Anda di halaman 1dari 208

Istilah dan Pengertian Hukum Investasi

Hukum Investasi Adalah Norma-Norma Hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan


dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang terpenting
mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahtraan rakyat.

Norma Hukum tersebut meliputi penanaman investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan


dan kesejahtraan rakyat.
Menurut T. Mulya Lubis Hukum Investasi tidak hanya UU, tetapi di dalam hukum dan aturan
lain yang di!erlakukan !erikutnya yang terkait dengan masalah-masalah investasi asing.

Menurut Budi sutrisno dan & Salim HS, Hukum Investasi adalah keseluruhan kaidah hukum
yang mengatur hu!ungan antara investor dengan penerima modal, bidang-bidang usaha
yang ter!uka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam
melakukan investasi dalam suatu negara.

 Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan dating sebagai kompensasi secaraprofesional atas penundaan konsumsi,
dampak inflasi dan resiko yang ditanggung.  Keputusan investasi dapat dilakukan
individu, dari investasitersebut yang dapat berupa capital gain/loss dan yield.
Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik  (real asset) dan
investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik adalah aset yangmempunyai
wujud secara fisik,  sedangkan asset finansial adalah surat-surat berharga yang pada
umumnya adalah klaim atau aktivariel dari suatu entitas.
 Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untukmendapatkan kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai
kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan padasaat ini dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
 Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
 Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
 Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri. 
Terakhir diperbaharui: Wednesday, 14 October 2020, 22:07

PEMBUKUAAN KULIAH TENTANG KONTRAK


PERKULIAHAN
PEMBUKUAAN KULIAH TENTANG KONTRAK PERKULIAHAN

KONTRAK PERKULIAHAN Tata Tertib Kelas Toleransi keterlambatan 15 Menit

        Mahasiswa wajib input presensi dengan menggunakan RFID HP dalam


off/Silent/Mute/Vibrate Tugas dikumpulkan harus tepat waktu. Tugas hasil plagiarisme,
maka dinilai nol (0). Wajib menjaga kebersihan dan ketenangan kelas dan dilarang makan,
minum, merokok, menggunakan headset, dsb. Berlaku peraturan akademik Tel-U (seperti :
seragam, dll)

KONTRAK PERKULIAHAN Aturan Assessment : Aturan Treatment

        Mahasiswa terdaftar sebagai peserta kelas Kehadiran minimum 75% Mahasiswa wajib
mengikuti assessment sesuai dengan jadwal yang ditentukan dosen pembina Tidak ada
assessment susulan, kecuali bagi mahasiswa yang sakit dan menunjukkan surat keterangan
dari dokter Aturan Treatment Dilakukan min 2x pasca Assessment 1 dan Assessment 2 bagi
mahasiswa dengan kehadiran min 75% Treatment untuk mendapatkan nilai maksimum 60
Mahasiswa sudah pernah mengikuti Assessment sesuai jadwal
BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI

       Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dengan


menggunakan simbol-simbol, gambar, kata-kata, tulisan dan lain-lain. • Proses transmisi
itulah yang disebut komunikasi. Berkomunikasi berarti menyampaikan pesan kepada orang
lain untuk ditanggapi. • Agar tanggapan sesuai dengan harapan, penggunaan bahasa harus
disusun secara runut dan nalar sehingga penerima dapat menanggapi isi pesan dengan
benar.

       Komunikasi membentuk dunia sekeliling bagi individu. • Komunikasi menetapkan


kedudukan individu sendiri dlm hubungan dengan orang lain. • Komunikasi membantu
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Komunikasi merupakan suatu
proses, baik dilakukan secara langsung atau tidak langsung (menggunakan alat).

        Ingatkah Anda dengan pernyataan ini: Kami poetera dan poeteri Indonesia Mengakoe
bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

        
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:28

IDENTITAS MATA KULIAH


IDENTITAS MATA KULIAH

          Mekanisme penyusunan dan presentasi tugas individu: • Tugas individu


dipresentasikan sesuai jadwal yang disepakati • Tugas individu ditik 1.5 spasi dengan jumlah
halaman 10-20 halaman disertai tampilan untuk presentasi • Materi presentasi dicopy
sebanyak jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Perencanaan Pendidikan Islam.

        Tugas individu yang telah dipresentasikan, disempurnakan kembali sesuai masukan


diskusi kelas Penyerahan tugas individu yang diperbaiki, paling lambat pada saat UAS
disertai soft copynya • Bagi mahasiswa yang ingin mengkompilasi soft copy tugas individu
yang telah diperbaiki, dapat menghubungi Tata Usaha.

      Pengertian, urgensi dan ruang lingkup perencanaan pendidikan Islam Topik ini


membahas: • Konsep perencanaan pendidikan Islam • Strategi perencanaan pendidikan
Islam Penyaji: Agus Kosasih Rizal Dalil Suyudi

        Proses perencanaan pendidikan Islam Topik ini membahas proses perencanaan


pendidikan Islam, meliputi: • Identifikasi masalah • Konseptualisasi dan rancangan rencana •
Evaluasi rencana • Spesifikasi rencana • Implementasi rencana • Monitoring dan evaluasi
rencana Penyaji: Siti Zulfa Tuhfa Sayidah Rifqoh Riri Suprihatin.

Kompetansi Dasar Mahasiswa memahami konsep dasar penilaian kelas

1. Mahasiswa dapat memahami prosedur penilaian dan teknik penilaian


2. Mahasiswa dapat memahami syarat tes dan alat penilaian yang baik
3. Mahasiswa dapat membuat kisis-kisi soal dan instrumen
4. Mahasiswa dapat menyusun butir soal dan instrument bentuk non tes
5. Mahasiswa dapat menganalisis soal dan memperbaikinya
6. Mahasiswa dapat mengolah sor ujian menjadi nilai
7. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil penilaian

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Organisasi Materi Pertemuan Ke Kemampuan Akhir yang Diharapkan Indikator :

1. Kontrak Kuliah Tersampaikan kontrak kuliah,dan Kesepakatan kontrak perkuliahan


2. Memahami konsep dasar penilaian kelas
3. Memahami prosedur penilaian dan teknik penilaian
4. Menjelaskan pengertian penialaian non tes
5. Memahami syarat tes dan alat penilaian yang baik

Bahan Bacaan/Referensi
       Sumber bacaan matakuliah ini dapat diperoleh dari buku ajar, buku-buku evaluasi
pendidikan dalam referensi, internet, koran, jurnal hasil penelitian maupun dari yang lain.

Strategi Perkuliahan

        Strategi perkuliahan dilakukan dengan menggunakan cooperative learning. Dalam hal
ini mahasiswa diharapkan menyampaikan ide baik berupa pendapat individu atau
kelompok. Metode ceramah juga diperlukan untuk memberikan informasi pada saat
mengawali dan mengakhiri perkuliahan, sehingga kerangka perkuliahan dapat dipahami
mahasiswa. Demikian pula metode penugasan penting untuk dilakukan supaya masing-
masing kompetensi dasar dapat dicapai secara efisien dan efektif dan selanjutnya
mahasiswa melakukan persentasi dan menyatakan dalam laporan.

Pelaksanaan Assesmen Berdasarkan hasil kerja mahasiswa dalam bentuk makalah yang


berisi penjabaran kompetensi dasar, indikator dan pokok bahasan/sub pokok bahasan,
resume makalah dibuat peta konsep (mind map) dan power point untuk presentasi
kelompok. Dosen mengoreksi hasil pekerjaan mahasiswa, dan hasil koreksi dikembalikan
pada mahasiswa untuk diperbaiki. Dosen merekam hasil revisi pada masing-masing
kelompok

FORMAT RANCANGAN TUGAS


Mahasiswa secara kelompok membuat makalah Penjelasan Tugas: Tugas diketik dalam kerta
A4 Jumlah Halaman minimal 10 lembar Tugas diketik degan huruf time News Roman 12
4Tugas berbentuk Makalah dan Power Point Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
(Penilaian berdasarkan pada kriteria dalam rubrik) Memperbaiki makalah sesuai hasil diskusi
kelas Mengumpulkan hasil perbaikan tugas kepada Dosen pengampu Mata Kuliah
(Laporan).

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:38

SASARAN PEMBELAJARAN
SASARAN PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan Hakekat Belajar Dan Pembelajaran Prinsip-prinsip Belajar


       Motivasi Belajar Pendekatan Pembelajaran Teknik Pembelajaran/Pengorganisasian
Siswa Belajar Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran Masalah-masalah Belajar

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


       Hakekat Belajar dan Pembelajaran Hakekat Belajar Pengertian belajar Ciri-ciri belajar
Teori-teori belajar Tujuan belajar Hakekat Pembelajaran Pengertian pembelajaran Proses
pembelajaran

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


       Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar Implikasi prinsip belajar bagi siswa Implikasi
prinsip belajar bagi guru Motivasi Belajar Pengertian motivasi belajar Jenis motivasi belajar
Fungsi motivasi Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Upaya guru
meningkatkan motivasi belajar siswa

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


        Pendekatan Pembelajaran Pendekatan CBSA Pendekatan Active Learning Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) Teknik
Pembelajaran/Pengorganisasian Siswa Belajar Pembelajaran secara klasikal Pembelajaran
secara kelompok Pembelajaran secara individual

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


        Evaluasi Belajar dan Pembelajaran Evaluasi Pengertian evaluasi Kedudukan evaluasi
dalam proses pendidikan Syarat umum evaluasi Evaluasi hasil belajar Fungsi dan tujuan
evaluasi hasil belajar Sasaran evaluasi hasil belajar Prosedur evaluasi hasil belajar Evaluasi
pembelajaran Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran Sasaran evaluasi pembelajaran
Prosedur evaluasi pembelajaran

Pokok dan Sub Pokok Bahasan


         Masalah-masalah Belajar Jenis masalah belajar Faktor penyebab masalah belajar Cara
mengidentifikasi masalah belajar siswa Upaya membantu penyelesaian masalah belajar

PENGERTIAN BELAJAR

       Belajar adalah proses memperoleh perubahan tingkah laku, dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kognitif: pengetahuan Afektif: nilai dan sikap : jujur, disiplin, empati,
tanggungjawab, kerjasama, dsb. Psikomotor : keterampilan

CIRI-CIRI BELAJAR
       Terjadi perubahan dalam tingkah laku: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan
bersifat tetap atau relatif tetap. Perubahan merupakan hasil pengalaman atau latihan.

TEORI- TEORI BELAJAR

  Behaviorisme
 Kognitivisme
 Humanistik
 Sibernetik      

Jelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang dimaksud dengan belajar


        Jelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang dimaksud dengan belajar. Berikan
contohnya! Jelaskan apa saja yang akan didapatkan seorang siswa setelah mengalami
proses pembelajaran. Berikan contoh! Jelaskan teori belajar manakah yang diterapkan
dalam pembelajaran di Indonesia! Dalam pembelajaran guru menggunakan media dan
sumber belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran. Jelaskan media dan sumber
belajar termasuk pada bagian mana dalam proses pembelajaran.

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
        Perhatian dan motivasi Keaktifan Keterlibatan langsung/berpengalaman Pengulangan
Tantangan Balikan dan Penguatan Perbedaan Individual

Keaktifan Bertanya saat tidak paham


       Mencari sumber informasi yang dibutuhkan Menganalisis hasil percobaan Membuat
karya tulis ilmiah Membuat kliping Menulis yang dijelaskan guru Keaktifan. Membaca puisi
di depan kelas Melakukan percobaan Berdiskusi membuat laporan Praktek olahraga Praktek
IPA Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Perhatian dan Motivasi


       Menggunakan metode secara bervariasi Menggunakan media sesuai dengan tujuan
belajar dan materi yang diajarkan Menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton Memilih
bahan ajar sesuai minat siswa Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai
siswa Mengkoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberi
tahukan hasilnya kepada siswa Memberikan pujian verbal ataupun non-verbal terhadap
siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan Memberitahukan nilai
guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa

Keaktifan Menggunakan multimetode dan multimedia


        Memberikan tugas secara individual ataupun kelompok Memberikan kesempatan
kepada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggotakan tidak lebih
dari 3 orang) Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang
kurang jelas Mengadakan tanya jawab dan diskusi

Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
        Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual
dan kelompok kecil Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dari pada dengan
demonstrasi Menggunakan media yang langsung dipakai oleh siswa Memberikan tugas
kepada siswa mempraktekkan gerakan psikomotor yang dicontohkan Melibatkan siswa
mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah Melibatkan
siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Pengulangan Merancang pelaksanaan pengulangan
      Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan Mengembangkan pertunjuk kegiatan
psikomotorik yang harus diulang Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi

Balikan dan Penguatan


       Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah
dijawab siswa secara benar ataupun salah Mengkoreksi pekerjaan rumah siswa Memberikan
catatan-catatan terhdap hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping pekerjaan
rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembahasan Membagikan
lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-
catatan bagi siswa Mengumumkan peringkat yang diraih siswa berdasarkan skor yang
dicapai dalam tes Memberikan anggukan atau acungan jempol kepada siswa yang
menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru Memberikan hadiah kepada siswa
yang berhasil menyelesaikan tugas.
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:45

DESKRIPSI MATA KULIAH


DESKRIPSI MATA KULIAH

Deskripsi Mata Kuliah

        Materi mata kulian Hukum investasi dan pasar modal, mencakup: Hukum Pasar Modal
di Indonesia, Dasar Hukum dan Teori-teori Hukum yang berkaitan dengan Kegiatan Pasar
Modal, Instrumen-instumen dalam kegiatan bursa efek,Initial Public Offering (IPO)dalam
kegiatan bursa efek, Independensi Badan Otoritas Jasa Keuangan dalam kegiatan pasar
modal, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Pasar Modal, Globalisasi dan Investa, Perizinan
dan Pengembangan dalam Penanaman Modal Soal-soal Latihan/Tugas terkait dengan
perbandingan dan perizinan, Penanaman Modal Asing dalam prespektif
perbandingan,Tugas terkait dengan penyelesaian sengketa direct invesmentdan indirect
investment danPenyelesaian Sengketa Investasi dan Pasar Modal.

StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar

 Mahasiswa memiliki pengetahuan normatif dan teknis tentang hukum investasi dan
pasar modal.
 Mahasiswa memiliki kemampuan keilmuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
memecahkan masalah-masalah hukum investasi dan pasar modal, baik dalam rangka
penguasaan maupun pengembangan hukum investasi;
 Mahasiswa memiliki kemampuan terapan untuk mengidentifikasi konstruksi norma
hukum investasi dan pasar modal, penerapan hukum dalam penyelenggaraan
investasi dan masalah-masalah hukum investasidan cara penyelesaiannya.

Strategi Perkuliahan

1. Mengembangkan kelas yang tenang, ramah, segar, akrab, dan bertatakrama dalam
rangka menjadikan kelas sebagai tempat belajar yang membangun semangat dan
keinginan belajar, menjamin kebebasan berfikir, menjamin ketersediaan waktu untuk
berlatih berfikir dan menggunakan fikiran.
2. Menggunakan model untuk membuat mahasiswa secara aktif dan penuh berlajar
berfikir, melatih cara berfikir, dan melatih cara menggunakan fikiran menurut
kaedah-kaedah nalar keilmuan ilmu hukum dalam rangka pengembangan kebebasan
berfikir dan kecerdasan (kecepatan, keteraturan, dan ketepatan) mahasiswa;
3. Memungkinkan mahasiswa melakukan penelusuran seluas-luasnya, selengkap-
lengkapnya, dan sedalam-dalamnya, dalam rangka pengembangan keyakinan dan
percaya diri mahasiswa akan standar, kesetaraan, dan kelengkapan pengetahuan
yang dimilikinya.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 21:43

SEJARAH HUKUM INVESTASI


Dalam sejarah investasi, terdapat tiga gelombang atau periodesasi investasi, yaitu periode
kolonialisme kuno, periode imperialisme baru, dan periode tahun 1960-an. Berikut adalah
ketiga periode investasi tersebut :

1. Periode Kolonialisme Kuno


Periode kolonialisme kuno dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18. Periode ini ditandai
dengan pendirian perusahaan-perusahaan oleh Spanyol, Belanda, dan Inggris yang
mendirikan tambang-tambang dan perkebunan di beberapa negara jajahan di Asia dengan
cara merampas dan mengeksploitasi sumber- sumber alam dan kekayaan penduduk
jajahan.

2. Periode Imperialisme Baru


Periode imperialisme baru dimulai pada abad ke-19. Negara-negara di Afrika, di Asia
Tenggara dan beberapa Negara lainnya “terbelenggu” dalam sistem penjajahan. Investasi
negara-negara Eropa di beberapa fasilitas perkebunan, jalan-jalan dan pusat-pusat kota
pada waktu itu telah menciptakan suatu infrastruktur yang penting bagi negara-negara
jajahan tersebut.
3. Periode Investasi Tahun 1960-an
Periode investasi tahun 1960-an dimulai ketika negara-negara sedang berkembang
memperkenalkan strategi substitusi impor sebagai cara yang dianggap tercepat untuk
menuju indutrialisasi. Melalui penerapan halanganrintangan perdagangan yang ketat dan
kebijaksanaan pajak, negara- negara tersebut “memaksa” perusahaan-perusahaan
multinasional Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya untuk mendirikan cabang-
cabang manufaktur di negara-negara berkembang tersebut. Arus investasi dari negara-
negara maju ke negara-negara berkembang akan terus berlanjut dan meningkat.
Disepakatinya Agreement on Trade Investment Measures TRIMS dalam GATT putaran
Uruguay 1994 merupakan tanda akan terjadinya arus investasi raksasa di masa-masa
mendatang. Adapun sejarah perkembangan investasi di Indonesia dibagi mejadi tiga
periode, yaitu pada masa awal kemerdekaan 1945-1965, pada masa Orde Baru, dan masa
orde Reformasi.
Pada masa awal kemerdekaan atau masa Orde Lama 1945-1965, arus investasi ke Indonesia
menjadi tidak ada. Hal tersebut dikarenakan semua perusahaan telah dinasionalisasi untuk
kepentingan nasional. Momentum awal mengalirnya investasi ke Indonesia dimulai pada
masa Orde Baru 1967-1997. Masa ini ditandai dengan telah diundangkannya Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang- undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Keberadaan kedua
instrumen hukum tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada pemodal asing
dan domestik untuk menanamkan investasinya  di Indonesia. Investasi yang pertama msuk
ke Indonesia, terutama investasi asing adalah Perusahaan Phillips dari Belanda.
Merek dagang lampu Philips pada masa itu sangat terkenal di Indonesia sehingga mereka
memiliki alasan yang kuat untuk masuk ke Indonesia. Lalu, modal asing yang kedua masuk
ke Indonesia adalah PT. Freeport Indonesia. Investasi yang ditanamkan dalam perusahaan
ini adalah di bidang pertambangan. Pada masa Orde Baru ini, arus investasi menjadi
meningkat. Pada masa Orde Reformasi 1998-2004, arus investasi ke Indonesia mengalami
penurunan. Ini terbukti jumlah investasi yang masuk sangat sedikit. Tahun 1997 menjadi
awal bagi pertumbuhan negatif investasi asing. Kemudian tahun 1999 menorehkan catatan
buruk bagi investasi dengan terjadinya defisit investasi yang terus berlanjut hingga tahun
2003.
Dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya, aliran investasi yang masuk ke
Indonesia sangat minim, sedangkan negara lain masih menikmati aliran investasi asing yang
positif kendati terimbas krisis. Faktor penyebab utama rendahnya investasi yang masuk ke
Indonesia adalah adanya anggapan dari para investor bahwa Indonesia merupakan negara
yang belum aman dalam menanamkan investasinya karena belum stabilnya kondisi bangsa
Indonesia.
Terakhir diperbaharui: Tuesday, 16 March 2021, 16:20

Teori-Teori Hukum Investasi dan Penanaman Modal


Pada dasarnya, negara-negara sedang berkembang sangat membutuhkan investasi,
khususnya investasi asing. Tujuan investasi adalah mempercepat laju pembangunan di
negara tersebut. Pada umumnya yang memiliki modal atau investasi adalah negara-negara
maju. Pertanyaannya mengapa negara-negara maju menanamkan modalnya di negara-
negara berkembang. Teori yang menganalisis faktor penyebab negara maju menanamkan
investasinya di negara berkembang adalah:

The Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory Vertical Integration, The
Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh Raymond
Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing secara langsung
(foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang merupakan usaha ekspansi
awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti Amerika dengan mendirikan
pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di negara lain. Hubungan antara induk
perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau
serupa di negara lain disebut investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle
Theory  ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga
fase yaitu: pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga,
fase pematangan atau fase standardisasi. Setiap fase tipe perekonomian negara mempunyai
keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative advantage di dalam
memproduksi barang-barang atau komponen produksinya Selama fase ini perusahaan-
perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati posisi monopoli karena kemampuan
teknologinya belum tersaingi. Fase kedua proses manufacturing dan tempat produksi di luar
negeri yang kemasukan aliran modal asing. Fase ketiga standarisasi
proses manufacturing memungkinkan peralihan lokasi produksi ke negara berkembang
terutama negara-negara industri baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai
keunggulan tingkat upah rendah.

The Product Cycle Theory membantu menjelaskan bahwa perusahaan multinasional dan


persaingan oligopoli, perkembangan dan penyebaran teknologi industri merupakan unsur-
unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi aktivitas
ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi perusahaan yang
mengimplementasikan perdagangan dan produksi di luar negeri. The Industrial
Organization Theory Vertical Integration atau Teori Organisasi Industri Integrasi Vertikal,
teori ini cocok diterapkan pada new multinationalism country atau negara multinasionalisme
baru dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi barang di beberapa
pabrik yang menjadi input bagi pabrik-pabrik lain dan suatu perusahaan yang sejenis.
Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman bahwa biaya-biaya untuk bisnis di luar negeni
dengan investasi baik direct ataupun indirect harus mencakup biaya-biaya lain yang dipikul
perusahaan lebih banyak dan pada biaya-biaya yang diperuntukkan hanya untuk rsekadan
mengekspor barang dari pabnik-pabrik dalam negeri; oleh karena itu perusahaan harus
memiliki keunggulan kompensasi atau “Compensating Advantages” atau “keunggulan
spesifik seperti kealihan teknis manajerial, keadaan perekonomian yang memungkinkan
perolehan sewa secara monopoli untuk openasi perusahaannya di negara-negara lain.

Menurut Anoraga Panji, Teori-teori yang erat dengan Penanaman Modal Asing dilihat dari
sisi ahlinya adalah:

1.     Teoni Alan M. Rugman,

2.     Teoni Jhon Dunning,

3.     Teori David K. Eitemen,

4.     Teori Robock & Simmonds,

5.     Teoni Kindlebergen.

Teori Alan M. Rugman, bahwa penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment


(FDI)  dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan vaniabel internalisasi. Tiga jenis variabel
lingkungan yang menjadi perhatian yaitu: ekonomi, non ekonomi, dan pemerintah. Variabel
ekonomi biasanya berupa tenaga kerja dan modal, teknologi dan tersedianya sumber daya
alam dan keterampilan manajemen. Menyusun sistem fungsi produksi keseluruhan suatu
bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat dalam masyarakat.
Variabel non ekonomi meliputi variabel politik, sosial dan budaya masyarakat setiap negara
mempunyai kekhasan masing-masing. Bahwa kenyataannya setiap negara sesungguhnya
mempunyai faktor spesifik negara yang khas. Faktor ketiga adalah variabel pemerintah yang
harus diperhatikan oleh perusahaan penanaman modal asing di mana modal asing akan
masuk. Setiap negara mempunyai kekhususan merek politiknya sendiri. Para politisi
mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa. Selalu tendapat keragaman dalam campur
tangan pemenintah dalam bisnis internasional (investasi). Teori John Dunning, sebagai
teori ancangan eklekris. Teori ini menetapkan tiga pensyaratan yang diperlukan bila suatu
penusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing yaitu: pertama,
keunggulan spesifik perusahaan; kedua, keunggulan internalisasi; ketiga, keunggulan
spesifik negara. Teori David K. Eitemen, mengemukakan tiga motif yang memengaruhi
arus penanaman modal asing ke negara penerima modal yaitu: motif strategis, motif
penilaku, dan motif ekonomi. Motif strategis dibedakan dalam hal:

a. mencari pasar,
b. mencari bahan baku,

c. mencari efisiensi produksi,

d. mencari pengetahuan, dan

e. mencari keamanan politik.

Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dan organisasi
didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi
merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan memaksimalkan keuntungan jangka
panjang dan harga pasar saham perusahaan. Teori Robock & Simmonds, melalui
pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model
siklus produk, produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global,
kekuatan internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan
teknologi atau produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yag sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal yang
memengaruhi penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar
negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Menurut Teori Kindleberger aspek yang paling sensitif dalam perekonomian internasional


adalah aspek investasi langsung atau direct investment. Amerika Serikat dan Inggris
berusaha membatasi inves tasi langsung oleh perusahaan-perusahaan yang berdomisili di
dalam batas-batas kedua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca pembayaran
mereka. Teori investasi langsung atau direct investment mempunyai banyak implikasi, yaitu:

1.     Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni.

2.     Perusahaan penanam modal tidak berkepentingan untuk mengadakan usaha bersama


atau joint venture dengan pengusaha setempat karena akan berusaha memiliki sendiri
seluruh keuntungan; dan pada saat bersamaan para penanam modal setempat tentu tidak
mau membeli saham-saham dan perusahaan induk serta penghasilan keseluruhan penanam
modal menjadi kabur atau samarsamar dibandingkan dengan keadaan setempat yang dapat
membawa banyak keuntungan sebagaimana mereka lihat.

3.     Investasi langsung terjadi menurut dua arab industri yang sama, hal mi tidak akan
terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal mi untuk sebagian
merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap perusahaan harus
bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk menghmndarkan agar perusahaan
lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.

Sornarajah mengembangkan The Middle Path Theory atau teori jalan tengah. Teori ini


berupaya mendamaikan adanya poliniasi dua teori yang saling bersilang, yaitu teori klasik
yang berpendapat bahwa semua penanaman modal asing baik sifatnya dan teori yang
kedua yaitu teori ketergantungan yang beranggapan bahwa semua penanaman
modal asing bersifat membahayakan.

Muchammad Zaidun dalam orasi ilmiahnya, mengemukakan teori-teori yang berkaitan


dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya adalah dari sudut pandang
kepentingan pembangunan ekonomi, yaitu melihat segi kepentingan ekonomi yang
menjadi dasar pertimbangan perumusan kebijakan, lazimnya meminjam teori-teori ekonomi
pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum investasi yang cukup populer, antara
lain:

1.     Neo-Classical Economic Theory

Teori ini berpendapat bahwa Foreign Direct Investment (FDI) memiliki kontribusi positif


terhadap pembangunan ekonomi host country.  Fakta menunjukkan modal asing yang
dibawa ke host country mendorong modal domestik menggunakan hal tersebut untuk
berbagai usaha. Sejalan dengan kesimpulan Sornarajah investasi asing secara keseluruhan
bermanfaat atau menguntungkan host country  sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional.

2.     Dependency Theory

Teori ini secara diametral berlawanan dengan ekonomi klasik yang berpendapat foreign
investment tidak menimbulkan makna apa pun bagi pembangunan ekonomi di host
country. Mereka berpendapat bahwa foreign investment menindas pertumbuhan ekonomi
dan menimbulkan ketidakseimbangan pendapatan di host country seperti pernyataan
Rothgeb.

Teori ini berpendapat Foreign Direct Investment  tampaknya sebagai ancaman terhadap


kedaulatan host country dan terhadap kebebasan pembangunan kehidupan sosial dan
budaya karena investasi asing cenderung memperluas yurisdiksi menggunakan pengaruh
kekuatan pemerintah asing terhadap host country sehingga pengaruh politik investasi asing
terhadap host country cukup besat

3.     The Middle Path Theory

Banyak negara berkembang mengembangkan regulasi antara lain mengatur penapisan


dalam perizinan dan pemberian insentif melalui kebijakan investasi. Menurut teori ini
investasi asing memiliki aspek positif dan aspek negatif terhadap host country, karena
itu host country harus hati-hati dan bijaksana. Kehati-hatian dan kebijaksanaan dapat
dilakukan dengan mengembangkan kebijakan regulasi yang adil.

4.     state/Government Intervention Theory


Pendukung teori ini berpendapat, perlindungan terhadap invant industries di negara-negara
berkembang dan kompetensi dengan industri di negara-negara maju merupakan hal yang
esensial bagi pembangunan nasional (Grabowski).

Teori ini melihat pentingnya peran negara yang otonom yang mengarahkan langkah
kebijakan ekonomi termasuk investasi, peran negara dipercaya akan bisa mengintervensi
pasar untuk mengoreksi ketimpangan pasar dan memberikan perlindungan kepada invant
industries, kepentingan masyarakat, pengusaha domestik dan perlindungan lingkungan.
Peran negara juga dapat memberi perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk
investor asing.

Beberapa teori di atas paling tidak menggambarkan adanya varian pemikiran dalam
memahami kebijakan investasi yang dapat dipilih yang menjadi dasar pertimbangan
kebijakan hukum investasi dan sisi kepentingan dan kedaulatan host country. Apabila
melihat kondisi Indonesia saat ini, investasi asing sangat dibutuhkan karena dapat
membantu meningkatkan pendapatan negara, meningkatkan perekonomian masyarakat,
serta pendapatan asli daerah; dengan demikian teori klasik dapat diterapkan dalam rangka
mendatangkan investor asing ke Indonesia.

Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law” muncul pertama kali
melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang menguji secara sistemik bagaimana
orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasil
menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social welfare). Jeremy Bentham menerapkan,
salah satu prinsip dan aliran utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum yaitu manusia
akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi
penderitaan. Bentham berpendapat, pembentuk undang-undang hendaknya dapat
melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu.
Berpegang dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan
kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for the
greatest number).

Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia agar dapat
menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah prinsip ‘fair and
equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka acuan dan/atau sebagai
dasar pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perlakuan
yang sama (most favourable nation/MFN) antara investor asing dan investor dalam negeni.
Para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah,
pada umumnya mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan
kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang
memberi keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak mengalihkan
modalnya ke negara lain.
Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka menciptakan
iklim penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan harmonisasi
hukum penanaman modal. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa peraturan yang seragam
mengenai penanaman modal akan berdampak bagi masyarakat dan pemenintah untuk
menyerap penanaman modal dan mengarahkan pemerintah membeni jalan keluar. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal penting yang diperintahkan oleh konsiderans
undang-undang ini, yakni: harmonisasi peraturan penanaman modal dengan perubahan
perekonomian global dan kewajiban internasional Indonesia dalam berbagai kerja sama
internasional dengan tetap mengacu kepada kedaulatan politik dan ekonomi
nasional.  Peraturan yang seragam akan menjamin dan memberi kemudahan kepada
investor atau perusahaan untuk mudah masuk memobilisasi sumber daya, dan memberikan
keuntungan pendapatan daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-undang.

Peranan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi


kegagalan pasar (market failure) atau kegagalan laissez faire mencapai efisien, Dalam hal
mengatasi kegagalan tersebut pemerintah dapat melakukan intervensi melalui hukum dan
peraturan. Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan
information asymetries dan mencegah monopoli. Dalam praktik, pemerintah acapkali gagal
mengurangi kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi dan pemerintah malah
memperburuk iklim investasi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu menyusun
kerangka acuan yang jelas agar kompetisi berjalan dengan baik. Pengaturan yang baik akan
menciptakan persaingan antar dunia usaha sehingga hanya perusahaan efisien yang dapat
bertahan hidup. Kondisi mi pada gilirannya akan menguntungkan konsumen.

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam upaya meyakinkan
calon investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia, kepastian hukum,
perlindungan hukum (legal protection) dan keadilan hukum harus diutamakan karena
investor yang menanamkan modalnya selain mengharapkan hasil atau keuntungan dalam
bisnisnya, modal yang ditanamnya tetap dalam posisi aman.
Last modified: Thursday, 17 March 2022, 12:06 PM

PENANAMAN MODAL
PENANAMAN MODAL

Penanam Modal

        Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan Penanaman
Modal yang dapat berupa Penanam Modal Dalam Negeri dan Penanam Modal Asing.

Laporan Kegiatan Penanaman Modal

         Laporan Kegiatan Penanaman Modal adalah Laporan mengenai perkembangan


realisasi Penanaman Modal dan permasalahan yang dihadapi Penanam Modal yang wajib
dibuat dan disampaikan secara berkala (“LKPM”).

Hak Penanam Modal


1. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
2. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;
3. hak pelayanan; dan
4. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kewajiban Penanam Modal

1. meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan


kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja
warga negara Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja asing;
3. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
4. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
5. membuat dan menyampaikan LKPM;
6. menyampaikan laporan realisasi importasi mesin, barang dan bahan;
7. menyampaikan laporan realisasi importasi berdasarkan API;
8. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha Penanaman
Modal;
9. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
10. mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi
standar kelayakan lingkungan hidup bagi perusahaan yang mengusahakan sumber
daya alam yang tidak terbarukan, yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Tanggung Jawab Penanam Modal

1. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika Penanam
Modal menghentikan atau menelantarkan kegiatan usahanya;
3. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat dan mencegah praktek monopoli;
4. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
5. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan
6. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tata Cara Pemantauan Pelaksanaan Penanaman Modal


         Kegiatan Pemantauan pelaksanaan Penanaman Modal dilaksanakan terhadap
Penanaman Modal baik yang masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan) maupun
Penanaman Modal yang telah produksi/operasi komersial (telah ada izin usaha). Kegiatan
Pemantauan dilakukan melalui pengumpulan, verifikasi, dan evaluasi data realisasi
Penanaman Modal yang tercantum dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang
disampaikan oleh perusahaan sesuai dengan Perizinan Penanaman Modal yang dimiliki oleh
perusahaan.

Perusahaan yang telah memperoleh Perizinan Penanaman Modal wajib membuat dan
menyampaikan LKPM secara berkala dan disampaikan kepada BKPM, BPMPTSP Provinsi,
BPMPTSP Kabupaten/Kota, dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek
berada di wilayah KPBPB atau administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah
KEK.

Tata Cara Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal

Kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal dilaksanakan melalui:

1. bimbingan sosialisasi, workshop, bimbingan teknis atau dialog investasi mengenai


ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal dan/atau teknis pengendalian
pelaksanaan Penanaman Modal;
2. pemberian konsultasi pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan;
3. fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi Penanam Modal dalam
merealisasikan Penanaman Modalnya.

Tata Cara Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal

         Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal dilaksanakan melalui


pemeriksaan ke lokasi proyek Penanaman Modal sebagai tindak lanjut dari:

1. evaluasi atas pelaksanaan Penanaman Modal berdasarkan Perizinan dan Non


perizinan yang dimiliki:
2. adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal atau
tidak dipenuhinya kewajiban dan tanggung jawab Penanam Modal;
3. pemberian fasilitas pembebasan bea masuk mesin, barang, bahan, dan non fiskal
(ketenagakerjaan).

Tata Cara Pembatalan Perizinan Penanaman Modal

          BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB,


atau Administrator KEK, melakukan Pembatalan terhadap Perizinan Penanaman Modal yang
diterbitkannya yang tidak direalisasikan dalam bentuk Kegiatan Nyata dan/atau melakukan
pelanggaran tertentu dan mendesak. Kegiatan Nyata secara administratif dapat berupa:

1. akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;


2. nomor pokok wajib pajak (NPWP);
3. izin lokasi;
4. perjanjian sewa lahan atau gedung;
5. surat persetujuan fasilitas bea masuk atas impor barang modal;
6. angka pengenal importir produsen (API-P);
7. rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA);
8. izin mendirikan bangunan (IMB);
9. izin undang-undang gangguan (Izin UUG/HO) atau surat izin tempat usaha (SITU);
dan
10. perizinan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

Kegiatan Nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang telah dilakukan, antara lain:

1. pengadaan lahan atau tempat usaha;


2. pembangunan, sewa gedung, sewa pabrik, sewa ruang kantor atau tempat usaha;
3. pengimporan mesin atau pembelian mesin dalam negeri.

         Pelanggaran tertentu dan mendesak yaitu terjadinya kerusakan lingkungan dan
membahayakan keselamatan masyarakat yang berdampak secara lintas daerah atau lintas
Negara. Pembatalan terhadap Perizinan Penanaman Modal dilakukan tanpa peringatan
terlebih dahulu.

Tata Cara Pencabutan Perizinan Penanaman Modal

        BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK, melakukan Pencabutan terhadap Perizinan Penanaman Modal yang telah
dilaksanakan dalam bentuk Kegiatan Nyata baik administratif atau fisik dan pelanggaran
tertentu dan mendesak. Pencabutan Perizinan Penanaman Modal dilakukan berdasarkan:

1. permohonan dari perusahaan;


2. usulan dari BPMPTSP Provinsi atau BPMPTSP Kabupaten/Kota atau Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK kepada BKPM untuk Perizinan
Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BKPM, atau yang diterbitkan BPMPTSP
Provinsi dan saat ini menjadi kewenangan Pemerintah Pusat;
3. usulan dari BPMPTSP Kabupaten/Kota pada BPMPTSP Provinsi untuk Perizinan
Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota dan saat ini
masih menjadi kewenangan provinsi;
4. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
5. usulan Pencabutan dari Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Teknis.

Tata Cara Penutupan KPPA, KP3A, dan Kantor Cabang Perusahaan Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri

        BKPM melakukan penutupan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Kantor
Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing yang diajukan oleh:

1. Kepala Kantor Perwakilan Perusahaan Asing kepada BKPM


2. Kepala Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing kepada BKPM
3. Kantor cabang perusahaan Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam
Negeri pada BPMPTSP Provinsi sesuai kedudukan atau domisili kantor cabang.

Biaya Pelaksanaan Penanaman Modal

        Penanam Modal tidak dikenakan biaya dalam kegiatan pengendalian pelaksanaan
Penanaman Modal yang dilaksanakan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator Kawasan Ekonomi Khusus.

Sanksi

         BKPM atau BPMPTSP Provinsi atau BPMPTSP Kabupaten/Kota atau Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK sesuai dengan Perizinan dan Non Perizinan
Penanaman Modal yang diterbitkannya dapat mengenakan sanksi administratif kepada
perusahaan yang:

1. tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai Penanam Modal;


2. melakukan penyimpangan terhadap:
o Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal; atau
o ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal termasuk fasilitas pembebasan bea
masuk mesin dan/atau barang, bahan, dan non fiskal (ketenagakerjaan) yang
telah diberikan.
3. telah berproduksi komersial yang belum memiliki izin usaha.

Sanksi administratif yang berupa:

1. peringatan tertulis atau peringatan secara daring;


2. pembatasan kegiatan usaha;
3. pembekuan kegiatan usaha dan fasilitas Penanaman Modal; atau
4. pembatalan atau pencabutan perizinan Penanaman Modal dan kegiatan usaha atau
fasilitas Penanaman Modal.

Last modified: Thursday, 17 March 2022, 10:18 AM

FUNGSI PENANAMAN MODAL


FUNGSI PENANAMAN MODAL

Tugas Pokok BKPM :

        Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman


modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fungsi BKPM :

1. Pengkajian dan pengusulan perencanaan penanaman modal nasional


2. Koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di bidang penanaman modal
3. Pengkajian dan pengusulan kebijakan pelayanan penanaman modal
4. Penetapan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan
pelayanan penanaman modal
5. Pengembangan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan
memberdayakan badan usaha
6. Pembuatan peta penanaman modal di Indonesia
7. Koordinasi pelaksanaan promosi serta kerjasama penanaman modal
8. Pengembangan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman
modal. antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya
dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal
9. Pembinaan pelaksanaan penanaman modal, dan pemberian bantuan penyelesaian
berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal
dalam menjalankan kegiatan penanaman modal
10. Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu
11. Koordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman
modalnya di luar wilayah Indonesia
12. Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal
13. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksanan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data dan informasi,
perlengkapan dan rumah tangga; dan
14. Pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

        DPMPTSP mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan


bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang
ditugaskan kepada Daerah.

1. Perumusan kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan, promosi penanaman


modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan pengendalian penanaman modal,
pengaduan dan peningkatan layanan, dan pengelolaan data dan informasi;
2. Pengoordinasian kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan,
promosi penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan
pengendalian penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan, dan
pengelolaan data dan informasi;
3. Pelaksanaan kebijakan bidang perencanaan dan pengembangan,
promosi penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan
pengendalian penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan, dan
pengelolaan data dan informasi;
4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perencanaan dan pengembangan,
promosi penanaman modal, pelayanan perizinan, pengawasan dan
pengendalian penanaman modal, pengaduan dan peningkatan layanan, dan
pengelolaan data dan informasi;
5. Pelaksanaan dan pembinaaan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan
Dinas; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya.

Tujuan DPMPTS

1. Meningkatkan pertumbuhan dan kualitas Penanaman Modal Daerah.


2. Meningkatkan Kinerja Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan.
3. Meningkatkan Kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang baik dan
bersih pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

SasaranDPMPTS

1. Meningkatkan realisasi Investasi Daerah.


2. Meningkatkan kepuasan masyarakat dalam mengurus Perizinan dan Non Perizinan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi pemerintahan pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara-negara berkembang untuk
mencipakan iklim investasi, antara lain;
1. Peraturan-peraturan kebijakan yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat
berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum, karena ketiadaankepastian
hukum akan menyulitkan perencanaan jangka panjang usaha para investor asing;
2. Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat menyebabkan high cost
economy;
3. Jaminan terhadap investasi mereka dan proteksi hukum mengenai Hak Atas
Kekayaan milik investor;
4. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terlaksananya investasi mereka dengan
baik, antara lain meliputi komunikasi, transportasi atau pengangkutan, perbankan
dan perasuransian.

         Sejak Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal diterapkan,
telah terbentuk suatu perekonomian yang lebih terbuka dengan ciri persaingan bebas.
Karakteristik ini telah menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan dalam berbagai
sektor usaha di kota-kota besar di Indonesia. Keterlibatan investor asing dalam
pembangunan suatu wilayah atau negara tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui
tahapan-tahapan atau prosedur yang dilakukan menurut peraturan perundang-undangan
baik yang telah ditetapkan di pusat maupun di daerah, di samping itu juga melalui
perundingan dengan para pihak yang kemudian melahirkan kesepakatan yang dituangkan
dalam bentuk perjanjian.

