Anda di halaman 1dari 21

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM PROSES

PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

JURNAL HUKUM

Oleh : Anggi fitria Nainggolan

NIM : 203309010097

Kelas : Hukum 2 Pagi B

Mata Kuliah : Ilmu Perundang Undangan

Dosen : Widodo Ramadhan, S.H., M.H.

Email : anggifnnn@gmail.com

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

JALAN SEKIP SIMPANG SIKAMBING, MEDAN, SUMATERA UTARA

FAKULTAS HUKUM

2021

1
Abstrak
Jurnal ini membahas mengenai perlindungan hukum bagi kurator dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit.
Penulisan Hukum ini dilakukan dengan metode penelitian yuridis normatif. Dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan bagi kurator dalam proses
pengurusan dan pemberesan harta pailit. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
ketika kurator melaksanakan tugasnya tak jarang kurator menemui hambatan-
hambatan baik dari pihak debitor, kreditor, maupun pihak lain yang bersangkutan.
Bahkan tak jarang juga kurator dituntut untuk ganti rugi maupun dilaporkan ke Polisi.
Hal ini disebabkan karena belum adanya undang-undang yang mengatur tentang
perlindungan hukum bagi kurator secara spesifik. Celah ini sering dimanfaatkan oleh
debitor untuk melaporkan kurator kepada pihak yang berwajib. Penelitian ini juga
mengkaji tentang perlawanan apa saja yang dapat digunakan oleh kurator dalam
menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

Kata Kunci: Kepailitan; Perlindungan Hukum; Kurator.

Abstract

This journal discusses the legal protection of curators in carrying out their duties
and responsibilities in the process of managing and insolvent assets. Legal writing is
done by normative juridical research methods. With the aim of knowing how to
protect the curator in the process of managing and going bankrupt the property. The
results of this study explain that when the curator carries out his duties, the curator
encounters obstacles from debtors, creditors, and other parties concerned. Even the
curator is required to provide compensation or report to the police. This is because
there is no law that regulates legal protection for certain curators. This gap is often
used by debtors to report the curator to the authorities. This study also examines
what resistance curators can use in dealing with these obstacles.

Keywords: bankruptcy; Legal protection; Curator

2
A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan dalam menjalankan memperoleh keuntungan sesuai dengan


kegiatan usaha sangat membutuhkan persentase modal yang disertakan
modal. Modal dapat diperoleh dari dalam perusahaan tersebut. Dalam
dalam perusahaan itu sendiri maupun perjanjian utang piutang perusahaan
dari luar perusahaan. Modal dari diwajibkan untuk membayar modal
perusahaan itu sendiri (internal) yang dipinjamnya dalam jangka waktu
misalnya, laba ditahan, dan akumulasi yang telah ditentukan di dalam
penyusutan. Sedangkan modal dari perjanjian utang piutang.
luar (eksternal) adalah modal yang Perjanjian utang piutang
berasal dari pihak-pihak luar menimbulkan hak dan kewajiban para
perusahaan yang diperoleh dari pihak. Pihak-pihak yang dimaksud
kerjasama atau melalui perjanjian adalah perusahaan yang selanjutnya
utang piutang. Modal eksternal disebut sebagai pihak debitor dan
biasanya dapat diperoleh perusahaan pihak luar yang meminjamkan modal
dari bank, koperasi, kreditor, dan pasar yang selanjutnya disebut sebagai
modal. kreditor. Debitor berkewajiban untuk
Modal yang diterima perusahaan membayarkan utangnya kepada
dari pihak luar tidak diterima begitu kreditor dan kreditor berhak menerima
saja, melainkan disertai sebuah pembayaran dari debitor sesuai jangka
perjanjian yang menguntungkan kedua waktu yang ditentukan di dalam
belah pihak. Perjanjian tersebut dapat perjanjian kedua belah pihak.
berupa penyertaan modal (investasi) Kewajiban debitur untuk melunasi
atau perjanjian utang piutang. Investasi utangnya telah dijamin di dalam Pasal
tidak menuntut perusahan untuk 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata
mengembalikan modal yang telah namun dalam realisasinya tidak semua
disertakan tetapi pihak yang menanam debitor bersedia melaksanakannya.
modal berupa investasi berhak Sering sekali debitor tidak mampu

3
melunasi utangnya terhadap kreditor dan menggantikannya dengan
sesuai dengan jangka waktu yang telah mengadakan sitaan bersama, sehingga
ditentukan di dalam perjanjian. kekayaan debitor dapat dibagikan
Kreditor tidak memperoleh haknya kepada semua kreditor sesuai dengan
sesuai dengan perjanjian diantara hak masing-masing.1
mereka. Untuk memperoleh haknya Terhitung sejak tanggal putusan
kreditor dapat menempuh jalur hukum pernyataan pailit ditetapkan maka
antara lain melalui pengajuan kurator berwenang melaksanakan
permohonan pernyataan pailit debitor tugas pengurusan dan pemberesan atas
kepada Pengadilan Niaga. harta pailit, meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan kasasi atau
Pasal 2 ayat (1)
peninjauan kembali.2 Dalam bertugas
Undang-Undang Nomor 37
seringkali banyak hambatan yang
tahun 2004 tentang Kepailitan
ditemui oleh kurator, yaitu saat
dan PKPU menyebutkan bahwa
seorang debitor dinyatakan pailit maka
debitor dapat dinyatakan pailit
hartanya harus berada dalam suatu sita
apabila memenuhi syarat-syarat
umum tetapi banyak debitor yang tidak
yang telah ditentukan sebagai
kooperatif dengan keberadaan kurator
berikut:
untuk pengurusan hartanya. Tidak
1. Debitur mempunyai dua kreditor jarang ditemukan perbuatan-perbuatan
atau lebih, yang dilakukan oleh debitor untuk
2. Tidak membayar sedikitnya satu menyembunyikan harta kekayaannya
utang yang telah jatuh tempo dan agar terhindar dari pengurusan dan
dapat ditagih, pemberesan yang dilakukan oleh
3. Atas permohonannya sendiri kurator atau bahkan mengalihkan
maupun atas permintaan seorang sebagian dari harta kekayaannya
atau lebih kreditornya.
1
Imran nating. Peranan dan tanggungjawab
Kepailitan dimaksudkan untuk kurator dalam pengurusan dan pemberesan
menghindari terjadinya sitaan terpisah harta pailit.(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004) hlm. 9
atau eksekusi terpisah oleh kreditor 2
Rahayu hartini. Hukum Kepailitan. (Malang:
Bayu Media, 2003) hlm. 84.

4
kepada pihak ketiga tanpa hukum perdata dengan hukum pidana
sepengetahuan kurator. Masalah lai demikian memunculkan sebuah dilema
yang dihadapi kurator dalam karena kedua hukum tersebut memiliki
melaksanakan tugas yaitu , ranah masing-masing. Di dalam UU
dilaporkannya kurator kepada instansi No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
kepolisian. Contohnya dalam dan PKPU juga belum ada Pasal-Pasal
pengurusan harta pailit PT. yang mengatur secara mendalam
MERANTI MARITIME yang diputus tentang perlindungan hukum terhadap
pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta kurator.
Pusat dengan putusan pengdilan B. Rumusan Masalah
Nomor: Berdasarkan latar belakang
88/pdt.Sus-PKPU/2015/PN.Niaga, yang telah diuraikan di atas,
JKT Pst. maka pokok-pokok
Permasalahan-permasalahan permasalahan yang akan
seperti yang telah desebutkan diatas dibahas adaalah sebagai
mengakibatkan terhambatnya kinerja berikut:
kurator dalam melakukan pengurusan 1. Bagaimana pengaturan
dan pemberesan harta pailit. Sementara pengurusan dan
kurator dituntut untuk membereskan pemberesan berdasarkan
harta pailit secepat mungkin sehingga Undang-Undang Nomor 37
tidak berlarut-larut. Dengan adanya Tahun 2004 tentang
tuntutan pidana terhadap kurator, maka Kepailitan dan Penundaan
kurator juga tidak dapat melaksanakan Kewajiban Pembayaran
tugas dan tanggungjawabnya dalam Utang?
jangka waktu yang cepat bahkan jika 2. Bagaimana perlindungan
dalam ranah hukum pidana ternyata hukum terhadap kurator
kurator dinyatakan bersalah dan yang diatur dalam Undang-
dipidana penjara maka kurator tidak Undang Nomor 37 Tahun
dapat melanjutkan tugas dan 2004 tentang Kepailitan
tanggungjawabnya. Benturan antara

5
dan Penundaan Kewajiban D. Hasil Penelitian dan
Pembayaran Utang? Pembahasan
C. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang 1.Pengaturan Pengurusan
digunakan dalam penelitian ini adalah dan Pemberesan harta pailit
pendekatan yuridis normatif. di dalam UU No.37 Tahun
Pendekatan yuridis adalah suatu 2004 tentang Kepailitan dan
pendekatan yang mengacu pada PKPU
hukum dan peraturan perundang-
Tahap pengurusan dan
undangan yang berlaku.3 Pendekatan
pemberesan harta pailit
normatif adalah pendekatan yang
merupakan bagian terpenting,
dilakukan dengan cara meneliti bahan
tersulit dan memakan waktu
pustaka atau data sekunder terhadap
dari proses kepailitan seorang
asas-asas hukum serta studi kasus yang
debitor maupun badan hukum
dengan kata lain sering disebut sebagai
(legal entity). Hal ini tercermin
penelitian hukum kepustakaan.4
dari banyaknya jumlah pasal
Pendekatan yuridis normatif adalah
yang mengatur tentang hal-hal
suatu pendekatan yang mengacu pada
yang berkaitan dengan
hukum dan peraturan perundang-
pengurusan harta pailit dalam
undangan yang berlaku.5 Pada
UU Kepailitan dan PKPU yaitu
dasarnya penelitian ini bertujuan untuk
dari 308 (tiga ratus delapan)
mengkaji perlindungan hukum
pasal terdapat 138 (seratus tiga
terhadap kurator dalam menjalankan
puluh delapan) pasal yang
tugas dan tanggungjawabnya.
berkaitan dengan tugas
3
Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi pengurusan dan pemberesan
Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: harta pailit.6
Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 20.
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
6
2004), hlm. 13. Ginting Elyta Ras. Hukum Kepailitan- Buku 3
5
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian pengurusan dan pemberesan. (Jakarta: Sinar
Hukum, (Jakarta: PT Raja, 2003) hlm. 32. Grafika, 2019) hlm.141

6
Putusan pernyataan pailit kepailtan meliputi seluruah harta
mengakibatkan harta kekayaan kekayaan debitor serta segala sesuatu
debitor dimasukkan ke dalam yang diperoleh selama proses
harta pailit. Terhadap harta kepailitan. Harta benda debitor
pailit itu berlaku sita umum dan yangyang dapat digolongkan sebagai
debitor tidak lag berwenang harta pailit tidak hanya berupa benda
untuk mengurus dan berwujud seperi tanah, gedung atau
melakukan perbuatan hukum bangunan atau kendaraan (mobil,
apapun yang menyangkut harta sepeda motor).
kekayaannya tersebut. Tujuan
Sesuai dangan asas
dari pengurusan adalah untuk
integrasi yang dianut oleh UU
menginventarisasi, menjaga,
Kepailitan dan PKPU,
dan memelihara agar harta
ketentuan tentang apa saja yang
pailit tidak berkurang jumlah;
dapat digolongkan sebagai
nilai; dan bahkan bertambah
harta pailit dapat dirujuk dari
dalam jumlah dan nilai. Dari
peraturan perundang-undangan
tujuan pengurusan diatas maka
lainnya yang berlaku di
dapat disimpulkan bahwa objek
Indonesia. Jika dibandingkan
pengurusan adalah harta pailit.
dengan pejelasan Pasal 8 UU
Harta pailit adalah seluruh nomor 10 tahun 1998 tentang
kekayaan debitor baik yang sudah ada Perbankan dan Pasal 1 angka 2,
pada saat pernyataan pailit diucapkan 3, dan 4 Peraturan Bank
oleh majelis hakim pengadilan niaga Indonesia No. 14/15//PBI/2012
serta segala sesuatu yang baru akan tentang Penilaian Aset Bank
diperoleh oleh debitor selama Umum, aset bank digolongkan
berlangsungnya kepailitan7. Pasal 21 dalam 2 (dua) kategori, yaitu
UU Kepailitan menyatakan bahwa aset produktif dan aset non
produktif. Aset produktif
7
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan berwujud kredit, surat
Teori Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana,
2012) hlm 179

7
berharga, penembpatan dana terhadap ketentuan yang
antar bank, tagihan (aksepasi tercantum di dalam Pasal
atau surat berharga yang dibeli
.Pengaturan pemberesan dimuat
dengan janji dijual kembali
di dalam UU No 37 Tahun 2004
atau reverse repurchase
tentang Kepailitan dan PKPU BAB II
agreement) dan lain-lain.
Bagian Ketujuh (Pasal 178- Pasal 203)
Sedangkan aset non produktif
tentang Pemberesan Harta Pailit,
berbentuk agunan (barang
Bagian Kedelapan (Pasal 204- Pasal
jaminan) properti rekening
206) tentang Keadaan Hukum Debitor
antar kantor dan suspense
Setelah Berakhirnya kepailitan, Bagian
account.
Kesembilan (Pasal 207- Pasal 211)
Harta debitor yang tidak tetang Kepailitan Harta Peninggalan,
termasuk harta pailit diatur Bagian Kesepuluh (Pasal 212- Pasal
dalam Pasal 184 ayat (3) UUK- 214) tetang Ketentuan Hukum
PKPU yaitu sekedar perabotan Internasional, Bagian Kesebelas (Pasal
rumah dan perlngkapannya, 215- Pasal 221) tentang Rehabilitasi.
alat-alat medis yang Objek dari proses pemberesan
dipergunakan untuk kesehatan, adalah sama dengan objek pada proses
atau perabot kantor yang pengurusan yaitu harta palit. Pasal 21
ditentukan oleh hakim UU Kepailitan menyatakan bahwa
pengawas. Pengeculian lain kepailtan meliputi seluruh harta
adalah apabila debitor kekayaan debitor serta segala sesuatu
merupakan perusahaan dan yang diperoleh selama proses
diharapkan masih akan tetap kepailitan. Segala sesuatu yang
menjalankan usahanya setelah diperoleh selama proses kepailitan
tindakan pemberesan oleh tidak dibatasi sampai pada pencatatan
kurator. Pasal 22 UUK-PKPU harta pailit, pada prinsipnya proses
juga termasuk pengecualian kepailitan dimulai dari sejak putusan

8
pailit diucapkan hingga kepailitan proses pemberesan atau daftar
berakhir. pembagian harta pailit berlaku
Menurut UUK, berakhirnya kepailitan mengikat sebagaimana dimaksud
adalah dengan terjadinya hal-hal dalam Pasal 202 ayat (1) UUK.
berikut:
Subjek dari pemberesan
1. Apabila kepailitan dicabut oleh
adalah kurator dan diawasi oleh
pengadilan sesuai dengan
hakim pengawas. Sama halnya
ketentuan dan syarat-syarat
dengan pengurusan pihak yang
yang diatur dalam Pasal 18 ayat
berugas dan bertangungjawab
(1) UUK.
dalam proses pemberesan
2. Apabila pengesahan
adalah kurator dan diawasi oleh
perdamaian berkekuatan
hakim pengawas. Kreditor juga
hukum tetap sebagaimana
dapat digolongkan sebagai
diatur dalam Pasal 166 ayat (1)
subjek dalam pemberesan
UUK.
khususnya kreditor separatis,
3. Setelah dilakukannya
karena kreditor separatis
pembresan (semua piutang
memiliki hak parate executie
kreditor telah dicocokkan dan
atas barang jaminan
dibayarkan) atau daftar
piutangnya. Hak tersebut
pembagian harta pailit berlaku
menjadi pembeda yang
mengikat sebagaimana
mendasar antara kreditor
dimaksud dalam Pasal 202 ayat
separatis dengan kreditor
(1) UUK.
lainnya.
Dalam hal kepailitan tidak dicabut oleh
pengadilan sebagaimana dimaksud Pemberesan harta pailit harus

dalam Pasal 18 ayat (1) UUK, tidak dilakukan oleh kurator sesuai dengan

ada perdamaian yang disepakati prosedur yang telah diatur dalam

sebagaimana dimaksud dalam Pasal UUK. Pemberesan harta pailit yang

166 ayat (1) UUK, maka menurut menyimpang dari ketentuan UUK

UUK harta pailit dihitung sampai maupun peraturan hukum lain yang

9
berkaitan yang menmbulkan kerugian, Bila sudah diadakan pembagian
merupakan pernbuatan melawan penutup, ada pembagian yang tadinya
hukum dan kurator dapat dituntut dicadangkan jatuh lagi dalam harta
tanggungjawabnya secara keperdataan pailit atau apabila ternyata ,asih
di pengadilan (Pasal 72 jo Pasal 78 terdapat bagian harta pailit yang
ayat (2) UUK). sewaktu diadakan pemberesan tidak
diketahui maka atas perintah
Ada beberapa tahapan
pengadilan, kurator membereskan dan
yang dilakukan dalam proses
membaginya berdasarkan daftar
pemberesan harta pailit, yaitu:8
pengadilan yang dahulu (Pasal 203

a. Mengusulkan dan melaksanakan UUK-PKPU).

penjualan harta pailit Kurator bertanggungjawab


b. Membuat daftar pembagian terhadap kesalahan dan
c. Membuat daftar perhitungan dan kelalaiannya dalam
pertanggungjawaban pengurusan melaksanakan tugas
dan pemberesan kepailitan pengurusan dan/atau tugas
kepada hakim pengawas. pemberesan harta pailit yang
Kurator wajib memberikan menyebabkan kerugian
pertanggung jawaban mengenai terhadap harta pailit (Pasal 72
pengurusan dan pemberesan yang telah UUK-PKPU).
dilakukannya kepada hakim pengawas
A. Perlindungan Hukum Bagi
paling lama 30(tiga puluh) hari setelah
Kurator terhadap Tuntutan
berakhirnya kepailitan. Semua buku
Hukum dalam Pengurusan dan
dan dokumen mengenai harta pailit
Pemberesan Harta Pailit
wajib diserahkan kepada debitur
dengan tanda bukti penerimaannya. Istilah perlindungan
(Pasal 202 ayat (3) ndan ayat (4) hukum dalam bahasa Inggris
UUK-PKPU). dikenal denga legal protection,
sedangkan dalam bahasa
8
Sunarmi. Hukum Kepailitan. (Medan: USU
Press, 2009) hlm 123 belanda dikenal dengan rechts

10
bescherming. Secara etimologi keadilan, dan juga mencegah
perlindungan hukum terdiri terjadinya kekacauan.
dari dua suku kata yakni
1. Resiko dan Hambatan yang
perlindungan dan hukum.
dihadapi oleh kurator dalam
Dalam Kamus Besar Bahasa
pengurusan dan pemberesan
Indonesia perlindungan
harta pailit
diartikan (1) tempat
berlindung, (2) hal (perbuatan Jika dilihat dari tugas dan
dan sebagainya), (3) proses, wewenang kurator dalam
cara, perbuatan melindungi.9 kepailitan, kurator memiliki
Hukum merupakan peraturan wewenang yang cukup besar
yang berupa sanksi dan norma dalam proses kepailitan.
yang memang sengaja dibuat Kurator berhak mengurus
dengan tujuan mengatur seluruh harta kekayaan debitur
tingkah laku manusia, menjaga pailit dari mulai putusan pailit
ketertiban, keadilan, dan juga diucapkan hingga berakhirnya
mencegah terjadinya kepailitan. Dengan demikian
kekacauan.10 Dari pengertin resiko yang dihadapi kurator
diatas dapat disimpulkan juga cukup besar dalam
bahwa perlindungan hukum melaksanakan tugasnya.
adala hal (perbuatan) yang Kurator bertanggung jawab
dilakukan sesuai dengan norma terhadap kelalaiannya atau
yang berlaku dengan tujuan kesalahan dalam melaksanakan
mengatur tingkah laku tugas pengurusan dan
manusia, menjaga ketertiban, pemberesan harta pailit yang
menyebabkan kerugian
terhadap harta pailit. Kesalahan
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,
https://kbbi.web.id/perlindungan, (diakses tersebut misalnya melakukan
pada tanggal 14 Juni 2021)
10 penjualan atas harta pailit jauh
https://materibelajar.co.id/pengertian-
hukum-dan-tujuan-hukum/, (diakses pada dibawah harga pasar untuk
tanggal 14 Juni 2021)

11
keuntungan pribadi. Atas hambatan-hambatan yang
kesalahan atau kelalaiannya dihadapi. Dalam melaksanakan
kurator dapat dituntut secara tugas pengurusan dan
pidana baik oleh debitor pailit pemberesan harta pailit, kurator
maupun kreditor pailit serta juga menghadapi hambatan-
pihak ketiga lainnya yang hambatan yaitu:
dirugikan oleh tindakan
a. Perlindungan hukum terhadap
kurator.
kurator belum jelas diatur dalam
Adapun resiko-resiko yang UUK-PKPU
dialami oleh kurator dalam b. Tindakan debitor yang tidak
menjalankan tugas pengurusan dan kooperatif
pemberesan harta pailit antara lain: c. Kreditor atau debitor tidak
a. Menghadapi debitor yang tidak memahami Undang-Undang
kooperatif Kepailitan
b. Ancaman dari pihak lain. d. Sulit memperoleh informasi dari
c. Imbalan jasa kurator tidak tepat pihak lain
waktu e. Debitor tidak memiliki harta
d. Hubungan kurator dengan hakim untuk menutupi utang.
pengawas f. Hambatan-hambatan lain
e. Jabatan atau ijin praktek dicabut Perlawanan yang dapat
dilakukan oleh kurator terhadap
Sebuah profesi apapun
debitor pailit yang tidak
bentuknya akan membuat
kooperatif dan bahkan dapat
seseorang semakin berharga,
mengakibatakan kerugian bagi
terlebih lagi apabila profesi
kreditor yaitu actio pauliana
tersebut bermakna bagi
sebagaimana tertulis dalam
kehidupan ornag lain. Akan
Pasal 3 UUK-PKPU dan
tetapi untuk menjalankan suatu
penjelasannya serta pada Pasal
profesi tersebut bukanlah hal
41 dan Pasal 42 UUK-PKPU.
yang mudah dan tentu saja ada

