Anda di halaman 1dari 7

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Albothyl “PT Pharos”

A. PENDAHULUAN

Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus mulai dari
pengadaan bahan baku, produksi, pemasaran dan distribusi sampai pada konsumen
dalam bentuk barang maupun jasa dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan
kemanfaatan. Adanya bisnis tidak bisa terlepas dari adanya dua unsur yaitu, subjek
dan objek. Subjek bisnis adalah pelaku bisnis itu sendiri meliputi
pemerintah,pemilik perusahaan,pemegang saham, manajer, karyawan, produsen,
pemasok, distributor, masyarakat, dan konsumen. Sedangkan objek bisnis adalah
barang dan jasa yang menjadi objek dari pelaku bisnis.Selain itu dalam bisnis juga
diperlukan beberapa hal penting bagiberjalannya bisnis itu sendiri,yaitu keuangan,
manajerial, dan etika.

Dalam dunia bisnis etika memiliki peran penting bagi perjalanan organisasi bisnis.
Bisnis merupakan aktivitas yang memerlukan tanggung jawab moral dalam
pelaksanaannya, sehingga etika dalam praktik bisnis memiliki hubungan yang erat.
Bisnis tanpa etika akan membuat praktik bisnis menjadi tidak terkendali dan justru
merugikan tujuan utama dari bisnis itu sendiri.Etika dilaksanakan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dunia bisnis. Etika menuntut agar seseorang melakukan ajaran
moral tertentu karena ia sadar bahwa hal itu memang bermanfaat dan baik bagi
dirinya dan orang lain (Keraf,1998).

Etika bisnis adalah perwujudan dari nilai-nilai moral. Hal ini disadari oleh
sebagian besar pelaku usaha, karena mereka akan berhasil dalam usaha bisnisnya
jika menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi penegakan etika bisnis penting
artinya dalam menegakkan persaingan usaha sehat yang kondusif.

Berita-berita mengenai pelanggaran etika bisnis mendorong ketertarikan untuk


menelusuri lebih lanjut faktor-faktor yang mendorong dan dampak yang
diakibatkan. Masih banyak fenomena-fenomena dimana beberapa bisnis masih
mengabaikan aspek moral. Banyak perusahaan yang hanya memikirkan
keuntungan, menghindari kerugian, dan kekuatan bersaing sebagai satu-satunya
tujuan dalam menjalankan bisnis sehingga faktor moral atau etika tidak lagi
menjadi pertimbangan.

Keraf dalam Haurisa&Praptiningsih (2014) mengemukakan lima prinsip dalam


etika bisnis yaitu:

1. Prinsip otonomi: kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran


dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain.

2. Prinsip kejujuran: sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis.

3. Prinsip keadilan: bersikap sama secara objektif, rasional, dan dapat


dipertanggungjawabkan.

4. Prinsip saling menguntungkan: tidak ada pihak yang dirugikan dalam bisnis.

5. Prinsip integritas moral: memenuhi standar moralitas.

Prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi indikator untuk perusahaan yang melakukan


usahanya sesuai etika bisnis. Salah satu prinsip yang tidak terpenuhi
mengindikasikan adanya pelanggaran etika bisnis. Bertens (2013) mengemukakan
tiga ukuran moralitas dalam bisnis yang dapat digunakan untuk mengukur sudut
pandang moral dan prinsip integritas moral, yaitu:

1. Hati nurani; Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah baik.
Orang yang mengambil keputusan dengan mengingkari hati nuraninya, secara
tidak langsung dia juga menghancurkan integritas pribadinya
2. Kaidah emas; Kaidah emas berbunyi “hendaklah memperlakukan orang lain
sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan” hal ini berarti, jika seseorang tidak
ingin mendapat perlakuan buruk, maka jangan sampai memperlakukan orang lain
dengan buruk.

3. Penilaian umum; Perilaku bisnis yang oleh masyarakat umum dinilai baik,
berarti bisnis tersebut etis. Namun, jika masyarakat umum menilai bisnis tersebut
tidak baik, berarti bisnis tersebut tidak etis. Hal ini disebut juga audit sosial. Teori
etika membantu dalam menentukan penilaian etis atau tidaknya suatu perilaku.
Alasan benar atau tidaknya perilaku yang dilakukan seseorang dapat didukung
dengan teori etika.