Terminologi Penanaman Modal

         Terminologi kegiatan penanaman modal banyak disebutkan dalam berbagai literatur
kepustakaan hukum ekonomi dan atau hukum bisnis. Penanaman modal dapat
berarti penanaman modal langsung yang dilakukan oleh para investor lokal (domestic
investor), investor asing (Foreign Direct Investment) dan penanaman modal yang dilakukan
secara tidak langsung oleh pihak asing (Foreign Indirect Investment).

Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan Kegiatan Penanaman Modal

1. Masalah Resiko Menanam Modal Setiap kegiatan penanaman modal selalu dikaitkan
dengan kemungkinan terjadi resiko yang mengakibatkan berkurangnya nilai modal.
Masalah resiko menanam modal merupakan faktor yang cukup dominan yang
menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan investasi. Salah satu
faktornya adalah aspek stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah
mengingat tanpa adanya stabilitas politik dan kepastian keamanan maka resiko
kegagalan yang dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini tidak dapat
diramalkan yang mencakup keadaan seperti perang, pendudukan oleh negara asing,
perang saudara, kudeta, revolusi, pemberontakan dan lain-lain.
2. Masalah Jalur Birokrasi Birokrasi yang terlalu panjang secara tidak langsung
menciptakan situasi yang kurang kondusif bagi kegiatan investasi dan memberatkan
para calon investor sehingga dapat membatalkan niat para invesor untuk melakukan
kegiatan investasi. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan
yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing adalah begitu banyaknya
jenis perizinan yang harus diperoleh yang sacara langsung memberikan dampak
pembengkakan biaya perusahaan.
3. Masalah Transparansi dan Kepastian Hukum Bagi calon investor, adanya transparansi
dalam proses dan tata cara penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian
hukum serta menjadikan segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan, tetapi
sebaliknya apabila tidak adanya transparansi dan kepastian hukum akan
membingungkan para calon investor yang sering kali mengakibatkan biaya
pengurusan yang cukup mahal.
4. Masalah Alih Teknologi Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut
kewajiban alih teknologi dari negara tuan rumah dapat mengurangi
minat penanaman modal yang sangat berharga dalam mengembangkan usahanya,
karena untuk menghasilkan teknologi tersebut membutuhkan biaya penelitian dan
pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu yang relatif panjang.
5. Masalah Jaminan Investasi Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan oleh
para investor sebelum melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya
jaminan dari negara tuan rumah terhadap kepentingan investor dalam hal terjadinya
kerusuhan, huru hara, penyitaan, nasionalisasi, dan pengambilalihan.
6. Masalah Ketenagakerjaan Faktor ketenagakerjaan merupakan faktor yang sangat
dipertimbangkan oleh para investor karena dengan adanya tenaga kerja yang terlatih
dan terampil dalam jumlah yang memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan
menjadikan minat investor untuk melakukan kegiatan investasi semakin besar. Ada
hubungan timbal balik antara investor dengan masalah ketenagakerjaan, dimana
penanaman modal di satu pihak memberikan implikasi terciptanya lapangan kerja
yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja di berbagai sektor, sementara di lain
pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi ketenagakerjaan yang
melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula bagi kemungkinan
peningkatan dan penurunan penanaman modal.
7. Masalah Infrastruktur Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat
berperan dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh
karena itu tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan (darat, laut
dan udara), serta sarana komunikasi merupakan faktor penting yang sangat
diperlukan oleh calon investor.
8. Masalah Keberadaan Sumber Daya Alam Masalah keberadaan sumber daya alam
merupakan salah satu daya tarik utama dalam melakukan kegiatan investasi. Negara-
negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku atau komoditi dalam
industri telah menjadi sasaran utama investor untuk melakukan kegiatan investasi.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah
merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan investasi, meskipun
demikian kekayaan alam yang begitu melimpah harus didukung investasi yang tepat
dimana satu pihak dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi investor atas
kontrak-kontrak yang dibuat dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
alam serta dilain pihak kegiatan penanaman modal tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
9. Akses Pasar Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para
investor. Hal ini sangat mudah mengingat dengan terbukanya akses pasar maka akan
mampu menyerap produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan investasi.
10. Insentif Perpajakan Kegiatan investasi berorientasi mencari keuntungan (profit
oriented), untuk itu diberikan beberapa insentif di bidang perpajakan guna
membantu menyehatkan cash flow serta mengurangi secara substansial biaya
produksi (production cost) yang pada akhirnya dapat meningkatkan profit margin
dari suatu kegiatan investasi.
11. Mekanisme penyelesaian sengketa Mekanisme penyelesaian sengketa merupakan
salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan
investasi. Mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan tidak adil serta
tidak menjamin adanya kepastian hukum dan penegakannya akan mendorong
investor untuk membatalkan niatnya melakukan investasi bahkan lebih daripada itu
investor akan merelokasi ke negara lain.

Last modified: Thursday, 17 March 2022, 10:19 AM

DASAR HUKUM INVESTASI


DASAR HUKUM INVESTASI

Definisi Penanaman Modal

       Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia. (Pasal 1 ayat 1) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
(Pasal 1 ayat 2) Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri. (Pasal 1 ayat 3).
      Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. (Pasal 1 ayat 7) Modal asing adalah
modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh pihak asing. (Pasal 1 ayat 8) Modal dalam negeri adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. (Pasal 1 ayat 9).

       Pengertian Hukum Investasi menurut Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Investasi adalah
norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkian dapat dilakukannya investasi,
syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang terpenting mengarahkan agar investasi dapat
mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat. Hukum investasi dikonstruksikan sebagai norma
hukum. Norma hukum dalam hal ini mengkaji tentang kemungkinan dilakukannya
penanaman investasi syarat-syarat investasi, perlindungan terhadap investasi dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Setiap usaha penanaman investasi harus diarahkan kepada
kesejahteraan masyarakat. Para investor dapat meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia
dengan adanya investasi. Menurut T. Mulya Lubis, Hukum Investasi tidak hanya terdapat
dalam UU, tetapi dalam hukum dan aturan lain yang dibelakukan berikutnya yang terkait
dengan masalah-masalah investasi asing. Pengertian investasi ini ditekankan pada sumber
hukum investasi. Sumber hukum investasi itu meliputi UU dan aturan-aturan lain. Pengertian
Hukum Investasi menurut Salim HS dan Budi Sutrisno adalah keseluruhan kaidah hukum
yang mengatur hubungan antara investor dengan penerima modal, bidang-bidang usaha
yang terbuka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam
melakukan investasi dalam suatu negara.

        Kaidah hukum investasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu kaidah hukum
investasi tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum investasi tertulis merupakan kaidah hukum
yang mengatur tentang investasi, dimana kaidah hukum itu terdapat dalam UU, traktat,
yurisprudensi dan doktrin. Kaidah hukum investasi tidak tertulis merupakan kaidah-kaidah
hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya
melakukan investasi berdasarkan pada kaidah-kaidah tidak tertulis. Hal yang diatur dalam
hukum investasi adalah hubungan antara investor dengan penerima modal. Status yang
dimiliki investor dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu investor asing dan investor
domestik. Investor asing merupakan penanam modal yang berasal dari luar negeri,
sedangkan investor domestik merupakan penanam modal yang berasal dari dalam negeri.

Dari uraian diatas, dapat dikemukakan unsur-unsur hukum investasi yaitu :

       Unsur adanya kaidah hukum, unsur adanya subjek, dimana subjek dalam hukum
investasi ialah investor dan negara penerima investasi, unsur adanya bidang usaha yang
diperbolehkan untuk investasi, unsur adanya prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan
investas, unsur terakhir yaitu negara. Hukum investasi adalah norma hukum yang menjamin
perlindungan terhadap investasi.

Asas (Pasal 3 ayat 1) Kepastian hukum Keterbukaan Akuntabilitas

      Perlakuan yg sama & tidak membedakan asal negara Kebersamaan Efisiensi berkeadilan
Berkelanjutan Berwawasan lingkungan Kemandirian, dan Keseimbangan kemajuan &
kesatuan ekonomi nasional

KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL

       Arah Kebijakan (Pasal 4 ayat 1) Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang
kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.
Mempercepat peningkatan penanaman modal.

POLITIK HUKUM INVESTASI

      Pasal 33 UUD 1945 Azas kekeluargaan. Cabang produksi yg penting dikuasai negara.
Penguasaan tsb utk kemakmuran rakyat. Dihindari Free Fight Liberalisme. pelaku usaha :
Koperasi,Swasta,BUMN.

POLITIK PINTU TERBUKA Membuka perdagangan bebas dg negara maju

       Mengundang modal asing. Meminta bantuan tehnis dibidang teknologi dan birokrasi.
Hutang luar negeri. Membuka komunikasi kultural dg dunia luar.

POLITIK PINTU TERBUKA

       Perubahan komitmen dlm penyelenggaraan pemerintahan. Pergeseran paradigma dari


sentralistik menjadi desentralistik. Pergeseran model hukum : dari Teknokratis Struktural ke
Humanis Partisipatoris.

Last modified: Thursday, 17 March 2022, 10:19 AM

ASAS HUKUM INVESTASI


ASAS HUKUM INVESTASI

Istilah dan Pengertian Hukum Investasi


 Hukum Investasi ----- Norma-Norma Hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan
dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang
terpenting mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahtraan rakyat. (Ida
Bagus Wyasa Putra).
 Norma Hukum tersebut meliputi---- penanaman investasi, syarat-syarat investasi,
perlindungan dan kesejahtraan rakyat.
 Menurut T Mulya Lubis Hukum Investasi tidak hanya UU, tetapi di dalam hukum dan
aturan lain yang diberlakukan berikutnya yang terkait dengan masalah-masalah
investasi asing.
 Menurut Budi Sutrisno dan Salim HS Hukum Investasi adalah keseluruhan kaidah
hukum yang mengatur hubungan antara investor dengan penerima modal, bidang-
bidang usaha yang terbuka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur
dan syarat-syarat dalam melakukan investasi dalam suatu negara.

Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Investasi

 Objek dalam hukum investasi ada 2 yaitu objek materiil dan formil.


 Objek materil terdiri dari substansi hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan.
 Objek formil hukum investasi mengatur tentang hubungan antara investor dengn
negara penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dan
prosedur serta syarat-syarat dalam melakukan investasi dalam suatu negara.

Hubungan Hukum Investasi dengan Hukum Agraria

 Hubungannya sangat erat karena investor asing diberikan hak untuk menggunakan


hak atas tanah di Indonesia. Hak Guna Bangunan (30 tahun diperpanjang 20 tahun),
Hak Guna Usaha (25 tahun diperpanjang 25 tahun), Hak Pakai 25 tahun diperpanjang
20 tahun).
 UU No 25 Tahun 2007 Pasal 22 ayat (1) :
 HGU----95 Tahun
 HGB ----85 Tahun
 Hak Pakai----70 Tahun.

Hubungan Hukum Investasi dengan Hukum Lingkungan

 Investor diwajibkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia.


Apabila itu dilanggar, izin dalam penanaman investasi dapat dicabut oleh pihak
berwenang (BKPM) dan kena sanksi secara pidana maupun perdata---- Badan
Koordinasi Penanaman Modal
Hubungan Hukum Investasi dengan Hukum Pajak

 Investor dalam menanamkan pajaknya harus membayar pajak sebagaimana yang


ditentukan dalam peraturan perundang- undangan.
 Tetapi ada kelonggaran pajak bagi investor----pembebasan bea materai modal,
pembebasan bea masuk dan pajak penjualan, pembebasan bea balik nama, dan
kelonggaran pajak perseroan.

Asas-Asas Hukum Investasi

1. Asas ekonomi perusahaan---- penanaman investasi dapat diusahakan dan dilakukan


secara optimal sesuai dengan prinsip efisiensi (Pasal 26 UUPMA).
2. Asas hukum internasional---- dalam melakukan penyelesaian sengketa antara
pemerintah dengan penanaman modal, apabila pemerintah mengadakan
nasionalisasi / pencabutan hak milik secara menyeluruh, maka penyelesaiannya
harus didasarkan pada hukum internasional.
3. Asas demokrasi ekonomi----- asas dimana dalam melakukan investasi di dasarkan
pada prinsip-prinsip demokrasi ekonomi (Pasal 4 UU No 6 Tahun 1968 tentang
PMDN).
4. Asas manfaat----merupakan asas, dimana di dalam penanaman investasi dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

         Asas kepastian hukum : penanaman modal harus berdasarkan Undang Undang yang


berlaku. Asas keterbukaan : masyarakat berhak mendapat informasi yang benar dan jujur
mengenai penanaman modal yang dilakukan. Asas akuntabilitas : semua hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

          Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya
berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan dating
sebagai kompensasi secaraprofesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko
yang ditanggung.  Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasitersebut yang
dapat berupa capital gain/loss dan yield.  Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi
pada aspek fisik  (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik
adalah aset yangmempunyai wujud secara fisik,  sedangkan asset finansial adalah surat-
surat berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktivariel dari suatu entitas.

          Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untukmendapatkan kehidupan


yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai
kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah
dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan padasaat ini dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Dasar hukum investasi

          Mengenai masalah hukum investasi ini dapat kita temukan dalam peraturan
perundang undangan seperti sebagai berikut :

1. Tap mpr nomor 23/1/1996 dalam pasal 6


2. Undang undang nomor 25 tahun 2007
3. Asas asas hukum investasi

Asas ekonomis

 Yaitu asas yang menyatakan bahwa hukum investasi memiliiki nilai yang bersifat ekonomis.

Asas hukum internasional

Artinya hukum investasi harus memperhatikan nilai nilai yang berlaku di dunia internasional.

Asas dokrasi ekonomis

Yaitu penanaman modal dilakukan secara bebas dan terbuka untuk investor asing.  Asas ini
menjadi penting karena mendukung adanya pasar bebas.

Asas kemanfaatan

Yaitu agar penanaman modal ini hasilnya dapat depergunakan untuk kessejahteraan


masyarakat.

Asas asasnya juga diatur dalam pasal 3 Undang Undang no 25 tahun 2007 antara lain :

1. Asas kepastian hukum : penanaman modal harus berdasarkan Undang Undang yang


berlaku.
2. Asas keterbukaan : masyarakat berhak mendapat informasi yang benar dan jujur
mengenai penanaman modal yang dilakukan.
3. Asas akuntabilitas : semua hasilnya dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.
4. Asas perlakuan yang sama : penanaman modal harus melakukan perlakuan yang
sama terhadap investor (asing maupun tidak) kecuali dalam hal untuk kepentingan
keamanan negara.
5. Asas kebersamaan : dengan tujuan bersama menuju kesejahteraan masyarakat.
6. Asas efisiensi berkeadilan : mencapai iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya
saing yang sehat.
7. Asas berkelanjutan : harus ada perencanaan. Untuk memberi kesejahteraan, di masa
sekarang maupun yang akan datang/
8. Asas berwawasan lingkungan : penanaman modalharus memelihara kelestarian
lingkungan
9. Asas kemandirian : penanaman modal harus mengedepankan potensi negara.
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
11. Tujuan penanaman modal
12. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
13. Menciptakan lapangan pekerjaan.
14. Meningkatkan pembangunan nasional.
15. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
16. Meningkatkan kemampuan pembangunan daya saing usaha nasional.
17. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
18. Mendorong ekonomi kerakyatan.
19. Meningkatkan ekonomi potensial menjadi ekonomi yang nyata dengan
menggunakan dana yang berasal dari dalam atau luar negeri
20. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
21. Jenis jenis penananaman modal

          Jenis Penanaman Modal Investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh,


ekonomi, menurut sumber dan cara penanamannya. Investasi berdasarkan asetnya Investasi
berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau
kekayaannya. Investasi

1. Berdasarkan asetnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu :


2. Real Asset, yaitu investasi yang berwujud seperti gedung, rumahdan sebagainya
3. Financial Asset, yaitu investasi berupa dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung
pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yangmenerbitkan sekuritas tersebut.
4. Investasi berdasarkan pengaruhnya

          Investasi berdasarkan pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada


faktor- faktor yang mempengaruhi atau tidak mempengaruhi kegiatan investasi. Investasi
berdasarkan pengaruhnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Investasi Autonomos (berdiri sendiri) merupakan investasi yangtidak dipengaruhi


oleh tingakat pendapatan, bersifat spekulatif.Misalnya pembelian surat-surat
berharga.
2. Investasi Induced (mempengaruhi-menyebabkan) merupakan investasi yang
dipengaruhi kenaikan permintaan atas barang dan jasa serta tingkat pendapatan.
Misalny penghasilan transitori, yaitupenghasilan yang didapat selain dari bekerja,
seperti bunga dansebagainya.
3. Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
        Investasi ini merupakan investasi yang didasarkan pada ususl-usulinvestasi itu
diperoleh. Dibagi dalam 2 macam, yaitu :

1. Investasi Portofolio Investasi ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrument
surat berharga, seperti saham dan obligasi.
2. Investasi Langsung Investasi langsung adalah investasi aktiva tetap berwujud
termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan usaha dan bentuk investasi dengan
jalan membangun, membeli total, danmengakuisisi perusahaan.
3. Bidang usaha Investasi

          Untuk mengetahui apakah suatu bidang usaha berbentuk badan hukum terbuka atau
tertutup, di Indonesia landasannya adalah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI)
dan di internasional dinamakan International Standard For Industrial Clasification (ISIC).

Bidang usaha  investasi dapat dibagi menjadi dua, antara lain :

1. Bidang usaha terbuka


2. Bidang usaha terbuka dengan besyarat dan
3. Bidang usaha tertutup

        Pasal 12 (1) UU 25 Tahun 2007 menyatakan semua bidang usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Penjelasan Pasal 12 ayat (1)
menyebutkan, bahwa bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka
dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden disusun dalam suatu daftar yang
berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di
Indonesia, yaitu Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan/atau Internasional
Standard for Industrial Classification  (ISIC).

Last modified: Thursday, 17 March 2022, 10:19 AM

JENIS - JENIS HUKUM INVESTASI


JENIS - JENIS HUKUM INVESTASI

Mengenal UU Investasi di Indonesia


          Investasi bisa dijadikan solusi untuk memutar dan mengembangkan uang Anda. Ada
banyak jenis investasi yang sudah umum di masyarakat Indonesia dari mulai properti
sampai emas bahkan perak. Pastinya, setiap jenis investasi juga memiliki resiko investasi .
Biasanya, resiko investasi akan semakin besar seiring keuntungan yang didapat juga
semakin besar. Contoh, jika investasi dengan menabung, resiko sangat kecil bahkan tidak
ada maka keuntungan yang didapat juga kecil.

       Berbeda dengan investasi pada perusahaan dimana keuntungannya bisa berlipat-lipat.
Namun, resiko berinvestasi pada perusahaan juga besar. Lebih jauh lagi jika Anda tidak
mengenal UU Pemerintah Indonesia yang membahas Investasi. Pemahaman akan aturan
investasi yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah itu penting untuk dipahami bagi setiap
investor. Berikut penjelasan singkatnya.

Pembahasan UU Investasi

          Hukum investasi atau pasar modal di Indonesia, sudah diatur oleh Pemerintah melalui
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. UU ini memiliki beberapa pasal yang
secara jelas mengatur hukum atau aturan investasi di Indonesia. Silahkan simak
pembahasan berikut;
Pertimbangan dalam Pembuatan Undang-Undang

Berdasarkan UU, Presiden bisa memutuskan untuk membuat UU investasi karena beberapa
hal berikut;

1. Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut UUD ini,
dijelaskan bahwa ada tujuan yang dilakukan untuk membuat perekonomian negara
Indonesia agar lebih baik lagi yakni melalui pembangunan ekonomi nasional yang
berkelanjutan. Tentu saja, menurut UUD tersebut, pembangunan ekonomi ini
diharuskan berlandaskan pada demokrasi ekonomi.
2. Menjalankan amanat yang sudah ditetapkan di Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/ 1998. Adapun isi amanat tersebut
adalah guna melaksanakan aturan atau kebijakan investasi (penanaman modal),
maka diharuskan dengan landasan sistem ekonomi kerakyatan. Didalam ekonomi
kerakyatan tersebut ada usaha kecil, mikro, menengah serta koperasi.
3. Untuk percepatan pembangunan ekonomi, maka dilakukan peningkatan penanaman
modal. Ini dilakukan untuk mengolah segala potensi ekonomi menjadi kinerja
ekonomi yang riil atau nyata. Adapun modal tersebut bisa datang dari dalam atau
luar negeri.
4. Untuk membuat Indonesia ikut serta dalam kerjasama di dunia internasional maka
harus ada iklim investasi atau penanaman modal. Iklim investasi ini sudah seharusnya
bersifat promotif, adil, kondusif serta efisien. Selain itu, iklim ini juga harus tetap
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.

Isi UU No. 25 Tahun 2007

UU ini membahas berkenaan dengan apa yang dimaksud dengan investasi atau penanaman
modal sebagai bentuk investasi utama. Menurut UU ini, yang dimaksud dengan penanaman
modal ialah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanaman modal.
Adapun penanam modal atau investor yang dimaksud di sini bisa berupa investor dalam
atau luar negeri. Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri
adalah penanaman modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang berada di dalam
negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor lokal. Sedangkan penanaman modal luar
negeri maksudnya adalah penanaman modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang
berada di dalam negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor asing baik penanaman
modal ini dilakukan sepenuhnya oleh orang asing atau secara patungan.

        Kegiatan investasi atau penanaman modal yang dijelaskan dalam UU ini


diselenggarakan dengan beberapa asas seperti;

 Kepastian hukum
 Keterbukaan
 Akuntabilitas
 Pelakuan adil yang tidak bisa dilihat karena perbedaan negara
 Kemandirian
 Kebersamaan
 Berkelanjutan dan
 Ada keseimbangan dengan kesatuan ekonomi Indonesia

         Adapun untuk berdasarkan UU ialah untuk menciptakan jumlah lapangan kerja lebih
banyak lagi, peningkatan pertumbuhan ekonomi negara, membuat perubahan, membantu
ekonomi rakyat sehingga mereka mampu berkembang serta membuat kesejahteraan untuk
masyarakat dengan adanya lapangan kerja yang memadai sehingga mereka tidak akan
mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Bahkan, penanaman modal juga dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Tentu saja dalam prakteknya,
Pemerintah juga memiliki peranan yang penting terhadap jalannya investasi yang ada di
Indonesia.
Sehingga, jika Anda ingin menanamkan modal atau berinvestasi, maka perhatikan terlebih
dahulu tentang UU Investasi di atas serta resiko investasi dari jenis investasi yang Anda
pilih. Ada banyak pilihan investasi dimana setiap jenis investasi memiliki nilai plus dan minus
tergantung bagaimana Anda menilainya.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:11

OBJEK DAN RUANG LINGKUP HUKUM INVESTASI


OBJEK DAN RUANG LINGKUP HUKUM INVESTASI
 Apabila kita mengacu kepada definisi yg dipaparkan diatas ,maka kita dapat menelaah
objek dan ruang lingkup kajian hukum investasi. Objek kajian merupakan sasaran didalam
penyelidikan atau pengkajian hukum investasi. Objek dalam hukum investasi ada 2 yaitu:
Objek Materiil dan Formil.

1)    Objek materil yaitu bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam


penyelidikannya.Objek materiil hukum investasi adalah manusia dan Investasi.

2)    Objek Formil yaitu sudut pandang tertentu terhadap objek materiilnya.

jadi objek formil hukum investasi adalah mengatur tentang hubungan antara investor
dengan negara penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dan
prosedur serta syarat-syarat dalam melakukan investasi dalam suatu negara.

Hubungan antara investor dengan penerima modal sangat erat karena investor sebagai
pemilik uang /modal akan bersedia menanamkan investasinya dinegara penerima
modal,dan negara penerima modal harus dapat memberikan kepastian hukum,rasa aman
bagi investor dalam berusaha.tanpa adanya kepastian dan perlindungan hukum serta rasa
amanmustahil mereka akan menanamkan investasinya.

Setiap investor khususnya investor asing selalu menanyakan tentang kepastian dan
perlindungan hukum,serta rasa aman tersebut.negara penerima modal juga selalu
mengatakan bahwa negaranya siap menjamin kepastian ,perlindungan hukum dan rasa
aman kepada mereka.

Bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi merupakan bidang usaha yang
diperkenan kan untuk dilakukan investasi,baik untuk investasi domestik maupun investasi
asing,biasanya dalam penanaman investasi ,khususnya investasi asing ada beberapa bidang
usaha yang diwajibkan untuk melakukan kerjasama antara modal asing dengan modal
domestik.

prosedur dan syarat-syarat merupakan tata cara yang ditentukan oleh negara penerima
modal dalam pelaksanaan investasi dalam suatu negara.biasanya,prosedure dari syarat-
syarat itu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 21:59

KAJIAN HUKUM INVESTASI


KAJIAN HUKUM INVESTASI

Ruang lingkup hukum investasi dibagi menjadi 3, yaitu:

1.      Hubungan antara investor (penanam modal) dengan negara penerima modal

pada dasarnya investasi sangat diperlukan di Indonesia, guna mendukung adanya


pembangunan, megingat adanya perbedaan sudut pandang antara investor dengan
penerima modal untuk itu adanya suatu wadah untuk mengakomodir masing-masing
kepentingan. Sebagaimana dikemukakan oleh sumantoro yang dikutip oleh hendrik budi
untung yaitu :

“motif dari investor dalam menanamkan modal adalah mencari untung. Untuk itu, perlu
dicari hubungan antara mtif investor mencari untung dengan tujuan Negara penerima
modal yakni usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Agar investor mau
menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Sebagai konsekuaensi, maka
pemerintah perlu menyelenggarakan perencanaan dengan mantap, termasuk menetapkan
kebijakan pelaksanaan dan pengawasan yang efektif, sehingga tercapai tujuan
pembangunan nasional. Dengan pendekatan ini, maka peran investor dapat diarahkan ke
prioritas pembangunan. Dengan pemdekatan semacam ini, maka teori pembangunan
merupakan satu proses kerjasama dan bukan masalah ketergantungan dan bukan pula
masalah pertentangan kepentingan.:
Dalam hal ini investasi diagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Foreign Direct Investment  (FDI)

Penanaman modal secara Direct Investment  yaitu penanaman modal secara langsung


dengan cara baik penanam modal asing yang kemudian disebut Penanaman Modal Asing
(PMA) maupun penanam modal dalam negeri yang kemudian disebut Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Pennaman Modal.

2.  Foreign Indirect Investment  (FII)

Penanaman modal secara Indirect Investment biasa disebut sebagai Portofolio Investment,


yang berarti pemilik modal hanya memiliki sejumlah saham dalam suatu perusahaan tanpa
ikut serta dalam pengelolaan manajemen perusahaan. Pada umumnya tujuan utama
investor bukanlah mendirikan perusahaan, melaikan hanya membeli saham untuk dijual
kembali, sehingga investor memperoleh hasil yang maksimal dengan rentak waktu yang
tidaka terlalu lama. Yang diharapkan oleh investor adalah capital gain. Pengaturan tetang FII
ini diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tantang Pasar Modal. 

2.      Bidang Usaha

Tidak semua bidang usaha yang diperbolehkan untuk dilakukan investasi, terdapat
ketentuan-ketentuan serta persyaratan yang perlu dipenuhi dalam hal bidang usaha ini.
Ketentuan dimaksud diatur dalam Peraturan Presiden Nomor. 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Bidang Usaha yang selanjutnya disebut Daftar Negatif Investasi (DNI). Dalam DNI tersebut
melingkupi bidang usaha yang terbuka, bidang usaha yang tertutup, dan bidan usaha yang
terbuka dengan persyartan untuk FDI.

3.       Prosedur dan Syarat-syarat Investasi

Prosedur dan syarat-syarat merupakan tatacara yang ditentukan oleh Negara penerima
modal, di Indonesia ditentukan BKPM utnuk FDI dan OJK untuk FII.

Objek hukum investasi meliputi objek materiil berupa bahan yang dijadikan sasaran dalam
pengkajiannya, dan objek formal berupa sudut pandang tertentu terhadap objek
materiilnya. Objek formal hukum investasi adalah mengatur .
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:00

BENTUK - BENTUK INVESTASI


BENTUK - BENTUK INVESTASI

Pengertian Investasi
         Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan
dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Berdasarkan teori ekonomi, investasi
berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).

         Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan,
atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu
komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek
tersebut dibagi pada investasi non- residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi
residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga,
dilihat dengan kaitannya I= (Y,i).

        Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar,
dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.
Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk
investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut
daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Pengertian Investasi Menurut Para Ahli


Berikut ini merupakan Pengertian Investasi Menurut Para Ahli

 (Sadono Sukirno, 1997: 107). Pengertian investasi menurut Sadono Sukirno:


Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-
penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
 Taswan dan Soliha (2002:168)

mendefinisikan investasi dapat dilakukan oleh individu maupun badan usaha


(termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan dana. Investasi dapat
dilakukan baik di pasar uang maupun di pasar modal ataupun ditempatkan sebagai
kredit pada masyarakat yang membutuhkan.

 Sunariyah (2003:4)

Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa-masa yang akan datang”

 Jogiyanto (2008)

mengartikan investasi sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di


dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut
Tandellin (2001) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber
dana yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
di masa yang akan dating. Tujuan seseorang berinvestasi yaitu untuk meningkatkan
nilai utility total dari suatu produksi.

 Husnan (1996: 5)

menyatakan bahwa: “Proyek investasi merupakan suatu rencana untuk


menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil
untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat
ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang,
misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.

 Kasmir dan Jakfar (2012) investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam


suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang
usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek
tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan,
jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan.

Fungsi Investasi

1. Fungsi Investasi yaitu suatu pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal


dan sebuah peralatan produksi yang  bertujuan untuk mengganti dan menambah
suatu barang-barang modal dalam suatu perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan.(sudono,2000).
2. Fungsi Investasi yang kedua yaitu kurva yang menunjukkan sebuah hubungan antara
tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional.

Fungsi investasi yang satu ini dibedakan menjadi dua yakni :


· Sejajar dengan sumbu datar

· Bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan

Tujuan Investasi
· Untuk mendapatkan sebuah pendapatan yang tetap dalam setiap periode, yaitu antara
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain sebagainya.

· Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk suatu kepentingan ekspansi,
kepentingan sosial.

· Untuk mengontrol atau mengendalikan suatu perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian
ekuitas suatu perusahaan tersebut.

· · Untuk menjamin tersedianya sebuah bahan baku dan untuk mendapatkan pasar untuk
produk yang dihasilkan.

· Untuk mengurangi persaingan di antara sebuah perusahaan-perusahaan yang sejenis.

· Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

Jenis Investasi
1. Real Asset
2. Financial Asset
3. Investasi Autonomus
4. Investasi Induced
5. Investasi Modal Asing
6. Investasi Dalam Negeri
7. Investasi Portopolio
8. Investasi Langsung

1. Jenis Investasi berdasarkan Asetnya


         Jenis investasi yang berdasarkan asetnya yaitu penggolongan investasi dari segi aspek
modal atau kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut :
· Real Asset yaitu investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan lain-lain.

· Financial Asset yaitu dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung dari pemegangnya


terhadap sebuah aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2. Jenis Investasi berdasarkan Pengaruhnya


         Jenis investasi menurut pengaruhnya yaitu investasi yang didasarkan pada suatu
faktor-faktor yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari suatu kegiatan investasi. Jenis
investasi yang berdasarkan pengaruhnya bisa dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut :

 Investasi Autonomus yaitu investasi yang tidak dipengaruhi pada tingkat


pendapatan, yang sifatnya spekulatif. Contohnya seperti pembelian surat-surat
berharga.
 Investasi Induced yaitu investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan permintaan akan
barang dan jasa dan dalam tingkat pendapatan. Contoh investasi ini yaitu
penghasilan transitori, yakni suatu penghasilan yang diperoleh selain dari bekerja,
seperti bunga dan sebagainya.

3. Jenis Investasi berdasarkan Sumber Pembiayaannya


          Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya ini merupakan investasi yang
didasarkan pada sebuah asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis investasi ini bisa dibagi lagi
menjadi dua macam, yakni investasi yang bersumber dari modal asing dan investasi yang
bersumber dari modal dalam negeri.

4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.


          Jenis investasi yang berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan
pada suatu cara menanamkan investasinya. Jenis investasi ini bisa dibagi menjadi dua
macam, yaitu sebagai berikut :

· Investasi Portopolio yaitu dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat


berharga, contohnya seperti pada saham dan obligasi.

· Investasi langsung yaitu bentuk investasi yang dilakukan dengan membangun, membeli


total, atau mengakuisi sebuah perusahaan.

Manfaat Investasi
· Bisa menjadi Potensi penghasilan jangka panjang
· Bisa Mengungguli inflasi

· Bisa memberikan sebuah penghasilan yang tetap

· Dapat menyesuaikan dengan suatu perubahan kebutuhan

· Dapat berinvestasi sesuai dengan suatu keadaan keuangan Anda


Bentuk-Bentuk Investasi

1. Investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah;


harga tanah akan meningkat di masa,
2. Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan
pencarian kerja dan pendapatan lebih
3. Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja
atau penelitian.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:23

SYARAT PELAKSANAAN INVESTASI


SYARAT PELAKSANAAN INVESTASI

        Secara umum, pengertian dari investasi adalah penanaman aset atau dana yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi
memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan. Ada banyak hal yang terlibat
dalam aktivitas ini, dan beberapa di antaranya adalah jumlah dana dan tujuan dari investasi
itu sendiri. Bagi yang sudah lama melibatkan diri dalam dunia penanaman modal, baik lokal
maupun internasional, istilah ‘berinvestasi’ bukanlah sesuatu yang asing. Namun bagi
pemula, penjelasan singkat dan jelas mengenai pengertian dasar dan cara
berinvestasi sangatlah dibutuhkan. Berikut adalah penjabaran sederhana untuk Anda yang
tertarik dan masih baru dalam aktivitas ini.

          Prosedur dan syarat-syarat merupakan tata cara yang ditentukan


oleh negara penerima modal dalam pelaksanaan investasi dalam suatu negara. Umumnya,
prosedur dan syarat-syarat tersebut disesuaikan dengan peratutan perundang-undangan
yang berlaku.

Di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;


 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan
Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal; dan
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal.

Pengertian Penanaman Modal
        Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik
dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang- undagan. Istilah
investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha, sedangkan
istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-
undangan. Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam, menginvestasikan atau
menanam uang (Halim, 2003). Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-
istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa
perundang-undagan. Istilah investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia
usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa
perundang-undanga. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian
yang sama sehingga kadang- kadang digunakan secara interchangeable (Supanca, 2006).

         Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,


menyebutkan bahwa Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan Penanaman modal,
baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Menurut Salim HS yang diaksud
dengan investasi itu adalah penanaman modal yang diilakukan oleh investor, baik investor
asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Investasi dibagi menjadi dua macam, yaitu investasi
asing (PMA) dan investasi domestik (PMDN). Investasi asing merupakan investasi yang
bersumber dari pembiayaan luar negeri, sedangkan investasi domestik adalah investasi yng
bersumber dari pembiayaan dalam negeri. Investasi ini digunakan untuk membangun usaha
yang terbuka untuk investasi dan tujuannya untuk memperoleh keuntungan.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)


        Istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berasal dari bahasa inggris,
yaitu domestic investment. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat ditemukan
dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan daripada kekayaan
seperti terebut dalam pasal 1, baik secara langsung maupun tidak langsunguntuk
menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
Penggunaan kekayaan secara langsung adalah penggunaan modal yang digunakan secara
langsung oleh investor domestic untuk pengembangan usahanya, sedangkan penggunaan
secara tidak langsung merupakan penggunaan modal yang digunakan tidak dilakukan
secara langsung untuk membangun usaha. Pelaksanaan penanaman modal itu berdasarkan
pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.

         Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman


Modal, Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman
modal dalam negeri dengan menggunakan modala dalam negeri. Pihak yang dapat
menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah:

 Orang-Perorangan warga Negara Indonesia, dan atau;


 Badan Usaha Indonesia, dan atau;
 Badan Hukum Indonesia.

Prosedur dan Syarat-syarat Investasi dalam Negeri


         Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan penanaman modal, dimana
modal yang di investasikan berasal dari modal dalam negeri dan pemilik modalnya berasal
dari warga Negara Indonesia. Pihak yang dapat mengajukan permohonan penanaman
modal baru dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah:

 Perseroan Terbatas (PT)
 Commanditaire Vennootschap (CV)
 Firma (Fa)
 Badan Usaha Koperasi
 BUMN
 BUMD
 Perorangan.

        Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMDN diajukan kepada Kepala


BKPM dalam rangkap dua dengan menggunakan formulir Model I/PMDN. Formulir Model
I/PMDN telah dibakukan oleh BKPM. Ini dimaksud untuk mempermuda calon investor
domestic untuk mengajukan permohonan kepada BKPM. Hal-hal yang harus di isi oleh
calon investor dalam permohonan tersebut meliputi:

 Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian, dan


perubahannya (nama nootaris, nomor, dan tanggal), pengesahan Menteri Kehakiman
serta alamat lengkap.
 Keterangan rencana proyek, yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek, roduksi
pertahun, pemasaran pertahun, luas tanah yang diperlukan, tenaga kerja,
rencana investasi, sumber pembiayaan, modal perseroan, jadwal waktu penyelesaian
proyek dan pernyataan.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:32

MENGIDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK HUKUM


PENANAMAN MODAL
MENGIDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK HUKUM PENANAMAN MODAL

         Dalam literatur, sering kali terjadi kesalahan dalam menuliskan terminologi Hukum
Pasar Modal dengan Hukum Penanaman Modal. Dikatakan sebagai kesalahan karena
memang terjadi perbedaan arti pada “Pasar” dan “Penanaman”. Sementara kata awalan
(hukum) dan akhiran (modal) memiliki kesamaan diksi. Dengan adanya perbedaan maka
tentunya akan memiliki konsekwensi lainnya. Untuk memperjelas arti kata pada terminologi
pasar modal, maka rujukan yang paling mudah adalah mengacu pada ketentuan
perundang-undangan.

          Dalam hal pengertian, Hukum Pasar Modal adalah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara investor (yang memiliki dana) dengan Emiten atau Perusahaan Publik (yang
membutuhkan dana) melalui Bursa Efek sebagai media tempat bertemu; sedangkan
Hukum Penanaman Modal adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana investor asing
yang bermaksud menanamkan modalnya (dalam bidang usaha tertentu) di Indonesia.
Penamanan modal ini tentunya bisa dilakukan secara langsung sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian maka terminologi ”pasar” memiliki
perbedaan arti dengan terminologi ” penamanan”. Hukum Pasar Modal lebih ditujukan
kepada penanaman modal tidak langsung (indirect Investment). Sementara itu,
Hukum Penanaman Modal lebih mengarah kepada aspek penanaman modal yang sifat
langsung (direct investment), sehingga keduanya memang jelas memiliki perbedaan. Letak
perbedaan di antara keduanya terletak pada tujuan investasi. Hukum Pasar Modal tujuan
investasinya adalah jangka pendek, sementara itu, Hukum Penanaman Modal tujuan
investasinya lebih menekankan kepada investasi jangka panjang.

          Selain itu, perbedaan lainnya jika mengacu pada undang-undang yang ada, pada
Hukum Pasar Modal diatur oleh Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UU-PM) (yang didalamnya terdiri atas 18 BAB dan 116 pasal); sedangkan
Hukum Penanaman Modal diatur melalui Undang-undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (UU-PMD) (yang di dalamnya terdiri atas 18 bab dan 40 pasal),
yang mana di dalamnya juga mengatur tentang masuknya modal asing ke Indonesia.
         Hukum Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan Penawaran Umum yang dalam
Pasal 1 ayat (15) UU-PM dikatakan sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam UU-
PM dan peraturan pelaksanaannya. Dengan ketentuan di atas, maka di Pasar Modal fokus
utamanya adalah jual dan beli Efek berupa surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka Efek dan setiap derivatif dari Efek.

         Sementara itu, Hukum Penanaman Modal menurut Pasal 1 ayat (1) didefinisikan


sebagai segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, maka penanaman modal adalah seluruh bentuk kegiatan
bisnis dengan cara menanam modal melalui PMDN dan PMA untuk melakukan usaha di
Indonesia. Artinya, sepanjang tujuan utamanya menanamkan modal tanpa melihat siapakah
pemilik modalnya, maka kegiatan itu dapat dikategorisasi sebagai penanaman modal.

         Dari sisi kelembagaan Hukum Pasar Modal dan Hukum Penanaman Modal, masing-
masing memiliki kelembagaan sendiri yang mandiri. Bapepam, menurut Undang-undang
No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU-OJK) adalah bagian dari struktur
Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dengan tugas utama menangani kegiatan jasa keuangan di
sektor Pasar Modal. Pasar Modal yang dimaksud adalah kegiatan dengan Penawaran Umum
dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek. OJK sendiri adalah lembaga yang independen di dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, sehingga tidak bergantung kepada instansi lain
baik secara vertikal maupun horizontal.

           Pasar Modal di dalam lingkup OJK dipimpin oleh Anggota Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal. Berbeda
dengan Hukum Penanaman Modal, dalam hal kelembagaan menurut Pasal 1 dalam
Peraturan Presiden No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman
Modal ditentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yaitu Lembaga Pemerintah
Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Melalui ketentuan di atas, maka BKPM memiliki derajat independen yang berbeda
dengan Bapepam.

         BKPM mempunyai tugas merumuskan kebijakan dalam bidang penanaman modal,


baik untuk investor dalam negeri maupun luar negeri. Dalam perjalannya, dengan
diundangkan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, BKPM telah
menjadi sebuah lembaga pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman
modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (lihat pasal 27 UU-PM).
         Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat dengan jelas perbedaan tersebut antara
“pasar” dan “penanaman” modal. Untuk itu dapat ditarik garis perbedaan antara Hukum
Pasar Modal dan Hukum Penanaman Modal. Garis perbedaan ini ada yang bersumber dari
hukum positif dan ada perbedaan tentang titik berat pengaturannya. Hukum Pasar Modal
mengatur keseimbangan (hak dan kewajiban) antara investor dengan perusahaan yang
ditengahi oleh lembaga pengawas (Bapepam). Sementara itu, Hukum Penanam Modal
fokusnya adalah kepada penanaman modal yang langsung dibawa investor asing ke dalam
suatu negara. Dengan membawa modalnya secara langsung maka diaturlah kepentingannya
dan adanya lembaga BKPM berfungsi sebagai institusi negara yang akan mengatur dan
mengawasi, serta menjaga kepentingan negara yang notabene  sebagai tempat
ditanamkannya investasi tersebut.

          Namun dibalik perbedaan antara “pasar” dengan “modal” di antara keduanya 
terdapat satu kesamaan dalam konsep hukum, yaitu kepastian hukum dalam berinvestasi.
Dengan demikian, maka harapannya akan banyak investasi yang akan masuk ke Indonesia.
Untuk bisa mencapai cita-cita hukum di atas (ius constitutum) maka Hukum Pasar Modal
dan Hukum Penanaman Modal sudah seharusnya tidak dipertentangkannya satu sama
lainnya, sehingga pada akhirnya instrumen hukum yang dimaksud bisa menjadi sarana
untuk mencapai kesejahteraan rakyat di Indonesia. Semoga.

Anggaran Dasar

         Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, jenis
dan kegiatan usaha serta tata cara pelaksanaan kegiatan PT diatur dalam anggaran dasar
yang dibuat dalam akta notarial dan harus didaftarkan serta disahkan oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Kemenkumham”). Setiap perubahan anggaran dasar juga
harus diberitahukan kepada Kemenkumham dan mendapatkan persetujuan dari
Kemenkumham. Melalui mekanisme ini, memperlihatkan bahwa adanya kepastian hukum
terhadap setiap tindakan dan kegiatan usaha PT harus sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan anggaran dasar. Hal-hal tersebut
tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan nama orang perorangan saja seperti pada badan
usaha yang tidak berbadan hukum.

Pengalokasian Modal

          Satu hal yang paling krusial dalam pelaksanaan PMA adalah pengalokasian modal
dan penggunaannya dalam menjalankan tujuan kegiatan usaha. Dalam PT penggunaan
modal untuk kegiatan usaha hanya dapat digunakan dengan persetujuan perseroan yang
ditempuh dengan mekanisme dan kesepakatan para pemegang saham yang dituangkan
dalam anggaran dasar. Sehingga setiap tindakan dalam PT merupakan tindakan atas nama
perseroan dan tidak bisa dilakukan hanya dengan persetujuan orang perorangan semata.
Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum yang dalam
menjalankan tindakannya dapat bertindak dan bertanggung jawab atas nama orang
perorangan tanpa persetujuan dari para pendiri badan usaha tersebut. Tentunya jika hal ini
terjadi pada PMA, maka bentuk badan usaha tersebut tidak memberikan kepastian hukum
terhadap modal yang ditanamkan oleh pihak asing.

         Demikian pula, bentuk penyertaan modal asing dalam suatu PT yang dapat dibuktikan
dengan saham. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum,
kepemilikan para pendiri tidak dapat diwujudkan dalam bentuk saham melainkan hanya
kekayaan perseroan semata yang diatur oleh para pendiri sendiri. Pengalokasian modal
dengan bentuk saham ini memiliki maksud dan tujuan yang di antaranya menentukan: (i)
besar suara dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan perseroan dan (ii)
menentukan besar dividen dan/atau kerugian (tanggung jawab) yang akan diterima/diderita
atas kegiatan usaha perseroan.

Tanggung jawab yang terbatas

          Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa “Para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
tindakan PT dan perikatan yang dilakukan oleh PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh
masing-masing pemegang saham”. Berdasarkan ketentuan di atas, kami memahami bahwa
besar tanggung jawab pemegang saham dalam PT hanya sebatas pada besar saham yang
dimiliki dan tidak dapat mencakup kekayaan pribadi dari pemegang saham. Di dalam PT
terdapat pemisahan kekayaan pribadi pemegang saham dengan PT itu sendiri. Berbeda
halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum, dalam pemenuhan
tanggung jawab oleh para pendiri tidak dibatasi berdasarkan besar kekayaan yang
ditanamkan dalam badan usaha, tetapi dapat mencakup kekayaan pribadi dari para pendiri
tersebut.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:38

ASAS -ASAS Hukum Investasi


Dalam Undang-undang nomor 1tahun 1967 tentang penanaman modal asing jo.undang-
undang no 11tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan undang-undang nomor 1
tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan undang-undang nomor 6 tahun 1968
tentang penanaman modal dalam negeri jo.undang-undang nomor 12 tahun 1970 tentang
perubahan dan tambahan undang-undang nomor 6 tahun 1968 tentang penanaman
modal dalam negeri tidak kita temukan sebuah ketentuan yang menyebutkan kalau kita
mengkaji berbagai ketentuan yang terdapat di dalamnya.kita dapat menemukan beberapa
azas-azas hukum yang berkaitan dengan investasi. asas-asas hukum hukum itu disajikan
berikut ini :
1.Asas Ekonomi perusahaaan, Yaitu asas dimana didalam penanaman investasi dapat
diusahakan dan dilakukan secara optimal.dan sesuai dengan prinsip efiesiensi (pasal 26
UUPMA).

2.Asas Hukum Internasional, merpakan asas didalam penyelesaian sengketa antara


pemerintah dengan penanaman modal,apabila pemerintah melakukan tindakan
nasionalisasi/pencabutan hak milik secara menyeluruh,dan penyelesaiannya harus
didasarkan pada asas-asas hukum Internasional (Pasal 21 UUPMA).

3.Asas Demokrasi Ekonomi,yaitu asas dimana didalam penanaman investasi didasarkan


pada prinsip-prinsip demokrasi ekonomi (penjelasan pasal 4 undang-undang no.6 tahun
1968 tentang PMDN).

4. Asas Manfaat,yaitu merupakan asas ,dimana didalam penanaman investasi dapat


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat indonesia.

Didalam pasal 3ayat (1)Undang-undan nomor 25tahun 2007 tentang penanaman


modal telah ditentukan 10 asas dalam penanaman modal atau investasi,sebagai berikut :

1. Asas kepastian Hukum : yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagi dasar dalam setiap kebijakan dan
tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Asas Keterbukaan,yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3.Asas Akuntabilitas, Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan penanaman modal dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagi pemegang kedaulatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4.Asas Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan
pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,baik
antara penanam modal dalam negeridan penanaman modal dari suatu negara asing
dan penanaman modal dari negara asing lainnya.

5.Asas Kebersamaan adalah asas yang yang mendorong peran seluruh penanam modal
secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6.Asas Efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman


modal dengan mengedepankan efiesiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim
usaha yang adil,kondusif,dan berdaya saing.
7.Asas Keberlanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan
dalam segala aspek kehidupan,baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

8. Asas Berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan


tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
hidup.

9. Asas Kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap


mengedepankan potensi bangsa dann negara  dengan tidak menutup diri pada masuknya
modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Asas Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi
nasional.

Disamping asas-asas hukum diatas,dalam ageement on Trade RelatedInvesmentMeasures


(TRIMs)telah ditentukan sebuah asas yaitu asas nondiskriminasi.Asas Nondiskriminasi yaitu
asas didalam penanaman investasi tidak membedakan antara investasi asing maupun lokal
mengingat investasi itu sendiri bersifat state bordeless ( tidak mengenal batas
negara).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa investasi yang ditanamkan oleh investor
tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi lokal.asas ini telah dimasukkan
kedalam pasal 3 ayat (1)huruf d Undang-Undang nomor 25 tahun 2007tentang penanaman
modal.dalam ketentuan ini tidak dibedakan antar investasi asing dengan investasi domestik.
Terakhir diperbaharui: Wednesday, 14 October 2020, 21:58

SYARAT-SYARAT INVESTASI
Syarat-sayart investasi

SYARAT DAN PROSEDUR INVESTASI

 A.     Permohonan

         Permohonan investasi biasa dilakukan di kantor Perwakilan Indonesia di luar negeri,


BPKM di tingkat pusat, BPM di tingkat propinsi dan Lembaga Teknis Penanaman  Modal di
kabupaten / kota. Calon investor boleh memilih untuk mengajukan proposal tersebut akan
dikaji sehubungan dengan berbagai aspek. Setelah proposal disetujui oleh Perwakilan
Indonesia di luar negeri, Kepala BKPM, atau Kepala BPM, maka persetujuan investasi akan
dikeluarkan. Para calon investor harus melengkapi beberapa persyaratan yang dibutuhkan
untuk menanamkan modalnya, antara lain :

Untuk PMDN, mengisi formulir model I PMDN yang dilengkapi dengan :

1.      Akta perusahaan atau fotokopi KTP bagi perorangan

2.      Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

3.      Proses atau flowchart uraian produksi atau kegiatan usaha

4.      Surat kuasa apabila tidak ditandatangani oleh direksi untuk PMA

Mengisi formulir model I PMA yang dilengkapi dengan :

1. Akte pendirian perusahaan yang telah disahkan


2. Fotokopi paspor apabila perorangan
3. Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan PMA
4. Surat Kuasa (Letter of Power Attorney)
5. Gambaran proses uraian produksi / kegiatan usaha (flowchart)
6. Persetujuan Perjanjian Kerjasama (mitra)

B.     Perijinan di Tingkat Pusat


1.      BPKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)

ì     Surat Persetujuan Penanaman Modal (SP PMDN atau SP PMA), khusus bagi investor dalam
rangka PMDN dengan nilai investasi lebih besar dari 10 milyar rupiah dan PMA dengan nilai
investasi sampai dengan US$ 100 juta

ì     Surat Persetujuan Presiden, ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Pemberitahuan tentang


Persetujuan Presiden (SPP) khusus bagi investor dalam rangka PMA dengan nilai investasi

2.      BPN (Badan Pertanahan Nasional)

ì     Hak Guna Usaha (HGU) yang luasnya lebih dari 200 Ha

C.    Perijinan di Tingkat Propinsi Jawa Tengah

1.   Surat Persetujuan Penanaman Modal


2. Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas atas Pengimporan Barang Modal / Bahan
Baku / Penolong
3. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT)
4.   Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTK)
5. Izin Usaha Tetap (IUT)
6. Izin Tenaga Kerja Asing (ITKA)

D.    Perijinan di Tingkat Kabupaten Sragen

        Semua prosedur atau mekanisme perijinan investasi di tingkat Kabupaten Sragen


ditangani oleh Badan Pelayanan Terpadu dengan pelayanan satu pintu (one stop service).
Ada beberapa ijin yang harus dipenuhi oleh semua jenis usaha, yaitu : Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), Ijin Lokasi, Ijin Prinsip dan Ijin Gangguan (HO)

1.   Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

a.      Dasar Hukum

Perda Kabupaten Sragen No. 11 Tahun 1998

b.      Persyaratan

i.        Mengisi blangko permohonan yang diketahui lurah dan camat

ii.      Gambar rencana lengkap rangkap 3 (tiga)

iii.    Fotokopi sertifikat / surat keterangan status tanah dari pejabat yang berwenang
iv.     Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga dari bangunan bertingkat / bangunan usaha

v.       Fotokopi ijin lokasi bangunan untuk usaha

vi.     Fotokopi KTP / Akta Pendirian bagi perusahaan yang berbadan hukum

vii.   Fotokopi pelunasan PBB tahun terakhir

c.      Mekanisme / Prosedur / Tatacara

i.        Permohonan mengajukan Permohonan Kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan


Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen

ii.      Pemeriksaan berkas

iii.    Pemeriksaan lokasi

iv.     Penetapan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses Ijin

vi.     Penyerahan Ijin

d.      Biaya / Tarif

Retribusi dihitung 1% dari perkalian 6 (enam) koefisien bangunan dengan standar harga
bangunan

e.      Waktu yang Dibutuhkan

15 (lima belas) hari kerja

2.      Ijin Lokasi

a.      Dasar Hukum

i.        Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 tentang Tatacara
Memperoleh Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah bagi Perusahaan Dalam rangka Penanaman
Modal No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi

ii.      Keputusan Bupati KDH Tingkat II Sragen No. 7 Tahun 1999 tentang Pedoman Tatacara
Pemberian Ijin Lokasi

b.      Persyaratan
i.        Mengisi formulir permohonan

ii.      Fotokopi KTP

iii.    Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan

iv.     Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

v.       Fotokopi surat Persetujuan Presiden / Kepala BPKM bagi pemohon yang menggunakan
fasilitas PMA / PMDN atau persetujuan prinsip dari instansi teknis untuk badan usaha yang tidak
menggunakan fasilitas penanaman modal

vi.     Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pembebasan tanah dan / atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah / yang berhak atas tanah

vii.   Uraian / garis besar rencan proyek

viii. Gambar / sketsa tanah yang dimohon

c.      Mekanisme / Prosedur / tatacara

i.        Pemohon mengajukan Permohonan Kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan


Terbaru (BPT) Kabupaten Sragen

ii.      Permohonan dinyatakan lengkap, kemudian diadakan rapat koordinasi dengan mengundang


Tim Teknis, dilanjutkan pemeriksaan lapangan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

iii.    Berdasarkan BAP tersebut permohonan dapat disetujui atau ditolak

d.      Biaya / Tarif

Segala biaya yang timbul dari pekerjaan lapangan dan koordinasi dibebankan kepada
pemohon

e.      Waktu yang Dibutuhkan

12 (dua belas) hari kerja

3.      Ijin Prinsip

a.      Dasar Hukum

i.        Permendagri No. 5 Tahun 1973 tentang Ketentuan Mengenai Tata Cara Pemberian Hak
Atas Tanah
ii.      Perda Kabupaten Daerah Tk. II Sragen No. 21 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Sragen

b.      Persyaratan

i.        Mengisi formulir permohonan

ii.      Fotokopi KTP

iii.    Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan

iv.     Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

v.       Fotokopi surat Persetujuan Presiden / Kepala BPKM bagi pemohon yang menggunakan
fasilitas PMA / PMDN atau persetujuan prinsip dari instansi teknis untuk badan usaha yang tidak
menggunakan fasilitas penanaman modal

vi.     Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pembebasan tanah dan / atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah / yang berhak atas tanah

vii.   Uraian / garis besar rencan proyek

viii. Gambar / sketsa tanah yang dimohon

c.      Mekanisme / Prosedur / tatacara

i.        Pemohon mengajukan Permohonan Kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan


Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen

ii.      Permohonan dinyatakan lengkap, kemudian diadakan rapat koordinasi dengan mengundang


Tim Teknis, dilanjutkan pemeriksaan lapangan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

iii.    Berdasarkan BAP tersebut permohonan dapat disetujui atau ditolak

d.      Biaya / Tarif

Segala biaya yang timbul dari pekerjaan lapangan dan koordinasi dibebankan kepada
pemohon

e.      Waktu yang Dibutuhkan

12 (dua belas) hari kerja

4.      Ijin Gangguan (HO)


a.      Dasar Hukum

Perda Kabupaten Sragen No. 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Gangguan (HO)

b.      Persyaratan

i.        Mengisi blanko permohonan bermaterai Rp 6.000,-

ii.      Fotokopi KTP / Akte Pendirian Perusahaan bagi yang berbadan hukum

iii.    Fotokopi sertifikat / Keterangan Kepemilikan Tanah

iv.     Surat Keterangan tidak keberatan dari tetangga dan lingkungan terdekat

v.       Surat pernyataan pencegahan pencemaran lingkungan

vi.     Gambar situasi bangunan tempat usaha

vii.   Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

viii. Studi pengelolaan lingkungan (AMDAL, UKL / UPL dan SPPL) bagi usaha tertentu

c.      Mekanisme / Prosedur / tatacara

i.        Pengajuan berkas permohonan di loket pelayanan

ii.      Pemeriksaan berkas

iii.    Pemeriksaan lapangan

iv.     Penetapan SKPD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses SK

vi.     Penyerahan SK

d.      Waktu yang Dibutuhkan

7 (tujuh) hari kerja

Selain ijin-ijin tersebut, berikut ini adalah prosedur beberapa perijinan yang ditangani oleh
One Stop Service (OSS) Kabupaten Sregen, yang berguna bagi calon-calon investor yang
ingin mendirikan usaha di Kabupaten Sragen.
1.      Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

a.      Dasar Hukum

i.         SK Menperindag Nomor 591 / MPP / KEP / 10 / 199 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian SIUP

ii.       Perda Kabupaten Sragen Nomor 22 Tahun 2001

b.      Persyaratan

i.         SIUP Kantor Pusat

Perseroan Terbatas (PT)

-          Copy Akta Notaris Pendirian Perseroan

-          Copy SK Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman atau Copy Data Akta
Pendirian Perseroan dan Copy Bukti Setor BAP Proses Pengesahan Badan Hukum dari
Departemen Kehakiman

-          Copy KTP Pemilik / Dirut  / Penanggung Jawab Perusahaan

-          Copy NPWP Perusahaan

-          Copy SITU bagi yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat

-          Neraca Awal Perusahaan

-          Pas Photo 4 x 6 (2 lembar)

Perusahan Berbentuk Koperasi

-          Copy Akta Notaris Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi
berwenang

-          Copy KTP Pemilik / Dirut / Penanggung Jawab Koperasi

-          Copy NPWP Perusahaan


-          Copy SITU bagi yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat

-          Neraca Awal Perusahaan

-          Pas Photo 4 x 6 (2 lembar)

Perusahaan bukan PT dan Koperasi Perusahaan Persekutuan

-          Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri

-          Copy KTP Penanggung Jawab / Pemilik

-          Copy NPWP Perusahaan

-          Copy SITU bagi yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat

-          Neraca Awal Perusahaan

-          Pas Photo 4 x 6 (2 lembar)

ii.       SIUP Kantor Cabang

-          Copy SIUP Perusahaan Pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan
SIUP tersebut

-          Copy Akta Notaris atau bukti lainnya tentang Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan

-          Copy KTP Penanggung Jawab Kantor Cabang Perusahaan di tempat Kedudukan Kantor
Cabang Perusahaan

-          Copy TDP (Tanda Daftar Perusahaan) (Kantor Pusat)

-          Copy SITU dari Pemda tempat kedudukan kancor cabang bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat

-          Copy ijin yang dimiliki Kantor Pusat yang dilegalisir oleh Kantor yang mengeluarkan
ijin.
iii.      SIUP Kantor Perwakilan

-          Copy SIUP dan TDP perusahaan yang menunjuk

-          Fotocopy SIUP Perusahaan yang ditunjuk

-          Fotocopy Akta Penunjukan perwakilan atau surat tentang penunjukan perwakilan

-          Fotocopy KTP penanggung jawab perusahaan

-          Fotocopy SITU dari Pemda tempat kedudukan kantor cabang bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-undang Ganguan (HO), bagi yang
tidak dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari
Pemda setempat

iv.     SIUP Perorangan

-          Mengisi formulir permohonan SIUP

-          Pengantar dari Desa / Kelurahan

-          Fotocopy KTP 2 lembar

-          Pas Photo 4 x 6 (2 lembar)

c.      Mekanisme / Prosedur / Tatacara

i.         Pengajuan berkas permohonan di loket pembayaran

ii.       Pemeriksaan berkas

iii.      Pemeriksaan lapangan

iv.     Penetapan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses SK

vi.     Penyerahan SK

d.      Waktu yang Dibutuh

2.      Ijin Usaha Industri (IUI)

a.      Dasar Hukum
i.         UU Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian Besar

ii.       Perda Kabupaten Sragen Nomor 18 Tahun 2001

iii.      Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 590 / MPP / KEP / 10 / 1999

b.      Persyaratan

i.         Persyaratan Ijin Usaha

ii.       Surat Pernyataan siap berproduksi komersial dari perusahaan

iii.      Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal
Kabupaten Sragen dengan telah diadakan pemeriksaan ke lokasi

iv.     Bagi perusahaan yang telah berkembang 30% dari kapasitas produksi yang telah diijinkan
wajib mengajukan perluasan dengan ketentuan persyaratan sama, baik baru maupun
perpanjangan

c.      Mekanisme / Prosedur / Tatacara

i.         Pemohon mengajukan Permohonan kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan


Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen

ii.       Pemeriksaan berkas

iii.      Pemeriksaan lokasi

iv.     Penetapan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses Ijin

vi.     Penyerahan Ijin

d.      Waktu yang Dibutuhkan

7 (tujuh) hari kerja

3.      Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

a.      Dasar Hukum

i.         UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Perusahaan


ii.       Perda Kabupaten Sragen Nomor 19 Tahun 2001

b.      Persyaratan

i.         Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

-          Mengisi blanko permohonan

-          Fotocopy Akta Pendirian Perseroan yang telah diketahui oleh Departemen Kehakiman

-          Fotocopy Akta Perubahan Pendirian Perseroan (bila ada)

-          Asli dan fotocopy Keputusan Pengesahan sebagai Badan Hukum

-          Fotocopy KTP atau rektur paspor Direktur Utama atau penanggung jawab

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

ii.       Perusahan Berbentuk Koperasi

-          Mengisi blanko permohonan

-          Fotocopy Akta Pendirian Koperasi

-          Fotocopy KTP pengurus

-          Fotocopy Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari pejabat yang berwenang

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

iii.      Perusahaan berbentuk CV

-          Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan (bila ada)

-          Fotocopy KTP atau paspor penanggung jawab / pengurus

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

iv.     Perusahaan berbentuk Fa

-          Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan (bila ada)


-          Fotocopy KTP atau paspor penanggung jawab / pengurus

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

v.       Perusahaan berbentuk Perorangan

-          Surat Keterangan dari desa / kelurahan

-          Fotocopy KTP atau paspor penanggung jawab / pemilik

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

vi.     Bentuk Perusahaan Lain

-          Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan (bila ada)

-          Fotocopy KTP atau paspor penanggung jawab perusahaan

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

vii.    Kantor Cabang, Kantor Pembantu dan Perwakilan

-          Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan (bila ada)

-          Fotocopy KTP atau paspor penanggung jawab perusahaan

-          Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis

c.      Mekanisme / Prosedur / Tatacara

i.         Pengajuan berkas permohonan di loket pelayanan

ii.       Pemeriksaan berkas

iii.      Pemeriksaan lapangan

iv.     Penetapan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses SK
vi.     Penyerahan SK

d.      Waktu yang Dibutuhkan

5 (lima) hari kerja

4.      Tanda Daftar Industri (TDI)

a.      Dasar Hukum

i.         Perda Kabupaten Sragen Nomor 18 Tahun 2001

ii.       Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 590 / MPP / KEP / 10 / 1999

b.      Persyaratan

i.         Fotocopy KTP

ii.       Surat Keterangan dari Kepala Dinas / Lurah

iii.      Fotocopy Ijin HO, bila sudah ada = 7 X

iv.     Pernyataan sanggup mengajukan Ijin HO, bagi yang belum memiliki Ijin HO

v.       Pernyataan sanggup menjaga kelestarian lingkungan (SPPL)

vi.     Leges Rp 5.000,- sebanyak satu lembar

vii.    Bagi perusahaan yang telah berkembang 30% dari kapasitas produksi yang telah diijinkan
wajib mengajukan perluasan dengan ketentuan persyaratan sama, baik baru maupun
perpanjangan

c.      Mekanisme / Prosedur / Tatacara

i.         Permohonan kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten
Sragen

ii.       Pemeriksaan berkas

iii.      Pemeriksaan lapangan

iv.     Penetapan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)

v.       Proses Ijin
vi.     Penyerahan SK

d.      Waktu yang Dibutuhkan

5 (lima) hari kerja

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:46

INTENSIF DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL


INTENSIF DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL
         Pengembangan penanaman modal merupakan kebijakan yang membawa dampak
ekonomi cukup luas, yaitu terjadinya peningkatan jumlah barang dan jasa, penciptaan nilai
tambah, penggunaan tenaga kerja, dan sumber daya ekonomi lainnya, peningkatan
pendapatan masyarakat, serta sebagai sumber pendapatan daerah berupa pajak dan
retribusi. Menurut Syaihu (2012) bahwainvestasi swasta dan investasi pemerintah di Provinsi
Kalimantan memberikan pengaruh secara bersama-sama terhadap kesempatan kerja,
investasi swasta dan investasi pemerintah juga memberikan pengaruh secara bersama-sama
terhadap pengangguran. Hal itu sejalan dengan Sadono Sukirno (2000:143) kegiatan
investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi
dankesempatan kerja, meningkatkan, dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: (1) Investasi
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi
akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja. (2)
Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi. (3)
Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

          Konsep dasar pengembangan penanaman modal tentu diarahkan pada peningkatan
produktivitas secara agregat. Untuk mencapai itu, diperlukan dukungan iklim penanaman
modal yang “conducive”, antara lain adalah (1) adanya kepastian, kestabilan dan keamanan;
(2) Stabilitas makro ekonomi (inflasi, suku bunga dan kurs, sistem moneter dan fiskal yang
sustainable); (3) Reformasi birokrasi, perpajakan, kebijakan, aturan; (4) Penyediaan
infrastruktur yang cukup (listrik, air, pelabuhan, jalan, dan sebagainya); (5) Tenaga kerja yang
mengacu pada produktivitas; (6) SDM, pendidikan, kesehatan, disiplin, motivasi; (7) Setiap
daerah harus fokus pada sektor industri unggulan; dan (8) Menjalin kerjasama sinergis
antardaerah.

          Kemampuan daerah untuk menggunakan sumber daya alam dan bakat lokal untuk
mendukung inovasi yang kuat adalah kunci penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh
sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengenali
kekuatan inovasi yang menciptakan keberhasilan usaha, seperti kemampuan untuk
mentransformasi gagasan dan pengetahuan baru dalam membuat barang atau pelayanan
yang berkualitas. Pada hakekatnya, penanaman modal merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah pusatmaupun daerah, pihak swasta, dan institusi lain baik dari luar maupun
dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana
kegiatan penanaman modal merupakan pendapatan yang dibelanjakan oleh perusahaan
atau lembaga pemerintah untuk barang-barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan
produktif.

Tujuan
        Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukanarahanpemberian insentif terhadap
penanaman modal dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Timur.

Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah :

1. Identifikasi Potensi Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur;


2. Identifikasi Investasi di Provinsi Kalimantan Timur;
3. Identifikasi Kebijakan Insentif Terhadap Penanaman Modal; dan
4. .Penentuan Kebijakan Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal.

Ruang Lingkup
       Ruang lingkup dalam kajianini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruanglingkup
wilayah. lingkup materimerupakan batasan terhadap materi yang menjadi batasan dalam
kajianini, sedangkan lingkup wilayah merupakan batasan terhadap wilayah yang menjadi
objek kajian. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

        PP tersebut adalah PP No. 78/2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah
Tertentu. PP ini merupakan revisi atas PP sebelumnya yakni PP No. 18/2015 dan PP No.
9/2016.

       Menurut PBB dalam handbook-nya, insentif pajak adalah tentang kompetisi pajak,
tentang bagaimana sebuah negara dapat menarik investasi sehingga tidak pergi ke negara
lain. Kompetisi dalam menarik investasi asing akan berbeda tergantung pada alasan dari
investasi itu sendiri. Sehingga efektivitas dari insentif pajak sangat tergantung pada jenis
investasi yang dilakukan, apakah investasi tersebut bermaksud dalam eksploitasi Sumber
Daya Alam (resource-seeking), untuk memfasilitasi penjualan atau produksi atas suatu
produk di pasar tertentu (market-seeking) maupun alasan lainya. Alasan-alasan investor
dalam berinvestasi inilah yang nantinya akan menentukan menarik atau tidaknya insentif
pajak di suatu negara. Perbedaan bentuk investasi juga memiliki peran karena tiap bentuk
investasi akan memiliki respon berbeda dalam perpajakanya.
           Dalam pelaksanaan aturan insentif pajak, diperlukan pula pertimbangan mengenai
biaya atas insentif pajak. OECD dalam laporannya di tahun 2015 menyebutkan beberapa
faktor yang memengaruhi biaya sosial atas insentif pajak diantaranya adalah hilangnya
penerimaan pajak, biaya atas administrasi dan kepatuhan serta kurang efisiennya alokasi
sumber daya. Tiap negara termasuk Indonesia tentu memiliki tujuan untuk memiliki
kebijakan insentif pajak yang dapat memberikan manfaat terbesar dengan biaya terendah.
Kerugian berupa hilangnya penerimaan pajak akibat konsekuensi dari insentif pajak dapat
dihitung melalui analisa Tax Expenditure, oleh karena itu diperlukan perhatian lebih dari
Pemerintah dalam penerapan laporan atas Tax Expenditure sehingga dapat mengukur
efektivitas insentif pajak yang diberikan maupun melakukan evaluasi atas kebijakan yang
dilakukan. Menyusun laporan atas Tax Expenditure dalam APBN merupakan salah satu
langkah penting yang perlu diambil pemerintah dalam kaitannya dengan keberhasilan
insentif pajak di Indonesia.
          Melalui PP terbaru ini, pemerintah memperbanyak bidang usaha yang bisa
mengakses insentif yakni mencapai 183 bidang usaha. Secara lebih rinci, jumlah bidang
usaha tertentu yang berhak mendapatkan fasilitas meningkat menjadi 166 bidang usaha,
sedangkan bidang usaha tertentu yang terletak di daerah tertentu jumlahnya menyusut
menjadi tinggal 17 bidang usaha. Insentif yang diberikan pun masih sama dengan
sebelumnya yakni berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari
jumlah penanaman modal berupa aktiva tetap termasuk tanah yang dibebankan selama 6
tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
          Dalam aturan yang lama, tambahan kompensasi kerugian selama 1 tahun hanya
diberikan pada penanaman modal di kawasan industri dan kawasan berikat, penanaman
modal yang disertai beban pembangunan infrastruktur minimal sebesar Rp10 miliar, serta
penggunaan bahan baku atau komponen produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak
tahun keempat. Pemerintah kali ini juga memberikan tambahan kompensasi kerugian
sepanjang 1 hingga 2 tahun bagi penanaman modal yang menambah paling sedikit 300
hingga 600 tenaga kerja Indonesia dan mempertahankan jumlah tenaga kerja selama 4
tahun berturut-turut terhitung sehak keputusan persetujuan pemberian insentif PPh.
          Syarat tersebut lebih ringan dibandingkan dengan aturan sebelumnya dimana
kompensasi kerugian selama 1 hingga 2 tahun baru dapat diberikan kepada investor yang
mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 hingga 1.000 tenaga kerja Indonesia selama 5
tahun berturut-turut. Dalam rangka penyempurnaan, wajib pajak (WP) kali ini cukup
mengakses Online Single Submission (OSS) dalam rangka mengurus permohonan fasilitas
PPh dan fasilitas-fasilitas lain seperti percepatan penyusutan dan amortisasi, pengenaan PPh
atas dividen sebesar 10%, dan kompensasi kerugian.
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:54
PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU
PENANAMAN MODAL
PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL

DAMPAK PERUNDANG-UNDANGAN PENANAMAN MODALPEREKONOMIAN

          Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternative untuk memenuhi


kebutuhanmodal pembangunan. Di Indonesia PMA diatur dalam Undang-Undang
Penanaman ModalAsing (UUPMA) yang merupakan landasan hukum mengalirnya PMA ke
Indonesian sejalandengan perubahan keadaan sosial politik dan ekonomi diperlukan pula
peraturan PMA yangmampu mempercepat perkembangan ekonomi nasional dalam
mendorong tercapainyasasaran pembangunan ekonomi nasional. Landasan ini merupakan
alasan pokok lahirnyaUUPMA tahun 2007.

         UUPM yang baru disahkan untuk mengatur azas dan tujuan penanaman
modal,kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha dan kedudukan, perlakuan
terhadappenanaman modal, ketenagakerjaan, bidang usaha, perkembangan penanaman
modal bagiusaha mikro kecil, menengah dan koperasi, hak dan kewajiban dan tanggung
jawab penanammodal, penyelenggaraan urusan penanaman modal, kawasan ekonomi
khusus, sertapenyelesaiansengketa dan sanksi

          Di bidang kelembagaan, UUPM memberikan tugas kepada Badan


KoordinasiPenanaman Modal yang dipimpin oleh Kepala Badan yang diangkat oleh dan
bertanggungjawab langsung kepada presiden untuk melakukan koordinasi pelaksanaan
kebijaksanaanpenanaman modal, termasuk membuat peta penanaman modal Indonesia,
mengembangkanpeluang dan potensi di daerah.

        Disahkannya UU Penanaman Modal (CLPM) mempunyai banyak makna. Dilihat dari


sisimenarik investasi, UUPM merupakan karpet merah untuk menarik investasi. UUPM
jugaberfungsi untuk membatalkan niat investor dari bujukan dari negara lain yang
jugamenawarkan daya tarik investasinya. Posisi tawar menawar dan daya tarik investasi
antarNegara akan menjadikan persaingan investasi dalam merebut investasiglobal.

Fasilitas untuk penanam modal:

1. Fasilitas fiskal bagi penanam modaldalam bentuk perseroan terbatas


2. Kemudahan pelayanan hak atas tanahyarg dapat diberikan dan diperpanjangdi muka
sekaligus dan dapat diperbaruikembali atas permohonan penanammodal, namun
dapat dihentikan ataudibatalkan oleh Pemerintah jika mene-lantarkan tanah,
merugikan kepen-tingan umum dan tidak memanfaatkantanah sebagaimana tujuan
pemberianhak. Fasilitas hanya diberikan kepadapenanam modal yang antara
lainmemerlukan jangka panjang, tidakmemerlukan areal luas dan yang
tidakmenganggu rasa keadilan masayarakatdan tidak merugikan kepentingan.
3. Kemudahan pelayanan keimigrasianyang dapat diberikan untuk pena-naman modal
yang membutuhkantenaga asing dan calon penanam modalyang melakukan
penjajakan usaha; dan
4. Kemudahan pelayanan perizinan imporbarang sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan yang ada dan tidak memberidampak negative
terhadap kesela-matan, keamanan kesehatan, lingku-ngan hidup dan moral bangsa,
atauuntuk keperluan relokasi pabrik keIndonesia, serta kebutuhan bahan bakudan
barang modal untuk produksisendiri.

        Di bidang kelembagaan, UUPMmemberikan tugas kepada Badan Koor-dinasi


Penanaman Modal, yang dipim-pinoieh seorang Kepala Badan yang diangkatoleh dan
bertanggungjawab langsungkepada Presiden untuk melakukan koor-dinasi pelaksanaan
kebijakan penanamanmodal, termasuk membuat peta pena-naman modal Indonesia,
mengembangkanpeluang dan potensi di Daerah dan mem-promosikannya.

         Tentunya dalam pembahasanUndang-undang ini, Pemerintah dan DPRmenjadikan


kepentingan nasional sebagaiacuan utama. Undang-Undang ini jugamengandung rambu-
rambu untuk menjagakepentingan nasional sehingga penanammodal asing mendapat
perlakuan yangsama hanya untuk sektor yang terbuka-untuk mereka. Undang-Undang ini
menga-tur dengan jelas bidang-bidang usaha yangtertutup, bidang usaha yang
terbukadengan syarat kepemilikan modal, lokasi,kemitraan, dan pencadangan untuk
wahamikro, kecil dan menengah.

       Kepentingan nasional yang menjadikriteria untuk daftar sektor yang tertutupantara lain
adalah kese-hatan, moral kebu-dayaan, lingkungan hidup, pertahanan
dankeamanannasional, serta kepentingannasional lainnya. Sebagai langkah tindak lanjut
daripengesahan UUPPA ini Pemerintah akanmelakukan finalisasi peraturan pelaksanayang
diamanatkan UUPM, antara lainPeraturan Presiden tentang Kriteria danPenyusunan Bidang
Usaha yang Tertutupdan Terbuka dengan Persyaratan, danPeraturan Presiden tentang Tata
Cara danPelaksanaan Pelayanan Terpadu.

 Dampak Undang-Undang Penanaman Modal

         Disahkannya UU Penanaman Modal(UU PM) mempunyai banyak makna. Jikadilihat


dari sisi upaya menarik investasi, UUPM merupakan "karpet merah"untukmenarik investasi.
Bukan hanya menarik investor agarmau menanamkan modalnya di Indonesiadengan
berbagai insentifnya. Namun, lebihjauh lagi ialah memba-talkan niat investordari bujukan
negara lain yang juga sedangmenawarkan daya tarik investasinya disana. Daya tarik
investasi suatu negaramemang bukan hanya terdiri atas kebijakanproinvestor pun
kampanye paket-paketinsentif tertentujika berinvestasi.

        Namun, juga harus mempertim-bangkan posisi tawar kita dari daya tarikinvestasi
negara lain yang juga menjadipesaing dalam merebut investasi global.Bukan tidak murigkin
UU PM yang sudahdisahkan di Indonesia, akan disaingi segeradengan UU PM negara lain
yang lebihn.enarik terutama di China dan India. Iniberarti tanpa inovasi dalam UU PM,
kitaakan ketinggalan terus menerus dalamkompefisi investasi global.

        UU PM ini mendapat sorotan dariberbagai kalangan. Jika ditelisik lebih dalam,tampak
bahwa kekhawatiran dengan libe-ralisasi UU PM jauh melihat dampak ;penanaman modal
yang tidak hanya padawilayah ekonomi belaka, tapi dikhawa-tirkanbisa berdampak ke
berbagai faktornonekonomi. Padahal, UU PM dibuat dengan fokus pada upaya menarik
investasi.Tak terlalu dipersoalkan apakah investasi ituberdampak negatif pada negara,
rakyat,atau lingkungan alam, meski khusul sepertiitu diakomodasi. Tampaknya hal ini
bukanperhatian utama dari UU PM.

Penanaman ModalAsing di Indonesia

         Republik Indonesia memiliki keka-yaan alam melimpah akan tetapi pembuatkebijakan
investasi memandang bahwapelaku usaha nasional belum memilikikapasitas yang cukup
dalam mengelolakekayaan alam yang masih berbentukpotensi dan terpendam di bumi
Indonesia.UU Penanaman Modal-Asing (UU PMA) dalam upaya menggerakkan
ekonominasional dengan perusahaan-perusahaanasing yang diberi kesempatan
berinvestasidi Indonesia.

        Ada beragam fasilitas yang dibe-rikan bagi pemodal asing yang diberikanoleh UU
PMA, antara lain (i) fasilitas penge-sampingkan bea masuk bagi barang modalyang sesuai
dengan usulan kegiataninvest-tasi, (ii) tax holiday dalam pajak penghasilanselama belum
tiba masa produksi komersial,(iii) kepastian repatriasi segala keuntunganatau dividend ke
negara asalnya setiap saat.

Dampak Positif Investasi Asing

          Kebijakan dan aturan investasi asingyang komprehensif dan detail dan dibarengioleh
fungsi pembinaan, pengawasan daiipenindakan yang konsisten akan mengha-silkan
dampak positif bagi kepentingannasional. Dampak positif antara lain adalahterciptanya
lapangan kerja bagi tenaga kerjalokal, terbangunnya skill dan kompetensitertentu pada
tenaga kerjalokal, terba-ngunnya semangat kewirausahaan padapengusaha lokal dan
meningkatkan peng-hasilan yang cukup dan layak, pengusahalokal dapat lebih terpacu
untuk berpar-tisipasi bersama dengan asing dalammenghasilkan barang dan jasa yang
lebihbermutu, Negara dapat memperoleh pema-sukan pajak penghasilan atau pajak
pertam-bahan nilai dari beragam aktivitas kegiatanusaha, sehingga pada gilirannya
kualitashidup seluruh masyarakat termasuk peme-gang kewenangan dalam lembaga
eksekutif,legislative serta yudikatif dapat meningkat.

         Dibukanya kesempataninvestasibagi pelaku usaha asing, selain dampakpositif, tentu


memiliki sejumlah efek yangberdampak negatif bagi kepentingannasional. Dampak negatif
sering muncultatkala (i) badan penanaman modal danpemberi ijin yang merupakan
pemegangkewenangan tidak melakukan fungsi Zpengawasan dan pembinaan serta penin-
dakan yang dijalankan secara konsisten, (ii)kebi-jakan dan aturan yang ada
secarakomprehensif tidak mengatur hal-hal teknis,agar memudahkan pembinaan, penga-
wasan, serta penindakan.

Peran Birokrasi Negara dalam kegiataninvestasi asing

         Patut dipahami bahwa padadasarnya pelaku usahalah, baik asing ataulokal yang
menyediakan lapangan kerja danmenghasilkan produk yang bernilai tambah.Produk yang
bernilai tambah tidak diha-silkan oleh birokrasi, melainkan pelaku usaha. Birokrasi hanyalah
bertindak selakukatalisator (dengan dua fungsi utama selakupolicy maker dan
regulator)yangberfungsimeninggalkan efisien dan efektifitaskegiatan produksi barang dan
jasa.

         Melalui fungsi kebijakan, birokrasiberperan untuk membangun visi dan misidalam
merancang disain pembangunanjangka pendek, menengah dan panjang,guna memastikan
kepentingan nasional,kepentingan semua pemangku kepentingandapat terpelihara,
sehingga tujuan bersamayaitu keadilan dan kemakmuran dapatperlahanlahan terbentuk.
Melalui fungsi regulasi, birokrasiberperan untuk membina, mengawasi sertamenindak
pelaku usaha yang menyimpangdari koridor aturan yang sudah disepakatibersama. Setiap
penyimpangan aturanbersama baikk oleh pelaku usaha ataubirokrasi penegakan hukum
dapat ditaf-sirkan sebagai (i) upaya menjauhkan ataumemperlambat tercapainya tujuan
bersamayaitu keadilan dan kemakmuran, (ii) upayamelemahkan kewibawaan hukum
danbirokrasipembuat kebijakan dan penegakhukum itu sendiri.

          Guna mengotimalkan fungsi kebi-jakan dan regulasi, para pembuat kebijakandan
aturan perlu Renyadari secara mutlakpentingnya penerapan serta penegakanprinsip-prinsip
GOOD PUBLIC GOVERNANCEdi dalam tubuh birokrasi sendiri. Goodpublic governance
memiliki 5 prinsip, yaitufairness (keadilan/kewajaran),, ccountability(akuntabilitas/tanggung-
gugat), responsibi-lity (tanggungjawab), serta transparansi(keterbukaan). Ada beraneka
permasalahan dalamhubungan antara pelaku usaha asing danlokal dalam kerangka
penanaman modalasing, yang akan dituangkan oleh penulisdalam tulisan herikutnya.
Penulis menutuptulisan ini dengan menekankan bahwapembuatan kebijakan atau aturan
apapunyang baik tidak akan dapat merealisasikantujuan awal yang disepakati
bersama,sepanjang prinsip good public governancetidak diterapkan dengan konsekuen
dankonsisten oleh birokrasi Negara.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 23:03

Ketentuan-Ketentuan Pokok Di Bidang Investasi atau


Penanaman Modal
A Kebijakkan Umum Penanaman Modal

Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan investasi, indonesia memiliki potensi yang
sangat besar, antara lain:

1. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaa alam yang melimpah,

2. Upah buruh yang relatif rendah,

3. Pasar yang sangat besar

4. Lokasi yang strategis,

5 Adanya upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mendorong iklim investasi yang
sehat

6. Tidak adanya pembatas atas arus devisa, termasuk atas modal dan keuntungan, dan lain-
lain

     Disamping potensi yang sangat besar tersebut, juga terdapat beberapa kelemahan yang
dapat menjadi kendala dalam menarik investasi (khususnya investasi asing) yang mencakup
hal-hal seperti:

1. Kurangnya keterampilan tenaga kerja yang ada,

2. Birokrasi yang kadang-kadang terlalu panjang dan dapat membengkakkan biaya awal
dan operasional,

3. Stabilitas keamanan yang agak kurang stabil sejak beberapa tahun terakhir (sejak 1997),

4. Kebijakkan yang seringkali berubah-ubah,

5. Kurang adanya kepastian hukum,


6. Mekanisme penyelesaian sengketa yang kurang credible sehingga kurang
menguntungkan investor,

7. Kurang adanya transparansi dan lain-lain,

B. Bentuk-bentuk badan usaha

   Secara umum, bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia dapat dibagi atas :

1. Badan usaha perseorangan,

2. Badan usaha berbentuk perserikatan, dan 

3. Badan usaha yang berbentuk perseorangan.

   Dalam uraian berikut akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai masing-masing badan
usaha tersebut dalam konteks penanaman modal.

1. Badan usaha perseorangan

Merupakan bentuk badan usaha yang paling sederhana, dimana si pemilik mempunyai
tanggung jawab penuh atas usahanya tersebut sampai dengan kekayaan pribadinya. Warga
negara asing tidak diperkenan untuk melakukan investasi dalam bentuk ini.

2. Badan usaha berbentuk perserikatan

Ada 2 tipe perserikatan yang umum dikenal, yaitu perserikatan berbentuk firma dan CV
(commanditaire venootschap). Pada firma tanggungjawab setiap patner bersifat tidak
terbatas (unlimited) dan mencakup pula harta pribadinya, sementara pada CV
tanggungjawab satu atau lebih patnernya bersifat terbatas pada modal yang mereka setor
sebagai kontribusi kepada kegiatan usaha yang dilakukan. Para patner yang
tanggungjawabnya bersifat terbatas tersebut bertindak sebagai silent patner dan tidak turut
serta dalam menjalankan usaha.

3. Badan usaha yang berbentuk perseroan

Badan usaha dalam bentuk perseroan ini terdiri atas Perseroan Terbatas, BUMN, Perusahaan
Patungan, Kantor Cabang Perwakilan, atau Agen dari Perusahaan Asing.

C. Aspek Kelembagaan

Untuk memahami aspek-aspek kelembagaan yang terkait dengan kegiatan investasi perlu
diuraikan beberapa lembaga/instansi terkait, antara lain sebagai berikut :
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

2. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD)

3. Badan Departemen Teknis Terkait 

D. Pembatasan Terhadap Kegiatan Investasi Penanaman Modal 

Dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan investasi asing, telah
diterapkan beberapa bentuk pembatasan. Pembatasan-pembatasan tersebut berbentuk
antara lain sebagai berikut.

1. Menetapkan bidang-bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal asing

2. Penetapan persyaratan investasi minimal bagi perusahaan penanaman modal asing

3. Keharusan membentuk perusahaan patungan di bidang penanaman modal asing

4. Keharusan untuk melakukan divestasi

5. Pembatasan mengenai jangka waktu investasi

6. Pembatasan atas hak-hak atas tanah.

E. Insentif dalam Bidang Penanaman Modal

Secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang bersifat non pajak dapat
dibagi atas :

1. Diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi 

2. Jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu;

3. Telah diratifikasinya konvensi penyelesaian sengketa investasi oleh Indonesia, termasuk


pengakuan atas wewenang ICSID dalam penyelesaian sengketa investasi;

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase pada BANI;

5. Tersedianya kawasan-kawasan industri (Industrial Estates).

Terakhir diperbaharui: Monday, 2 November 2020, 12:10


MANFAAT INVESTASI DI PASAR MODAL UNTUK
INDONESIA DAN PERBEDAAN PMA&PMDN

Investasi bukan monolog, tetapi dialog yang menimbulkan hubungan timbal balik. Saat
perusahaan memutuskan untuk menjual sahamnya di bursa efek, maka sudah pasti ada modal
yang tengah disuntikkan agar roda industri bisa berjalan. Industri yang berjalan berpotensi
untuk berkembang sehingga menghasilkan profit yang diharapkan. Itulah mengapa investasi
penting untuk semua pihak, tidak hanya kepada investor secara individual.

Melalui investasi yang dilakukan masyarakat, perusahaan dapat meningkatkan peralatan


usaha, menambah karyawan, dan melakukan ekspansi pada usahanya. Lapangan kerja akan
terbuka untuk mencari sumber daya yang unggul. Perusahaan bisa tumbuh dengan baik
sehingga mampu memberikan pajak yang lebih besar kepada pemerintah.

Saat perusahaan mampu menghasilkan pajak yang besar, target pertumbuhan ekonomi negara
bisa tercapai. Pemerintah bisa membangun infrastruktur, meningkatkan kualitas pendidikan,
memperluas fasilitas kesehatan, dan sebagainya.

Ada tiga manfaat utama pasar modal bagi negara, di antaranya sebagai berikut.

1. Mengurangi Pengangguran
Dengan modal yang bergulir ke perusahaan dan pemerintahan, pembangunan akan dilakukan
dan peluang menambah sumber daya akan terbuka secara lebar. Investasi yang kita lakukan
akan membangun pabrik, infrastruktur, meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan, dan
secara otomatis membuka banyak lapangan pekerjaan yang diperlukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan.

Dengan begitu, aktivitas produksi dapat berjalan dengan baik didukung dengan sumber daya
manusia yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Memajukan Negara dalam Jangka Panjang


Jika investor domestik memiliki peran yang lebih besar, perekonomian negara dalam jangka
panjang bisa lebih terjamin. Investor luar memang membantu pertumbuhan perekonomian
Indonesia dalam jangka menengah. Tetapi dalam jangka panjang, keuntungan yang lebih
besar akan mengalir ke negara asal investor tersebut.

Jika investor domestik menyadari hal ini, seharusnya, mengambil peran besar di negara
sendiri tidak lagi jadi masalah. Sebab dalam jangka panjang, investasi bisa menghasilkan
buah yang diinginkan.

3. Meningkatkan Pendapatan Per Kapita


Masih ingat dengan rumus perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)? PDB atau
pendapatan nasional merupakan cermin pertumbuhan ekonomi negara yang dihitung melalui
empat komponen utama, di antaranya konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G),
dan total bersih ekspor (X) dikurangi impor (M).

Perbedaan PMA Dengan PMDN 

“Penanam modal dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah
Negara Republik Indonesia. Sedangkan penanam modal asing adalah warga negara asing,
badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
negara Republik Indonesia. Artinya adalah dilihat dari subjek (penanam modal) dan objek
(modal), terdapat perbedaan antara PMDN dan PMA. PMA merupakan singkatan
dari Penanaman Modal Asing, sedangkan PMDN adalah Penanaman Modal Dalam Negeri.
Dilihat dari pengertian singkat tersebut, secara eksplisit perbedaan antar keduanya sudah
dapat diketahui. Penjelasan lanjut mengenai PMA dan PMDN sudah tercantum pada
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 1 pada UU
tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Sedangkan penanaman modal asing (PMA) didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun hasil berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Kegiatan penanaman modal berupa PMA atau PMDN memiliki kesamaan
tujuan, yakni keduanya harus ditujukan untuk mendukung kemajuan perekonomian nasional.
Namun, tentu ada perbedaan di antara keduanya. Apa saja perbedaan lebih lanjut di antara PT
PMA dan PMDN?  

1. Subyek Penanam Modal Penanam modal dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia,
badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman
modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Sedangkan penanam modal asing adalah
warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman
modal dapat berupa investasi langsung maupun skema lainnya.

2. Kewajiban Ketenagakerjaan dan Alih Teknologi Pada asasnya, setiap perusahaan dapat
menjadi tempat pembelajaran bagi para karyawannya untuk meningkatkan kemampuan dari
yang bersangkutan. Peningkatan kemampuan tersebut nanti akan berguna bagi diri karyawan
dan perusahaan itu sendiri. Hanya saja terdapat kewajiban khusus bagi PMA. PMA
diwajibkan untuk memprioritaskan mempekerjakan tenaga kerja Indonesia terlebih dahulu.
PMA juga wajib untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia
melalui pelatihan kerja. Bahkan apabila perusahaan mempekerjakan tenaga kerja asing,
perusahaan wajib melatih dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia. 

3. Pembatasan Sektor Investasi Pada dasarnya semua jenis bidang atau jenis usaha dapat
dimanfaatkan oleh kegiatan penanaman modal. Namun dapat terjadi pengecualian bidang
usaha jika diatur oleh undang-undang. Pengecualian ini dapat dilihat pada Daftar Negatif
Investasi (DNI) yang terbaru terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016.
Perusahaan PMA misalnya, dilarang menanamkan modalnya untuk bidang usaha produksi
senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang. Penetapan bidang usaha yang tertutup bagi
PMA dan PMDN selanjutnya diatur oleh Peraturan Presiden. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa bidang usaha yang tertutup tersebut berkaitan dengan kriteria kesehatan, moral,
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional serta kepentingan
nasional lainnya. Namun Pemerintah membuka seluas-luasnya bagi PMA dan PMDN bidang
usaha untuk kepentingan nasional, seperti perlindungan sumber daya alam, pengembangan
usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan
badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah. 

4. Fasilitas Tambahan Dalam Hal Keimigrasian PMA memiliki fasilitas tambahan dalam
kaitannya dengan pelayanan keimigrasian tentang perizinan tinggal, PMA diberikan fasilitas,
yaitu: pemberian izin tinggal terbatas selama dua tahun; pemberian izin tinggal tetap dapat
dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama dua tahun berturut-turut; pemberian izin masuk
kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa
berlaku satu tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 bulan terhitung sejak izin
tinggal terbatas diberikan; pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan
bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku dua tahun diberikan untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; pemberian
izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap
diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak izin tinggal tetap
diberikan; Pemberian izin tinggal terbatas bagi PMA dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Keimigrasian atas rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Demikianlah pembahasan mengenai PMA dan PMDN dalam hal perbedaan dan
persamaannya sesuai dengan yang tercantum pada undang-undang. Kesimpulan umum
terkait perbedaan antara PMA dengan PMDN adalah terletak pada subjek dan objek serta
fasilitas yang didapatkan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Namun meskipun
berbeda, baik PMA maupun PMDN keduanya memiliki peran penting dalam membantu
menggerakan roda perekonomian Nasional.
Terakhir diperbaharui: Tuesday, 3 November 2020, 23:51

KEBIJAKKAN UMUM PENANAMAN MODAL


KEBIJAKKAN UMUM PENANAMAN MODAL

KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL (Pasal 4 ayat 2)

       Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal
asing, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Menjamin kepastian hukum,
kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan
memberikan perlindungan kepada UMKM dan Koperasi.

(Pasal 4 ayat 3) Kebijakan Dasar Penanaman Modal diwujudkan dalam Rencana


Umum Penanaman Modal

Bentuk Badan Usaha dan Kedudukan (Pasal 5)


        Penanaman Modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum (PT), tidak berbadan hukum (CV, Firma, Koperasi) atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penanaman
Modal Asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Perlindungan Terhadap Penanaman Modal (Pasal 6 s/d Pasal 8)

         Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara
manapun. Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi nasionalisasi maka akan
diberikan kompensasi sesuai harga pasar. Penanam modal diberi hak untuk melakukan
transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap : Modal; Keuntungan, bunga
bank, deviden dan pendapatan lain; Kompensasi atas kerugian; Kompensasi atas
pengambilalihan.

(Pasal 9)

Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum terselesaikan, hak transfer dapat
ditunda oleh : Penyidik atau Menteri Keuangan dengan meminta kepada Bank atau
Lembaga lain; Pengadilan menetapkan penundaan untuk melakukan transfer.

Tenaga Kerja (Pasal 10)

       Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus


mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia (WNI). Untuk jabatan dan keahlian
tertentu, perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara
asing (WNA).

Bidang Usaha (Pasal 12)

        Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan masing- masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. (Perpres No. 76 dan
No. 77 Tahun 2007)

BIDANG USAHA (PASAL 12 dan 13)

Bidang usaha yg tertutup mutlak untuk penanaman modal dgn alasan :

 merusak kesehatan
 bertentangan dengan moral/keagamaan
 kebudayaan
  merusak lingkungan hidup

Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing, a.l. :

 Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang.


  Bidang usaha lainnya yang berdasarkan UU dinyatakan tertutup (al. UU No. 8/1992
tentang Perfilman, UU tentang Penerbitan Media Massa).

Bidang usaha yg terbuka dng persyaratan, diatur melalui UU sektoral, untuk :

 melindungi kepentingan nasional (SDA, cabotage disektor perhubungan,


perlindungan UMKMK).

Hak Penanam Modal (Pasal 14)

        Kepastian hak, hukum, dan perlindungan. Informasi yang terbuka mengenai bidang
usaha yang dijalankannya. Hak pelayanan. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEWAJIBAN PENANAM MODAL (pasal 15)

       Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yg baik Melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan Membuat LKPM dan menyampaikan ke BKPM Menghormati tradisi,
budaya masyarakat di sekitar lokasi Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tanggung Jawab Penanam Modal (Pasal 16)

       Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menanggung dan menyelesaikan
segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggal-kan atau
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menciptakan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Mematuhi
semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:57

BENTUK-BENTUK BADAN USAHA


BENTUK-BENTUK BADAN USAHA
Pengertian Badan Usaha

      Suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber2 ekonomi atau faktor-faktor
produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dan memuaskan masyarakat

Klasifikasi Badan Usaha

        Berdasarkan lapangan usahanya Berdasarkan kepemilikan modal Berdasarkan


tanggung jawab anggotanya Berdasarkan penggunaan tenaga mesin dan tenaga kerja
(SDM)

       Berdasarkan Lapangan Usahanya

Pertanian Pertambangan Industri Perdagangan Jasa

BUMN (UU No 19 tahun 2003) Pasal 1

       Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,
adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.

Berdasarkan Tanggung Jawab Anggotanya

       Perusahaan perorangan (Firma dan CV) Perseroaan terbatas (PT) Perusahaan Perseroan
Perusahaan Umum BUMN

Bentuk bentuk badan usaha :

1. Perusahaan perorangan
2. Persekutuan (Firma, CV)
3. Perseroan Terbatas (PT)
4. Perusahaan Negara (BUMN)
5. Perusahaan Daerah
6. Koperasi

Perusahaan Perseorangan

       Modal perusahaan berasal dari seseorang yg sekaligus pengelola, pengusaha dan
pemimpin perusahaan tersebut. Tidak memerlukan anggaran dasar Modal sendiri atau
pinjaman Tidak ada pemisahan harta pribadi dan perusahaan Umumnya merupakan
perusaan kecil

Kelebihan Badan Usaha Perorangan

       Lebih mudah didirikan atau dibubarkan Pemilik memiliki kendali penuh Manajemen
fleksibel Pemilik menerima semua keuntungan Biaya pengorganisasian dan pembubaran
rendah Pemilikdapat menjual bisnisnya kepada siapa saja

Kelemahan Badan Usaha Perorangan

       Jumlah modal usaha terbatas Seluruh risiko perusahaan menjadi tanggungjawab
pemilik, sampai harta pribadi Jika keuntungan tinggi dapat terkena pajak lebih tinggi
daripada bentuk perseroan Karyawan tidak mudah ikut serta dalam kepemilikan secara
finansial Pergantian kepemilikan dan ketidakcakapan manajemen menjadi masalah yang
rawan bagi perusahaa

Perusahaan Persekutuan

      Merupakan perhimpunan dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis Ikatan kerjasama
ini bisa berupa tertulis atau lisan Terdapat dua jenis Persekutuan Firma Persekutuan
komanditer

Jenis-jenis modal dalam PT

1. Modal dasar: modal yg disebut dalam akta pendirian


2. Modal yang ditempatkan: modal yang sanggup disertakan
3. Modal yang disetor: modal yang benar-benar telah diserahkan

Kelemahan PT Prosedur pendirian relatif sulit

       Harus membuat laporan (termasuk pajak) kepada pemerintah Beberapa pajak yang
dikenakan Kerahasiaan kurang terjamin Pemegang saham hanya sedikit memiliki kendali
Harus ada ijin khusus untuk usaha tertentu Kurangnya hubungan perseorangan
Badan usaha Milik Negara

      Seluruh modalnya dimiliki negara Bentuk: PERJAN (Perusahaan Jawatan: bagian dari
depertemen PERUM (Perusahaan Umum): melayani kepentingan Umum PERSERO
(Perseroan Terbatas): berbentuk PT

Pengesahan Badan Hukum

       Para pendiri koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian secara
tertulis kepada Pejabat, dengan melampirkan: 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi satu
di antaranya bermaterai cukup (dilampiri Anggaran Dasar Koperasi). Berita Acara Rapat
Pembentukan. Surat bukti penyetoran modal. Rencana awal kegiatan usaha.

      Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk
koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang bersangkutan,
dengan ketentuan sebagai berikut: Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil
dan Menengah Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya. Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer
dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan
dan Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di beberapa Propinsi/DI, namun
koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan. Sekretaris Jenderal
Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian
Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.

        Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan oleh Pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan. Terhadap penolakan pengesahan akta
pendirian para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1
(satu) bulan sejak diterimanya penolakan. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang
diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan
permintaan ulang. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. Pengesahan akta pendirian
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pendirian yayasan UU No 28 tahun2004

        Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih Pendiri tersebut harus memisahkan
kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang
kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta
diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Pendirian yayasan Surat keterangan
domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) atas nama Yayasan Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial) atau Ijin/terdaftar di Departemen Agama
untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan).

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:04

ASPEK KELEMBAGAAN DI BIDANG INVESTASI ATAU


PENANAMAN MODAL
ASPEK KELEMBAGAAN DI BIDANG INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL

DASAR HUKUM PENILAIAN PERMOHONAN

       UU No.25/2007 Tentang Penanaman Modal Per Pres No. 77 Tahun 2007 Jo Per Pres
No.111 Tahun 2007 Tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Per Pres No. 27 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Peraturan Perundangan Sektoral

PRINSIP DASAR UU No. 25 Tahun 2007 (Bab I, Pasal 1), penanaman modal :

        penanaman modal dalam negeri penanaman modal asing. 2. Perizinan penanaman


modal dibedakan atas : Bidang usaha yang tidak mendapat fasilitas fiskal, Bidang usaha
yang mendapat fasilitas fiskal *) : Perusahaan tidak memerlukan fasilitas fiskal Perusahaan
memerlukan fasilitas fiskal *) Fasilitas Fiskal yang dimaksud adalah khusus fasilitas sesuai
Peraturan Menteri Keuangan No 176 Tahun 2009 yaitu : Pembebasan Bea Masuk Impor
Mesin/Peralatan Pembebasan Bea Masuk Impor Bahan Baku/Penolong.

Lembaga yang Berwenang Mengkoordinasikan Investasi

        BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : melaksanakan tugas dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengembangkan sektor
usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan
kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan
menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman
modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang
dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; mengoordinasi
penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar
wilayah Indonesia; dan mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)


      Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah Kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan
dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan lembaga
atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen
yang dilakukan dalam satu tempat.

PELAYANAN PENANAMAN MODAL

       Jenis pelayanan penanaman modal adalah : a. pelayanan perizinan; Perizinan adalah


segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman modal yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. b. pelayanan nonperizinan; Nonperizinan adalah segala
bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PELAYANAN PENANAMAN MODAL
        Pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal secara manual
atau melalui SPIPISE Penanam modal wajib menyampaikan formulir permohonan, berikut
persyaratan pada waktu penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE,
mengambil perizinan dan nonperizinan yang telah diterbitkan oleh PTSP. Mekanisme
pelayanan penanaman modal Pedoman pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan
secara elektronik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL

       Jenis perizinan penanaman modal adalah : a. Pendaftaran Penanaman Modal; b. Izin


Prinsip Penanaman Modal; c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal; d. Izin Prinsip
Perubahan Penanaman Modal; e. Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha
Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan; f. Izin
Lokasi; g. Persetujuan Pemanfaatan Ruang; h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); i. Izin
Gangguan (UUG/HO); j. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; k. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP); l. hak atas tanah; m. izin–izin lainnya dalam rangka
pelaksanaan penanaman modal.

JENIS PERIZINAN PENANAMAN MODAL

         Pendaftaran Penanaman Modal; adalah bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai


dasar memulai rencana penanaman modal. Merupakan Persetujuan Awal*) Penanaman
Modal *) persetujuan awal mencakup pendirian baru atau penambahan bidang usaha baru
Wajib bagi perusahaan penanaman modal asing dan dapat dilakukan oleh
perusahaan penanaman modal dalam negeri bila diperlukan

PERIZINAN PENANAMAN MODAL
       Izin Prinsip Penanaman Modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman
modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan
penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Izin Prinsip ini diperuntukkan bagi 2
Perusahaan Penanaman Modal : 1. Perusahaan Penanaman Modal Asing. 2.
Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor
12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal selain Izin
Prinsip Penanaman Modal, terdapat juga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal dan Izin
Prinsip Perubahan Penanaman modal.

          Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip harus memperoleh Izin
Usaha untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan operasi/produksi komersial.
Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip Perluasan harus memperoleh
Izin Usaha Perluasan untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial atas
proyek perluasannya, Izin Usaha Perusahaan penanaman modal yang masing2 telah
memiliki Izin Usaha dan melakukan penggabungan perusahaan (merger) langsung
mengajukan permohonan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman
Modal (merger). - Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Usaha dapat
melakukan perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Izin Usahanya, meliputi
perubahan lokasi proyek, jenis produksi dengan mengajukan permohonan Izin Usaha
Perubahan. - Izin Usaha berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatan usaha.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:12

HUKUM DAN KEBIJAKKAN POKOK DIBIDNAG INVESTASI


YANG BERLAKU SAAT INI DI Era Milenium Baru
A. Hukum Dan Kebijakkan Pokok Di Bidang Investasi Yang Berlaku Saat Ini

   Setelah jatuhnya rezim orde baru oleh kekuatan reformasi pada tahun 1998, serangkaian
upaya pembenahan/penyempurnaan terhadap kebijakan dan ketentuan perundang-
undangan di bidang investasi terus diupayakan oleh pemerintah untuk menciptakan iklim
investasi yang favourable mencakup antara lain:

1. Menyederhanakan proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam


rangka penanaman modal

2. Membuka secara lebih luas di bidang-bidang yang semula tertutup atau dibatasi
terhadap penanaman modal asing

3. Menawarkan berbagai insetif di bidang perpajakan dan non perpajakan 


4. Menyempurnakan berbagai produk hukum dengan mengeluarkan peraturan perundang-
undangan baru yang menjamin iklim investasi yang sehat

B. Perubahan Lingkungan Strategis dan Pengaruhnya Bagi Berkembangnya Paradikma


Baru dalam Bidang Hukum Investasi dan Penanaman Modal

   Dalam upaya menyempurnakan Hukum dan kebijakan Investasi yang mampu bersaing
serta sanggup menghadapi tantangan global dalam era melenium baru, kiranya mutlak
diperlukan adanya observasi mendalam terhadap berbagai perubahan lingkungan strategis,
baik yang bersifat eksternal (Internasional/global) maupun internal (Nasional/domestik)
terutama pengaruhnya membentuk paradikma baru dalam bidang hukum dan kebijakan
investasi, seperti berikut:

1. Perubahan lingkungan internal (Nasional/domestik)

2. Lingkungan eksternal (Internasional/global) 

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:27

MASALAH PERIZINAN PMDN dan PMA SERTA KRITERIA


PENANAMAN MODAL
Khusus dalam bidang penanaman modal, pemerintah berwenang mengeluarkan izin: 

Pendirian sistem pelayanan satu atap (one stop services) di bidang penanaman modal,Izin
penggabungan perusahaan (merger),Izin mendirikan kantor perwakilan perusahaan asing,
Surat persetujuan penanaman modal (PMDN dan PMA), Izin lain yang berkaitan dengan
koordinasi, perencanaan, penetapan dan pemberian izin penanaman modal (PMA dan
PMDN); usulan pemberian insentif fiskal dan pemberian insentif nonfiskal,penyelenggaraan
kegiatan promosi penanaman modal dalam dan luar negeri; penyelenggaraan kerja
sama penanaman modal dalam dan luar negeri; penetapan sistem pelaporan, sistem dan
prosedur pelayanan penanaman modal dan yang terakhir Angka pengenal impor terbatas
(APIT). 

Selain aspek kepastian hukum, baik penanam modal asing maupun penanam modal dalam
negeri akan mempelajari faktor lain terlebih dahulu untuk menentukan sikapnya dalam
menanamkan modalnya. Anna Rokhmatussa’dyah sebagaimana dikutip oleh Soedjono
Dirdjosisworo mengatakan bahwa setiap penanam modal terutama penanam modal asing
akan dipengaruhi oleh: 
1. Sistem politik atau ekonomi negara yang bersangkutan; 

2. Sikap rakyat dan pemerintahannya terhadap orang asing dan modal asing;

 3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan; 

4. Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya; 

5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam pembuatan hasil
produksi; 

6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;

7. Tanah untuk tempat usaha; 

8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai;dan 

9. Peraturan perundang-undangan dan aspek kepastian hukum yang mendukung jaminan


akan usaha yang dijalankannya.

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat. Perizinan dalam rangka penanaman modal adalah segala bentuk
persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan. Dalam
rangka peningkatan pelayanan terhadap para investor, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
Modal) antara lain telah memprakarsai pelaksanaan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu).
Dalam pelaksanaan sistim PTSP bertujuan untuk menciptakan penyederhanaan untuk
menciptakan penyederhanaan dan percepatan penyelesaian perizinan. Dalam pengaturan
perizinan investasi di Indonesia ini ditemukan proses atau prosedur perizinan berbelit-belit
dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah
memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap.
Didalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal dicantumkan dalam Pasal 34 ayat
(1) dan Ayat (3) mengenai prosedur permohonan izin prinsip yang berbelit-belit dan
berlapis, yaitu :

a.Pasal 34 ayat (1), yaitu permohonan izin prinsip bagi perusahaan penanaman modal asing
yang bidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3)
disampaikan ke PTSP BKPM dengan menggunakan formulir izin prinsip, sebagaimana
tercantum dalam lampiran III dalam bentuk hardcopy atau softcopy berdasarkan investor
module BKPM. 

b. Pasal 34 ayat (3), yaitu Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterbitkan izin prinsip dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia u.p. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum,
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan
Menengah, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Duta Besar
Republik Indonesia di Negara asal penanaman modal asing, Direktur Jenderal Pajak,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan, Gubernur
yang bersangkutan, Bupati/Walikota yang bersangkutan, Kepala PDPPM, dan Kepala
PDKPM.

 Oleh sebab itu, menurut Pasal tersebut diatas dapat dilihat bahwa Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal mengatur tentang proses perizinan pada penanaman
modal asing yang berbelit-belit dan berlapis karena untuk mendapatkan penerbitan
permohonan izin prinsip harus melalui banyak instansi terkait dalam permasalah ini,
sehingga dapat menghambat investor dalam menanamkan modalnya, khususnya bagi
investor asing.

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman


Modal (“UU Penanaman Modal”) yang disebut dengan penanaman modal adalah:

 
Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
 
Penanam modal adalah orang atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang
dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
 
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa penanaman modal dibagi menjadi dua.
Pertama, penanaman modal dalam negeri (“PMDN”) definisinya dapat ditemukan
dalam Pasal 1 angka 2 UU Penanaman Modal sebagai berikut:
 
PMDN adalah  kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri.
 
Sedangkan penanaman modal asing (“PMA”) definisinya disebutkan dalam Pasal 1 angka 3
UU Penanaman Modal sebagai berikut:
 
PMA  adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
 
Kriteria PMDN dan PMA dalam UU Penanaman Modal adalah sebagai berikut:

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:28


Hukum dan Kebijakkan Pokok di Bidang Investasi yang
Berlaku Saat Ini
Kebijakan investasi di indonesia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SUGENG BUDIHARSONO Bahan
Kuliah Minggu ke-5 MK Promosi Investasi dan Region Branding, 2019

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

1. Undang Undang No. 25 tahun 2007 merupakan kebijakan tentang Penanaman


Modal dalam rangka periunya peningkatan penanaman modal untuk mengolah
potensi ekonomi merijadi kekuatan riil, baik menggunakan modal yang bersumber
dari dalam negeri maupun luar negeri, merupakan salah satu cara pemerintah untuk
mempercepat pembangunan ekonomi nasional tanpa harus mengorbankan
kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia.
2. Penanaman modal dalam negeri adalah penanaman modal yang ditujukan untuk
melakukan usaha yang berada di dalam negeri dan dilakukan oleh penanam atau
investor lokal. Sedangkan penanaman modal luar negeri maksudnya
adalah penanaman modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang berada di
dalam negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor asing baik penanaman
modal ini dilakukan sepenuhnya oleh orang asing atau secara patungan.
3. Pada prinsipnya Undang-undang ini mengatur secara komprehensif berbagai hal
mengenai kegiatan penanaman modal langsung di Indonesia untuk menetapkan
iklim investasi yang kondusif tetapi tetap mengedepankan kepentingan nasional.
Dasar pemikiran UU PM ini adalah bahwa investasi merupakan instrumen penting
pembangunan nasional dan diharapkan dapat menciptakan kepastian berusaha bagi
penanam modal dalam dan luar negeri untuk meningkatkan komitmennya
berinvestasi di Indonesia.
4. Beberapa pasal yang ada dalam UU Penanaman Modal, terdapat beberapa hal yang
tidak konsisten, dimana terjadi pertentangan substansi bahkan maksud dan tujuan
dari nilai filosofis Undang-undang tersebut. Di dalam UU Penanaman Modal ini juga
banyak memuat bidang yang sebenarnya telah memiliki aturan perundangan sendiri,
seperti misalnya UUPA, UU Pasar Modal, UU PT, dan lain sebagainya.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI I-IV

1. Paket Kebijakan Jilid I Memiliki tiga fokus, pertama mendorong daya saing industri
nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian
usaha. Kedua, mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan
berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis
nasional, dan yang ketiga meningkatkan investasi di sektor properti.
2. Paket Kebijakan Jilid II Berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk
mempermudah investasi, baik PMDN maupun PMA. Seperti kemudahan lahayan
investasi 3 jam, tax allowance dan tax holiday lebih cepat, pembebasan PPN untuk
alat transportasi, insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, insentif
pengurangan pajak bunga deposito, perampingan izin sektor kehutanan.
3. Paket Kebijakan Jilid III Isinya melengkapi paket kebijakan I dan II. Namun paket ini
mencakup penurunan tarif listrik dan harga BBM serta gas. Kedua, perluasan
penerima KUR. Ketiga, penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman
modal. • Paket Kebijakan Jilid IV Mengatur mengenai penetapan formulasi
penetapan UMP yang bertujuan untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI V - VIII

1. Paket Kebijakan Jilid V Berisi mengenai revaluasi aset untuk perusahaan BUMN serta
individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk REIT
2. Paket Kebijakan Jilid VI Memuat soal insentif untuk kawasan ekonomi khusus (KEK),
pengelolaan sumber daya air dan penyederhanaan izin impor bahan baku obat dan
makanan oleh BPOM.
3. Paket Kebijakan Jilid VII Mengatur soal kemudahan mendapatkan izin investasi,
keringanan pajak untuk pegawai industri padat karya, dan kemudahan mendapatkan
sertifikat tanah.
4. Paket Kebijakan Jilid VIII Mencakup 3 paket, yang pertama one map policy, kedua
mempercepat pembangunan kilang minyak untuk meningkatkan produksi kilang
nasional, yang ketiga adalah pemberian insentif bagi jasa pemeliharaan pesawat.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI IX- XII

1. Paket Kebijakan Jilid IX Mengatur soal percepatan pembangunan infrastruktur


tenaga listrik, stabilisasi harga daging, dan peningkatan sektor logistik desa-kota. •
Paket Kebijakan Jilid X Terdapat 10 poin penting yang diharapkan mampu
memperbaiki peringkat kemudahan berbisnis Indonesia (EODB). Pertama kemudahan
dalam memulai usaha, kemudahan pendirian bangunan, ketiga pendaftaran properti,
keempat pembayaran pajak, kelima akses perkreditan, keenam penegakan kontrak
dengan mengatur penyelesaian gugatan sederhana, ketujuh penyambungan listrik,
kedelapan perdagangan lintas negara, kesembilan penyelesaian permasalahan
kepailitan, dan 10 perlindungan terhadap investor minoritas.
2. Paket Kebijakan Jilid XI Mengatur soal KUR yang diorientasikan ekspor dan dana
investasi real estate, prosedur waktu sandar dan inap barang di pelabuhan (dwelling
time) dan pengembangan industri farmasi serta alat kesehatan.
3. Paket Kebijakan Jilid XII Mengatur soal mendorong pertumbuhan UKM dengan
memberikan kemudahan memulai usaha.

PAKET KEBIJAKAN XIII - XVI

1. Paket Kebijakan Jilid XIII Menitik beratkan pada mempercepat penyediaan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga yang terjangkau. Caranya
dengan menyederhanakan sekaligus mengurangi regulasi dan biaya pengembangan
untuk membangun rumah.
2. Paket Kebijakan XIV Mengenai peta jalan (roadmap) mengenai perdagangan
berbasis elektronik (e-commerce). Roadmap ini diterbitkan guna mencapai tujuan
sebagai negara digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara di 2020. Ada delapan
aspek pengaturan mengenai roadmap e-commerce meliputi pendanaan, perpajakan,
perlindungan konsumen, pendidikan dan SDM, logistik, infrastruktur komunikasi,
kemanan siber dan pembentukan manajemen pelaksana.
3. Paket Kebijakan XV Pemberian Kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha,
dengan kebijakan yang memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi
nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta meningkatkan usaha
galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri. Kemudahan Berusaha dan
Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa Logistik Nasional, dengan
kebijakan antara lain mengurangi biaya operasional jasa transportasi, menghilangkan
persyaratan perizinan angkutan barang, meringankan biaya investasi usaha
kepelabuhanan, standarisasi dokumen arus barang dalam negeri, mengembangkan
pusat distribusi regional, kemudahan pengadaan kapal tertentu dan mekanisme
pengembalian biaya jaminan peti kemas.
4. Paket Kebijakan Ekonomi XVI Ada tiga poin dalam paket terbaru ini, yakni
memperluas Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (tax holiday), relaksasi
daftar negatif investasi, dan memperkuat pengendalian devisa dengan pemberian
insentif perpajakan.

DAFTAR NEGATIF INVESTASI (1)

1. Daftar Negatif Investasi (DNI) merupakan salah satu alat kebijakan pemerintah yang
berfungsi untuk mengatur investasidi Indonesia. Pada intinya, DNI memuat bidang
usaha (sektor bisnis) mana saja yang tertutup sepenuhnya bagi investasi atau terbuka
sebagian, yakni berinvestasi dengan persyaratan tertentu. Bidang usaha (sektor
bisnis) dan persyaratan dimaksud tercantum dalam Peraturan Presiden tentang
Daftar Negatif Investasi yang direvisi secara berkala sesuai kebutuhan dan
kepentingan pembangunan nasional. Pendekatan yang digunakan oleh pemerintah
dalam menyusun DNI adalah negative approach, dimana bidang usaha (sektor bisnis)
yang dikecualikan dari daftar ini berarti terbuka sepenuhnya bagi asing untuk
berinvestasi.[1]Pengaturan seperti ini lazim dipergunakan oleh pemerintah di
berbagai negara untuk mengatur investasinya.Beberapa negara yang memiliki
pengaturan serupadiantaranya: Executive Order 184 on 10thForeign Investment
Negative List (Philippina)[2], List of Businesses Prohibited for Foreign Investment
(Saudi Arabian General Investment Authority – SAGIA)[3], Special Administrative
Measures (Negative List) on Foreign Investment Access in Shanghai Pilot Free Trade
Zone (Shanghai Municipal Government).
2. Pengalaman best practicedari beberapa negara menunjukan bahwa semakin maju
tingkat pembangunan ekonomi suatu negara maka semakin terbuka terhadap
investasi asing. Dengan demikian, daftar bidang usaha yang masuk dalamnegative
list bagi investasi asing otomatis juga akan semakinpendek, atausemakin mudah
persyaratannya.Pengaturan terhadap investasi asing di negara-negara seperti ini
relatif hampir sama dengan pengaturan terhadap investasi domestiknya. Beberapa
negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang bahkan tidak lagi menerapkan
aturan seperti DNI.

DAFTAR NEGATIF INVESTASI (2)

1. Pemerintah akan berupaya maksimal untuk membuka peluang investasi seluas-


luasnya, terutama bagi investasi asing khususnya di bidang-bidang usaha penting
namun belum mampu dikuasai oleh bangsa Indonesia, sehingga akan memberikan
kontribusi berupa perbaikan level kemampuan teknologi (technology upgrading)
melalui transfer teknologi (spillover), perbaikan keahliandan pengetahuan (improved
skill and knowledge) tenaga kerja maupun memperluas jaringan usaha (business
network expansion), menciptakan lapangan pekerjaan baru, berpotensi menambah
pendapatan negara. Pada prakteknya manfaat tsb belum terjadi secara optimal di
lapangan. Oleh karena itu, aturan dan regulasi pendukung yang berkaitandengan
hal-hal tersebut perlu dibuat dan dilaksanakan secara tegas dan konsisten.
2. Proses penyusunan DNI harus sejalan dan konsisten dengan tujuan pembangunan
ekonomi nasional dan kepentingan publik antara lain: pengembangan UMKM dan
Koperasi, pemerataan pembangunan, perlindungan sosial dan kesehatan masyarakat,
pelestarian lingkungan hidup, bidang usaha strategis bagi NKRI dlsb. Dalam rangka
mengakomodasi tujuan dan kepentingan dimaksud, daftar bidang usaha dalam DNI
diatur melalui dua cara, yaitu a) bidang usaha yang tertutup penuh untuk investasi
(baik domestik maupun asing), dan (b) bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan. Adapun persyaratannya mencakup i) dicadangkan untuk UMKM dan
Koperasi, (ii) besaran kepemilikan modal asing, (iii) melalui kemitraan, (iv)
memerlukan izin khusus, (v) harus berdiri dilokasi tertentu, dan atau (vi) kombinasi
dari persyaratan-persyaratan diatas.

ISU PENTING DALAM PENYUSUNAN DNI


1. Pada pelaksanaannya, banyak bermunculan inkonsistensi aturan yang terjadi di
lapangan. Inkonsistensi ini muncul karena ada perbedaan penafsiran hukum antara
aturan DNI yang bersifat lintas sektoral (generalis) dengan aturan sektoral yang
lebihspesifik (specialis). Aturan mana yang harus diikuti, seandainya terjadi
pertentangan diantara keduanya. Ditambah lagi dengan munculnya isu tata urutan
(hirarki) perundangan, dimana aturan berbentuk Undang Undang (UU)memiliki
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Peraturan Presiden.Akibatnya,
seringkali para pengambil kebijakan sektoraltidak mengindahkan aturan dalam DNI.
Oleh karena itu perlu ada upaya penataan hukum yang terkoordinasi untuk
memecahkan masalah ini. Misalnya 1) menjadikan aturan tentang DNI sebagai
acuan satu-satunya tentang investasi asing dalam penyusunan aturan pelaksanaan
sektoral, (2) mempertegas fungsi kendali dan koordinasi dari Kementerian
Koordinator Perekonomian sebagai satu- satunya lembaga yang berwenang terkait
dengan aturan tentang DNI.
2. Hal lain yang juga kerap muncul di lapangan adalah masih adanya pemahaman yang
keliru dari sebagian pemangku kepentingan yang beranggapan bahwa DNI
merupakan aturan untuk melindungi (proteksi) bidang usaha tertentu dari investasi
asing. Berangkat dari pemikiran dimaksud, seringkali muncul loby dan desakan dari
pihak-pihak yang berkepentingan agar bidang usaha tertentu dimasukan ke dalam
DNI sehingga terbebas dari asing atau setidaknya ada persyaratan khusus untuk
investasi asing. Berbagai alasan, dan justifikasi, termasuk isu
nasionalismedikemukakan agar investasi asing tidak masuk atau setidaknya dibatasi
di bidang tertentu.
3. Yang juga banyak dikeluhkan, utamanya oleh para pemodal adalah proses
penyusunan DNI yang seringkali tidak transparan. Tanpa ada pemberitahuan atau
penjelasan dari pihak berwenang terlebih dulu, ada bidang usaha tertentu
dimasukan atau dikeluarkan dari daftar DNI. Tentunya ini akan sangat
mempengaruhi minat untuk berinvestasi di bidang tersebut. Secara prosedural,
usulan pertama bidang usaha tertentu masuk/keluar dari daftar DNI berasal dari
kementerian/lembaga terkait, yang secara umum menerima masukan dari asosiasi
bisnis di bidang usaha tersebut. Walaupun ada proses verifikasi di
kementerian/lembaga, bisa dikatakan hampir semua usulan tidak dilengkapi dengan
kajian biaya dan manfaat (cost benefit analysis). Kemudian BKPM dan Kemenko
Perekonomian sebagai lembaga lintas sektoralyang berwenang juga melakukan
screening dari usulan yang masuk dari kementerian/lembaga. Namun proses ini juga
tidak dilengkapi dengan kajian mendalam yang menggunakan instrumen analisis
yang memadai seperti Regualtory Impact Assessment (RIA). Akibatnya penentuan
masuk/tidaknya satu bidang usaha ke dalam daftar DNI tidak memiliki kriteria yang
jelas dan terkadang hasil dari proses tawar menawar.
Terakhir diperbaharui: Wednesday, 4 November 2020, 00:00

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN


PENGARUHNYA BAGI PARADIGMA DALAM BIDANG
HUKUM INVESTASI
Perubahan paradigma ekonomi
1. PARADIGMA EKONOM

  Paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan


pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti
pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai
peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat.
 Selama ini paradigma pembangunan mengalami proses perkembangan diantaranya
meliputi: 1. Diawali dengan paradigma pertumbuhan (growth paradigm), 2.
Pergeseran dari paradigma pertumbuhan menjadi paradigma kesejahteraan (welfare
paradigm), 3. Paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered development paradigm).

PARADIGMA EKONOMI

 beberapa paradigma pembangunan :


o 1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy)
o 2. Pertumbuhan Dengan Pemerataan (Growth With Distribution)
o 3. Teknologi Tepat Guna (Appropriate Technology)
o 4. Kebutuhan Dasar Pembangunan (Basic needs Development)
o 5. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
o 6. Konsep Pemberdayaan (Empowerment Concept)
o 7. Pembangunan Berpusat pada Manusia (People Centre Development)

              Alasan Perubahan Paradigma Ekonomi • Terdapat tiga factor utama terjadinya
perubahan paradigm ekonomi: 1. perubahan ideologi, Bila terjadi perubahan basis ideologi,
maka otomatis akan membawa perubahan pada kerangka teori dan policy prescriptions
tersebut. 2. revolusi dan inovasi teknologi. Revolusi teknologi yang berlangsung spektakuler
itu membawa implikasi luas dan pengaruh kuat pada perkembangan teori dan paradigma
pembangunan 3. perubahan lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi
yang berlangsung sangat intensif,
PARADIGMA LIBERALISME DAN SOSIALISME Sistem pembangunan yang digunakan yaitu
pembangunan yang berasas Pancasilais dan sesuai dengan GBHN.

L I B E R A L I S M E (1950-1957) • Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori


mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. • sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. • Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ekonomi, antara lain : a. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai
uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat
harga turun. b. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor
asing dengan membatasi impor barang tertentu c. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali
Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama
antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. d. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

S O S I A L I S M E (1959-1967) • Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan


struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh
pemerintah). • kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum
mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain: a. Devaluasi yang
diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang b. Pembentukan Deklarasi
Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1.

PARADIGMA KAPITALIS Sistem Pembangunan : Repelita 1,2,3,4,5, dan 6, Sentralisme,


Pancasila dijadikan asas tunggal, Botton Up Planning, Pembangunan diserhkan kepada
daerah, Berasas UU, Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia pada era orde baru telah
diwadahi dengan baik dalam konsep politik “Triologi Pembangunan”

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. • Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai
berkiblat pada teori-teori Keynesian. • Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan
di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan
kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi
wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. K A P I T A L I S M E.

Adanya Trilogi Pembangunan yaitu tiga prasyarat yang terkait erat saling memperkuat dan
saling mendukung yakni: 1.Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang
politik dan ekonomi 2.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan 3.Pemerataan pembangunan.
• Perubahan orientasi kebijakan ini membuat kinerja ekonomi nasional pada masa
pemerintahan orde baru menjadi lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan orde
lama. K A P I T A L I S M E.

PARADIGMA KAPITALISME Pemulihan masa transisi dari zaman Soeharto dengan mengatasi
krisis ekonomi.

K A P I T A L I S M E • Habibie menunjukkan perhatiannya terhadap keinginan bangsa untuk


lebih mengerti dan menerapkan prinsip umum demokrasi. • Habibie sebagai Presiden RI
memberikan opsi referendum kepada rakyat Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur
tidak masuk dalam peta wilayah Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. • Melakukan kebijakan fiscal antara lain: 1.Penegasan tetap
menggunakan prinsip anggaran berimbang (pengeluaran pemerintah sama dengan
pendapatannya) 2.Usaha-usaha pengurangan pengeluaran pemerintah (menghilangkan
subsidi bahan baker minyak (BBM) dan listrik 3.Membatalkan sejumlah proyek infrastruktur
besar 4.Peningkatan pendapatan pemerintah.

PARADIGMA SOSIALIS Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum
ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi
masalah konflik antar etnis dan antar agama.

Beberapa hal yang mengakibatkan kehancuran ekonomi pada saat Pemerintahan GUS DUR:
• Menyederhanakan krisis ekonomi dengan menganggap persoalannya hanya terbatas pada
agenda masalah amandemen UU BI • Kebijakan yang controversial dan inkonsisten. •
Pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri dan hibah S O S I A L I S M E.

PARADIGMA PANCASILAIS Kabinet Gotong Royong dengan azaz kekeluargaan

P A N C A S I L A I S • Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan bangsa dalam kerangka


utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. • Meneruskan proses reformasi dan
demokratisasi dalam seluruh aspek kehidupan nasional melalui kerangka, arah, dan agenda
yang lebih jelas, dengan terus meningkatkan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. •
Normalisasi kehidupan ekonomi dan kemasyarakatan untuk memperkuat dasar bagi
kehiduan perekonomian rakyat. • Melaksanakan penehakan hukum secara konsisten,
mewujudkan rasa aman serta tenteram dalam kehidupan masyarakat, melakukan
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). • Melaksanakan politik luar negeri
yang bebas aktif, memulihkan martabat bangsa dan negara serta kepercayaan luar negeri,
termasuk lembaga- lembaga pemberi pinjaman dan kalangan investor terhadap
pemerintah.

PARADIGMA Neoliberalisme Lebih memihak investor luar negeri dibanding dengan rakya
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. • Birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan
daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. N E O L I B E R A L I S M E.

PARADIGMA PANCASILAIS Paradigma pembangunan ekonomi dari yang bersifat konsumtif


menjadi yang lebih produktif dengan paradigma Indonesia Sentris.

P A N C A S I L A I S Adanya Nawacita yakni sembilan janji presiden dalam mewujudkan


pembangunan ekonomi diantaranya: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. 2. Membuat
pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah
dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6.
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7. Mewujudkan
kemandirian ekonomi 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh
kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Terakhir diperbaharui: Tuesday, 10 November 2020, 13:38


STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN
EKONOMI DAERAH
STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

        Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintahdaerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada danmembentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swastauntuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangankegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut.Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah
terletak padapenekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
padakekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development)
denganmenggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya
fisiksecara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilaninisiatif-
inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunanuntuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatanekonomi.Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yangmencakup pembentukan institusi-
institusi baru, pembangunan industri-industrialternatif, perbaikan kaasitastenaga kerja yang
ada untuk menghasilkan produkdan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih
ilmu pengetahuan,dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.Setiap upaya
pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utamauntuk meningkatkanjumlah dan
jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.Dalam upaya untu mencapai tujuan tesebut.
Pemerintah daerah danmasyarakatnya harus secara berama-sama mengambil inisiatif
pembangunandaerah

TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

        Saat ini tidak suatu teori pun yang mampu untuk menjelaskanpembangunan ekonomi
daerah secara komprehensif.namun demikian, adabeberapa teoriyang secara parsial yang
dapat membantu kita untuk memahamiarti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada
hakikatnya, inti dari teori-teoritersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang
berkisar tentang metodedalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori
yang membahastentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu
daerahtertentu.Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu
daerahpenting sekali kegunaannya untuk mengumplkan data tentang perekonomiandaerah
yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapatdipakai sebagai
pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harusdiambil untuk mempercepat
laju pertumbuhan yang ada.Namun dipihak lainharus diakui, menganalisis perekonomian
suatu daerah sangat sulit karena:
1. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakanberdaarkan
pengertian daerah nodal. Dengan data yang sangat terbatassangat sukar untuk
menggunakan metode yang telah dikembangkandalam memberikan gambaran
mengenai perekonomian suatu daerah.
2. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkanuntuk
analisisdaerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukanuntuk memenuhi
kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
3. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebabperekonomian
daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomiannasional. Hal tersebut
menyebabkan data tentang aliran-aliran yangmasuk dan keluardari suatu daerah
sukar diperoleh.
4. Bagi NSB, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum,data yang ada
yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk dipercaya,sehingga menimbulkan
kesulitan untuk melakukan analisis yangmemadai tentang keadaan perekonomian
suatu daerah.

         Kalau analisis pembangunan nasional dibandingkan dengan analisispembangunan


aerah, maka akan tampak bahwa analisis pembangunan ekonomidaerahsangat ketinggalan,
baik ditinjau dari cakupan analisis maupunkedalamannya. Disamping itu, analisisregional
yang ada bertitik-tolak darianalisis permasalahan dan kebijaksanaan pembangunan daerah
di negara maju,padahal struktur perekonomian negara-negara maju sangat berbeda
denganstruktur perekonomian NSB, demikian juga dengan struktur
perekonomiandaerahnya. Perbedaan struktur inimengakibatkan perlunya analisis dan
carapendekata yang berbeda pila.

Teori Ekonomi Neo Klasik

        Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisispembangunan
daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasialyang signifikan. Namun
demikian, teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
keseimbangan (equilibrium) dan mobilitasfaktorproduksi. Artinya, sistem perekonoman akan
mencapai keseimbanganalamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan).
Oleh karenaitu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah
yangberupah rendah.

Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

         Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwafaktor penentu utamapertumbuhan


ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung denganpermintaan akan barang dan
jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industriyang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan bakuuntuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah
dan penciptaan peluangkerja (job creation).Strategi pembangunan daerah yang muncul
yang didasarkan pada teoriadalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada
dunia usaha yangmempunyai pasar secara nasional maupun internasional
implementasikebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap
perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di
daerahtersebut.Kelemahan model ini adalah bahwamodel ini didasarkan padapermintaan
eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkanketergantungan yang sangat
tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secaranasional maupun global. Namun demikian,
model inisangat berguna untukmenentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan
sektor yang dibutuhkanmasyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.

Teori Lokasi

        Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yangmempengaruhi
pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi!Pernyataantersebut sangat masuk akal
jika dikaitkan dengan pengembangan kawasanindustri. Perusahaan cenderung untuk
meminimumkan biayanya dengan caramemilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya
untuk mendekati pasar.Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang
terbaikadalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.Tentu saja banyak
variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atausuitabilitas suatu lokasi misalnya upah
tenaga kerja,biaya energi, ketersediaanpemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan
dan latihan (diklat).keterbatasandari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah
bahwategnologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasitertentu
untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.

STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG

       Istilah pembangunan seimbang itu diciptakan oleh Nurkse (1953).Strategi


pembangunan seimbang bisa diartikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara
berbarengan (simultaneous) sehingga industri tersebut salingmenciptakan pasar bagi yang
lain. Selain itu, strategi pembangunan seimbang inidapat juga diartikan sebagai
keseimbangan pembangunan di berbagai sector.Misalnya antara sektor industri dan sektor
pertanian, sektor luar negeri dansektor domestik, dan antara sektor produktif dan sektor
prasarana. Singkatanya,strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya
pembangunan yangserentak dan harmonis di berbagai sector ekonomi sehingga semua
sectortumbuh bersama. Untuk itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan
sisipenawaran. Sisi penawaran memberikan tekanan pada pembangunan serentakdari
semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaranbarang. Ini
meliputi pembangunan serentak dan harmonis dari barang setengahjadi, bahan baku,
sumberdaya energi,pertanian, pengairan, transportasi dan lain-lain serta semua industri
yang memproduksi barang konsumen.Sebaliknya, sisi permintaan berhubungan dengan
penyediaan kesempatankerja yang lebih besar dan penambahan pendapatan agar
permintaan barang danjasa dapat tumbuh. Sisi ini berkaitan dengan industri yang sifatnya
salingmelengkapi, industri barang konsumaen, khususnya produk pertanian danindustri
manufaktur. Jika semua industri dibangun secara serentak maka jumlahtenaga kerja yang
terserap akan sangat besar. Dengan cara ini akan terciptapermintaan barang-barang dari
masing-masing industri satu samalain, dansemua barang akan habis terjual.

STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG

         Strategi pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Albert O.Hirschman dan
Paul Streeten. Menurut mereka, pembangunan tak seimbangadalah pola pembangunan
yang lebih cocok untuk mempercepat prosespembangunan di NSB. Pola pembangunan tak
seimbang ini, menurut Hirschman,berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidakseimbang.


2. Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumberdaya-sumberdayayang tersedia,
dan
3. Pembangunan tak seimbang akan menimbulkan kemacetan(bottlenecks) atau
gangguan-gangguan dalam proses pembangunantetapi akan menjadi pendorong
bagi pembangunan selanjutnya.

       Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yangterjadi antara dua
periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektorkegiatan ekonomi mengalami
perkembangan dengan laju yang berbeda, yangberarti pula bahwapembangunan berjalan
dengan baik tidak seimbang.Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan
merangsangperkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu
industritertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang
eratketerkaitannya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.Pembangunan
tak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untukdilaksanakan di NSB karena negara-
negara tersebut menghadapi masalahkekurangan sumberdaya.Dengan melaksanakan
program pembangunan takseimbang maka uasaha pembangunan pada suatu periode
waktu tertentu dipusatkan pada beberapa sektor yang akan mendorong penanaman modal
yangterpengaruh (induced investment) di berbagai sektor pada periode
waktuberikutnya.Oleh karena itu, sumberdaya-sumberdaya yang sangat langka itudapat
digunakan secara lebih efisien pada setiap tahap pembangunan.Seperti diungkapkan di
muka, pembangunan tak seimbang ini akanmenciptakan gangguan-gangguan dan
ketidakseimbangan-ketidakseimbangandalam kegiatan ekonomi.Keadaan tersebut akan
menjadi perangsang untukmelaksanakan investasi yang lebih banyak pada masa yang akan
datang.Dengandemikian pembangunan tak seimbang akan mempercepat pembangunan
ekonomipada masa yang akan datang.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:46


PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN FASILITAS DALAM
PENANAMAN MODAL
A. Pengertian dan Penggolongan Fasilitas dalam Penanaman Modal
   Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun investor asing yang menanamkan
investasi di Indonesia diberikan berbagai kemudahan. Pemberian kemudahan ini adalah
dimaksud agar investor domestik maupun inverstor asing mau menanamkan investasinya di
Indonesia. Investasi itu sangat dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia untuk mempercepat
proses pembangunan. Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah indonesia, berupa
kemudahan dalam bidang perpajakan dan pungutan lainnya. Dasar hukum pembebasan
dan keringanan pajak itu adalah diatur dalam : 
1. Pasal 9 sampai dengan pasal 17 undang-undang nomor 6 tahun 1968 tetang penanaman
modal dalam negri jo. Undang-undang nomor 12 tahun 1970 tentang perubahan dan
tambahan undang-undang nomor 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri;
dan
2. Pasal 15 sampai dengan pasal 17 undang-undang nomor 1 tahun 1967
tentang penanaman modal asing jo. Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun
1970 tentang perubahan dan tambahan dan undang-undang nomor 1 tahun 1967
tentang penanaman modal asing.
B. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPH)
   Pemberian kemudahan atas pajak penghasilan atau pph kepada investor telah ditentukan
dalam Pasal 18 ayat (4) huruf b undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal. Pasal 18 ayat (4) huruf b berbunyi : "Pajak penghasilan melalui pengurangan
penghasilan neto sampai dengan tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang
dilakukan dalam waktu tertentu."
  Ada tiga bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor, yaitu :
1. Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan;
2. Penyusupan dan amurtasi yang dipercepat;
3. Konvensasi kerugian yang lebi lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun; dan
4. Pengenaan pajak penghasilan atas divenden sebesar 10%, kecuali apabila tarif menurut
perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebi rendah. 
C. Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa di
Produksi di dalam Negeri
  Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal adalah melepaskan
kewajiban atau pengurangan beban dari investor untuk membayar bea masuk atas barang
modal yang dimasukkan kedalam Wilayah Republik Indonesia. Pasal 4 huruf b undang-
undang Nomor 25 tahun 2007 telah ditentukan jenis-jenis barang yang dibebaskan dari bea
masuk impor. Jenis-jenis barang yang dibebaskan dari pembebasan atau keringanan bea
impor adalah :
1. Barang modal;
2. Mesin; atau
3. Peralatan untuk keperluan produksi yang belum bisa di produksi.
  Dalam pasal 2 keputusan menteri keuangan nomor : 297/KMK.01/1997jo.Nomor
545/KMK.01/1997 tentang pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan
dalam rangka pembangunan industri/industri jasa telah ditentukan jenis-jenis barang impor
yang dibebaskan atau pengurangan dari bea masuk impor.
D. Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk Bahan Baku atau Bahan Penolong Untung
Keperluan Produksi
  Pembebasan atau keringanan bea masuk merupakan pelepasan kewajiban atau
pengurangan beban dari investor untuk membayar pungutan kepada negara terhadap
bahan baku atau bahan penolong yang diimpor oleh investor untuk keperluan produksi.
Pasal 4 huruf b undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal di
tentukan bahwa: "Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu."
E. Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor Barang
Modal atau Mesin, yang Belum dapat di Produksi dalam Negri
  Kemudahan lain yang diterima investor, baik domestik maupun asing yang menanamkan
investasinya di Indonesia adalah pembebasan atau penangguhan pajak pertambahan nilai
atas impor barang modal atau mesin yang belum dapat diproduksi di dalam negri pasal 4
huruf d undang-undang nomor 28 tahun 2007.
  
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:50

FASILITAS PAJAK PENGHASILAN (PPh)


FASILITAS PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PENGHASILAN KENA PAJAK

        PKP BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI WAJIB PAJAK YG DIHITUNG DGN NORMA WP
BUT PKP BAGI WP ORANG PRIBADI DN YG KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIFNYA < TAHUN YG
TERUTANG PAJAK DLM BAG.THN PAJAK PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG
DIPERKENANKAN, KOMPENSASI KERUGIAN, UNTUK WP ORANG PRIBADI DIKURANGI DGN
PTKP, DIHITUNG DENGAN NORMA PENGHITUNGAN DAN DIKURANGI PTKP PENGHASILAN
DIKURANGI DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN , KOMPENSASI KERUGIAN DIHITUNG SESUAI
PENGHASILAN NETO DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK YANG DISETAHUNKAN
PENGHASILAN KENA PAJAK

CONTOH PENGHITUNGAN PKP BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT

         PEREDARAN BRUTO Rp HPP & BIAYA (3M) PENGHASILAN Rp LABA USAHA/PENGH.
NETO USAHA Rp PENGH. LAINNYA Rp BIAYA (3M) PENGH. LAINNYA Rp LABA USAHA DARI
PENGH. LAINNYA Rp JML SELURUH PENGH. NETO Rp KOMPENSASI KERUGIAN (Rp ) PKP
BAGI WP BADAN Rp * CONTOH PENGHITUNGAN PKP BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

TARIF PAJAK PENGHASILAN

       Berdasarkan Pasal 17 UU PPh, tarif pajak untuk diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
WP Badan sebesar : 28% dan sejak 2010 menjadi 25% WP DN yang berbentuk PT terbuka
( go public ) yang minimal 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
memenuhi syarat tertentu dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah dari tarif normal

PENGURANGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

        Berdasarkan Pasal 31 E UU PPh, khusus WP Badan Dalam Negeri dengan peredaran
bruto sampai dengan Rp mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif 50% dari tarif normal
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp

Contoh Penghitungan : Apabila omzet di bawah Rp Peredaran Usaha PT Nusantara tahun


2011 sebesar Rp 4 M dan penghasilan Kena Pajak Rp 500 juta. PPh terutang = 25% x 50% x
Rp 500 juta = Rp

PENGURANGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

       Apabila omzet antara 4,8 M – 50 M Peredaran Usaha PT Nusantara tahun 2011 sebesar
Rp 40 M dan penghasilan Kena Pajak Rp 5 M. PKP yg dapat fasilitas = 4,8/40 x Rp 5 M =
Rp600 juta PKP yg tdk dpt fasilitas = Rp 5 M – Rp 600 juta = Rp 4,4 M PPh Terutang : 25% x
50% x Rp 600 jt Rp juta 25 % x Rp 4,4 M Rp 1,1 M Total PPh terutang Rp

KREDIT PAJAK

         Kredit Pajak adalah sejumlah pajak yang sudah dibayar oleh wajib pajak dan berguna
untuk mengurangi beban pajak di akhir tahun pajak. Kredit Pajak berasal dari : Dipotong /
Dipungut Pihak Lain Dibayar Sendiri

Kredit Pajak Dipotong / Dipungut Pihak Lain


 PPh 21 : Pemotongan PPh dari pekerjaan,jasa dan kegiatan lain, honorarium ( khusus
Orang Pribadi )
 PPh 22 : Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain
 PPh 23 : pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah, penghargaan,
dan imbalan atas jasa.
 PPh 24 : Pajak yg dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan

Kredit Pajak Kredit pajak yang dibayar sendiri :


         PPh 25 : Angsuran PPh tiap bulan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP
sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: Pajak Penghasilan yang dipotong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 (dua
belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Contoh Penghitungan Angsuran PPh 25

        Penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 th adalah:

 PPh terutang tahun Rp. 30 jt


 Pengurangan: ( PPh dipotong pihak lain di tahun 2011 )
 PPh Ps Rp. 4 jt
 PPh Ps Rp. 5 jt
 PPh Ps Rp. 3 jt

       Total Kredit Pajak Rp. 12 jt Dasar perhitungan PPh Ps 25 th Rp. 18 jt Besarnya PPh Ps 25
per bulan untuk tahun pajak 2012: Rp. 18 jt / 12 bulan = Rp ,-

PPh 25 sebelum SPT Tahunan disampaikan

        Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk bulan-bulan
sebelum Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan
terakhir tahun pajak yang lalu. Contoh: Tuan Dias menyampaikan SPT PPh 2011 pada Maret
Angsuran PPh Desember 2011 adalah Rp Maka, besarnya angsuran PPh ps 25 untuk bulan
Januari dan Februari 2012 masing-masing adalah Rp
Pelunasan PPh Contoh penghitungan Pelunasan PPh :

PPh TERUTANG WP BADAN Rp KREDIT PAJAK :

1. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN. PPh Pasal Rp, PPh Pasal Rp, PPh Pasal Rp
2. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP PPh PaSaL Rp JUMLAH PPh YG DPT DIKREDITKAN Rp
PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR ( PPh 29 ) Rp

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:58

PEMBEBASAAN ATAU KERINGANAN BEA IMPOR BARANG


MODAL YANG BELUM BISA DIPRODUKSI DI DALAM
NEGERI
PEMBEBASAAN ATAU KERINGANAN BEA IMPOR BARANG MODAL YANG BELUM BISA
DIPRODUKSI DI DALAM NEGERI

FASILITAS BM UNTUK INDUSTRI

 PASAL 13 UU KEPABEANAN :BM dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya


berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) terhadap barang impor
yang dikenakan tarif BM berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional.

 PASAL 25 UU KEPABEANAN : Pembebasan BM diberikan atas impor barang dan


bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara
 PASAL 26 UU KEPABEANAN :

•Pembebasan atau keringanan BM dapat diberikan atas impor:

•barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam


rangka penanaman modal;

•mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;

•barang  dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu;
•bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, atau perikanan;

•barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor à KITE PEMBEBASAN

1. FREE TRADE AGREEMENT

DEFINISI  

          —Perdagangan bebas (Free Trade Agreement) adalah sebuah konsep ekonomi yang
mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS), tidak
adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan
antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang
berbeda.

2. PEMBEBASAN/KERINGANAN BM

PEMBEBASAN /KERINGANAN BM  UNTUK INDUSTRI

       PEMBEBASAN/KERINGANAN BM DAPAT DIBERIKAN ATAS IMPOR :

1. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara (PMK 107)
2. barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka
penanaman modal (PMK 176/PMK.011/2009).
3. mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri (PMK 176/PMK.011/2009
dan PMK 154/PMK.011/2008 jo 128/PMK.011/2009)
4. barang  dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu (PMK 176/PMK.011/2009).
5. bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, atau perikanan (PMK 105/PMK.04/2007).
6. barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor (PMK 253 -254/PMK.04/2011)

3. PEMBEBASAN DAN PENGEMBALIAN TUJUAN EKSPOR (KITE)

DASAR HUKUM

 PEMBEBASAN BM :
1. Pasal 26 ayat (1) huruf  k UU Kepabeanan à Pembebasan atau keringanan BM
dapat diberikan atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
2. PMK Nomor 254/PMK.04/2011 tentang Pembebasan BM Atas Impor Barang
Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan
Tujuan Untuk Diekspor.

 PENGEMBALIAN BM :
1. Pasal 27 ayat (1) huruf  b UU Kepabeanan à Pengembalian dapat diberikan
terhadap seluruh atau sebagian bea masuk yang telah dibayar atas impor
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.
2. PMK Nomor 253/PMK.04/2011 tentang Pengembalian BM Yang Telah Dibayar
Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada
Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:09

KERINGANAN BEA MASUK BAHAN BAKU ATAU BAHAN


PENOLONG UNTUK KEPELUAN PRODUKSI
KERINGANAN BEA MASUK BAHAN BAKU ATAU BAHAN PENOLONG UNTUK
KEPELUAN PRODUKSI

ANALISIS SELISIH BIAYA BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG

        Di zaman yang semakin maju ini makin banyak bertambahnya Usaha Kecil Menengah
(UKM). Banyak UKM di Negara Indonesia mulai bersaing memperebutkan perhatian
Konsumen. Konsumen merupakan pasar bagi semua UKM, dengan kebutuhan Konsumen
yang semakain hari semakin bertambah, maka UKM di minta untuk selalu mengikuti
perkembangan kebutuhan tersebut. Di Indonesia banyak...

        Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan aktivitas untuk menemukan,


mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai
dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Pengendalian (control) dapat
diartikan : penentuan atau penetapan suatu rencana tindakan/standar untuk mengukur
prestasi yang ingin dicapai. Pengendalian diartikan bahwa... for further detail, please visit
       Objek Penelitian Objek penelitian adalah Kurnia Group Bakery yang beralamat di Jln.
Berlian No.28 Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jati Negara, Jakarta Timur Profil Perusahaan
Sebelum memulai usaha ini, Bapak H. Muhammad Ridwan memiliki usaha sebuah toko
sembako. Lambat laun beliau merasa ingin sekali membuka usaha di bidang pembuatan
roti, dengan modal yang ...

       Data dan Profil Objek Penelitian Objek penelitian adalah UKM Kurnia Group Bakery
adalah UKM yang bergerak dalam bidang pembuatan roti. Kurnia Group Bakery yang
beralamat di Jln. Berlian No.28 Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jati Negara, Jakarta Timur.
Data yang digunakan adalah data bahan baku dan bahan penolong dari bulan Maret-Mei.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel

Kesimpulan Setelah dilakukan perhitungan dan analisis biaya bahan baku pada Kurnia
Group Bakery, maka dapat di sampulkan : 1. Perusahaan mengalami selisih yang
menguntungkan pada roti tawar bulan Maret sebesar Rp dan roti manis sebesar RP , bulan
April roti tawar sebesar Rp dan roti manis sebesar RP dan roti tawar bulan Mei sebesar...

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan

        Bahan Baku langsung (Direct Material), yaitu semua bahan yang merupakan bagian
dari barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
langsung ini mempunyai hubungan yang sebanding dengan jumlah barang jadi yang
dihasilkan, sehingga biaya bahan baku langsung merupakan biaya variabel bagi perusahaan.
Misal: Kayu untuk produk Mebel. (Bahan baku langsung ini yang dimaksud dalam
pembahasan materi saat ini).

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan

       Bahan Baku Tidak Langsung (Indirect Material), Adalah bahan baku yang ikut barperan
atau dipakai dalam proses produksi, akan tetapi tidak secara langsung ‘tampak’ pada
barang jadi yang dihasilkan. Perencanaan Bahan baku tidak langsung ini akan masuk dalam
anggaran biaya overhead pabrik. Misalnya : Paku dan cat, untuk produk mebel. (akan di
bahas dlm pertemuan berikutnya)

Macam anggaran yang berkaitan dengan penggunaan bahan baku langsung adalah:

 Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


 Anggaran Pembelian Bahan Baku
 Anggaran Persediaan Bahan Baku
 Anggaran Biaya bahan baku yang habis untuk produksi

Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


        Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk
keperluan produksi pada periode tertentu di masa yang akan datang. Kebutuhan bahan
baku terperinci menurut jenisnya, menurut macam barang jadi yang dihasilkan dan menurut
bagian-bagian dalam pabrik yeng menggunakan bahan baku tersebut.

PT X Anggaran Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2015

        PERIODE BAHAN BAKU X BAHAN BAKU Y PRODUKSI S/P KEBUTUHAN Januari Barang
A Barang B Februari D s t Total S/P : Jumlah satuan per produk. Anggaran ini disusun
sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode yang akan datang.
Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan adanya persediaan bahan baku dan
kebutuhan bahan baku untuk produksi.

Anggaran Persediaan Bahan Baku

       Jumlah bahan baku yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah yang dibutuhkan
karena perusahaan memiliki persediaan bahan baku. Anggaran persediaan bahan baku
merupakan suatu perencanaan secara terperinci atas jumlah atau kuantitas bahan baku
yang disimpan sebagai persediaan di masa mendatang.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:19

PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL


PERSETUJUAN PENANAMAN MODAL

DASAR HUKUM PENILAIAN PERMOHONAN

        UU No.25/2007 Tentang Penanaman Modal Per Pres No. 77 Tahun 2007 Jo Per Pres
No.111 Tahun 2007 Tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Per Pres No. 27 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Peraturan Perundangan Sektoral

PRINSIP DASAR UU No. 25 Tahun 2007 (Bab I, Pasal

1. penanaman modal : penanaman modal dalam negeri penanaman modal asing.


2. Perizinan penanaman modal dibedakan atas : Bidang usaha yang tidak mendapat
fasilitas fiskal, Bidang usaha yang mendapat fasilitas fiskal *) : Perusahaan tidak
memerlukan fasilitas fiskal Perusahaan memerlukan fasilitas fiskal *) Fasilitas Fiskal
yang dimaksud adalah khusus fasilitas sesuai Peraturan Menteri Keuangan No 176
Tahun 2009 yaitu : Pembebasan Bea Masuk Impor Mesin/Peralatan Pembebasan Bea
Masuk Impor Bahan Baku/Penolong.

Pengertian Tata Cara Penanaman Modal meliputi :

       Permohonan PMA dan PMDN, Permohonan Perluasan Penanaman Modal,


Perluasan Penanaman Modal Sub Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan peningkatan
investasi untuk biaya satu atau lebih antara lain :
(diversifikasi=peremajaan,intensifikasi,menambah kapasitas produksi, menambah areal
tanaman, integrasi usaha dengan usaha industri ulu), Restrukturisasi ( kegiatan untuk ganti
mesin utama, menambah peralatan untuk tingkatkan kualitas), Permohonan
perubahan Penanaman Modal (atas perusahaan penanaman Modal yang telah mendapat
persetujuan ).        

Persetujuan PMDN beserta fasilitasnya baik persetujuan prinsip atau izin usaha
sementara,

        Persetujuan PMA beserta fasilitasnya baik persetujuan prinsip atau izin usaha
sementara, Persetujuan Perluasan (menambah modal tambah fasilitasnya), Persetujuan
perubahan ( persetujuan ketentuan penanaman modal tertentu yang telah ditetapkan ), Izin
mendirikan Kantor Perwakilan Wilayah Perusahaan Asing (KPWPA), Holding (perusahaan
penyertaan modal/saham yang dibentuk sesuai dengan Izin Pelaksanaan Penanaman
Modal (izin tingkat pusat dan daerah), Persetujuan Fasilitas Penanaman Modal/bea
masuk/fiskal. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), Keputusan tentang RPTKA,
Keputusan IKTA, Izin Usaha Tetap (izin utk melaksanakan kegiatan produksi komersial),

Pedoman dan tata cara Permohonan :

        Mengajukan permohonan ke Menives/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD, Surat


persetujuan BKPMD setempat sudah ada untuk ajukan izin pelaksanaan penanaman modal,
Izin pelaksanaan diajukan Ke Menives/Kepala BKPM.Ketau BKPMD,Kepala Perakilan di luar
negeri atau ke KAPET sesuai lokasi proyeknya, Permohonan PMDN/PMA harus berpedoman
kepada daftar bidang usaha tertutup dan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil
yang terbuka usaha menengah/besar dengan syarat kemitraan.

Permohonan Penanaman Modal baru :

       PMDN : Pemohonan (PT,CV,Fa,BU Koperasi,BUMN,BUMD atau Perseorangan),


Permohonan diajukan ke Menives/Kepala BKPM, Ketua BKPMD, Surat persetujuan PMDN
dari Menives/Kepala BPKM, Waktu penerbitan surat persetujuan, Sanksi,(SP PMDN jangka
waktu 3 thn tidak direalisasikan maka permohonan batal).

Permohonan Penanam Modal baru


        Pemohonan PMA baru oleh WNA,Bd.Hukum Asing,Perusahaan PMA), Permohonan ke
Menives/Kepala BKPM,Kepala Perwakilan RI setempat, Persetujuan (SP PMA) dari
Menives/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD, Waktu Penerbitan SP (10 hari), Sanksi (tiga tahun
tidak digarap, izinnya batal).

Persetujuan Penanaman Modal terdiri dari

       Penerbitan SP dikeluarkan oleh Menives/Kepala BKPM atau Gubernur/Ketua BKPMD


setempat untuk SP PMDN,dan Menives/Kepala BKPM atau Menlu,Gubernur/Ketua BKPMD
setempat untuk SP PMA, Permohonan izin pelaksanaan Penanaman Modal ke
Menives/Kepala BKPM atau Menlu,Ketua BKPMD setempat / dari Perwakilan RI setempat
dan Izin persetujuan dari daerah Kapet. Macam-macam Fasiltas (bea masuk,fasilitas
pajak,bebas bea masuk impor, fasiltas fajak penghasilan,APIT, Keputusan RPTKA (PMA),

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:24

ISTILAH DALAM INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL


Istilah dalam Investasi atau Penanaman Modal

 A. Istilah, & Pengertian Investasi.

—Istilah investasi berasal dari bahas latin ”investire”, dan ”investment” (bhs Inggris).
— Ada beberapa pendapat ttg  definisi investasi, seperti :
—Investasi adalah menempatkan uang/dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan
atau keuntungan tertentu dari adanya dana tsb .
—Investasi adalah kegiatan yang terkait dengan usaha penarikan sumber dana yang
digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, shg dpt dihasilkan aliran
produk baru di masa yg akan datang.

B. Pengertian  Hukum Investasi


—brp pengertian hukum investasi :
 a)Hukum investasi adl norma hukum mengenai kemungkinan dpt dilakukannya investasi,
syarat investasi, & perlindungan yg diarahkan unt kesejahteraan rakyat.

 b)Hukum investasi adl keseluruhan kaidah hukum yg mengatur  hubungan antara investor
dgn penerima modal, bidang usaha yg terbuka unt investasi, serta mengatur ttg prosedur 
& syarat  melakukan investasi dlm suatu negara.

 c) Hukum investasi adl Hukum (norma formalistik) yg mengatur  ttg kegiatan
penyimpanan/penanaman yg berbentuk modal/barang, dgn tujuan unt mendptkan profit.
C. Sejarah Singkat Investasi di Indonesia

—Pola perubahan investasi asing di Indonesia mengalami beberapa tahapan secara


periodik  :
   1) Tahun 1511 (masa penjajahan bangsa Eropa di Indonesia meliputi penjajahan bangsa
Portugis (1511-1596), penjajahan bangsa Belanda pertama kali (1596-1795), penjajahan
bangsa Perancis (1795-1811), penjajahan bangsa Inggris (1811-1816), sampai penjajahan
bangsa Belanda yang kedua kalinya (1816-1942). ;

  2) Masa penjajahan bangsa Jepang (pada tahun 1942-1945);

  3) Masa pasca kemerdekaan (pada tahun 1945-1949);

  4) Masa/orde lama (1949-1967);

  5) Masa/orde baru (1967-1998);

  6) Masa/orde reformasi (1998-2014).

D. Sumber Hukum Investasi.

—Sumber hukum investasi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu hukum formal dan hukum
materiil.
 1) Hukum formal, terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis (peraturan perundang-
undangan spt UU No. 25 Thn 2007 ttg Penanaman Modal), dan tidak tertulis (kebiasaan
masyarakat).

 2)Hukum materiil, lebih cenderung pada keberadaan/ aspek latar belakang yang
mempengaruhi pembentukan hukum formal, seperti aspek politis, sosil ekonomis, budaya,
dan lainnya.

E. Investasi Dalam Negeri (IDN)

—Istilah investasi dalam negeri (IDN) dikenal pula dengan penamaan  penanaman modal
dalam negeri (PMDN). IDN dalam bahasa asingnya (bahasa Inggris) adalah domestic
investment.
—Pengertian IDN dimuat dengan jelas di UU PM  Pasal 1 angka 2 :
    “Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.”
—IDN cakupannya terbatas pada suatu kegiatan yang dilakukan antar pelaku usaha dalam
negeri, sedangkan yang melakukan usaha adalah dinamakan investor baik dalam bentuk
perseorangan maupun berbentuk badan usaha, yg diatur dlm Pasal 1 angka 4 UU PM
F. Investasi Asing (IA).

—Istilah investasi asing berasal dari bahasa foreign investment (bahasa Inggris).
—Pengertiannya terumus di dalam UU Penanaman Modal di Pasal 1 angka 3 :
    “Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.”

   

—Ada banyak unsur yang ada di pasal 1 angka 3 UU PM :


   a) Kegiatan menanam modal;

   b) Melakukan kegiatan usaha di wilayah negara Indonesia;

   c) Dilakukan oleh investor asing;

   d) Menggunakan modal asing sepenuhnya atau berpatungan dengan investor dalam


negeri.

G. Direcht Investment & Indirecht Investment.

Ø    Direcht Investment (investasi langsung), khususnya


        investasi asing  dapat dilakukan dua  cara, yaitu :

        1)  Mendirikan anak perusahaan (subsidiary company);                          

       2)  Pembukaan kantor cabang perusahaan (branch office).

ØIndirecht Investment (investasi tidak langsung),  dapat dibagi menjadi dua bidang yaitu :
      1) Bidang portofolio , biasanya dilakukan dengan pembelian efek/surat berharga di
pasar modal.

      2) Bidang non portofolio, pada umumnya dilakukan dalam bentuk investasi modal dari
perusahaan asing yang ada di luar negeri ke dalam aktiva perusahaan domestik.

Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 11:37


PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

INISIATIF DALAM RANGKA PERCEPATAN INVESTASI

Pemanfaatan e-planning dalam proses perencanaan Pemanfaatan IT untuk pengumpulan,


penyimpanan, pengolahan, dan penyebaran data/informasi investasi Penyiapan Peraturan
Gubernur tentang Kawasan Perhatian Investasi sebagai tindaklanjut MP3EI agar
perencanaan program/kegiatan SKPA dari berbagai sektor dapat mendukung suatu
kawasan investasi secara terpadu Penyelesaian Rencana Umum Penanaman Modal di
seluruh kab/kota di Aceh Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Penanaman
Modal Kabupaten/Kota

(1) Perencanaan Investasi Optimalisasi Kerjasama Sub-Regional (KESR) IMT-GT dan


Penyelenggaraan serangkaian Event IMT-GT skala Internasional Kerjasama Ekonomi
Kawasan Andaman (Andaman Cluster) Peningkatan Kerjasama Pemerintah Aceh dengan
Invest in Penang Berhard, Malaysia Kerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) dan PDKPM Penyusunan Profil Peluang Investasi di Aceh (Detailed Plan of
Investment Project Profiles) Pengadaan Baliho, Penerbitan Media Cetak Tabloid Info
Investasi dan Publikasi melalui Media Elektronik Melakukan Misi Investasi Indonesia (MII)
bersama dengan BKPM Melaksanakan Aceh Investment Promotion (AIP) dan Pameran
bersama dengan Kab/Kota dalam rangka Rebranding Aceh Melakukan Pameran di Dalam
maupun Luar Negeri Pembentukan Tim Percepatan Investasi

(2) Promosi Investasi

(3) Peningkatan Pelayanan Perizinan Investasi Memfasilitasi Perizinan Penanaman


Modal untuk Diproses ke BKPM/BP2T/BPKS dan PTSP Kabupaten/Kota Meningkatkan
Koordinasi dengan BKPM, BPKS, BP2T dan PTSP Kabupaten/ Kota untuk Data Rencana
Investasi Menggagas Penyederhanaan Pelayanan Perizinan Penyusunan Pergub Insentif dan
Kemudahan Investasi Daerah

(4) Peningkatan Pengendalian Pelaksanaan Investasi Penyelenggaran Koordinasi dengan


BKPM, PDKPM, Instansi Teknis Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka Peningkatan
Realisasi Investasi Pembinaan terhadap Ketentuan Pelaksanaan Pengendalian Penanaman
Modal kepada PDKPM dan Perusahaan Memfasilitasi Penyelesaian Permasalahan
Perusahaan (Tim Taskforce) Mewajibkan perusahaan membuka kantor pusat/perwakilan di
Aceh Melakukan pemantauan dan pengawasan ke lokasi proyek Meningkatkan komunikasi
dengan perusahaan
(5) PeningkatanSDM Penanaman Modal Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan PTSP, Promosi,
dan Kebijakan Penanaman Modal Mengikuti Diklat Teknis dan Non-Teknis Lainnya.

Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 14:52

PENANAMAN MODAL ASING


PENANAMAN MODAL ASING

HUKUM PENANAMAN MODAL ASING

      PENANAMAN MODAL ADALAH SUATU KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG


PRIBADI MAUPUN BADAN HUKUM DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN DAN/ATAU
MEMPERTAHANKAN NILAI MODALNYA. -MODAL (CAPITAL) DAPAT BERBENTUK UANG
TUNAI (CASH MONEY), PERALATAN (EQUIPMENT), ASET TIDAK BERGERAK, HAK ATAS
KEKAYAAN INTELEKTUAL, ATAU KEAHLIAN

        PENANAMAN MODAL PENANAMAN MODAL LANGSUNG (DIRECT INVESTMENT)


ATAU PENANAMAN MODAL JANGKA PANJANG (KEGIATAN PENGELOLAAN
MODAL) PENANAMAN MODAL TIDAK LANGSUNG (UNDIRECT INVESTMENT/ PORTO FOLIO
I NVESTMENT ATAU PENANAMAN MODAL JANGKA PENDEK (KEGIATAN DI PASAR
MODAL). Berdasarkan sejarah di Indonesia Penanaman Modal Asing sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda dengan banyaknya masuk pemodal asing ke Hindia Belanda mendirikan
serikat2 dagang, seperti VOC. BERDASARKAN UNDANG2 NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL, TIDAK DIBEDAKAN PERATURAN TENTANG PENANAMAN
MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA) -Pasal 1 angka
(1) UU, Penanaman Modal diartikan sebagai bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara RI

MODAL PMA: PMDN: -perseorangan -modal asing (foreign capital) WNI

-gabungan (joint venture antara domestic capital dan foreign capital) PMDN:

-perseorangan WNI

-Badan Hukum Indonesia

-Daerah

-Negara

-gabungan

Tujuan penyelenggaraan Penanaman Modal: 1

Tujuan penyelenggaraan Penanaman Modal:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional


2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana
yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Asas-asas Penanaman Modal:

Asas-asas Penanaman Modal:

1. KEPASTIAN HUKUM

2. KETERBUKAAN

3. AKUNTABILITAS

4. PERLAKUAN YANG SAMA DAN TIDAK MEMBEDAKAN ASAL NEGARA

5. KEBERSAMAAN

6. EFFISIENSI BERKEADILAN

7. BERKELANJUTAN

8. BERWAWASAN LINGKUNGAN

9. KEMANDIRIAN

10. KESEIMBANGAN KEMAJUAN DAN KESATUAN EKONOMI NASIONAL

         Penanaman Modal Asing PMA adalah kegiatan menanam modal utk melakukan usaha
di wilayah negara RI yg dilakukan o/ penanam modal asing, baik yg menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri. Bentuk
Perusahaan PMA Perusahaan modal asing yg dijalankan di Ind harus berbentuk badan
hukum menurut huk Ind & berkedudukan di Ind. Syarat PMA: Badan hukum yg didirikan
menurut huk Ind (sec umum berbentuk PT  UU No 1/95) Berkedudukan di Indonesia
Sepenuhnya menggunakan modal asing. UNTUK MERANGSANG PMA, IKLIM USAHA YANG
KONDUSIF HARUS DIDUKUNG: -ADANYA LEGAL CERTAINTY (KEPASTIAN HUKUM) dan LAW
ENFORCEMENT (PENEGAKAN HUKUM) -TIDAK ADA LEGAL RISK (RESIKO HUKUM) -
UNDANG-UNDANG YG EFFEKTIF DAN BERLANGSUNG KONSISTEN

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL HARUS MENGUTAMAKAN TENAGA KERJA


WARGA NEGARA INDONESIA

        PERUSAHAAN YANG MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING WAJIB MELAKUKAN


PELATIHAN DAN ALIH TEKNOLOGI KEPADA TENAGA KERJA WNI

USAHA YG TERTUTUP BAGI PMA

           PRODUKSI SENJATA, MESIU, ALAT PELEDAK, DAN PERALATAN PERANG BIDANG
USAHA YANG SECARA EKSPLISIT DINYATAKAN TERTUTUP BERDASARKAN UNDANG2

HAK-HAK PENANAM MODAL MENDAPAT KEPASTIAN HAK, HUKUM DAN


PERLINDUNGAN

INFORMASI YANG TERBUKA

HAK PELAYANAN

FASILITAS KEMUDAHAN

KEWAJIBAN2 PENANAM MODAL

MENERAPKAN GCG (Good Corporate Governance) ATAU TATA KELOLA PERUSAHAAN


YANG BAIK

MELAKSANAKAN CSR (Corporate Social Responsibility) ATAU TANGGUNGJAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN

MEMBUAT LAPORAN DAN MENYAMPAIKANNYA KEPADA BKPM

MENGHORMATI TRADISI DAN BUDAYA SETEMPAT

MEMATUHI SEMUA PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

TANGGUNG JAWAB PENANAM MODAL


TERSEDIANYA MODAL

MENANGGUNG DAN MENYELESAIKAN SEGALA KEWAJIBAN DAN KERUGIAN JIKA


KEGIATAN USAHANYA BERHENTI

MENCIPTAKAN IKLIM PERSAINGAN USAHA YG SEHAT

MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

MENCIPTAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN, KENYAMANAN DAN KESEJAHTERAAN


PEKERJA.

MEMATUHI SEMUA PERATURAN PERUNDANGAN

BENTUK FASILITAS YANG DIBERIKAN:

PENGURANGAN PPH

PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS BARANG MODAL, MESIN, ATAU
PERALATAN PRODUKSI

PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU ATAU BAHAN
PENOLONG

PEMBEBASAN ATAU PENANGGUHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR BARANG


MODAL, MESIN ATAU PERALATAN PRODUKSI

PENYUSUTAN ATAU AMORTISASI YANG DIPERCEPAT

KERINGANAN PBB UNTUK USAHA TERTENTU PADA WILAYAH ATAU DAERAH ATAU
KAWASAN TERTENTU

PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN:

PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN: *Izin Badan Usaha yang berbentuk Badan
Hukum dan Tidak berbentuk Badan Hukum *Izin dari Instansi yang memiliki kewenangan,
yaitu Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 11:49

MEKANISME INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL


A. Istilah dalam Investasi atau Penanaman Modal
   Mengenai mekanisme atau tata cara penanaman modal diatur dalam keputusan meninves
atau kepala BKM nomor 38/SK/1999 tanggal 6 oktober 1999. Pengertian yang berlaku
menurut ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Permohonan penanaman modal baru adalah permohonan persetujuan penanaman
modal baik penanaman modal dalam negri (PMDN) maupun penanaman modal asing atau
PNA serta fasilitasnya yang diajukan calon penanaman oleh calon penanaman modal untuk
mendirikan dan menjalankan usaha baru.
2. Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan perluasan atau
penambahan beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui
dan/atau menambah jenis produksi barang atau jasa.
3. Perluasan penanaman modal di subsektor tanaman pangan dan perkebunan adalah
peningkatan investasi untuk membiayai satu atau lebih kegiatan antara lain:
a. Diversifikasi, yaitu menambah jenis tanaman
b. Peremajaan atau rehabilitasi yang menggunakan bibit unggul
c. Intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi tanpa menambah lahan
d. Menambah kapasitas produksi unit pengelolahan 
e. Menambah areal tanaman
f. Integrasi usaha dengan usaha industri hulu serta hilir
B. Penanaman Modal dalam Negri
1. Kegiatan persiapan
a. Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal
dalam negeri, terlebih dahulu mempelajari daftar usaha yang tertutup bagi penanaman
modal.
b. Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha terbuka dan
ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan, calon penanaman modal mengajukan
permohonan oenanaman modal kepada menteri investasi atau kepala BKPM dengan
menggunakan tatacara yang ditetapkan oleh menteri investasi/kepala BKPM.
2. Pedoman dan tatacara permohonan
a.  Calon penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam
negeri wajib mengajukan permohonan modal kepada :
1. Menteri investasi/kepala BKPM; atau
2. Ketua BKPMD setempat.
b. Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan oleh BKPMD setempat,
wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perijinan penanaman modal yang
diperlukan untuk melaksanakan penanaman modalnya.
c. Permohonan izin pelaksanaan tersebut diajukan kepada :
1. Menteri investasi/kepala BKPM, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman
modal dari menteri investasi atau kepala BKPM atau dari menteri luat negeri dalam hal ini
kepala perwakilan RI setempat atau ketua BKMD setempat.
2. Badan pengelola kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) bagi proyek-proyek
yang berlokasi di kawasan perkembangan ekonomi terpadu.
d. Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanaman modal berpedoman
kepada :
1. Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal;
2. Bidang usaha/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha
yang terbuka untuk usaha menenga atau usaha besar dengan syarat kemitraan.
C. Penanaman Modal Asing
1. Permohonan 
2. Pemberian persetujuan
3. Pemilihan bidang usaha
4. SP penanaman modal
5. Pasca SP/PMA
6. Daftar induk barang modal
7. Perubahan rencana penanaman modal
8. Perizinan
9. Permohonan penanaman modal baru
D. Persetujuan Penanaman Modal
1. Penerbitan SP
2. Permohonan izin pelaksanaan penanaman modal yang telah memperoleh surat
persetujuan, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan
pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan penanaman
modalnya.
3. Macam-macam fasilitas dan izin 
a. Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan fasilitas perpajakan atas
pengimporan barang modal.
4. Realisasi proyek

Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 12:46


MEKANISME PERIZINAN PENANAMAN MODAL
Mekanisme perizinan penanaman modal yang diterapkan BKPM bagi para investor
mencakup sejumlah ketentuan mengenai bidang usaha dan bentuk badan usaha yang
dapat dikelola oleh investor di wilayah Indonesia. Pada prinsipnya, ketentuan mengenai
mekanisme perizinan penanaman modal berlaku sama bagi para investor, baik investor
asing maupun investor dalam negeri. Namun bentuk badan usaha dalam penanaman
modal, terdapat pembedaan pada peraturan yang diterapkan bagi investor asing dan
investor dalam negeri.

 Bidang Usaha untuk Penanaman Modal

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun
2009 (“Perka BKPM 12/2009”), semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal,
kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan. Dalam hal ini, terdapat pula bidang
usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
bagi penanaman modal yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Investor yang akan melakukan kegiatan penanaman modal diwajibkan untuk
memperhatikan peraturan perundang-undangan tersebut demi mengetahui bidang usaha
atau jenis usaha apa saja yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
tertentu.

Bentuk Badan Usaha bagi Investor

BKPM membedakan bentuk badan usaha dalam penanaman modal bagi investor asing dan
investor dalam negeri. Dalam Pasal 11 ayat 1 Perka BKPM 12/2009 diatur bahwa badan
usaha pada penanaman modal asing harus berdiri dalam bentuk perseroan terbatas yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.

Sedangkan berkenaan dengan bentuk badan usaha untuk penanaman modal dalam negeri,
tidak diatur bahwa investor harus mendirikan badan usahanya dalam bentuk perseroan
terbatas. Bentuk badan usaha pada penanaman modal dalam negeri dapat berbentuk
badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pendaftaran Penanaman Modal

Proses pendaftaran kegiatan penanaman modal oleh investor asing di wilayah Indonesia


baik yang telah atau belum berstatus badan hukum perseroan terbatas hanya dapat
diajukan melalui PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) BKPM. Sementara bagi investor
dalam negeri, proses pendaftaran kegiatan penanaman modal dapat diajukan melalui PTSP
BKPM, PTSP PDPPM (Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal) atau PTSP
PDKPM (Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal) sesuai
kewenangannya, apabila diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman
modalnya.

Pasal 16 ayat 2 Perka BKPM 12/2009 mengatur bahwa investor asing yang belum berstatus
badan hukum peseroan terbatas wajib menindaklanjuti proses pendaftaran dengan
membuat akta pendirian perseroan terbatas paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal diterbitkannya Pendaftaran, di luar jangka waktu yang telah ditentukan
maka proses pendaftaran dinyatakan batal demi hukum. Apabila sebelum jangka waktu 6
(enam) bulan tersebut terdapat perubahan ketentuan terkait dengan bidang usaha, maka
Pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan batal demi hukum apabila bertentangan
dengan ketentuan baru. Pendaftaran Penanaman Modal berlaku sampai dengan perusahaan
memiliki Izin Prinsip atau perusahaan siap beroperasi/produksi komersial.

Perusahaan penanaman modal dalam negeri dan perusahaan penanaman modal asing yang


telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh
fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal,
wajib memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal. Permohonan Izin Prinsip dapat langsung
diajukan oleh perusahaan penanaman modal asing baik yang telah atau belum melakukan
Pendaftaran melalui PTSP BKPM.

Sesuai dengan pasal 20 Perka BKPM 12/2009, perusahaan penanaman modal yang dalam


pelaksanaan penanaman modalnya telah siap melakukan kegiatan/berproduksi komersial,
wajib mengajukan permohonan Izin Usaha ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM
sesuai kewenangannya.

Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 14:45

10.1 MODAL ASING


MODAL ASING
HUKUM PENANAMAN MODAL ASING

PENANAMAN MODAL ADALAH SUATU KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG


PRIBADI MAUPUN BADAN HUKUM DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN DAN/ATAU
MEMPERTAHANKAN NILAI MODALNYA. -MODAL (CAPITAL) DAPAT BERBENTUK UANG
TUNAI (CASH MONEY), PERALATAN (EQUIPMENT), ASET TIDAK BERGERAK, HAK ATAS
KEKAYAAN INTELEKTUAL, ATAU KEAHLIAN.

PENANAMAN MODAL

PENANAMAN MODAL LANGSUNG (DIRECT INVESTMENT) ATAU PENANAMAN


MODAL JANGKA PANJANG (KEGIATAN PENGELOLAAN MODAL) PENANAMAN
MODAL TIDAK LANGSUNG (UNDIRECT INVESTMENT/ PORTO FOLIO I NVESTMENT ATAU
PENANAMAN MODAL JANGKA PENDEK (KEGIATAN DI PASAR MODAL). Berdasarkan sejarah
di Indonesia Penanaman Modal Asing sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dengan
banyaknya masuk pemodal asing ke Hindia Belanda mendirikan serikat2 dagang, seperti
VOC. BERDASARKAN UNDANG2 NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN
MODAL, TIDAK DIBEDAKAN PERATURAN TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM
NEGERI (PMDN) DAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA) -Pasal 1 angka (1)
UU, Penanaman Modal diartikan sebagai bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara RI.

MODAL PMA: PMDN: -perseorangan -modal asing (foreign capital) WNI

 gabungan (joint venture antara domestic capital dan foreign capital) PMDN:
 perseorangan WNI
 Badan Hukum Indonesia
 Daerah
 Negara
 gabungan

Tujuan penyelenggaraan Penanaman Modal: 1

Tujuan penyelenggaraan Penanaman Modal: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi


nasional 2. Menciptakan lapangan kerja 3. Meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan 4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional 5.
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional 6. Mendorong pengembangan
ekonomi kerakyatan 7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri 8.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Asas-asas Penanaman Modal: 1. KEPASTIAN HUKUM 2. KETERBUKAAN 3


Asas-asas Penanaman Modal: 1. KEPASTIAN HUKUM 2. KETERBUKAAN 3. AKUNTABILITAS 4.
PERLAKUAN YANG SAMA DAN TIDAK MEMBEDAKAN ASAL NEGARA 5. KEBERSAMAAN 6.
EFFISIENSI BERKEADILAN 7. BERKELANJUTAN 8. BERWAWASAN LINGKUNGAN 9.
KEMANDIRIAN 10. KESEIMBANGAN KEMAJUAN DAN KESATUAN EKONOMI NASIONAL.

Penanaman Modal Asing PMA adalah kegiatan menanam modal utk melakukan usaha di
wilayah negara RI yg dilakukan o/ penanam modal asing, baik yg menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri.

Bentuk Perusahaan PMA Perusahaan modal asing yg dijalankan di Ind harus berbentuk
badan hukum menurut huk Ind & berkedudukan di Ind. Syarat PMA: Badan hukum yg
didirikan menurut huk Ind (sec umum berbentuk PT  UU No 1/95) Berkedudukan di
Indonesia Sepenuhnya menggunakan modal asing. UNTUK MERANGSANG PMA, IKLIM
USAHA YANG KONDUSIF HARUS DIDUKUNG: -ADANYA LEGAL CERTAINTY (KEPASTIAN
HUKUM) dan LAW ENFORCEMENT (PENEGAKAN HUKUM) -TIDAK ADA LEGAL RISK (RESIKO
HUKUM) -UNDANG-UNDANG YG EFFEKTIF DAN BERLANGSUNG KONSISTEN.

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL HARUS MENGUTAMAKAN TENAGA KERJA


WARGA NEGARA INDONESIA.

PERUSAHAAN YANG MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING WAJIB MELAKUKAN


PELATIHAN DAN ALIH TEKNOLOGI KEPADA TENAGA KERJA WNI

USAHA YG TERTUTUP BAGI PMA

INFORMASI YANG TERBUKA

HAK PELAYANAN

FASILITAS KEMUDAHAN

KEWAJIBAN2 PENANAM MODAL

MENERAPKAN GCG (Good Corporate Governance) ATAU TATA KELOLA PERUSAHAAN


YANG BAIK MELAKSANAKAN CSR (Corporate Social Responsibility) ATAU
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MEMBUAT LAPORAN DAN MENYAMPAIKANNYA
KEPADA BKPM MENGHORMATI TRADISI DAN BUDAYA SETEMPAT MEMATUHI SEMUA
PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.

TANGGUNG JAWAB PENANAM MODAL

TERSEDIANYA MODAL MENANGGUNG DAN MENYELESAIKAN SEGALA KEWAJIBAN DAN


KERUGIAN JIKA KEGIATAN USAHANYA BERHENTI MENCIPTAKAN IKLIM PERSAINGAN
USAHA YG SEHAT MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP MENCIPTAKAN
KESELAMATAN, KESEHATAN, KENYAMANAN DAN KESEJAHTERAAN PEKERJA. MEMATUHI
SEMUA PERATURAN PERUNDANGAN.

FASILITAS DALAM PENANAMAN MODAL:

UNTUK MELAKUKAN PELUASAN USAHA

UNTUK MELAKUKAN PENANAMAN MODAL BARU

BENTUK FASILITAS YANG DIBERIKAN:

PENGURANGAN PPH PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS BARANG


MODAL, MESIN, ATAU PERALATAN PRODUKSI PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA
MASUK ATAS BAHAN BAKU ATAU BAHAN PENOLONG PEMBEBASAN ATAU
PENANGGUHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR BARANG MODAL, MESIN ATAU
PERALATAN PRODUKSI PENYUSUTAN ATAU AMORTISASI YANG DIPERCEPAT KERINGANAN
PBB UNTUK USAHA TERTENTU PADA WILAYAH ATAU DAERAH ATAU KAWASAN TERTENTU,

KEMUDAHAN PELAYANAN DAN/ATAU PERIZINAN: a. Hak Atas Tanah b

KEMUDAHAN PELAYANAN DAN/ATAU PERIZINAN: a. Hak Atas Tanah b. Fasilitas pelayanan


Keimigrasian c. Fasilitas perizinan impor.

Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Hak Atas Tanah: a

Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Hak Atas Tanah: a. HGU dapat diberikan sampai
95 tahun, pemberian dan perpanjangan sekaligus 6o tahun dan pembaharuan 35 tahun b.
HGB dapat diberikan sampai 80 tahun, pemberian dan perpanjangan sekaligus tahun dan
pembaharuan 30 tahun c. H.Pakai dapat diberikan sampai 70 tahun, pemberian dan
perpanjangan sekaligus tahun dan pembaharuan 25 tahun.

Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Atas Fasilitas Keimigrasian: a

Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Atas Fasilitas Keimigrasian: a. Izin tinggal terbatas
bagi penanam modal asing b. izin tinggal terbatas menjadi izin tinggal tetap bila sudah 2
tahun c. pemberian izin masuk kembali Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Atas
Fasilitas perizinan impor: a. barang yang tidak bertentangan b. barang yang tidak
memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup dan moral bangsa c. barang dalam rangka relokasi pabrik d. barang modal atau
bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.

PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN:


PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN: *Izin Badan Usaha yang berbentuk Badan
Hukum dan Tidak berbentuk Badan Hukum *Izin dari Instansi yang memiliki kewenangan,
yaitu Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Terakhir diperbaharui: Sunday, 30 May 2021, 22:33

10.2 UPAH BURUH MURAH


Upah Minimum di Indonesia Sebelum Otonomi Daerah

Kebijakan upah minimum mulai digunakan sebagai instrument yang penting bagi kebijakan
pasar tenaga kerja oleh pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1980an. Hal ini berawal dari
adanya tekanan internasional sehubungan dengan pelanggaran terhadap standart kerja
Internasional di Indonesia pada saat itu, secara khusus pada sector-sektor usaha yang
berorientasi ekspor (Rama, 2001 dan Suryahadi dkk, 2003). Dalam prakteknya, kondisi ini
memaksa pemerintah Indonesia untuk mau tidak mau menjadi lebih perhatian terhadap
kebijakan ketenagakerjaan mereka, termasuk didalamnya kebijakan upah minimum. Hal ini
dilakukan dengan cara menaikkan upah minimum tiga kali lipat secara nominal (atau dua
kali lipat secara riil) pada akhir tahun 1980an agar sejalan dengan biaya Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM). KFM sendiri diukur oleh biaya dari paket konsumsi minimum, termasuk
didalamnya makanan, perumahan, pakaian, dan beberapa jenis barang yang lain untuk
pekerja lajang dalam satu bulan (Sukatrilaksana, 2002). Secara umum tingkat upah minimum
di Indonesia ditetapkan pada level propinsi. Sebelum otonomi daerah pemerintah pusat
(dalam hal ini Kementrian Tenaga Kerja) menetapkan tingkat upah minimum setiap propinsi
didasarkan pada rekomendasi dari pemerintah daerah (propinsi). Sebelum otonomi daerah,
propinsi secara umum hanya memiliki satu tingkat upah minimum dan berlaku untuk
seluruh wilayah kota/kabupaten. Di beberapa kasus, tingkat upah minimum juga dibedakan
berdasarkan sektor aktivitasnya. Dalam prakteknya, empat propinsi di Jawa dan Bali (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali) memiliki tingkat upah minimum kota/kabupaten
sedangkan daerah diluar Jawa cenderung untuk menentukan tingkat upah minimum
propinsi bagi setiap wilayah kota/kabupatennya.

Penetapan Upah Minimum Setelah Otonomi Daerah

Sejak tahun 2001, sebagai bagian dari perubahan regim politik dari sentralisasi menjadi
desentralisasi, kewenangan penetapan tingkat upah minimum juga dipindahkan kepada
tingkat propinsi dan kota/kabupaten yang mana bekerja sama dengan komisi upah pada
tingkat daerah. Setiap komisi upah terdiri dari perwakilan dari dinas ketenagakerjaan,
pengusaha, perwakilan serikat pekerja dan beberapa penasehat ahli dari perguruan tinggi
(Manning, 2003a). Berdasarkan peraturan pemerintah, pemerintah daerah pada tingkat
propinsi menetapkan upah minimum untuk setiap wilayah daerahnya, sedangkan
kota/kabupaten memiliki pilihan untuk mengikuti atau menetapkan upah minimum diatas
tingkat upah minimum propinsi tetapi tidak berada di bawahn upah minimum propinsi
(UMP). Seperti yang ditegaskan oleh Manning (2003a), pelaksanaannya cukup bervariasi
antar propinsi. Beberapa propinsi seperti DKI Jakarta dan banyak propinsi di luar Jawa tetap
menggunakan UMP untuk upah minimum daerahnya. Disisi yang lain beberapa propinsi
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali memili untuk memiliki upah minimum
pada tingkat kota/kabupaten. Berdasarkan peraturan pemerintah, dalam menentukan
tingkat upah minimum beberapa komponen pertimbangannya adalah: biaya Kebutuhan
Hidup Minimum (KHM) indeks harga konsumen (IHK) kemampuan, pertumbuhan dan,
keberlangsungan dari perusahaan tingkat upah minimum antar daerah kondisi pasar kerja
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita

Kebutuhan Hidup Layak sebagai Komponen Penentuan Upah Minimum

Penggunaan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dalam komponen dalam penentuan upah
minimum sejah tahun 2005 sudah barang tentu merupakan sinyal yang baik dalam
peningkatan kesejahteraan pekerja, terutama setelah sebelumnya hanya menggunakan
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Meskipun demikian apabila dilihat masih banyak daerah
yang masih belum memenuhi upah minimum di daerah sebesar KHL. Hal ini bisa dilihat dari
rata-rata rasio upah minimum terhadap KHL yang hanya sebesar 84% atau dengan kata lain
masih cukup berada jauh dibawah KHL, meskipun di beberapa daerah sudah berada diatas
kebutuhan hidup layak. Untuk itu perlu terus diusahakan agar KHL tetap menjadi komponen
utama dalam penentuan upah minimum tanpa mengesampingkan komponen-komponen
yang lain seperti IHK, PDRB, dan keberlangsungan perusahaan. Bargaining-bargaining antar
tripartite dalam penentuan upah minimum di daerah juga harus selalu diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup layak dari pekerja.

Perbandingan dengan Negara Lain

Mengacu pada data Bank Dunia dan IFC dalam Doing Business terlihat bahwa sepanjang
tujuh tahun terakhir  , sejatinya kenaikan upah minimum di Indonesia tergolong tertinggi
di kawasan Asia Tenggara. Kenaikan upah minimum di Indonesia mencapai rata-rata 13
persen setiap tahunnya. Tingkat upah minimum di Indonesia masih lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand yang mencapai sebesar US$ 248 atau Rp 2,36 juta per bulan
pada Kendati tingkat upahnya lebih tinggi, namun rata-rata pertumbuhan kenaikan upah di
Thailand masih lebih rendah, yakni sebesar 10 persen per tahun. Akan halnya Vietnam.
Negara ini justru merupakan negara dengan pertumbuhan kenaikan upah minimum
tertinggi di Asean. Sepanjang tujuh tahun terakhir, kenaikan upah minimum di Vietnam
mencapai 21 persen. Namun, kendati mengalami rata-rata kenaikan paling tinggi, upah di
Vietnam masih tergolong kecil, yakni hanya sekitar 73 US$ atau sekitar Rp 700 ribu per
bulan. Seperti halnya Indonesia, upah buruh di China juga mengalami kenaikan rata-rata
cukup tinggi, yakni mencapai 14 persen per tahun. Pada 2013, upah minimum pekerja di
Indonesia masih lebih rendah, kendati sudah semakin mendekati, yakni selisih sekitar Rp
100 ribu. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, selisih upah buruh Indonesia dengan China
masih cukup besar. China yang kerap dianggap sebagai negara dengan upah buruh yang
murah menetapkan upah minimum sebesar US$ 242 atau Rp 2,3 juta per bulan. Bahkan,
China kerap dituding miring menjual barang murah karena membayar buruhnya dengan
upah yang rendah.

Akibat Dari Kenaikan Upah Minimum

Namun dengan adanya Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) memunculkan dilema yang
tinggi bagi perusahaan. Berikut beberapa implikasi yang muncul akibat dari kenaikan upah
minimum di tahun 2013 dan bagaimana reaksi dari perusahaan terhadap kenaikan upah
minimum tersebut Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
mensyaratkan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah
Minimum. Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat melakukan
penangguhan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Kepmenakertrans No: KEP. 231 /MEN/2003
Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.

Beberapa implikasi yang muncul akibat dari kenaikan upah minimum ini adalah
sebagai berikut:

Peningkatan biaya tenaga kerja (personnel cost). Menurunnya Daya Saing Produk Indonesia
di Manca Negara Subtitusi tenaga kerja dengan mesin semi otomatis atau high teknologi
Relokasi perusahaan ke daerah yang upah lebih rendah

Kebijakan Penyesuaian Upah Minimum

Peningkatan biaya tenaga kerja (personnel cost). Menurunnya Daya Saing Produk Indonesia
di Manca Negara Subtitusi tenaga kerja dengan mesin semi otomatis atau high teknologi
Relokasi perusahaan ke daerah yang upah lebih rendah

Kebijakan Penyesuaian Upah Minimum

Pemerintah dalam kebijakan pengupahan telah menentukan adanya upah minimum, upah
minimum ini bertujuan untuk melindungi pekerja atau buruh dari perlakuan pengusaha
yang kurang memperhatikan kesejahteraannya. Di tahun 2013, terjadi kenaikan upah
minimum yang cukup tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kenaikan upah minimum
tersebut dirasa menambah beban pengusaha.  Terkadang tidak sedikit pengusaha yang
bangkrut atau melakukan PHK terhadap pekerja-pekerjanya karena tidak mampu membayar
sesuai Upah Minimum.
Kebijakan yang harusnya dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :

Perlunya kepatuhan terhadap regulasi. Mekanisme Upah Sundulan Perlakuan terhadap


level jabatan lain Perlunya Komunikasi Perlunya Sosialisasi

Terakhir diperbaharui: Sunday, 30 May 2021, 22:34

10.3 DEKAT DENGAN BAHAN SUMBER MENTAH


DEKAT DENGAN BAHAN SUMBER MENTAH

Pasar adalah tempat dilaksanakannya transaksi antara produsen dengan konsumen


(konsentrasi konsumen). Pasar mempengaruhi pemilihan daerah karena erat hubungannya
dengan transport hasil produksi. Pemilihan daerah biasanya ditentukan dengan
membandingkan kemudahan dan biaya pengangkutan produk yang dihasilkan ke pusat
pemasaran dengan kemudahan dan biaya pengangkutan bahan mentah ke pabrik. Pada
umumnya bahan – bahan pertanian setelah diolah (diproses) akan mengalami penyusutan
berat atau volume sangat besar, sehingga biaya pengangkutan produk akhir akan lebih kecil
dari pada biaya pengangkutan bahan mentah ke pabrik. Oleh karena itu pabrik – pabrik
pengolahan hasil pertanian pada umumnya berlokasi di dekat sumber bahan mentahnya. Di
dalam penentuan daeah harus diingat pula sifat bahan mentahnya.

Sebagai contoh adalah :

Pabrik pengolahan tebu, pabrik pengalengan nanas, pabrik pengolahan tembakau, pabrik
minyak atsiri, pada umumnya memerlukan lokasi dekat dengan sumber bahan mentah,
karena sifat bahan – bahan mentah tersebut labil (mudah mengalami perubahan sifat)
sehingga memerlukan penanganan dengan segera. Pabrik goni, pabrik minyak biji kapok,
pabrik gula sirup dari gaplek. Pada umumnya lokasinya tidak dapat dipengaruhi oleh
sumber bahan mentahnya, karena sifat bahan mentahnya tidak mudah mengalami
perubahan.

Jenis – jenis industri pengolahan hasil tangkapan dari laut, seperti pabrik pembekuan udang,
pabrik pengolahan ikan, pabrik tepung ikan, agak sulit menentukan lokasinya. Hal ini
disebabkan karena tidak mudah memperkirakan besarnya(jumlah) bahan mentah, daerah
kehidupannya, dan fluktuasi jumlah hasil produksi bahan mentah. Dalam hal ini angka –
angka statistik tentang besarnya penangkapan dan pemasaran hasil produksi sangat
diperlukan untuk memperkirakan potensi daerah, sehingga lokasi pabrik dapat dipilih
dengan tepat. Pada umumnya lokasi pabrik pengolahan hasil tangkapan dekat dengan
pelabuhan tempat pendaratan ikan (tempat pelelangan ikan). Jika ingin didirikan industry
hasil pertanian di daerah yang belum pernah terjamah, misalnya Kalimantan atau Irian Jaya,
maka pemilihan komoditi ditentukan oleh iklim dan tanah daerah tersebut. Apabila bahan
mentah sebagian atau seluruhnya harus diimpor dari luar negeri seperti misalnya pabrik
susu, maka lokasinya dekat dengan pelabuhan itu. Namun ada kemungkinan penyediaan
bahan mentah di dalam negeri dikelak kemudian hari, sehingga diperlukan pertimbangan
lain. Dalam hal ini harus diramalkan dengan cermat kapan bahan mentah di dalam negeri
dapat memenuhi kebutuhan pabrik.

Pertimbangan tentang pajak dan peraturan pemerintah dalam menentukan daerah

Berbagai macam pajak harus dibayar pabrik, baik berupa pajak daerah maupun pajak
tingkat pusat (negara). Tiap daerah mempunyai peraturan perpajakan yang berbeda-beda.
Pemilihan lokasi diutamakan pada daerah dengan pajak terendah. Peraturan – peraturan
pemerintah daerah juga sering berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Misalnya
saja peraturan pendirian pabrik yang harus di daerah yang telah ditentukan oleh pemerintah
daerah harus mendapat pertimbangan pula di dalam menentukan lokasi pabrik.

Terakhir diperbaharui: Sunday, 30 May 2021, 22:34

10.4 MENEMUKAN PASAR YANG BARU

Pilihan Produk Baru Membuat atau membeli ?

Perusahaan dapat menambahkan produk baru melalui akuisisi atau pengembangan. Akuisisi
; Membeli perusahaan lain Mendapatkan hak paten dari perusahaan lain Membeli lisensi
Jenis-Jenis Produk Baru Berkisar dari produk baru bagi pasar, atau perbaikan atau revisi kecil
produk lama. Contoh : Nike

Tantangan dalam Pengembangan Produk baru

Imperative Inovasi Perusahaan Inovatif menciptakan sikap positif terhadap inovasi dan
pengambilan risiko. Keberhasilan produk baru Sebagian besar perusahaan memfokuskan
diri pada “inovasi tambahan” Kegagalan Produk baru Faktor kegagalan produk baru :

1. Kelangkaan ide

2. Pasar terfragmentasi

3. Batsan sosial dan pemerintah

4. Biaya pengembangan

5. Kelangkaan Modal
6. Waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih pendek.

Pengaturan Organisasi

Menentukan Anggran bagi pengembangan produk baru Mengelola Pengembangan Produk


Baru

Mengelola Proses Penciptaan Ide

- Berinteraksi dengan orang lain : Didorong oleh “ gerakan inovasi terbuka” Sepuluh cara
menemukan ide produk baru yang hebat ( hal : 288)

- Teknik Kreativitas Menyebutkan atribut Mendorong hubungan Analisis morfologis.


Konteks baru Pemetaan pikiran.

Mengelola Proses Penciptaan Ide

Mengelola Proses Pengembangan Konsep sampai Strategi. a. Pengembangan Konsep b.


Pengujian Konsep Periset mengukur dimensi produk dengan meminta konsumen merespon
jenis pertanyaan : 1. Kemampuan berkomunikasi dan kepercayaan, Tingkat kebutuhan,
Tingkat kesenjangan , Nilai anggapan,  Maksud pembelian,  Target penguna,kejadian
pembelian, frekuensi pembelian.

Mengelola Proses Penciptaan Ide

Pengembangan Strategi Pemasaran d. Analisis Bisnis - Memperkirakan total Penjualan -


Memperkirakan Biaya dan Laba

Mengelola Proses Penciptaan Ide

Mengelola Proses Pengembangan :

Pengembangan sampai Komersialisasi Pengembangan Produk Prototipe Fisik Uji Pelanggan


Pengujian Pasar

- Uji Pasar Barang Konsumen

- Pengujian Pasar Barang Bisnis

Komersialisasi Kapan (penentuan Waktu) Masuk pertama Masuk secara


berbarengan/paralele Masuk belakangan Di mana (strategi Geografis) Kepada siapa
(prospek pasar sasaran) Bagaimana (strategi pengenalan ke Pasar).
Terakhir diperbaharui: Sunday, 30 May 2021, 22:34

10.5 ROYALTI DAN AHLI TEKNOLOGI

NILAI STRATEGIS TEKNOLOGI

Membantu memecahkan permasalahan dalam suatu kegiatan industri Membantu


produktivitas usaha dalam skala yang besar dengan lebih efektif dan efesien Membantu
terciptanya keunggulan usaha dan produk yang dihasilkan oleh suatu industri; Membantu
dalam menciptakan produk leader dipasaran global

TATA KELOLA TEKNOLOGI Riset dan Pengembangan Proteksi

Promosi/Komersialisasi. TATA KELOLA TEKNOLOGI Tiga aktor yang harus ada dalam tata
kelola teknologi: Inventor yang Kreatif dan Inovatif Manager Komersial yang Dinamis
Manager Hukum yang Handal

RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Kegiatan Riset dan Pengembangan Teknologi Berorentasi kepada menghasilkan teknologi


baru Berorentasi kepada pengembangan teknologi lama Berorentasi kepada
penyempurnaan teknologi lama Kegiatan Riset dan Pengembangan Teknologi di Indonesia:
Berorentasi kepada “menghasilkan teknologi baru” Cenderung Spekulatif Tidak beroretansi
kepada pasar, tapi kepada peneliti

RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Perlu dimanfaatkan Informasi Paten dalam kegiatan riset. Sumber-sumber informasi paten
adalah:

Internet : - Data base Paten

Kantor paten : - Berita Paten

Jurnal Ilmiah : - Bidang-bidang spesifik

CDROM : - Info paten, literatur khusus

Majalah Index : - Abstrak

Jasa Informasi : - Biro jasa, WIPO, Law firm dll


RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Alamat Website yang memuat informasi paten GRATIS adalah:

RISET DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Manfaat informasi paten adalah: Kemungkinan dapat/tidak mendapatkan paten


(penelusuran kebaruan) Informasi lain yang berkaitan dengan status legal permohonan
paten yang sama yang telah terdaftar sebelumnya (penelusuran legal status) Informasi
kompetitor Informasi kemungkinan mengembangkan R&D Informasi untuk mencegah
pelanggaran paten Informasi untuk investasi bersama pihak lain yang memiliki hak paten
Informasi untuk mengetahui wilayah perlindungan paten Informasi untuk mengetahui
potensi pasar dan manfaat ekonominya Informasi untuk mengetahui legal status
permohonan paten milik pemohon yang telah diajukan sebelumnya. Informasi yang khusus
mempersiapkan dokumen permohonan. Informasi lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
paten orang lain dan tindakan lain apakah mengajukan permohonan sendiri atau dengan
pihak lain atau tidak mengajukan permohonan paten karena sebab-sebab lain (penelusuran
dengan pendekatan bisnis).

SISTEM PERLINDUNGAN TEKNOLOGI

Sistem Perlindungan Hukum ada dua: Sistem perlindungan non HKI Sistem perlindungan
melalui kontrak Sistem perlindungan melalui perbuatan melawan hukum/persaingan curang
Sistem perlindungan HKI Sistem perlindungan paten Sistem perlindungan rahasia dagang

SISTEM PERLINDUNGAN HKI

Sistem perlindungan paten dilakukan dengan cara first to file principle. Syarat-syaratnya:
Novelty Inventif Stap Industrial Applicable Sistem perlindungan rahasia dagang dilakukan
dengan merahasiakan informasi teknologi Syarat-syaratnya: Informasi teknologi Tidak
diketahui oleh orang lain Dijaga kerahasiaannya

SISTEM PROMOSI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI

Promosi teknologi melalui: Database paten Penawaran Mediasi antara Inventor dan Industri
Pameran dst Komersialisasi teknologi melalui: Lisensi Technical Asistent Joint Venture

ALASAN PROMOSI DAN KOMERSIALISASI

Teknologi yang telah dipatenkan merupakan asset tak berwujud yang sifatnya
teridentifikasi. Oleh karena itu, teknologi yang telah dipatenkan ini dapat: Dilisensikan;
Dijual; Dijadikan alat untuk join venture dalam menjalankan kegiatan usaha Dapat
dijaminkan untuk pinjaman uang.
LISENSI SEBAGAI METODE KOMERSIALISASI PATEN

Pengertian lisensi paten izin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Paten
yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

DUA ISU YANG BERHUBUNGAN DENGAN LISENSI

Bentuk lisensi; Sistem pembayaran royalti;

BENTUK LISENSI PATEN LISENSI UMUM MACAM LISENSI LISENSI WAJIB

EKSKLUSIF

LISENSI UMUM

NON-EKSKLUSIF

MACAM

LISENSI

LISENSI

WAJIB

PELAKSANAAN PATEN OLEH PEMERINTAH

HAK-HAK PEMBERI DAN PENERIMA LISENSI

Secara umum Pemberi lisensi memiliki hak untuk: a. Memperoleh imbalan (royalty) sesuai
kesepakatan, b. Menanyakan laporan atau audit pembayaran royalty secara reguler sesuai
kesepakatan. c. Tetap dicantumkannya identitas pemberi lisensi, kecuali diperjanjikan lain.
Secara umum Penerima Lisensi memiliki hak untuk: a. Menggunakan desain Industri yang
dilisensikan sesuai kesepakatan, b. Menanyakan hak-hak yang diperoleh dari lisensi yang
diterima.

KEWAJIBAN PEMBERI DAN PENERIMA LISENSI

Secara umum pemberi lisensi memiliki kewajiban untuk: a. Memeberikan hak kepada
penerima lisensi untuk melaksanakan hak Desain Industri yang dilisensikan, b. Menjamin
kelangsungan Desain Industri yang dilisensikan sesuai kesepakatan. c. Melarang pihak lain
tanpa ijin selain pihak yang diberi lisensi atau yang diberi ijin melaksanakan hak desain
industri secara sendiri atau bekerjasama dengan penerima lisensi d. Menjaga kesepakatan
yang telah dibuat. Secara umum Penerima Lisensi memiliki kewajiban untuk: a. Membayar
imbalan atau royalty sesuai kesepakatan, b. Menjaga kerahasiaan apabila diperlukan, c.
Tetap mencantumkan identitas pemberi lisensi, kecuali diperjanjikan lain, c. Menjaga
kesepakatan yang telah dibuat.

PERALIHAN DALAM LISENSI

Antara hak moral dan hak ekonomi Dalam lisensi yang beralih adalah hak ekonomi.
Sedangkan hak moral (misal identitas pendesain) tidak beralih/tetap tidak berubah. Antara
Lisensi dan Sole Agent Kecuali diperjanjikan, secara umum lisensi mempunyai lingkup yang
lebih luas dibandingkan dengan sole agent. Hal tersebut karena lisensi mencakup
pelaksanaan hak yang meliputi: membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,
dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain Industri. Sementara sole agent
lazimnya tidak seluas lingkup lisensi.

MANFAAT EKONOMI Lisensi menambah sumber daya pengusaha pemberi lisensi secara
tidak langsung. Lisensi memungkinkan perluasan wilayah usaha secara tidak terbatas. Lisensi
memperluas pasar dari produk hingga dapat menjangkau pasar. Lisensi mempercepat
proses pengembangan usaha bagi industri

MANFAAT EKONOMI Lisensi memudahkan dalam penyebaran produk.

Lisensi dapat melakukan transfer of technology.

Lisensi dapat memberikan keuntungan berupa nama besar.

Terakhir diperbaharui: Sunday, 30 May 2021, 22:34

11.1 SYARAT ADANYA KESEMPATAN EKONOMI


syarat-syarat umum untuk perkembangan ekonomi

1. Ekonomi Pembangunan 1 Drs. Agus Luthfi, M.Si. SYARAT-SYARAT UMUM


PERKEMBANGAN EKONOMI.
2. SYARAT UMUM Menurut Baldwin & Meier : 1. Indegenous forces (kekuatan dari
dalam) utk berkembang. 2. Mobilitas faktor-faktor produksi 3. Akumulasi kapital 4.
Kriteria atau arah investasi yang sesuai dengan kebutuhan 5. Penyerapan kapital 6.
Stabilitas dan nilai serta lembaga- lembaga yang ada.
3. INDEGENOUS FORCES (KEKUATAN DARI DALAM) UTUK BERKEMBANG  Merupakan
kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk berkembang (Suparmoko:
2008, 260).  Misalnya: Bantuan luar negeri belum tentu menjamin terus
berkembangnya perekonomian. Prakarsa dan pengaturan lembaga- lembaga
masyarakat untuk perkembangan harus tumbuh dari masyarakat sendiri
4. MOBILITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI  Ketidaksempurnaan pasar (market
imperfections) akan sangat membatasi mobilitas faktor-faktor produksi dari
penggunaan yang kurang produktif ke penggunaan yang lebih produktif.  Untuk
mengatasi market imperfections maka market imperfection harus ditiadakan
sehingga faktor produksi dapat digunakan sepenuhnya
5. MOBILITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI Usaha Menghilangkan Market Imperfections
a. Mengganti bentuk-bentuk organisasi sosial dan ekonomi b. Memberikan
kesempatan-kesempatan untuk produktivitas pada tingkat teknik yang ada c.
Penjualan produk diperluas d. Keadaan monopoli harus dikurangi e. Pasar kapital
diperluas f. Kredit dipermudah bagi petani-petani dan pedagang kecil Untuk
perkembangan ekonomi perlu menempatkan usaha- usaha kapital dalam 3 bentuk a.
Meningkatkan jumlah barang kapital b. Memperbaiki kualitas produk sebagai
produsen c. Menambah tingkat usaha produktif
6. AKUMULASI KAPITAL  Akumulasi kapital (capital accumulation) terjadi apabila
sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan di kemudian hari. (Todaro: 1999, 124)  Akumulasi dapat
berwujud kenaikan dalam volume tabungan riil, sehingga sumber-sumber uang yang
semula untuk tujuan-tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan-tujuan
produktif Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ICOR merupakan Tambahan setiap
modal dibandingkan dengan tambahan hasil/output. COR (Capital Output Ratio):
Perbandingan antara kapital yang diperlukan dengan rasio yang ingin dicapai ICOR =
ΔK/ ΔY ΔK: Penambahan Modal ΔY: Penambahan Pengeluaran.
7. Pertimbangan dalam mengukur banyaknya kapital yang dibutuhkan bagi
perkembangan ekonomi: a. Perkiraan tingkat pertambahan penduduk b. Target
kenaikan pendapatan riil per kapita c. Angka rasio pertambahan antara investasi dan
output atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) AKUMULASI KAPITAL Faktor-
faktor yang mempengaruhi ICOR: 1. Sumber daya alam 2. Industri – industri 3.
Teknologi baru 4. Kepadatan penduduk 5. Investasi 6. Kebijaksanaan pemberian
pekerjaan.
8. EXAMPLE: Produk nasional pada saat ini adalah 1000 dan tingkat tabungan (rate of
saving) adalah 8%, sedangkan ICOR sebesar 4. Hitunglah laju perkembangannya
(rate of growth)? Domestic saving = rate of saving x produk nasional = 8% x 1000 =
80 (investasi) Kenaikan hasil produksi nasional = investasi/ICOR = 80/4 = 20 Maka
Laju Perkembangannya = kenaikan hasil produksi nasional Produksi Nasional =
20/1000 = 2%
9. MENAIKKAN PENDAPATAN PER KAPITA DENGAN MENINGKATKAN AKUMULASI
KAPITAL Cara meningkatkan Investasi: a. Tingkat saving dinaikkan dengan
membatasi konsumsi, misalnya : pajak b. Pemerintah menjual obligasi negara c.
Pembatasan impor barang konsumsi hingga barang kapital (Alat-alat produksi) d.
Dengan menargetkan inflasi e. Memindahkan pengangguran tersembunyi (disguised
unemployment) dari sektro pertanian ke sektor industri dan jasa. f. Memperluas
sektor perdagangan internasional dengang menaikkan TOT (Term of trade) hingga
peminjaman kapital
10. KRITERIA DAN ARAH INVESTASI Karena kriteria Investasi bersifat dinamis, yang perlu
diperhatikan dalam kriteria umum adalah: o Investasi harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga memaksimalkan perbandingan antara output dan kapital (COR
rendah). o Proyek yang dipilih harus memberikan perbandingan yang
memaksimalkan penggunaan tenaga kerja terhadap investasi. o Investasi hendaknya
mampu mengurangi Neraca Pembayaran Internasional sehinga memaksimumkan
perbandingan ekspor dan investasi Faktor yang perlu diperhatikan pada investasi
produktif: 1. Pendapatan per kapita 2. Pendapatan nasional 3. Faktor waktu 4.
Kepentingan maasyarakat 5. Unsur pasar 6. Titik pertumbuhan 7. Pertumbuhan
seimbang 8. Teknik produksi
11. PENYERAPAN KAPITAL DAN STABILITAS Kemampuan penyarapan kapital (capital
absorption capacity) dikarenakan oleh: 1. Ketersediaan faktor produksi
komplementer yang bekerja sama dengan kapital 2. Syarat yang diperlukan untuk
menghindari inflasi dan untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran
internasional Keterbatasan pada kapasitas menyerap kapital di NSB: a. Kurangnya
teknologi b.Kurangnya tenaga ahli c. Kurangnya mobilitas faktor produksi
d.Kurangnya tenaga kerja terampil.
12. NILAI DAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG ADA o Nilai dan Lembaga disini bersifat
nonekonomi o Perkembangan ekonomi dapat melaju cepat bila diciptakan
kebutuhan- kebutuhan baru, motif-motif baru, cara/metode produksi baru, demikian
pula harus ada perubahan lembaga- lembaga yang ada dalam masyarakat. o Kriteria
ekonomi dan investasi saja tidak cukup digunakan sebagai patokan kebijaksanaan
investasi. Untuk menggunakan mesin-mesin yang kompleks, dibutuhkan orang
kreatif, dan berpengaruh umum.
13. MASALAH PEMBANGUNAN EKONOMI Menurut Sadono Sukirno o Masalah
Penduduk o Struktur umur penduduk dan masalah pengangguran o Masalah
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota besar Menurut Irawan
Suparmoko o Masalah Pembangunan dalam negeri o Tekanan Penduduk o Tanah
dan penggunaannya o Pembangunan masyarakat desa.
14. KEBIJAKAN EKONOMI o Menurut Ealau dan Prewitt cit Suharto (1997), kebijakan
adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten
dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena
kebijakan itu). o Analisis kebijakan pembangunan ekonomi adalah usaha terencana
yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau
rekomendasi (prescription or recommendation) terhadap konsekuensi- konsekuensi
kebijakan pembangunan ekonomi yang telah diterapkan.
15. PENGGOLONGAN KEBIJAKAN EKONOMI Kebijakan Dalam Negeri - Kebijakan Fiskal -
Kebijakan Moneter Kebijakan Luar Negeri - Kebijakan Perdagangan Internasional -
Kebijakan Pembayaran Internasional - Kebijakan Bantuan Ekonomi Internasional.
16. DN: KEBIJAKAN FISKAL DI NEGARA BERKEMBANG o Kebijakan pemerintah dalam
bidang pengeluaran dan pendapatannya dengan tujuan untuk menciptakan tingkat
kesempatan kerja yang tinggi tanpa inflasi. o Tujuan dalam kebijakan ini yaitu
mengusahakan agar keseluruhan pengeluaran masyarakat dapat tercapai untuk
mendekati tingkat produksi maksimum yang dapat diciptakan oleh masyarakat
(pendapatan nasional dalam full employment). o Terdapat perbedaan penerapan
kebijakan kebijakan fiskal di negara maju (mengatasi pengangguran dengan pajak).
17. DN: KEBIJAKAN MONETER DI NEGARA BERKEMBANG o Kebijaksanaan moneter yaitu
kebijaksanaan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian dengan
cara mempengaruhi penawaran uang dalam masyarakat atau dengan cara
mempengaruhi tingkat bunga. o Ada beberapa jenis kebijaksanaan moneter, yaitu: o
Reserve Ratio Policy (Rasio cadangan wajib) o Politik Diskonto o Credit Selective
Control o Open Market Operation (operasi pasar terbuka),
18. LN: KEBIJAKAN EKONOMI LUAR NEGERI PEMERINTAH Kebijakan Perdagangan
Internasional o Negara sedang berkembang melaksanakan kebijaksanaan
perdagangan internasional untuk melindungi industri dalam negeri. o Merupakan
kebijakan tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan/current
account, yang biasa disebut dengan Transaksi Berjalan di dalam neraca pembayaran
Internasional, terutama kegiatan perdagangan lintas neraca. Jenis kebijakan ini,
antara lain : a. Pengenaan Tarif Impor b. Persetujuan Perdagangan Bilateral.
19. LN: KEBIJAKAN EKONOMI LUAR NEGERI PEMERINTAH Kebijakan Pembayaran
Internasional o Merupakan kebijakan/tindakan pemerintah terhadap rekening
modal/capital account, yang biasa disebut : TRANSAKSI MODAL di dalam neraca
pembayaran, berupa pengawasan terhadap pembayaran internasional. Jenis
kebijakan ini, antara lain : a. Pengawasan lalu lintas modal/exchange control b.
Pengaturan lalu lintas modal jangka panjang.
20. Kebijakan Bantuan Ekonomi Internasional o Merupakan kebijakan /tindakan
pemerintah yang berkaitan dengan : a. Bantuan Teknis/ grants b. Pinjaman / loans c.
Bantuan untuk rehabilitas dan pembangunan d. Bantuan ekonomi untuk kemiliteran
(military loans/grants/aids) LN: KEBIJAKAN EKONOMI LUAR NEGERI PEMERINTAH
Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 00:46

11.2 SYARAT STABILITAS POLITIK


Orde baru (Politik,ekonomi, dan keamanan)

Kehidupan Politik Masa Orde Baru • Upaya untuk melaksanakan orde baru :

1. Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan masyarakat


berbangsa dan bernegara.
2. Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
4. Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga negara.

Penataan Politik Dalam Negeri :

1. Pembentukan Kabinet Pembangunan.


2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya.
3. Pemilihan Umum.
4. Peran Ganda ABRI.
5. Pemasyarakatan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila),

Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah
Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera
yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya
Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.


2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
4. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional

elanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk
masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pemba-
ngunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi :
1. Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi.
2. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama.
3. Pelaksanaan Pemilihan Umum.
4. Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September.
5. Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.

       Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya Suharto sebagai pengemban Supersemar
guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka
melakukan : • Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan
dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966. • Dikeluarkan pula keputusan yang
menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. • Pada tanggal 8 Maret
1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30
September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak
membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.

       Pelaksanaan Pemilu Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan
umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.  Pemilu 1971 • Pejabat negara harus bersikap netral
berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk perdana menteri yang
berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal. •
Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada
dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD. • Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776 pemilih
untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang
diangkat. • Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi),
Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional
Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam
Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu kursipun).
     Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka dilakukan
penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya
kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : • Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang
dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) • Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
(kelompok partai politik yang bersifat nasionalis)
      Pemasyarakatan P4 • Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan
Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR
dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4. • Guna mendukung program Orde baru yaitu
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978
diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. • Tujuan
dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. • Pelaksanaan
Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun
1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran
P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari
sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
     Pemulihan Hubungan Dengan Singapura Sebelum pemulihan hubungan dengan
Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan
Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan
nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan
pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatic.
      Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS
tersebut adalah: a) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi
tersebut adalah: • Rendahnya penerimaan negara. • Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran
negara. • Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank. • Terlalu banyak
tunggakan hutang luar negeri. • Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana. b. Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. c. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk melaksanakan
langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-
cara :

1. Mengadakan operasi pajak.


2. Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan
maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak
orang.
3. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara.
4. Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 00:47

11.3 ASPEK SUBSTANSI HUKUM


ASPEK SUBSTANSI HUKUM
        Sistem dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai susunan, kesatuan dari
bagian-bagian yang saling bergantung. Menurut R. Subekti, Sistem adalah suatu susunan
atau catatan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan
satu sama lain tersusun menurut suatu rencana atau pola hasil dari suatu pemikiran untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam suatu sistem yang baik, tidak boleh terjadi suatu duplikasi
atau tumpang tindih (overlapping) di antara bagian-bagian itu. Sistem merupakan satu
kesatuan yang utuh yang terdiri atas berbagai bagian atau sub-sistem. Sub-sistem ini saling
berkaitan yang tidak boleh bertentangan, dan apabila memang terjadi pertentangan, maka
selalu ada jalan untuk menyelesaikannya. Begitu juga dengan sistem hukum haruslah
tersusun dari sejumlah bagian-bagian yang dinamakan sub-sistem hukum secara bersama-
sama mewujudkan kesatuan yang utuh. Sistem hukum bukan sekedar kumpulan peraturan
hukum, tetapi setiap peraturan itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, serta tidak
boleh terjadi konflik atau kontradiksi di antara sub-sistem yang ada di dalamnya. Dalam
studi ilmu hukum, kebanyakan orang terutama para sarjana hukum di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh pandangan Lawrence Friedman tentang sistem hukum. Menurut Laurence
M. Friedman, sistem hukum mencakup tiga komponen atau sub-sistem, yaitu komponen
struktur, substansi hukum, dan budaya hukum. Untuk lebih jelasnya mengenai komponen
system hukum penjelasan adalah sebagai berikut : SUMBER :

1. KOMPONEN
2. SISTEM
3. HUKUM
4. Struktur Hukum
5. Budaya Hukum
6. Substansi Hukum

SUBSTANSI HUKUM SUMBER : Menurut Lawrence M. Friedman

        Lawrence M. Friedman menjelaskan ada tiga unsur atau komponen dalam sistem
hukum, atau biasa disebut Three Elemens of Legal Sistem, merupakan faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum, yaitu komponen struktur, komponen substansi, dan
komponen kultur atau budaya hukum. Ketiga komponen tersebut membentuk satu
kesatuan yang bulat dan utuh, serta saling berhubungan, atau biasa disebut dengan sistem.
Dalam tiga unsur atau komponen system hukum tersebut salah satu yang akan kami bahas
adalah komponen substansi hukum. Substansi hukum menurut Lawrence M. Friedman
adalah : “Another aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual
rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …the stress here is on
living law, not just rules in law books”. Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya.
Yang dimaksud dengan substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam system itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi
pedoman bagi aparat penegak hukum.
        Jadi Substansi Hukum dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai
sistem Substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi
juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang
mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi
juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab
undang-undang (law books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Cicil Law
Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan
juga telah menganut Common Law Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah
peraturan-peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan
dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu
pengaruhnya adalah adanya asas Legalitas dalam KUHP. Dalam Pasal 1 KUHP ditentukan
“tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang
mengaturnya”. Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum
apabila perbuatan tersebut telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan
perundang-undangan.
         Namun, seringkali substansi hukum yang termuat didalam suatu produk perundang-
undangan dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Sehingga hukum
yang dihasilkan tidak resposif terhadap perkembangan masyarakat. Akibat yang lebih luas
adalah hukum dijadikan sebagai alat kekuasaan dan bukan sebagai pengontrol kekuasaan
atau membatasi kesewenangan yang sedang berkuasa. Peraturan perundang-undangan
dibuat oleh kekuasaan yang diberikan wewenang oleh undang-undang. Menurut UUD 1945
kekuasaan membuat undang-undang diberikan kepada DPR sebagai legislatif dan Presiden
sebagai Eksekutif. Dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. DPR sebagai
lembaga legislatif yang salah satu tugasnya adalah membuat undang-undang. Produk
undang-undang yang dihasilkan harus sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat,
berbangsa dan bernegara yang tidak bertentangan dengan konstitusi negara. Untuk saat ini,
hampir sebahagian besar produk perundang-undangan yang dihasilkan lembaga DPR masih
jauh dari harapan. Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang tidak relefan
dan cendrung dipaksakan serta tidak responsif. legal-substance.

HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN SISTEM HUKUM

1. SUBSTANSI
2. HUKUM
3. BUDAYA
4. KOMPONEN
5. SISTEM

       Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan
mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan
dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang
memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana
mesin itu digunakan.Dikaitkan dengan sistem hukum di Indonesia, Teori Friedman tersebut
dapat kita jadikan patokan dalam mengukur proses penegakan hukum di Indonesia.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 00:49


11.4 APARATUR HUKUM
APARATUR HUKUM

PENEGAKAN HUKUM ARTINYA

       KEGIATAN MENSERASIKAN HUBUNGAN NILAI-NILAI YANG TERJABARKAN DI DALAM


KAEDAH-KAEDAH YANG MANTAP DAN PENGEJAWANTAHAN DAN SIKAP TINDAK SEBAGAI
RANGKAIAN PENJABARAN NILAI TAHAP AKHIR, UNTUK MEMELIHARA, DAN
MEMPERTAHANKAN KEDAMAIAN PERGAULAN HIDUP.

PENEGAKAN HUKUM TERPENUHI BILA : 5 PILAR HUKUM BERJALAN DENGAN BAIK

1. INTSRUMEN HUKUM YANG BAIK


2. APARAT PENEGAK HUKUM YANG TANGGUH
3. PERALATAN YANG MEMADAI
4. MASYARAKAT YANG SADAR HUKUM
5. BIROKRASI YANG MENDUKUNG

MASALAH PENEGAKAN HUKUM

         KESENJANGAN ANTARA HUKUM NORMATIF (DAS SOLLEN) DAN HUKUM SECARA
SOSIOLOGIS (DAS SEIN) KESENJANGAN ANTARA PERILAKU HUKUM MASYARAKAT YANG
SEHARUSNYA DENGAN PERILAKU HUKUM MASYARAKAT SENYATANYA PERBEDAAN
ANTARA LAW IN THE BOOK DAN LAW IN ACTION

SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL KEPENTINGAN MASYARAKAT

         FUNGSI POKOK HUKUM SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL TUJUAN HUKUM
MENJAGA KETERTIBAN, KESEIMBANGAN SOSIAL, KEPENTINGAN MASYARAKAT

PERBEDAAN ANTARA LAW IN THE BOOK DENGAN LAW IN ACTION

        MENCAKUP PERSOALAN APAKAH HUKUM DI DALAM BENTUK PERATURAN YANG


TELAH DIUNDANGKAN MENGUNGKAPKAN POLA TINGKAH LAKU SOSIAL YANG ADA
WAKTU ITU APAKAH YANG DIKATAKAN PENGADILAN ITU SAMA DENGAN APA YANG
DILAKUKAN APAKAH TUJUAN YANG SECARA TEGAS DIKEHENDAKI OLEH SUATU
PERATURAN ITU SAMA DENGAN EFEK PERATURAN ITU DALAM KENYATAAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENEGAKAN HUKUM YANG NEGATIF

     FAKTOR YANG ADA DI DALAM SISTEM HUKUM (HUKUM,PENEGAK HUKUM, SARANA &
PRASARANA) FAKTOR YANG ADA DI LUAR SISTEM HUKUM (KESADARAN HUKUM MASYA-
RAKAT, PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, POLITIK/PENGUASA)

FAKTOR HUKUM/PERUNDANG-UNDANGAN

          KONSISTENSI ASAS-ASAS PROSES PERUMUSAN TINGKAT KEMAMPUAN


OPERASIONALISASI HUKUM PERLUKAH MEMPERTAHANKAN UU YANG TIDAK SEJALAN
DENGAN RASA KEADILAN

PEMBENTUKAN PERATURAN PER UU AN BELUM MENJAMIN PELAKSANAAN


PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF

1. SUBSTANSI PERATURAN PER UU AN KURANG LENGKAP DAN MASIH ADA


KELEMAHAN, SE-HINGGA MEMBERIKAN PELUANG PENYALAH-GUNAAN
WEWENANG OLEH APARATUR PENEGAK HUKUM
2. SUBSTANSI TUMPANG TINDIH SATU SAMA LAIN, SEHINGGA MENIMBULKAN
PERBEDAAN PENAF-SIRAN ANTAR APARATUR PENEGAK HUKUM, MEMBERIKAN
PELUANG UNTUK MEMANDUL-KAN PERATURAN PER UU AN DALAM KASUS
KONFLIK KEPENTINGAN.
3. MENEMPATKAN KEPENTINGAN PEMERINTAH TERLALU BESAR MELEBIHI
KEPENTINGAN MASYARAKAT LUAS
4. MASIH BELUM ADA KETEGASAN MENGENAI PERBEDAAN ANTARA FUNGSI
EKSEKUTIF, YU-DIKATIF DAN LEGESLATIF, PERLU PENGKAJIAN YANG SANGAT
MENDALAM
5. KESADARAN DAN TANGGUNG JAWAB BERBANG-SA DAN BERNEGARA DALAM
MENGHASILKAN PRODUK PERATURAN PER UU AN, DAN PENE-GAKAN HUKUM
MASIH LEMAH

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 00:50

11.5 SYARAT KEPASTIAN HUKUM


SYARAT KEPASTIAN HUKUM

Kepastian Hukum
1.Substansi

              Negara Indonesia merupakan penganut sistem hukum eropa kontinental yang
diderivasi dari negara colonial pada era penjajahan. Hukum tertulis merupakan khas dari
eropa kontinental dengan groundnorm. Pelanggaran atau tindak kejahatan dapat dipidana
apabila telah ada undang-undang atau hukum tertulis terlebih dahulu. Berbeda dengan
sistem hukum anglo saxon yang menggunakan supremasi hukum berasal dari hakim
dengan menggali di pengadilan, maka eropa continental sangat kental dengan unsur
kepastian hukum. Upaya yang diberikan oleh hukum positif Indonesia untuk memberikan
jaminan terhdap korban ataupun tersangka yang didelegasikan konstitusi melalui legislasi.
Peran hakim dalam sistem hukum eropa continental terlihat pasif dibadingkan sistem
hukum anglo saxon yang lebih aktif, meskipun dalam perkembangannya untuk di Indonesia
hakim tidak dapat menolak perkara yang masuk dengan alasan tidak ada hukumnya, namun
tetap mengacu pada hukum tertulis.

             Menurut Ade Saptomo, Prinsip-prinsip bagi hakim dalam mengadili perkara-perkara
hukum konkret mencakup tiga pendekatan sebagai berikut:

 Pendekatan Legalistik (Formal) Pendekatan legalistik dimaksud merupakan model


yang digunakan oleh hakim dalam menyelesaikan kasus hukum konkret yang
hukumnya (baca: undang-undang) telah mengatur secara jelas sehingga hakim
mencari, memilah, dan memilih unsur-unsur hukum dalam kasus hukum konkret
dimaksud dan kemudian dipertemukan dengan pasal-pasal relevan dalam undang-
undang dimaksud..
 Pendekatan Interpretatif Hukum dalam kenyataannya dimungkinkan aturan normatif
itu tidak lengkap atau samar-samar. Dalam upaya menegakan hukum dengan
keadilan dan kebenaran, hakim harus dapat melakukan penemuan hukum
(rechtsvinding).
 Pendekatan Antropologis Terhadap kasus hukum konkrit yang belum diatur undang-
udnang maka hakim harus menemukan hukum dengan cara menggali, mengikuti,
dan menghayati nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.

           Dalam konteks ini pendekatan yang akan dibahas adalah pendekatan legalistik
sedangkan yang lain akan tetap dimasukan. Dengan unsur formal, maka kepastian hukum
merupakan interpretasi dari hukum tertulis. Sebagaimana pada pengelolaan hutan maka
subyek hukum dapat saja melakukan eksploitasi saat memiliki izin dari pihak yang
berwewenang. Pemegang otoritas tentunya berdasarkan asas kepastian hukum dapat
memperhatikan kaidah yang berlaku sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada anomali
baik dari individu atau corporate maupun oknum pemerintah.

        Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran hutan berfugsi sebagai kebutuhan hidup bagi
seluruh komponen mahluk hidup. Indriyanto menjelaskan, mempelajari ekologi hutan
merupakan kegiatan manusia secara komprehensif dengan tujuan mengarahkan atau
memlihara ekosistem hutan dalam keadaan yang memungkinkan untuk selalu bisa dijadikan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia sepanjang masa.17Hutan merupakan
barang yang fundamental untuk itu perlu dilakukan sinergitas terhadap komponen lainnya
dengan menjaga lingkungan hidup agar tetap baik. Sintesis hutan dan lingkungan
merupakan kebutuhan konkrit untuk tetap dijaga kelestarian dan konstruksinya dari mahluk
hidup lain.

          Dinamika pembangunan membawa perubahan terkhusus dari hasil pengelolaan


hutan dengan berwawasan lingkungan ataupun untuk kepentingan semata. Siahaan
membagi dua faktor terhadap dari dinamisasi pembangunan yagn akan berdampak pada
lingkungan hidup.18Pertama, manfaat sebagai tujuan dan faktor-faktor yang dikehendaki
oleh pembangunan itu sendiri, dan kedua adalah kerugian-kerugian yang berasal dari
kegiatan pembangunan. Dilanjutkannya, faktor-faktor ini merupakan sisi yang tidak
dikehendaki, namun tetap ada, tergantung pada faktor-faktor pengelolaan yang dilakukan
menurut sistem. Diperlukan produktifitas pengelolaan hutan baik melalui regulasi maupun
peran dari subyek hukum agar sistem tersebut dapat menjaga tatanan lingkungan yang
baik.

         Secara eksplisit untuk menjamin adanya kepastian hukum terhadap pelanggaran atau
tindakan kejahatan lingkungan, diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dengan tujuan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan melalui upaya preventif maupun represif.19 Pencegahan-pencegahan
tersebut tidak terlepas dari adanya masalah-masalah lingkungan seperti: penggundulan
hutan, lahan kritis, menipisnya lapisan ozon, pemanasan global tumpahan minyak dilaut,
ikan mati di anak sungai karena zat-zat kimia, dan punahnya species tertentu. tersebut
apabila tidak terakomodir oleh norma, maka akan memberikan kerugian semata terhadap
lingkungan.

         Karenanya kepastian hukum berkaitan dengan efektivitas hukum.21Sehingga


kepastian hukum hanya terjamin, bila pemerintah Negara mempunyai sarana-sarana yang
secukupnya untuk memastikan peraturan-peraturan yang ada. Untuk mengakomodir hutan
dalam regulasi, hukum kehutanan bertujuan agar penyelenggaraan kehutanan dilaksanakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.22Menyikapi
realitas ini para pemangku jabatan dapat melakukan identifikasi terhadap praktek-praktek
pelanggaran yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Stake holder jangan
hanya bersifat konseptual, akan tetapi harus bersifat lebih eksekutif demi menjamin
kepastian hukum dam memberikan kenyamanan bermasyarakat.

2.Struktur
           Salah satu aspek dari asas kepastian hukum adalah penegakan hukum. Peran yang
komprehensif dari aparat penegak hukum tidak dapat di biarkan begitu saja. Komponen
yang terdiri Polisi, Jaksa, Advokat, dan Hakim mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
masing. Perlu adanya sinergi dalam meramu hukum saat diimplementasikan sehingga tidak
adanya ketimpangan-ketimpangan saat mempraktikkan hukum di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan. Pencapaian yang maksimal ketika penanganan kasus seperti
pengelolaan hutan oleh oknum yang tidak memperhatikan kondisi sekitarnya (lingkungan)
dapat dijerat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

          Implementasi hukum berdasarkan kaidahnya secara langsung akan mempengaruhi


tatanan hukum baik vertikal maupun horizontal. Artinya tugas dan wewenang yang dimiliki
para penegak hukum dapat memberikan jaminan kepastian hukum terhadap pelanggar
atau korban secara proporsional (vertikal). Sedangkan pada sisi lain, cerminan hukum yang
baik dapat dilihat saat seperangkat hukum secara bersama-sama melakukan kompromi
hukum tentunya berdasarkan tufoksinya menyelenggarakan norma dengan baik
(horizontal). Hal ini untuk menghindari adanya tumpang tindih dan jurang pemisah antara
aparat penegak hukum dalam menyelenggarkan hukum tertulis dengan masyarakat sebagai
target dari norma tersebut.       

          Indonesia termanifestasi sebagai negara hukum.23 Produk hukum Indonesia masih
melekat dari zaman kolonialisasi Belanda sehingga sistem hukum yang diterapkan adalah
sistem hukum europe continental. Sistem hukum ini berlandaskan pada hukum positif yang
menganut asas legalitas. Kepastian hukum merupakan jargon yang terkenal, aksioma ini
dapat dirasakan karena mengintrodusir syarat-syarat yang dikemukakan Julius Stahl
sebagaimana dikutip Azhary, menyebutkan unsur-unsur utama dalam sistem Eropa
Kontinental, YAITU :

1. Mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia;


2. Untuk melindungi hak asasi tersebut maka penyelenggaraan negara harus
berdasarkan pada teori trias politika (pemisahan);
3. Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah berdasarkan undang-undang (welmatigh
bestuur); dan.
4. Apabila dalam menjalankan tugasnya berdasarkan undang-undang pemerintah
masih melanggar hak asasi (campur tangan pemerintah dalam kehidupan pribadi
seseorang), maka akan ada pengadilan yang akan menyelesaikannya.

         Dengan berdasarkan unsur-unsur tersebut kepastian hukum merupakan peneluran


dari sistem hukum ini. Tidak ada penindakan terhadap kejahatan atau pelanggaran yang
dilakukan sebelum adanya regulasi yang mengaturnya.

         Implikasi hukum terhadap adanya hukum terlebih dahulu, dewasa ini dapat di evaluasi
dengan seksama. Pertumbuhan penduduk serta diimbangi dengan kecanggihan teknologi
memudahkan hukum dapat menyelaraskan terhadap kondisi lapangan. Pelanggaran atau
tindakan kejahatan memungkinkan lepas dari pengamatan hukum, karena disebabkan oleh
regulasi yang notabene bersifat kaku. Peraturan perundang-undangan yang dibuat tidak
serta merta mengakomodir seluruh komponen yang mempengaruhi kesewenang-
wenangan. Upaya terhadap pelaku kejahatan kebutuhan hidup atau kebutuhan fundamental
bagi manusia. Semestinya dapat dijerat berdasarkan hukum karena kembali pada unsur-
unsur kepastian hukum maka pelaku tersebut dapat saja lepas karena kekauan hukum
sehingga celah-celah terhadap regulasi yang ada tidak dapat terhindarkan lagi.

12.1 SENGKETA ANTARA INVESTOR ASING DAN PATNER


LOKAL
Sengketa antara investor asing dan partner Lokal

          Istilah investasi maupun penanaman modal adalah istilah yang dikenal oleh
masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha.Sedangkan
penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan.Dikalangan masyarakat
luas,Investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup investasi langsung (Direct
Investment)dan Investasi tak langsung (portofolio Investment).Sedangkan  penanaman
modal lebih berkonotasi kepada investasi langsung.Penanaman modal menurut Pasal 1
Undang-undangNomor25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat diartikansebagai
segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia.

          Dalam penanaman modal asing, besar kemungkinan terjadi perselisihan atausengketa
antara pihak penanam modal asing dengan pihak nasional.Perselisihan atau sengketa
tersebut harus mendapatkan penyelesaian.Penyelesaian sengketa menurut Richard L.Abel
adalah “Pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsistent claim)
terhadap sesuatu yang bernilai”3Untuk mengatisipasi terjadinya perselisihan antara pihak
nasional dengan pihak asing di bidang penanamn modaltersebut, Pemerintah Indonesia
telah meratifikasi International Convention on The Settlement of Dispute(ICSID) melalui
Undang-undangNomor5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian perselisihan antara negara dan
warga negara asing mengenai penanaman modal.

           Dalam penanaman modal antara Negara dan Warga Negara Asingmengenai
Penanaman Modalpasti ada suatu sengketa atau permasalahan, jika terjadi sengketa maka
melalui penyelesaian lembaga arbitrase.Penyelesaian melaui lembaga arbitrasedi Indonesia
diawali pada tahun 2007dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1968
tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara  Negara dan
Warga Negara Asingmengenai Penanaman Modal. Diundangkannya Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 merupakan suatu bentuk ratifikasi dari Konvensi International Centre
for the Settlement of Investment Desputes between Statesand Nationals of other States
(ICSID). Meskipun telah ada ketentuan yang mengaturnya, namun dibentuk juga peraturan
yang mengatur masalah arbitrase yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase (selanjutnya disingkat Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999).

         4Negara dan Warga Negara Asingmengenai Penanaman Modal. Diundangkannya


Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 merupakan suatu bentuk ratifikasi dari Konvensi
International Centre for the Settlement of Investment Desputes between Statesand
Nationals of other States (ICSID). Meskipun telah ada ketentuan yang mengaturnya, namun
dibentuk juga peraturan yang mengatur masalah arbitrase yaitu Undang-undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase (selanjutnya disingkat Undang-undang Nomor 30 Tahun
1999).Konvensi ICSID mengakui hak individu untuk menjadi pihak dihadapan arbitrase
ICSID.Namun hanya untuk sengketa di bidang penanaman modal dan Negara dari Individu
yang bersangkutan telah menjadi anggota Konvensi ICSID (Konvensi Washington
1965).4Dengan meratifikasi konvensi tersebut,Pemerintah Indonesia berupaya untuk
memberikan rasa aman bagi Investor asing yang menanamkan modalnyadi
Indonesiasehingga citra Indonesia di mata Internasional menjadi baik.

        Pasal 32 Undang-undang Nomor25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal secara
garis besar menyatakan cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman modaldilakukan
dengan melalui cara sebagai berikut

1. Musyawarah mufakat;
2. Arbitrase;
3. Pengadilan;
4. ADR(Negosiasi,Mediasi dan Konsiliasi)
5. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam
negeri,sengketa diselesaikan melalui arbitrase ataupun pengadilan, dan
6. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing
diselesaikan melalui Arbitrase Internasional yang disepakati.

       Arbitrase merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan umum yang
mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Pihak yang bersengketa dapatmenghindar dari proses yang memakanwaktu dan


dana disebabkan oleh hal-hal prosedural dan administratif.
2. Pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang memiliki pengetahuan,
pengalaman serta latar belakang yang relevan dengan masalah yang disengketakan.

           Selain Arbitrase ICSID, Arbitrase ICC (International Chamber of Commerce) juga
dapat menjadi pilihan. Indonesia sendiri sudah meratifikasi New York Convention on
Recognitionand enforcement of Foreign Arbtral Award of1958.Sementara itu,penyelesaian
melalui BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) juga dapat dilakukan. Untuk dapat
menyelesaikan sengketamelalui Arbitrase, biasanya para pihak merumuskan dalam klausul
arbitrase pada perjanjian yang mereka buat, baikdalam bentuk pactum de
compromitendomaupun dalam bentuk akta kompromis.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 10:50

12.2 PERMOHONAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE


LUAR NEGERI DAPAT DI TOLAK
PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING         ( INTERNASIONAL ) DI
INDONESIA
         Apakah Indonesia mengakui putusan arbitrase asing? Selanjutnya, jika diakui, apakah
putusan arbitrase asing tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia? Kedua hal tersebut
merupakan pertanyaan penting terkait putusan arbitrase asing dan akan dibahas dalam
tulisan singkat ini.

        Sebagaimana diketahui, arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa


komersial/bisnis yang efektif, dimana banyak para ahli yang menyarankan untuk menempuh
jalur arbitrase dibandingkan melalui litigasi di pengadilan mengingat efektivitas dan
keuntungannya. Namun, jika putusan arbitrase asing tidak diakui dan tidak bisa
dilaksanakan, maka arbitrase menjadi tidak berarti sama sekali dan bahkan menjadi sia-sia.

         Jauh sebelum Indonesia memiliki Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 yang
mengatur tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase), Indonesia
pernah dianggap sebagai negara yang tidak ramah arbitrase (not arbitration-friendly
country). Pada era tersebut, selama bertahun-tahun Indonesia dianggap sebagai negara
yang tidak konsisten dan mustahil untuk melaksanakan putusan arbitrase asing. Di
Indonesia Hal tersebut membuat reputasi Indonesia buruk di mata dunia arbitrase
internasional. Namun hal tersebut keliru dan tidak benar.

        Salah satu ketentuan arbitrase internasional terpenting adalah Convention on the


Recognition and Enforcement of Foreign Arbitration Awards (New York Arbitration
Convention), yang dikenal luas sebagai Konvensi New York. Konvensi tersebut disahkan
pada tanggal 10 Juni 1958 oleh 40 negara. Sampai saat ini, konvensi telah diadopsi dan
diratifikasi oleh 157 negara di dunia dengan negara Angola sebagai negara ke-157 yang
meratifikasi konvensi tersebut

        Indonesia meratifikasi Konvensi New York pada tanggal 5 Agustus 1981 dengan
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 dan diumumkan dalam Berita Negara Nomor 40
Tahun 1981 serta terdaftar secara resmi pada tanggal 7 Oktober 1981. Pada dasarnya
Konvensi New York mengatur tentang 2 hal, yaitu:

1. Keabsahan perjanjian arbitrase (validity of arbitral agreements)


2. Pengakuaan dan pelaksanaan putusan arbitrase (recognition and enforcement of
arbitral awards).

       Namun, karena konvensi sama sekali tidak mengatur tentang bagaimana mekanisme
dan prosedur pelaksanaan putusan arbitrase asing, maka timbul penafsiran yang berbeda-
beda antara satu negara dengan negara lainnya, yaitu apakah diperlukan suatu ketentuan
atau peraturan pelaksana khusus (implementing legislation)  atau dengan ratifikasi bisa
langsung diterapkan.

        Kesulitan yang dihadapi oleh beberapa negara yang telah meratifikasi konvensi
tersebut, ternyata juga dialami oleh Indonesia, di mana para ahli hukum Indonesia berbeda
pendapat tentang perlu tidaknya implementing legislation.  Karena tidak adanya peraturan
pelaksananya, dipandang terjadi kekosongan hukum pelaksanaan konvensi tersebut. Oleh
karena itu, sejak tahun 1981 sampai dengan 1990, pengadilan di Indonesia tidak memiliki
peraturan pelaksana mengenai mekanisme pelaksanaan putusan arbitrase. Hal ini
menyebabkan timbulnya persepsi keberlakuan Pasal 634 Reglemen Acara Perdata
– Reglement op de Rechtsvordering (RV) yang mana mengatur bahwa pendaftaran dan
permohonan untuk pelaksanaan putusan arbitrase harus dilakukan melalui Pengadilan
Negeri dimana putusan tersebut diberikan.

            Sampai pada tahun 1990 ketika Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 (PERMA No. 1/1990) yang mengatur bahwa hasil
putusan arbitrase asing di negara yang juga meratifikasi Konvensi New York, dapat
dilaksanakan dengan cara mendaftarkan putusan tersebut pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Selanjutnya, dalam jangka waktu 14 hari, Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
mengirimkan permohonan tersebut ke Mahkamah Agung sebagai satu-satunya lembaga
yang berwenang mengeluarkan putusan eksekutorial (exequatur) atas putusan arbitrase
asing tersebut.

        Setelah exequatur  dikabulkan, maka putusan tersebut dikirimkan kembali ke Ketua


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk dilaksanakan. Jika pelaksanaan putusan tersebut
diluar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, maka putusan tersebut dikirimkan ke Pengadilan
Negeri setempat di mana putusan akan diaksanakan. Sayangnya, PERMA No. 1/1990 tidak
memberikan batas waktu berapa lama Mahkamah Agung harus memberikan putusan atas
permohonan pelaksanaan putusan arbitrase asing.

          Pada tanggal 12 Agustus 1999 Indonesia mengeluarkan UU arbitrase yang sifatnya
komprehensif dan berlaku efektif, yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase). Dengan keluarnya UU
Arbitrase, segala ketentuan yang mengatur tentang arbitrase, seperti Pasal 615-651 RV,
demikian pula halnya dengan ketentuan Pasal 377 Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui
(Het Herziene Indonesisch Reglement) sert a Pasal 705 Reglemen Acara Untuk Daerah Luar
Jawa dan Madura (Reehtsregement Buitengewesten) dinyatakan tidak berlaku (Pasal 81 UU
Arbitrase).

          Meskipun UU No. 30/1999 tidak secara tegas menyatakan PERMA No. 1/1990 dicabut,
namun karena secara hierarki PERMA dibawah UU, maka jika terdapat perbedaan diantara
kedua ketentuan ini, maka UU yang berlaku.