12
Actio pauliana adalah hak yang a. Perbuatan hukum yang
diberikan oleh undang-undang dilakukan oleh debitor sebelum
kepada kreditor (kurator dalam putusan pailit
hal kepailitan) mengajukan b. Perbuatan hukum yang
permohonan kepada pengadilan dilakukan oleh debitor 1 (satu)
untuk pembatalan segala tahun sebelum dinyatakan pailit
perbuatan hukum yang tidak 2. Pengaturan mengenai
diwajibkan untuk dilakukan perlindungan hukum kurator
oleh debitor terhadap harta terhadap tuntutan hukum
kekayaannya yang diketahui
Konsep perlindungan
merugikan kreditor. Misalnya
hukum sendiri secara khusus
dalam kepailitan, tindakan
tercermin dalam Undang-
debitor yang mengetahui akan
Undang Dasar 1945, dimana
dinyatakan pailit melakukan
dalam UUD 1945
perbuatan hukum berupa
mengamanatkan untuk
memindahkan hak atas harta
membrikan perlindungan
kekayaannya kepada pihak lain
hukum tanpa terkecuali.
dan perbuatan tersebut jelas
Hukum dapat dimaknai sebagai
akan merugikan kreditor.
perlindungan hukum
Actio pauliana
kepentingan manusia yang
merupakan perlawanan yang
berbentuk norma dan kaidah.
dapat dilakukan oleh kurator
Kumpulan norma dan kaidah
terhadap debitor pada saat
ini mengandung isi yang
proses pengurusan dan
bersifat umum dan normatif,
pemberesan harta pailit.
umum karena berlaku bagi
Perlawanan ini dapat
setiap orang. Setiap produk
digunakan terhadap:
hukum yang dihasilkan oleh
pemerintah maupun badan
legislatif harus berpedoman

13
pada UUD 1945dan harus peranan AKPI adalah sebagai
mampu memberikan penyelenggara
perlindungan hukum bagi pendidikan/pelatihan calon
setiap insan yang menjadi kurator dan pengawas. Selain
bagian dari Negara Kesatuan itu AKPI juga berperan
Republik Indonesia termasuk sebagai wadah organisasi
bagi Profesi Kurator. profesi calon kurator dan
pengurus, yakni memberikan
Perlindungan hukum
rekomendasi dan memberikan
khususnya bagi kurator
tanda keanggotaan bagi calon
tercantum dalam beberapa
kurator dan pengurus yang
pengaturan yakni: etika profesi
mendaftar pada Departemen
kurator; Undang-Undang No.
Hukum dan Hak Asasi
37 Tahun 2004 tentang
Manusia. Hal ini dilaksanakan
kepailitan dan penundaan
untuk memenuhi ketentuan
kewajiban pembayaran utang;
Pasal 3 huruf e dan huruf f
Pasal 50 Kitab Undang-Undang
Peraturan Menteri Hukum dan
Hukum Pidana. Pengaturan
Hak Asasi Manusia Republik
perlindungan tersebut akan
Indonesia Nomor M.01-
dibahas lebih mendalam
HT.05.09.10 tahun 2005
sebagai berikut.
tentang pendaftaran kurato dan
a. Etika Profesi Kurator pengurus.11 Peraturan mengenai

Di Indonesia yang kode etik profesi kurator

memiliki peran membuat serta Indonesia dimuat di dalam

melaksanakan etika profesi Kode Etik Profesi Asosiasi

kurator adalah Asosiasi Kurator Kurator dan Pengurus

dan Pengurus Indonesia Indonesia.12

(AKPI) . AKPI mempunyai 11


Kutipan dari sambutan ketua umum AKPI
peranan penting bagi kurator 12
Muhammad Ismak. Direktori asosisasi
kurator dan pengurus indonesia. (Jakarta:
dan calon kurator. Salah satu AKPI, 2009) hlm 3

14
Kode Etik Profesi Asosiasi yang wajib dijunjung tinggi
Kurator dan Pengurus oleh setiap anggota. Pihak yang
Indonesia memberikan arahan bewenang untuk mengawasi
standart praktek dan terselenggaranya aturan
profesionalisme yang dituntut mengenai kode etik profesi
dari anggota dalam penunjukan kurator ini adalaolah dewan
dan pelaksanaan tugas sebagai kehormatan (selanjutya disebut
kurator atau pengurus dalam Dewan). Dewan adalah suatu
kepailitan dan penundaan badan hukum yang anggota-
kewajiban pembayaran utang. anggotanya diangkat oleh rapat
Perbuatan atau sikap yang anggota asosiasi dan bertugas
bertentangan dengan kode etik mengawasi dan menegakkan
profesi dapat dikenakan sanksi ketaatan anggota terhadap kode
berdasarkan Anggaran Dasar etik profesi.13
Asosiasi dan Kode Etik Profesi.
a. Prinsip independensi,
Kode etik profesi berisi tentang
b. Benturan kepentingan,
prinsip etika profesi dan atura
c. Tindakan sehubungan dengan
etika profesional.
harta pailit,
Pengertian perilaku d. Tanggung jawab profesi,
profesional menurut kode etik e. Kepentingan masyarakat
AKPI diatur dalam Pasal 1 umum,
kode etik AKPI yang f. Integritas,
menyebutkan aturan berlaku g. Objektifitas,
profesional adalah pola sikap h. Perilaku profesional,
perilaku kurator dan pengurus i. Standar profesi.
dalam melaksanakan tugas dan
Di Indonesia ada 3 (tiga)
pengabdiannya dalam rangka
organisasi kurator yaitu; Ikatan
kepailitan dan penundaan
Kurator dan Pengurus
kewajiban pembayaran utang
13
Ibid., hlm 5

15
Indonesia (IKPI); Asosiasi kurator, perlindunga itu
Kurator dan Pengurus diberikan dalam bentuk
Indonesia (AKPI); dan pendampingan bagi kurator
Himpunan Kurator dan yang digugat maupun
Pengurus Indonesia (HKPI). dilaporkan oleh debitor pailit
Pada prinsipnya ada atau kreditor secara cuma-
perlindungan hukum bagi cuma.15
setiap anggota organisasi
b. UU No.37 Tahun 2004 tentang
tersebut tetapi masih
Kepailitan dan Penundaan
menggunakan mekanisme
Kewajiban Pembayaran Utang
melalui lembaga Dewan
Kehormatan, jadi apabila ada Selain lemah melindungi
yang merasa dirugikan dan debitor dari putusan kepailitan,
ingin meminta bantuan hukum UUK-PKPU juga dirasa belum
dapat melakukan permohonan berpihak kepada profesi
melalui Dewan Kehormatan kurator. Karena sesuai dengan
dan selama ini sara tersebu UUK-PKPU tugas dan
jarang digunakan oleh tanggung jawab seorang
kurator.14 kurator sangat besar dengan
kata lain profesi kurator
Kode etik AKPI Pasal 5
memiliki peranan yang sangat
menyebutkan bahwa AKPI
penting dalam proses
wajib memberikan
kepailitan, khususnya dalam
perlindungan dalam hal
proses pengurusan dan
terjadinya ketidakadilan
pemberesan. Namun
terhadap anggota sehubungan
pengaturan perlindungan
dengan pekerjaannya sebagai
hukum terhadap profesi kurator
14
Novitasari, Tata Wijayanta, Volume 1 Issue
2, Perlindungan Hukum Terhadap di dalam UUK-PKPU tidak
Independensi Kurator dalam Mengurus dan
sebanding dengan tugas dan
Membereskan Harta Pailit, Facultiy of Law,
Lambung Mangkurat University, Banjarmasin,
2016 15
Ibid.

16
tanggung jawab serta resiko untuk bertanggung jawab dan
yang dihadapi oleh kurator ganti rugi atas kerugian yang
dalam melaksanakan tugasnya. dialami oleh pihak-pihak yang
terkait. Masalah lain yang
Kurator dituntut untuk
dihadapi kurator dalam
mengurus dan membereskan
melaksanakan tugas yaitu,
harta pailit termasuk berusaha
kurator dilaporkan oleh debitor
untuk meningkatkan nilai dari
pailit kepada instansi
harta pailit. Dalam proses ini
kepolisian. Hal ini
banyak debitor yang tidak
menunjukkan perlindungan
kooperatif bahkan mempersulit
hukum terhadap kurator masih
kurator dalam melaksanakan
sangat lemah.
tugas pengurusan dan
pemberesan. Tak jarang debitor Perlindungan hukum bagi
melarikan diri, menggelapkan kurator berdasakan UU
kekayaan, menyembunyikan, Kepailitan dan PKPU yaitu,
mengalihkan atau menjual debitor tidak dapat
boedel pailit tanpa menghalangi ataupun
sepengetahuan kurator. Atas melakukan tindakan-tindakan
tindakan debitor tersebut, penolakan terhadap kehadiran
apabila kurator tidak mampu kurator yang bertugas, karena
untuk membuktikan maka yang kewenangan untuk melakukan
bertanggung jawab adalah pengurusan dan pemberesan
kurator sendiri, karena yang oleh kurator adalah untuk
berwewenang dalam melaksanakan tugas dan
pengurusan dan pemberesan kewenangnnya yang telah
harta pailit adalah kurator. diatur dala Pasal 24 UU
Dengan alasan bahwa kurator Kepailitan dan PKPU.
tidak bekerja dengan maksimal
c. KUHP
kreditur dapat menuntut kurator

17
Berkaitan dengan tugas Pengurusan dan pemberesan
kurator berdasarkan tugas diatur secara spesifik di dalam
kurator berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 37
yang dijelaskan dalam Pasal 50 Tahun 2004 tentang Kepailitan
KUHP sebagaimana dan Penundaan Kewajiban
disebutkan di atas menjadi Pembayaran Utang.
dasar terhadap terjaminnya Pengurusan dan pemberesan
pelaksanaan tugas dari kurator adalah proses dalam kepailitan
sebagai pejabat yang diangkat yang sangat krusial walaupun
dan ditugaskan oleh pengadilan dalam hal penentuan seseorang
untuk melaksanakan ketentuan atau badan hukum dapat
undang-undang dan sepanjang dipailitkan hanya dengan
melakukan tugas dan menggunakan pembuktian
kewenangan tugas yang sederhana.
diperintahkan oleh undang-
Pengaturan pengurusan di
undang dalam hal ini yaitu UU
dalam UUK dan PKPU secara
Kepailitan dan PKPU, maka
sistematis diatur pada BAB II
tidak ada alasan untuk
Bagian Ketiga (Pasal 65- Pasal
dipidana.
92) tentang Pengurusan Harta
Paili yang memuat 5 (lima)
E. KESIMPULAN DAN paragraf, Bagian Keempat
SARAN (Pasal 93- Pasal 112) tentang
A. Kesimpulan Tindakan Setelah Pernyataan
Pailit dan Tugas Kurator,
Pengurusan dan
Bagian Kelima (Pasal 113-
pemberesan adalah proses
Pasal 143) tentang Pencocokan
dalam kepailitan yang
Piutang, dan Bagian Keenam
dilaksanakan setelah putusan
(Pasal 144- Pasal 177) tentang
pernyataan pailit diucapkan
Perdamaian.
oleh pengadilan niaga.

18
Pengaturan pemberesan pelaporan kepada pihak
dimuat di dalam UU No 37 berwajib juga sering terjadi.
Tahun 2004 tentang Kepailitan Hal ini terjadi karena masih
dan PKPU BAB II Bagian kurangnya pemahaman
Ketujuh (Pasal 178- Pasal 203) masyaratkat terhadap profesi
tentang Pemberesan Harta kurator.
Pailit, Bagian Kedelapan (Pasal
Dengan tugas dan
204- Pasal 206) tentang
tanggungjawab yang sangat
Keadaan Hukum Debitor
besar serta resiko yang besar
Setelah Berakhirnya kepailitan,
juga seharusnya profesi kurator
Bagian Kesembilan (Pasal 207-
dilindungi hukum dalam
Pasal 211) tetang Kepailitan
menjalankan tugasnya.
Harta Peninggalan, Bagian
Namum pada kenyataanya
Kesepuluh (Pasal 212- Pasal
pelindungan hukum terhadap
214) tetang Ketentuan Hukum
kurator masih belum ada
Internasional, Bagian
peraturan perundang-undangan
Kesebelas (Pasal 215- Pasal
yang mengatur secara spesifik.
221) tentang Rehabilitasi.
Termasuk di dalam UUK-
Dalam melaksanakan PKPU. Sebagai profesi yang
tugasnya, kurator tak jarang melaksanakan amanat undang-
menemukan hambatan- undang sesuai dengan
hambatan dan rintangan yang ketentuan Pasal 50 disebutkan
mempersulit bahkan merugikan bahwa barang siapa (termasuk
kurator. Hambatan-hambatan profesi) yang melaksanakan
itu berupa tindakan tidak undang-undang tidak dapat
kooperatif dari pihak debitor, dipidana. Maka profesi kurator
tuntutan-tuntutan baik dari juga berhak untuk dilindungi
debitor maupun kreditor oleh undang-undang.
terhadap kurator, bahkan

19
Secara implisit UU No. 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang belum ada
mengatur mengenai
perlindungn hukum terhadap
kurator tetapi kebebasan
seorang kurator bertindak
dalam proses pengurusan dan
pemberesan menurut saya
sudah termasuk perlindungan
hukum terhadap kurator.

B. Saran

Sudah seharusnya
pelindungan hukum bagi
kurator diatur dan diundangkan
secara spesifik, sehingga
independensi kurator tidak
dapat dipengaruhi oleh pihak-
pihak tertentu. Kurator juga
tidak akan ragu dalam
melaksanakan tugas dan
tangungjawabnya apabila
sudah ada pengaturan yang
spesifik tentang perlindungan
hukum terhadap profesinya

20
DAFTAR PUSTAKA

Ginting Elyta Ras. Hukum Kepailitan- Buku 3 pengurusan dan pemberesan.


(Jakarta: Sinar Grafika, 2019)
Hartini Rahayu. Hukum Kepailitan. (Malang: Bayu Media, 2003)
Ilham Mughnifar, https://materibelajar.co.id/pengertian-hukum-dan-tujuan-
hukum/, (diakses pada tanggal 7 Juni 2021)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, https://kbbi.web.id/perlindungan,
(diakses pada tanggal 12 Juni 2021)
Kutipan dari sambutan ketua umum AKPI
Muhammad Ismak. Direktori asosisasi kurator dan pengurus indonesia. (Jakarta:
AKPI, 2009)
Novitasari, Tata Wijayanta, Volume 1 Issue 2, Perlindungan Hukum Terhadap
Independensi Kurator dalam Mengurus dan Membereskan Harta Pailit,
Facultiy of Law, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin, 2016
Sjahdeini Sutan Remy, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, (Jakarta:
Kencana, 2012)
Soekanto Soerjono, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Soemitro Rino Hanitjo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1982)

21

Anda mungkin juga menyukai