B. TOPIK

Pada tanggal 15 Februari 2018 , BPOM telah membatalkan izin edar Albothyl
setelah ada 38 laporan kasus terkait efek samping serius yang timbul akibat
penggunaan Albothyl, oleh profesional kesehatan. Kasus ini tentunya dianggap
sangat serius karena berkaitan dengan keselamatan pasien. Dalam 38 laporan kasus
tersebut menunjukkan bahwa adanya efek samping Albothyl yang malah
memperparah sariawan yang diderita pasien dan menyebabkan infeksi (noma like
lession).

Perlu diketahui bahwa kualitas dan keamanan setiap produk obat maupun makanan
yang beredar di Indonesia dikontrol oleh BPOM atau disebut juga post-market
surveillance. Post-market surveillance ini biasanya dilakukan dengan cara
sampling (mengambil contoh produk langsung dari pasaran untuk diuji di
laboratorium). Dan cara samplingini bisa dilakukan secara rutin (misalnya
menjelang akhir tahun atau Idul Fitri) maupun secara mendadak jika diduga ada
yang tidak sesuai ketentuan.

Namun tentunya, kontrol tidak hanya dilakukan oleh pihak regulator (dalam hal ini
BPOM dan BBPOM) karena bisa dibayangkan bagaimana repotnya mereka
mengontrol seluruh produk yang beredar di Indonesia beserta seluruh fasilitas
produksinya. Oleh sebab itu, peran industri farmasi, profesional kesehatan di
lapangan dan masyarakat awam juga diperlukan. Caranya? Ya dengan melaporkan
kejadian tidak diinginkan (baik yang serius maupun tidak serius) yang timbul
akibat penggunaan suatu obat atau yang dikenal dengan istilah Farmakovigilans.
Apa lagi tuh?

Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian,


pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan
penggunaan obat. Pelaporan ini sifatnya bisa berupa Pelaporan spontan, Pelaporan
Berkala Pasca Pemasaran (Periodic Safety Update Report), Pelaporan studi
keamanan pasca pemasaran, Pelaporan publikasi/literatur ilmiah, Pelaporan tindak
lanjut regulatori Badan Otoritas negara lain, pelaporan tindak lanjut pemegang izin
edar di negara lain, dan/atau Pelaporan dari perencanaan Manajemen Resiko.

C. ANALISIS

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis
dilihat dari sudut pandang ekonomi yaitu perusahaan di untungkan tetapi banyak
orang yang di rugikan dan perusahaan tidak memenuhi dari prinsip dari etika bisnis
yaiu prinsip kejujuran. Perusahaan tidak terbuka dan memenuhi syarat-syarat
bisnis dan Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan
penggunaan zat berbahaya dalam produknya. Albothyl yang beredar di pasaran
saat ini mengandung zat bernama Policresulen dengan konsentrasi 36%.
Policresulen adalah senyawa asam organik (polymolecular organic acid) yang
diperoleh dari proses kondensasi formalin (formaldehyde) dan senyawa meta-
cresolsulfonic acid. Policresulen yang diaplikasikan pada sariawan akan
menyebabkan jaringan pada sariawan menjadi mati. Itulah alasan kenapa saat
albothyl digunakan pada sariawan akan terasa sangat perih, namun kemudian rasa
perih hilang dan sakit pada sariawan pun tidak lagi terasa. Bagi Anda yang
pengalaman memakai obat ini mungkin akan menyaksikan sendiri sesaat setelah
albothyl digunakan sariawan akan menjadi berwarna putih dan kering. Jadi
sebenarnya policresulen ini tidak mengobati sariawan melainkan mematikan
jaringan yang sakit atau rusak tersebut. Ketika jaringan sariawan sudah mati, maka
tubuh akan melakukan regenerasi sel-sel baru sehingga sariawan menjadi sembuh.
Daftar Pustaka

https://mojok.co/alx/esai/yang-harus-dipahami-dalam-kasus-penarikan-albothyl/

http://scholar.unand.ac.id/21652/2/BAB%20I%20PDF.pdf

https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a87b8a616835f50501363e3/kasus-

albothyl-bukti-berjalannya-farmakovigilans-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai