kesulitan terakhir ini,
beberapa utilitarian telah mengusulkan untuk membedakan dua macam
utilitarianisme:
18
b. Deontologi
Jika utilitarianisme menggantungkan moralitas perbuatan pada
konsekuensinya, maka deontologi melepaskan sama sekali moralitas dari
konsekuensi perbuatan. Istilah “deontologi” ini berasal dari kata Yunani
deon yang berarti kewajiban. Atas pertanyaan “mengapa perbuatan ini
adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”, deontologi
menjawab: “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang”. Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban.
Yang memberi pendasaran filosofis kepada teori deontologi
adalah filsuf besar dari Jerman, Immanuel Kant (1724-1804). Mengapa
suatu perbuatan disebut baik? Menurut Kant, suatu perbuatan adalah
baik jika dilakukan karena harus dilakukan atau dengan kata lain jika
dilakukan karena kewajiban. Kant mengatakan juga: suatu perbuatan
adalah baik jika dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris”. Imperatif
kategoris mewajibkan kita begitu saja, tak tergantung dari syarat apapun.
Misalnya barang yang kita pinjam harus dikembalikan. Keharusan ini
berlaku begitu saja tanpa syarat
c. Teori hak
Dalam pemikiran dewasa ini barangkali teori hak ini adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan
suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi
dari uang logam yang sama.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua
manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis. Sebagaimana halnya dalam pemikiran moral pada
umumnya, demikian juga dalam etika bisnis sekarang teori hak diberi
tempat yang penting. Dalam hal ini etika bisnis dalam bentuk
sekaranghanya melanjutkan perjuangan di bidang sosial-ekonomi yang
berlangsung pada masa sebelumnya. Perjuangan kaum buruh dalam
zaman industrialisasi seluruhnya dilatarbelakangi wawasan hak.
19
d. Teori keutamaan
Teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan: apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau
murah hari melainkan: apakah orang itu bersikap adil, jujur, murah hati
dan sebagainya.
Apa yang dimaksud dengan keutamaan? Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut: disposisi watak yang telah diperoleh
sesorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral. Kebijaksanaan misalnya merupakan suatu keutamaan yang
membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi.
Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu
memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati
adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri,
sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan
yang membuat seseorang mangatasi kecenderungan spontan untuk
bermalas-malasan.
Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan.
Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Jika mitra bisnis
ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi keterangan.
Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus membuka
segala kartunya. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang
wajar kepada semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang
bisa disetujui oleh semua pihak yang terliibat dalam suatu transaksi.
Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair.
Dengan indiser trading dimaksudkan menjual atau membeli saham
berdasarkan informasi dari dalam yang tidak tersedia bagi umum.
Kepercayaan juga adalah keutamaan yang penting dalam
konteks bisnis. Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik.
Pebisnis yang memiliki keutamaan ini boleh mangandaikan bahwa
mitranya mempunyai keutamaan yang sama.
20
Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut Sandono, dkk (2004:353) prinsip-prinsip utama tanggung jawab sosial
yang berkembang di Amerika Serikat ialah:
1. Prinsip Charity, membawa ide bahwa anggota masyarakat yang lebih kaya
seharusnya menolong anggota masyarakat yang kurang bernasib baik seperti
orang cacat, orang tua dan orang sakit. Pada masa kini kita dapat melihat suatu
tren perubahan telah berlaku pada konsep ini apabila pihak koporat mulai
memberi perhatian dan sumbangan kepada charity berbanding dengan masa lalu
di mana ia dibuat oelh individu-individu tertentu.
2. Prinsip Stewardship adalah suatu konsep yang diambil dari ajaran yang
mengehendaki individu yang kaya, menganggap diri mereka sebagai pemegang
amanah terhadap harta benda mereka untuk kebajikan seluruh masyarakat. Ini
termasuk melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat awam,
kepada lingkungan, pekerja, konsumen, dan investor.
21
- Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
- Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
- Biarakan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
- Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
- Percayalah kepada mereka.
3. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan
22
(4) Hak atas pendidikan, pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya pendidikan
tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus
menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa
yang akan dibelinya.
(5) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak
untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-
undang antitrust.
Hak-hak pelangganpun diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, di mana hak konsumen adalah
:
a. Hak atas kenyamanan, kemanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/ atau jasa;
b. Hak untu memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/ jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/ atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian,
apabila barang dan/ atau jasa ang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan
lainnya.
4. Tanggung jawab terhadap investor
23
memamksimuman laba. Selain itu perusahaan juga bertanggung jawab untuk
melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
24
BAB III
ANALISIS KASUS
25
Menjadi perusahaan farmasi dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Misi:
Memuaskan seluruh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan melalui:
1. Memperkuat portofolio produk di setiap spesialis yang dibutuhkan
2. Inovasi produk dan desain serta perbaikan yang berkesinambungan
3. Menyediakan produk bermutu dengan biaya rendah
4. Pelayanan prima kepada seluruh dokter spesialis di Indonesia untuk
produk etchical dan masyarakat umum untuk produk non-etchical
5. Pengembangan sumber daya manusia dengan culture positif yang kuat
berbasis kompetensi.
26
Menanggapi berita tersebut, PT Pharos Indonesia selaku pemegang izin
edar Albothyl akan mengikuti instruksi dari BPOM. Melalui surat resmi yang
diterima Kompas.com, PT Pharos Indonesia menyatakan kesediaan untuk
menarik produk Albothyl dari pasaran. “Kami menghormati keputusan Badan
POM yang membekukan izin edar Albothyl hingga ada persetujuan perbaikan
indikasi,” tulis Ida Nurtika, Direktur Komunikasi PT Pharos Indonesia, pada Jumat
(16/2/2018) di Jakarta. PT Pharos Indonesia akan segera menarik produk
Albothyl dari seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya juga akan terus berkoordinasi
dengan BPOM. Merek Albothyl sendiri, sebut Ida dalam suratnya, merupakan
lisensi dari Jerman yang telah dibeli oleh perusaahan Takeda, Jepang. Albothyl
telah diedarkan di Indonesia selama lebih dari 35 tahun.
27
Surat bernomor B-PW.03.02.343.3.01.18.0021 itu dilayangkan pada 3 Januari
2018 kepada PT Pharos Indonesia dan ditandatangani Deputi Bidang
Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, Nurma Hidayati.
28
3.3 Analisis kasus
Dari adanya kasus pelanggaran etika tentang penyalahgunaan
kandungan obat Albothyl yang dilakukan oleh PT Pharos Indonesia tersebut
memberikan dampak yang sangat merugikan bagi konsumen. Konsumen
dirugikan dengan adanya efek samping yang ditimbulkan saat pemakaian
obat cairan luar konsentrat. Albothyl dikenal dengan obat cairan luar
konsentrat yang mampu menyembuhkan sariawan. Namun dalam kasus
tersebut terdapat pengaduan dari konsumen bahwa saat pemakaian produk
itu sariawan bertambah parah dan makin membesar lubang sariawannya. Hal
ini tentu menjadi suatu masalah yang serius terkait keselamatan pasien.
Ahli profesional pun juga memiliki keluhan terhadap Albothyl terkait
penggunaan pada saat praktek kesehatan, para profesional kesehatan
tersebut menyarankan dan mengadu kepada BPOM bahwa Albothyl dilarang
dipakai sebagai hemostatik dan antiseptik saat pembedahan; serta
penggunaan pada kulit, telinga, hidung, dan tenggorokan(THT), sariawan, dan
gigi.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi:
Bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan laba atau
keuntungan. Perusahaan memperoleh keuntungan besar dalam penjualan
obat Albothyl namun konsumen dirugikan. PT Pharos hanya membuat dan
mendistribusikan Albothyl untuk tujuan profit oriented saja tanpa
memperhatikan keselamatan konsumen.
Merujuk situs aladokter.com, policresulen adalah obat antiseptik dan
desinfektan kulit. Biasa digunakan untuk menghentikan pendarahan lokal,
pembersihan dan regenerasi jaringan luka, dan mengobati infeksi vagina
akibat bakteri dan jamur. Penggunaannya policresulen disarankan atas resep
dokter. Alasannya policresulen memiliki efek samping seperti kesemutan pada
vagina, kesulitan bernafas, gatal-gatal dan alergi. PT Pharos Indonesia
memproduksi Albothyl dengan kandungan policresulen sebesar 36 %. Dilihat
dari pengertian mengenai policresulen tersebut dapat kita cermati bahwa
policresulen adalah obat cairan luar yang penggunaannya disarankan oleh
dokter atau menggunakan resep dokter karena policresulen memiliki efek
samping yang sangat merugikan bagi pasien jika digunakan sembarangan
dan dalam jangka waktu yang lama.
29
Demi mendapatkan keuntungan yang besar PT Pharos Indonesia
mengabaikan etika dalam bisnis. Perusahaan tersebut menggunakan dosis
yang berlebihan pada policresulen yaitu sebesar 36 %. Jika konsumen
menggunakan obat Albothyl untuk kesehariannya misalnya untuk daerah
vagina dan sariawan maka akan menimbulkan efek samping seperti
kesemutan pada vagina dan sariawan yang tidak sembuh namun malah
semakin parah. Penggunaan policresulen juga harus menggunakan resep
dokter, jadi tidak diperbolehkan digunakan sembarangan.
PT Pharos Indonesia menggunakan policresulen sebagai salah satu
bahan baku pembuatan obat Albothyl karena ingin menekan biaya produksi
sehingga akan memperbesar laba atau keuntungan perusahaan. Jika
perusahaan tersebut menggunakan bahan baku yang lebih aman untuk
dikonsumsi tanpa mengabaikan aspek moral dalam berbisnis maka konsumen
tidak akan terkena efek samping yang ditimbulkan. Sebenarnya policresulen
tidak berbahaya jika digunakan dalam dosis yang rendah. Namun yang
menjadi masalah di sini adalah produsen Albothyl tersebut tidak memberikan
keterangan pemakaian Albothyl yang benar untuk sariawan sehingga
menimbulkan efek samping yang merugikan bagi konsumen.
Dilihat dari sudut pandang moral:
Yang menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah hati nurani, kaidah emas dan penilaian masyarakat umum.
Hati nurani yaitu suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan sesuai dengan
hati nurani dan suatu perbuatan lain adalah buruk jika dilakukan bertentangan
dengan hati nurani. Dalam kasus tersebut PT. Pharos Indonesia menjalankan
bisnis tanpa hati nurani, pihak-pihak yang berkepentingan tersebut tanpa
menggunakan hati nurani memproduksi obat cairan luar yang mengandung
komposisi yang berbahaya yaitu policresulen dan memasarkannya kepada
masyarakat luas tanpa mempedulikan efek sampingnya.
Kaidah emas yaitu “hendaklah memperlakukan orang lain
sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan”. Dari filosofi tersebut kita dapat
mengartikannya bahwa PT. Pharos memperlakukan konsumennya dengan
tidak hati-hati, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
membiarkan efek samping yang ditimbulkan dari obat cairan luar Albothyl.
30
Penilaian umum yaitu untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku adalah menyerahkannya kepada masyarakat umum
untuk dinilai. Dalam kasus ini masyarakat dapat menilai produk dari PT.
Pharos ini, dilihat dari efek samping yang ditimbulkan masyarakat dapat
menilai bahwa obat cairan luar itu tidak layak untuk dikonsumsi.
Dilihat dari sudut pandang hukum:
Bisnis yang baik adalah jika diperbolehkan oleh sistem hukum.
Dalam kasus ini jika kita lihat dari efek samping yang ditimbulkan oleh obat
Albothyl secara hukum, Albothyl dilarang diedarkan dalam masyarakat karena
akan merugikan. BPOM selaku Badan Pengawas Obat dan Makanan menarik
izin edar Albothyl dari pasaran sebagai akibat dari pelanggaran yang
dilakukan PT. Pharos Indonesia.
31
dengan cara diencerkan terlebih dahulu. Karena kandungan policresulen
hanya sedikit,” ujar Imawan dikutip dari Okezone, Kamis (15/2/2018).
Imawan menambahkan, pemakaian obat ini hanya untuk area intim wanita
lebih tepatnya. Karena kandungan policresulen bisa digunakan untuk
mengobati segala jenis penyakit kulit, kecuali bagi penderita kanker.
32
luar konsentrat 36% tidak boleh beredar lagi untuk indikasi pada bedah
dermatologi, otolaringologi, stomatologi/sariawan, dan odontology.
Imawan menambahkan, pemakaian obat ini hanya untuk area intim wanita lebih
tepatnya. Karena kandungan policresulen bisa digunakan untuk mengobati
segala jenis penyakit kulit, kecuali bagi penderita kanker.
Albothyl bisa digunakan untuk obat luar saja untuk mengatasi kulit yang
mengalami kerusakan sel dan menyebabkan radang. Sebab, obat ini
diindikasikan untuk mengobati kerusakan sel atau sel yang mati.
Sejauh ini, tambah Imawan, untuk penarikan produk belum dilakukan oleh
pihaknya. BPOM RI telah mengirimkan surat kepada PT Pharos dan sedang
dikaji terlebih dulu.
“Kami akan perbaiki keterangan pemakaian obat untuk sariawan. Jawaban surat
dari BPOM sedang kita kaji sekarang,” tutupnya.
Dari adanya masalah yang timbul oleh produk yang dihasilkan PT. Pharos, atas
ketidaksengajaan atau ketidaktelitian perusahaan, maka perusahaan akan
memperbaiki keterangan pemakaian obat untuk sariawan agar masyarakat lebih
hati-hati dalam pemakaiannya dan tidak salah prosedur pemakaiannya.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
34
4. Untuk masyarakat sebaiknya lebih seleksi lagi dalam mengkonsumsi
suatu produk, jika terjadi efek samping yang ditimbulkan dari produk yang
dikonsumsi maka sebaiknya hentikan pemakaian produk tersebut dan
segera laporkan pengaduan kepada pihak pengawas produk yang
beredar dipasaran misalnya BPOM.
35
DAFTAR PUSTAKA
http://news.metrotvnews.com/peristiwa/ybJMjo4N-pt-pharos-segera-tarik-albothyl
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=etika+bisnis
http://mycindyjuliyani.blogspot.com/2018/04/contoh-kasus-pelanggaran-etika-
bisnis.html
https://id.scribd.com/doc/147518669/Profile-Company-Pharos-Indonesia
http://news.metrotvnews.com/peristiwa/Obzv2rZb-bpom-kaji-ulang-policresulen-
di-albothyl-sebagai-obat-sariawan
https://sains.kompas.com/read/2018/02/16/210600023/pt-pharos-akan-tarik-
produk-albothyl-dari-pasaran
http://farmasetika.com/2018/02/15/pt-pharos-kami-akan-perbaiki-label-albothyl-
untuk-sariawan/
https://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/jebi/article/view/64
https://www.academia.edu/10025610/JURNAL_ETIKA_BISNIS
36