       UU Arbitrase menggunakan istilah putusan arbitrase internasional, bukan arbitrase


asing sebagaimana digunakan dalam Konvensi New York. Adapun didalam Pasal 1 angka 10
UU Arbitrase, yang dimaksud dengan Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang
dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum
Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang
menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai putusan arbitrase
internasional.

        Berdasarkan Pasal 65,  yang berwenang menangani masalah pengakuan dan
pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional adlah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Selanjutnya, Pasal 66 menyatakan bahwa Putusan Arbitrase Internasional hanya diakui serta
dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Diajukan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara
Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral,
mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional.
2. Putusan tersebut termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan
3. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
5. Jika Negara Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung dan selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.

      Dalam pelaksanaannya, permasalahan yang sering dihadapi adalah terkait administrasi
penyampaian berkas permohonan, dimana disamping menyertakan lembar asli/salinan
otentik putusan arbitrase, lembar asli/salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar putusan
arbitrase serta keterangan dari perwakilan diplomatik indonesia di negara tempat putusan
arbitrase internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa negara pemohon
terikat pada perjanjian baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara Indonesia
perihal pengakuan dan pelaksanaan putusan atau negara tersebut juga meratifikasi
Konvensi New York (Pasal 67 (2) UU Arbitrase).

     Dalam kenyataannya, hal keterangan dari perwakilan diplomatik, masih belum
dikomunikasikan secara efektif oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia kepada perwakilan
diplomatiknya di luar negeri sehingga acapkali menambah beban administratif dan
mengakibatkan keterlambatan untuk dapat didaftarkan di Pengadilan Negeri.

     Permohonan tersebut disampaikan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada
Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Pasal 67 ayat 1). Putusan Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase internasional tidak dapat
diajukan banding atau kasasi (Pasal 68 (1), sehingga bersifat mengikat dan final. Tidak ada
upaya hukum yang dapat dilakukan atas putusan tersebut. Namun, terhadap putusan yang
menolak untuk mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase internasional, dapat diajukan
kasasi (Pasal 68 ayat (2), yang mana kasasi dapat diajukan dalam waktu 30 hari sejak
penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase di Pengadilan Negeri (Pasal 71 UU
Arbitrase).

     Selanjutnya, Mahkamah Agung akan mempertimbangkan serta memutuskan setiap


pengajuan kasasi putusan yang menolak untuk mengakui dan melaksanakan putusan
arbitrase internasional (Pasal 68 (3). Sedangkan terhadap perkara di mana negara Indonesia
menjadi salah satu pihak, maka putusan Mahkamah Agung tidak dapat diajukan upaya
perlawanan (Pasal 68 (4).

     Pada akhirnya, terutama sejak lahirnya UU Arbitrase, Indonesia merupakan negara yang
sangat positif mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase asing. Bahkan, sejak UU
Arbitrase berlaku sampai dengan sekarang, tidak ada permohonan eksekuator putusan
arbitrase asing yang ditolak oleh Pengadilan Negeri. Hal ini menunjukkan hal yang benar-
benar positif, yang sangat berbeda jauh dengan sebelum lahirnya UU Arbitrase.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 10:51

12.3 MEMBERIKAN PUTUSAN YANG ADIL DAN BIJAKSANA


MEMBERIKAN PUTUSAN YANG ADIL DAN BIJAKSANA

Peranan Aparatur Penegak Hukum Dalam Pelaksanaan Putusan Pengadilan.


       Dari kerangka berpikir secara teoritis peranan aparatur penegak hukum dalam
pelaksanaan putusan pengadilan (penegakan hukum), sudah barang tentu bersikap
konsisten, dan konsekuen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
etika moral dan sumpah janji sebagai aparatur penegak hukum. Dalam tatanan praktis,
peranan aparatur penegak hukum dalam menjalankan putusan pengadilan, tentu saja
diwarnai berbagai kendala, dan kepentingan. Manurut Andi Hamzah (2004 : 302) dalam
KUHAP hanya terdapat 7 buah pasal saja yang mengatur tentang pelaksanaan putusan
pengadilan, yaitu Pasal 270 sampai dengan pasal 276 KUHAP.
       Aparatur penegak hukum memegang posisi strsgegis dan dominan dalam penegakan
hukum. Baik dalam tindakan preventif sampai dengan repretif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, penegak hukum merupakan pengawal dan
pelaksanaan terdepan dalam mengeksekusi putusan pengadilan.
        Penegak hukum sebagai bagian dari jajaran birokrasi, belum menjalankan
kewajibannya secara baik. Dengan organisasi yang gemuk, lamban, dan inefisieni penegak
hukum pada masa lalu, utamanya pada masa awal reformasi, masih menerapkan status
seseorang, walaupun seseorang itu telah memperoleh vonis dari hakim akibat kejahatan
(korupsi) yang dilakukannya

         Perilaku ataupun sikap tindak aparatur penegak hukum dalam pelaksanaan putusan
pengadilan, sudah menjadi rahasia umum. Dengan adanya kebebasan pers, dan terbukanya
informasi, dan mudahnya akses telekomunikasi , pelaksanaan putusan pengadilan dari
Pengadilan negeri, banding di PengadilanTinggi, Kasasi di Mahkamah Agung, Peninjauan
Kembali (PK), sampai eksekusi oleh penuntut umum, dan berakhir di lembaga
Pemasyarakata, dengan mudah diketahui secara meluas.
          Dispensasi, dan kemudahan-kemudahan yang sifatnya individual dimungkinkan
terjadi selama terpidana menjalani pemidanaan. Dengan latar belakang ekonomi yang kuat,
terpandang, banyak koreksi elit pemerintahan, terpidana dapat lebih leluasa di lembaga
pemasyarakatan dibandingkan kebanyakan narapidana dari kalangan biasa
        Secara isntitusional, Mahkamah Agung telah dan terus mengadakan pengawasan
termasuk mengadakan pembenahan-pembenahan. Menurut Henry P Panggabean (2001-
2002) Court management adalah sistem pengelolaan peradilan yang mencakup fungsi
pengawasan agar dengan kegiatan pengawasan isu, fungsi peradilan dapat terselenggara
dengan efektif dan efisien.
       Dalam praktek sehari-hari, fungsi pengawasan di Mahkamah Agung telah berjalan
dengan gambaran sebagai berikut

1. bahwa kegiatan pengawasan dibawah pimpinan Mahkamah Agung, dan dilakukan


secara bertingkat dengan menempatkan Pengadilan Tinggi selaku kawal depan
Mahkamah Agung di daerah.
2. .Bahwa subyekkegiatan pengawasan adalah para hakim dan pejabat peradilan
lainnya dengan obyek (sasaran) pengawasan dibagi dalam 3 bidang yaitu :
3. bahwa kegiatan pengawasan dapat menggunakan sarana Waskat (pelaksanaan
melekat), Wasnal (pengawasan fungsional) dan Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 10:53

12.4 PENJUALAN BAHAN BAKU DAN SUKU CADANG


PENJUALAN BAHAN BAKU DAN SUKU CADANG

BAHAN MENTAH

        Bahan mentah merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk


jadi. Bahan yang digunakan dalam proses produksi ini, secara tradisional dikelompokkan
menjadi :

1. Bahan mentah langsung ( raw materials / direct material ) : seluruh


bahan mentah dan suku cadang yang merupakan satu kesatuan bagian dari
produk jadi dan dapat langsung diidentifikasikan (ditelusuri) dengan biaya unit
produk jadi. Biaya ini biasanya merupakan biaya variabel.
2. Bahan mentah tidak langsung (bahan pembanu/ indirect
material ) : bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi, namun biayanya
tidak dapat ditelusuri secara langsung pada setiap produk.

ANGGARAN BAHAN MENTAH

1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
2. Anggaran Persdiaan Bahan Mentah
3. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
4. Sub anggaran yang secara umum dibutuhkan
dalam merencanakan bahan mentah/suku cadang
5. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Digunakan untuk Produksi

A. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

         Anggaran ini merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan
suku cadang yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang.
Anggaran ini harus menentukan jumlah tiap bahan mentah dan suku cadang menurut
waktu, produk dan pusat pertanggungjawaban.
Tujuan :

1. Memberikan dana pada bagian pembelian, sehingga bagian pembelian dapat


melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian pembelian bahan mentah
dengan baik.
2. Memberi data untuk penyusunan anggaran biaya bahan mentah setiap jenis produk,
3. Menentukan tingkat persediaan yang optimal.
4. Sebagai pusat perencanaan dan pengendalian pemakai bahan mentah

Dalam anggaran kebutuhan bahan mentah terdapat materi berkut:

1. Jenis barang yangdihasilkan 


2. Jenis bahan mentah yang dipergunakan 
3. Departemen (bagian) yang dilalui dalam proses produksi 
4. Standar penggunaan bahan mentah (SUR) 
5. Waktu pemakaian bahan mentah (satuan waktu: minggu, bulan, triwulan, semester)

Formula yang digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan

Kebutuhan Bahan Mentah

           =

Unit Produksi

          X

SUR (Standar pemakaian bahan mentah per unit)

Contoh kasus penyusunan anggaran kebutuhan bahan mentah

         Data yang tersedia adalah tahun 2A11. Perusahaan “MITRA GRAMENT” selama 2 tahun
terakhir memproduksi dua macam produk, yaitu jas dan kemeja. Dan selama tahun tersebut
perusahaan meerencanakan memproduksi 600 unit jas dan 900 kemeja.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 10:54

12.5 INTENSIF LAIN


INTENSIF LAIN

Penghargaan Insentif dan Kompensasi Pelengkap

Kompensasi Variabel – Individual.

Kompensasi Variabel – Kelompok.

Insentif untuk Tenaga Penjual.

Tunjangan.

Kompensasi Non-Finansial.

Konsep-konsep Penting.

Ringkasan.

Pertanyaan Latihan.

Tujuan Pembelajaran

          Menjelaskan kompensasi variabel-individual dan mengetahui empat cara dapat


diterapkan untuk menetapkan sistem insentif karyawan, serta mengidentifikasi rencana
intensif bago karyawan operatif dan manajerial. Mengidentifikasi kompensasi variabel-
kelompok, dan mendeskripsi lima komponen penting dalam rencana Scanlon. Mendeskripsi
insentif untuk tenaga penjual. Menjelaskan bentuk-bentuk dan kaitan tunjangan dengan
hasil organisasional. Mendeskripsi bentuk-bentuk pembayaran tunjangan, dan
mengidentifikasi perlindungan terhadap bahaya dan pelayanan karyawan. Menyebutkan
berbagai faktor dalam kompensasi non-finansial.

Kompensasi Variabel – Individual

         Senioritas: Lamanya waktu seorang karyawan bekerja pada suatu bidang pekerjaan.
Rencana insentif untuk karyawan operatif: Kebijakan insentif membuat karyawan dapat
memperoleh penghasilan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan fisik dan
mentalnya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana insentif: Rata-
rata hasil kerja yang dihasilkan setiap pekerja untuk mengukur prestasi kerjanya. Jumlah
bayaran yang adil atas prestasi kerjanya. Rencana insentif dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok: Tarif per unit produk; Bonus waktu. 

Kompensasi Variabel – Individual

         Tarif per-unit produk yang dihasilkan: upah yang dibayarkan berdasarkan jumlah unit
produk yang dihasilkan setelah mencapai standar pekerjaan. Rencana upah per-unit lurus:
menghargai pekerjaan karyawan secara adil dan sangat sederhana perhitungannya. Contoh:
jika standar pekerjaan adalah 200 unit per hari dan tarif dasar sebesar Rp ,-. per hari, maka
upah per nit adalah Rp. 400,-. per unit. Jika menghasilkan 250 unit per hari , maka mereka
memperoleh penghasilan sebesar Rp ,-. per hari, dengan mendapatkan insentif sebesar p ,-.
Jika menghasilkan 190 unit pada hari tertentu, maka karyawan tetap dibayar standar sebesar
Rp ,-. Rencana upah per-unit diferensial: Sistem ini diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor.
Terbagi atas dua sistem: karyawan yang menghasilkan pekerjaan melebihi standar dan
dibawah standar. Contoh: karyawan yang menghasilkan sesuai atau melebihi standar akan
menerima upah sebesar Rp. 400,-. Karyawan yang menyelesaikan dibawah standar akan
menerima upah sebesar Rp. 350,-. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja
karyawan dengan memberi penghargaan dan hukuman.
         Rencana pembagian keuntungan: Tunai: membagi sebagian keuntungan kepada
karyawan secara tunai dalam jumlah tertentu secara teratur setiap periode tertentu.
Tertunda: pembagian keuntungan yang telah disiapkan sebelumnya, termasuk keuntungan
pajak dimasukkan ke rekening karyawan. Rencana kepemilikan saham karyawan: bagian
saham yang diperuntukkan kepada karyawan atas sebagian keuntungan perusahaan.
Rencana Scanlon: adalah suatu rencana insentif untuk karyawan yang pertama kali
dikemukakan oleh Joseph Scanlon. Ada lima elemen penting: Kerja sama: para manajer dan
karyawan menumbuhkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam organisasi.
Identitas: perusahaan harus memperkenalkan karakter melalui visi, misi, dan tujuan
perusahaan agar para karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi atas perusahaan.
Kompetensi: organisasi mengharuskan para karyawannya memiliki kompetensi untuk
mencapai tujuan bersama yang dituntut organisasi tersebut. Sistem keterlibatan: elemen ini
terdapat tingkat departemen dan eksekutif. Maryawan memberikan usulan perbaikan pada
tingkat departemen, kemudian disampaikan ke tingkat eksekutif untuk memutuskan apakah
usulan itu dapat diterapkan atau tidak.

Insentif untuk Tenaga Penjualan

        Pendapatan gaji: Sebagian perusahaan memberikan gaji kepada tenaga penjualan
sebagai imbalan atas jasa yang mereka sumbangkan dalam kegiatan penjualan. Sebagian
karyawan penjualan menerima gaji, diberikan pada karyawan yang melaksanakan pekerjaan
bidang pelayanan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Penghasilan mereka
tidak ditentukan oleh banyaknya produk yang mereka jual, tetapi mereka menerima gaji
tetap yang dibayarkan per periode pembayaran, biasanya setiap bulan. Komisi:
penghargaan yang diterima karyawan penjualan berdasarkan banyaknya jumlah produk
tertentu yang mereka jual. Kombinasi gaji dan komisi: Kebanyakan perusahaan
menggunakan pembayaran gaji ditambah dengan komisi sebagai sistem kompensasi bagi
tenaga penjual. Perbandingan sistem pembayaran dapat berupa 70% gaji dan 30% komisi,
atau 80% gaji dan 20% komisi.

Tunjangan

        Pengertian tunjangan adalah pembayaran kompensasi finansial atau non- finansial
kepada karyawan secara tidak langsung untuk keberlanjutan mereka pada perusahaan.
Berbagai pilihan tunjangan yang dapat ditawarkan: Pembayaran untuk waktu tidak bekerja:
pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan meskipun dala kondisi tidak
bekerja. Contohnya, jika sedang dalam keadaan cuti. Contoh, jika seorang karyawan
memperoleh gaji tetap sebesar Rp. 5 juta per bulan, dalam waktu 25 hari kerja atau 200 jam
kerja sebulan, dapat dihitung gaji yang dibayarkan sebesar Rp per jam. Perlindungan
terhadap bahaya: perusahaan akan memberikan tunjangan bagi karyawan untuk
menanggulangi hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya diakibatkan pekerjaan. Asuransi
jiwa: perlindungan bagi karyawan yang mengalami kecelakaan kerja baik yang cacat
permanen atau total maupun meninggal dunia. Asuransi kesehatan: suatu bentuk
perlindungan atas kesehatan karyawan yang bukan ditimbulkan pekerjaannya semata.

         Pelayanan pengobatan: fasilitas pengobatan yang disedikan oleh perusahaan itu
sendiri untuk memberikan pelayanan pengobatan secara langsung kepada karyawannya.
Rencana pensiun: sejumlah pendapatan yang dibayarkan kepada karyawan pada saat tidak
bekerja akibat usia. Berbagai macam rencana program pensiun: Contributory plan: program
pensiun yang dananya berasal dari karyawan dan pemberi kerja dengan proporsi
pembayaran yang telah disepakati sebelumnya. Non-contributory plan: program pensiun
yang dananya sepenuhnya berasal dari pemberi kerja. Koperasi: merupakan suatu badan
usaha yang terdapat dalam suatu institusi tertentu yang berfungsi untuk membantu para
anggotanya ke dalam berbagai aspek untuk meringankan ekonominya.

        Kebijakan organisasional: adalah pedoman yang ditetapkan organisasi pada awal
kegiatan yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan. Berbagai kebijakan
organisasional yang dapat memberikan kepuasan kerja: Administrasi dan kompensasi yang
adil: merupakan faktor penting untuk menciptakan daya tarik perusahaan dalam
mempertahankan dan menarik tenaga kerja yang berkualitas. Faktor-faktor kepuasan kerja:
pekerjaan yang menantang, pengakuan atas prestasi, pekerjaan yang menuntut tanggung
jawab, perasaan mendapat prestasi atas pekerjaan dan peluang kemajuan perusahaan.
Kondisi kerja: tersedianya fasilitas yang memadai, ruang kerja yang bersih, dan kantor yang
bergengsi. Manajer yang berkualitas: kualitas kerja karyawan akan bergantung pada kualitas
manajer dan mempunyai kaitan dengan hasil-hasil organisasional. Rekan sekerja: pada
prinsipnya berorganisasi berarti membentuk sekelompok atau tim yang bekerja sama dan
saling mengisi antar satu sama lainnya untuk tujuan organisasi.

Kompensasi Non-Finansial

         Waktu yang fleksibel: merupakan tindakan yang memberikan pilihan waktu bagi
karyawan untuk bekerja. Keleluasaan pada jam kerja merupakan kebutuhan banyak orang,
sehingga ini merupakan imbalan yang berharga bagi dirinya. Pembagian pekerjaan:
merupakan satu pendekatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengerjakan satu
pekerjaan. Biasanya, pembagian pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
keterbatasan waktu.

Konsep-konsep Penting

Penghargaan insentif.

Kompensasi variabel.

Senioritas. Pekerja operatif.

Tenaga administratif.

Manajerial.

Tenaga penjual.

Kompensasi pelengkap.

Rencana upah per-unit lurus.

Kebijakan insentif.

Terakhir diperbaharui: Friday, 4 December 2020, 10:56

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL


TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL

HAKIKAT BISNIS INTERNASIONAL

        Bisnis internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas – batas
suatu Negara. Transaksi bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun
transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu Negara dengan Negara lain yang sering disebut
sebagai Bisnis Internasional (International Trade). Dilain pihak transaksi bisnis itu dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam sutu Negara dengan perusahaan lain atau individu di Negara
lain disebut Pemasaran Internasional atau International Marketing. Pemasaran internasional
inilah yang biasanya diartikan sebagai Bisnis Internasional, meskipun pada dasarnya ada dua
pengertian.

Perdagangan Internasional (International Trade)

            Dalam hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu
biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan
adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul “NERACA PERDAGANGAN
ANTAR NEGARA” atau “BALANCE OF TRADE”. Suatu Negara dapat memiliki Surplus Neraca
Perdagangan atau Devisit Neraca Perdagangannya. Neraca perdagangan yang surplus
menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari Negara partner dagangnya. Dengan
neraca perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan
maka aliran kas masuk ke Negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke
Negara partner dagangnya tersebut.

Perdagangan Internasional (International Trade)

                  Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar Negara tersebut sering
disebut sebagai “NERACA PEMBAYARAN” atau “BALANCE OF PAYMENTS”. Dalam hal ini
neraca pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan bahwa Negara ini
mengalami PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila Negara itu mengalami
devisit neraca perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang
dapat dilakukannya dengan Negara lain tersebut. Dengan demikian maka Negara tersebut
akan mengalami devisit neraca pembayarannya dan akan menghadapi PENGURANGAN
DEVISA NEGARA.

Pemasaran International (International Marketing)

          Pemasaran internasional yang sering disebut sebagai Bisnis Internasional


(International Busines) merupakan keadaan dimana suatu perusahaan dapat terlibat dalam
suatu transaksi bisnis dengan Negara lain, perusahaan lain ataupun masyarakat umum di
luar negeri.

Pemasaran International (International Marketing)

       Transaksi bisnis internasional ini pada umumnya merupakan upaya untuk memasarkan
hasil produksi di luar negeri. Dalam hal semacam ini maka pengusaha tersebut akan
terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada transaksi ekspor
impor. Dengan masuknya langsung dan melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di
negeri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor impor. Produk yang dipasarkan itu tidak saja
berupa barang akan tetapi dapat pula berupa jasa.

ALASAN MELAKSANAKAN BISNIS INTERNASIONAL

Spesialisasi antar bangsa – bangsa

Pertimbangan pengembangan bisnis

Spesialisasi antar bangsa – bangsa

      Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar paling unggul


sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah diantara Negara-
negara yang lain Menitik beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil
diantara Negara-negara yang lain Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk
memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi
negerinya

Keunggulan absolute (absolute advantage)

       Suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu
memegang monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut. Hal
ini akan dapat dicapai kalau tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan produk tersebut
sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil yang pada umumnya
disebabkan karena kondisi alam yang dimilikinya, misalnya hasil tambang, perkebunan,
kehutanan, pertanian dan sebagainya.

Keunggulan absolute (absolute advantage)

       Disamping kondisi alam, keunggulan absolut dapat pula diperoleh dari suatu negara
yang mampu untuk memproduksikan suatu komoditi yang paling murah di antara negara-
negara lainnya. Keunggulan semacam ini pada umumnya tidak akan dapat berlangsung
lama karena kemajuan teknologi akan dengan cepat mengatasi cara produksi yang lebih
efisien dan ongkos yang lebih murah.

Keunggulan komperatif (comparative advantage)

         Konsep Keunggulan komparatif ini merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak
terdapat dalam bisnis Internasional. Suatu keadaan di mana suatu negara memiliki
kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut dibandingkan dengan
negara lain.
Keunggulan komperatif (comparative advantage)

Kemampuan yang lebih tinggi dalam menawarkan suatu produk itu dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk yaitu :

1. Ongkos atau harga penawaran yang lebih rendah.


2. Mutu yang lebih unggul meskipun harganya lebih mahal.
3. Kontinuitas penyediaan (Supply) yang lebih baik.
4. Stabilitas hubungan bisnis maupun politik yang baik.
5. Tersedianya fasilitas penunjang yang lebih baik misalnya fasilitas latihan maupun
transportasi.

Pertimbangan pengembangan bisnis

        Memanfaatkan kapasitas mesin yang masih menganggur yang dimiliki oleh suatu
perusahaan Produk tersebut di dalam negeri sudah mengalami tingkat kejenihan dan
bahkan mungkin sudah mengalami tahapan penurunan (decline phase) sedangkan di luar
negeri justru sedang berkembang (growth).

Pertimbangan pengembangan bisnis

       Persaingan yang terjadi di dalam negeri kadang justru lebih tajam katimbang
persaingan terhadap produk tersebut di luar negeri Mengembangkan pasar baru (ke luar
negeri) merupakan tindakan yang lebih mudah ketimbang mengembangkan produk baru
(di dalam negeri) Potensi pasar internasional pada umumnya jauh lebih luas ketimbang
pasar domestic

TAHAP-TAHAP DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL

1. Ekspor Insidentil
2. Ekspor Aktif
3. Penjualan Lisensi
4. Franchising
5. Pemasaran di Luar Negeri
6. Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri

HAMBATAN DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL

        Batasan perdagangan dan tariff bea masuk Perbedaan bahasa, social budaya/cultural
Kondisi politik dan hokum/perundang-undangan Hambatan operasional.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 22:52


TAHAPAN PERSIAPAN PELAKSANAAN TRANSAKSI BISNIS
INTERNASIONAL
TAHAPAN PERSIAPAN PELAKSANAAN TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL

Perdagangan Internasional (International Trade)

         Dalam hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu
biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan
adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul “NERACA PERDAGANGAN
ANTAR NEGARA” atau “BALANCE OF TRADE”. Suatu Negara dapat memiliki Surplus Neraca
Perdagangan atau Devisit Neraca Perdagangannya. Neraca perdagangan yang surplus
menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari Negara partner dagangnya. Dengan
neraca perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan
maka aliran kas masuk ke Negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke
Negara partner dagangnya tersebut.

         Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar Negara tersebut sering disebut
sebagai “NERACA PEMBAYARAN” atau “BALANCE OF PAYMENTS”. Dalam hal ini neraca
pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan bahwa Negara ini mengalami
PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila Negara itu mengalami devisit neraca
perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya
dengan Negara lain tersebut. Dengan demikian maka Negara tersebut akan mengalami
devisit neraca pembayarannya dan akan menghadapi PENGURANGAN DEVISA NEGARA.

Pemasaran International (International Marketing)

          Pemasaran internasional yang sering disebut sebagai Bisnis Internasional


(International Busines) merupakan keadaan dimana suatu perusahaan dapat terlibat dalam
suatu transaksi bisnis dengan Negara lain, perusahaan lain ataupun masyarakat umum di
luar negeri. Transaksi bisnis internasional ini pada umumnya merupakan upaya untuk
memasarkan hasil produksi di luar negeri. Dalam hal semacam ini maka pengusaha tersebut
akan terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada transaksi
ekspor impor. Dengan masuknya langsung dan melaksanakan kegiatan produksi dan
pemasaran di negeri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor impor. Produk yang
dipasarkan itu tidak saja berupa barang akan tetapi dapat pula berupa jasa.

Transaksi bisnis internasional semacam ini dapat ditempuh dengan berbagai cara


antara lain :
          Licencing Franchising Management Contracting Marketing in Home Country by Host
Country Joint Venturing Multinational Coporation (MNC). Semua bentuk transaksi
internasional tersebut diatas akan memerlukan transaksi pembayaran yang sering disebut
sebagai Fee. Dalam hal itu Negara atau Home Country harus membayar sedangkan
pengirim atau Host Country akan memperoleh pembayaran fee tersebut.

TAHAP-TAHAP DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL

 Ekspor Insidentil
 Ekspor Aktif
 Penjualan Lisensi
 Franchising
 Pemasaran di Luar Negeri
 Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri

         Ekspor Insidentil Dalam rangka untuk masuk ke dalam dunia bisnis Internasional
suatu perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu keterlibatan yang paling awal yaitu
dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat
adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian dia membeli barang-barang dan
kemudian kita harus mengirimkannya ke negeri asing itu.

        Ekspor Aktif Tahap terdahulu itu kemudian dapat berkembang terus dan kemudian
terjalinlah hubungan bisnis yang rutin dan kontinyu dan bahkan transaksi tersebut makin
lama akan semakin aktif. Keaktifan hubungan transaksi bisnis tersebut ditandai pada
umumnya dengan semakin berkembangnya jumlah maupun jenis komoditi perdagangan
Internasional tersebut.

        Ekspor Aktif Dalam tahap aktif ini perusahaan negeri sendiri mulai aktif untuk
melaksanakan manajemen atas transaksi itu. Tidak seperti tahap awal di mana pengusaha
hanya bertindak pasif. Oleh karena itu dalam tahap ini sering pula disebut sebagai tahap
“ekspor aktif”, sedangkan tahap pertama tadi disebut tahap pembelian atau “Purchasing”.

       Penjualan Lisensi Dalam tahap ini Negara pendatang menjual lisensi atau merek dari
produknya kepada negara penerima. Dalam tahap yang dijual adalah hanya merek atau
lisensinya saja, sehingga negara penerima dapat melakukan manajemen yang cukup luas
terhadap pemasaran maupun proses produksinya termasuk bahan baku serta peralatannya.
Untuk keperluan pemakaian lisensi tersebut maka perusahaan dan negara penerima harus
membayar fee atas lisensi itu kepada perusahaan asing tersebut.

       Franchising Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu perusahaan
di suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau merek dagangnya saja akan tetapi lengkap
dengan segala atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep campuran
proses produksinya, pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan baku maupun barang
jadinya, serta bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal sebagai bentuk “Franchising”.
Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan yang menerima disebut sebagai
“Franchisee” sedangkan perusahaan pemberi disebut sebagai “Franchisor”. Bentuk ini pada
umumnya berhasil bagi jenis usaha tertentu misalnya makanan, restoran, supermarket,
fitness centre dan sebagainya.

HAMBATAN DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL

Batasan perdagangan dan tariff bea masuk

Perbedaan bahasa, social budaya/cultural

Kondisi politik dan hokum/perundang-undangan

Hambatan operasional.

Terakhir diperbaharui: Wednesday, 25 November 2020, 21:03

ASPEK HUKUM
ASPEK HUKUM

Mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha

       Mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha.


Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda, tergantung pada kompleksitas bisnis
(jenis badan usahanya). Yang perlu dipahami : Legalitas usaha Ketepatan badan hukum
Persyaratan perizinan Berdasarkan aspek hukum, suatu bisnis dikatakan layak apabila
memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayahnya.

Jenis Badan Hukum Perusahaan Perseorangan Firma

 Perserikatan Comanditen (CV)


 Perseron Terbatas
 Koperasi
 Tugas 2

Dari keempat badan usaha tersebut, jelaskan definisi, peraturan perundangan yang
digunakan, kelebihan dan kekurangannya (dilihat dari segi peraturan hukum, modal yang
dikumpulkan, motivasi, rahasia perusahaan, proses pengambilan keputusan dan resiko)
Sumber Data untuk analisis kelayakan :

          Jenis data yang digunakan untuk mengkaji aspek hukum adalah : Data primer : data
mengenai tanggapan dan persetujuan masyarakat sekitar, ketentuan hukum dan perjinan
yang harus dipenuhi. 2. Data sekunder berupa literatur mengenai peraturan perundangan
yang harus dipenuhi, dokumen hukum yang perlu dipersiapkan, persyaratanperizinan.

Beberapa contoh dokumen yang diperlukan :

 Izin usaha Akta pendirian dari notaris, Surat tanda daftar perusahaan, surat izin
tempat usaha yang dikelluarkan pemda setempapt, surat rekomendasi kadin
setempat, Surat izin usaha perdagangan setempat
  Izin lokasi Sertifikat, PBB terakhir, Rekomendasi RT / RW, Kecamatan, KTP pendiri.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 22:55

ASPEK HUKUM INTERNASIONAL


ASPEK HUKUM INTERNASIONAL

PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK :

       “keseluruhan kaidah-2 dan asas-2 yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas-2 negara yang bukan bersifat perdata” PENGERTIAN HUKUM
INTERNASIONAL PRIVAT : “keseluruhan kaidah-2 dan asas-2 yang mengatur hubungan atau
persoalan-2 yang melintasi batas-2 negara yang bersifat perdata”. HUKUM ANTAR
BANGSA : “menunjukkan pada kebiasaan dan aturan (hukum) yang berlaku dalam
hubungan raja-2 pada jaman dahulu”

HUKUM ANTAR NEGARA :

        “Menunjukkan kompleksitas kaidah-2 dan asas-2 hukum yang mengatur hubungan
antar anggota masyarakat bangsa-2 atau negara yang kita kenal dengan munculnya negara
dalam bentuknya yang modern (nation state)” HUKUM DUNIA : “Berpangkal pada pemikiran
analogi Hukum Tata Negara, hukum dunia merupakan semacam negara federasi dunia yang
meliputi semua negara didunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri diatas negara-2
nasional.” tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum sub
ordinasi (hirarkis)

BENTUK PERWUJUDAN HUKUM INTERNASIONAL


        HUKUM INTERNASIONAL UMUM kseseluruhan kaedah-2 dan asas-2 yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara,
negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu
sama lain” ex : PBB 2. HUKUM INTERNASIONAL REGIONAL Hukum Internasional yang
terbatas lingkungan berlakunya atau hukum internasional yang berlaku untuk region
(wilayah) t3 (bag. Dunia t3) ex : ASEAN

HUKUM INTERNASIONAL KHUSUS :

        Hukum Internasional yang hanya berlaku bagi negara-2 t3, yg tidak terbatas pada
suatu bagian dunia (region t3), wilayah berlakunya lebih luas dari Hukum Internasional
regional dan tumbuh melalui konvensi/ perjanjian internasional serta berlaku bagi negara-2
t3 yang tdk terbatas dengan wilayah. ex. Konvensi Eropa tentang HAM

Sumber-2 hukum internasional

        HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL suatu adat istiadat atau kebiasaan yang telah
memperoleh kekuatan hukum dan diakui oleh masyarakat internasional.

Kaidah-2 atau kebiasaan-2 yang berasal dari adat istiadat

      praktek-2 dikembangkan dalam 3 bidang : hubungan-2 diplomatik antara negara-2


Praktek-2 organ-2 internasional Perundang-2 an, keputusan-2 pengadilan nasional dan
prakte-2 militer serta administrasi negara. Ada 2 syarat yg harus dipenuhi sebelum suatu
kaidah kebiasaan internasional menjadi hukum internasional :

1. materi
2. Aspek psikologis

HUKUM PERJANJIAN MULTILATERAL

        DIBEDAKAN MENJADI 2 : TRAKTAT (PERJANJIAN) yang membuat hukum (law makin)
yaitu menetapkan kaidah-2 yang berlaku secara universal dan umum Traktat-2 kontrak
(treaty contract) yaitu suatu perjanjian antara 2 atau beberapa negara yang berkenaan
dengan suatu pokok permasalahan khusus yang ekslusif menyangkut negara-2.

Terakhir diperbaharui: Wednesday, 25 November 2020, 21:11

BUDAYA HUKUM
BUDAYA HUKUM
BEKERJANYA HUKUM

        Setiap peraturan memberitahu bagaimana seorang pemegang peranan (role occupant)


itu diharapkan bertindak. Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai respons terhadap
peraturan merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-
sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek sosial,
politik dan lain-lainnya mengenai dirinya. Bagaiman lembaga-lembaga pelaksana itu akan
bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-
peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks.

      kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenali diri mereka serta umpan balik
yang datang dari pemegang peranan. Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan
bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka,
sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosia, politik, ideologis dan lain-lainnya
yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta
birokrasi.

BUDAYA HUKUM (LEGAL CULTURE)

        Hukum bukan sekedar alat yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, tetapi
merupakan perangkat tradisi, obyek pertukaran nilai yang tidak netral dari pengaruh sosial
dan budaya Hukum harus dilihat sebagai suatu sistem yang utuh. Pengertian Sistem :

1. Berorientasi pada satu tujuan


2. Lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagian
3. Berinteraksi dengan sistem lain yang lebih besar
4. Bekerjanya bagian-bagian menciptakan sesuatu yang berharga.

BUDAYA HUKUM (Legal Culture)

1. Budaya : Berfungsi sebagai kerangka normatif dalam kehidupan manusia


2. menentukan perilaku Budaya berfungsi sebagai sitem perilaku
3. Budaya hukum sangat mempengaruhi efektifitas berlaku dan keberhasilan
penegakan hukum
4. Hukum merupakan konkretisasi nilai-nilai sosial yang terbentuk dari kebudayaan
Kegagalan hukum modern seringkali karena tidak compatible dengan budaya hukum
masyarakat (Misal : UU PemDes 9/1975).
5. Budaya Hukum Internal Legal Culture : kultur yang dimiliki oleh struktur hukum
6. Budaya Hukum External Legal Culture : kultur hukum masyarakat pada umum

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 22:42


PERANAN PENASIHAT HUKUM
PERANAN PENASIHAT HUKUM

      Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi mengenai hukum acara pidana,
yang ada adalah berbagi pengertian mengenai bagian- bgian tertentu dari hukum acara
pidana, misalnya penyelidikan, Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya.

    Prof. MULYATNO menyebutkan bahwa HAP (Hukum Acara Pidana) adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang memberikan dasar-dasar dan aturan-
aturan yang menentukan dengan cara apa dan prosedur macam apa, ancaman pidana yang
ada pada suatu perbuatan pidana dapat dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang
telah melakukan perbuatan pidana.

          intinya bahwa Hukum Acara Pidana adalah Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan
dengan penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana
meliputi proses pelaporan dan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana.  Hukum
Pidana Apa ? Siapa ? Bagaimana ? Perbuatan Apa yang dikatakan Tindak pidana Siapa Yang
dapat dikatakan sebagai Pelaku Bagaimana Cara Memproses pelaku jika terjadi tindak
pidana Hukum Pidana Materiil Hukum Pidana Formil       

1. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana


2. Fungsi Represif
3. Fungsi Preventif

     Fungsi Represif yaitu Fungsi Hukum acara pidana adalah melaksanakan dan menegakkan
hukum pidana. artinya jika ada perbuatan yang tergolong sebagai perbuatan pidana maka
perbuatan tersebut harus diproses agar ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam
hukum pidana dapat diterapkan.

      Fungsi Preventif yaitu fungsi mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. fungsi ini
dapat dilihat ketika sistem peradilan pidana dapat berjalan dengan baik dan ada kepastian
hukumnya, maka orang akan berpikir kalau akan melakukan tindak pidana.

       Tujuan hukum acara pidana dalam pedoman pelaksanaan KUHAP “ Tujuan dari hukum
acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap- lengkapnya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.

       Jika memperhatikan rumusan di atas maka tujuan hukum pidana dapat dikatakan
bahwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu: mencari dan mendapatkan
kebenaran melakukan penuntutan melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan
namun dari ketiga hal tersebut dapat pula ditambahkan yangkeempat yaitu melaksanakan
(Eksekusi) putusan hakim. Siapa Yang berhak mencari dan menemukan kebenaran ?
menurut hukum acara pidana yang bertugas mencari dan menemukan kebenaran adalah
pihak kepolisian dalam hal ini adalah penyelidik dan penyidik. kebenaran yang dimaksudkan
adalah keseluruhan fakta-fakta yang terjadi yang ada hubungannya dengan perbuatan
pidana yang terjadi.

        Tujuan melakukan penuntutan adalah menjadi tugas dari kejaksaan yang dilakukan
oleh JPU penuntutan harus dilakukan secermat mungkin sehingga penuntutan itu
merupakan penuntutan yang tepat dan benar. sebab kesalahan penuntutan akan berakibat
fatal yaitu gagalnya penuntutan yang berakibat pelaku bebas.

    tujuan ketiga yakni melakukan pemeriksaan dan membuat dan menemukan putusan
menjadi tugas hakim dipengadilan. pemeriksaan harus jujur dan tidak memihak serta
putusannya pun harus putusan yang adil bagi semua pihak.

 Adil, Subyektif Sifatnya:


 Keadilan Substantif
 Keadilan Prosedural

         Tujuan terakhir dari HAP adalah melaksanakan eksekusi putusan hakim, secara
administratif dilakukan oleh jaksa akan tetapi secara operasionalnya dilakukan dan menjadi
tugas lembaga pemasyarakatan kalau putusan itu putusan pidana penjara, namun jika
putusanya pidana mati maka langsung dilakukan oleh regu tembak yang khusus disiapkan
untuk itu.

         SISTEM PERADILAN PIDANA Kasus Polisi JPU PN LP MASYARAKAT Penyelidika n dan
Penyidikan Penuntutan Membuat SP3 Pemeriksaa n perkara pidana Eksekusi dan pembinaa
n SUB SISTEM SPP Ou t Put In Put

       Ilmu-ilmu bantu Hukum Acara Pidana untuk mencapi tujuan hukum acara pidana tidak
mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu yang membantu dalam menemukan kebenaran. ilmu-
ilmu ini akan sangat berguna bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara ,hakim
maupun petugas lembaga pemasyarakatan) oleh karena itu bagi aparat penegak hukum
wajib membekali diri dengan pengetahun dari berbagai ilmu bantu.
       ilmu-ilmu bantu yang dimaksud adalah:  Logika. Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
dalam proses penyidian dan proses pembuktian disidang pengadilan. kedua proses ini
memerlukan cara-cara berpikir yang logis sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun dapat
dikatakan logis dan rasional.

1. Psikologi sesuai dengn materi pokok ilmu ini, mak ilmu ini dapat berguna didalam
menyentuh persoalan-pesoalan kejiwaan tersangka. hal ini sangat membantu
penyidik dalam proses interograsi. dan hakim dapat memilih bagaimana dia harus
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi kejiwaan terdakwa.
2. Kriminalistik Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat berguna bagi proses
pembuktian terutama dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang terungkap didalam
sidang, dan dengan ilmu ini maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika yang
baik sehingga proses pembuktian akan lebih dapat dipertanggungjawabkan. ilmu ini
yang banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik jari, jejak kaki, toxikologi (ilmu racun)
dan sebagainya.
3. Kedokteran Kehakiman dan Psikiatri kedokteran kehakiman dan psikiatri sangat
membantu penyidik,JPU dan hakim didalam menangani kejahatan yang berkaitan
dengan nyawa atau badan seseorang atau keselamatan jiwa orang.dalam hal ini
hakim memerlukan keterangan dari kedokteran dan psikitri. dan ketika da yang
menjelaskan tentang istilah istilah medis hakim jaksa dn pengacara tidak terlalu buta.
4. Kriminologi Ilmu ini mempelajari seluk beluk tentang kejahatan baik sebab sebab
dan latar belakang kejahatanya maupun mengenai bentuk-bentuk kejahatan. ilmu ini
akan membantu terutma pada hakim dalam menjatuhkan putusan tidak membabi
buta, harus melihat latar belakang dan sebab sebab yang menjadikan pelaku
melakukan tindak pidana.
5. 23. Penologi Ilmu ini sangat membantu hakim dalam menentukan alternatif
penjatuhan hukuman termasuk juga bagi petugas pemasyarakatan jenis pembinaan
apa yang tepat bagi nara pidana.
6. Victimologi Ilmu Yang mempelajari seluk beluk korban Kejahatan. Ilmu ini sangat
membantu dalam menentukan tindakan apa yang tepat untuk dapat memberikan
santunan kepada korban.

          Istilah-Istilah umum dalam KUHAP istilah-istilah umum dalam hukum acara pidana
ada disebutkan secara rinci dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 1981 atau KUHAP.

      Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana Asas-asas yang berlaku dalam Hukum acara
Pidana ada yang bersifat umum dan bersifat Khusus. yang bersifat umum berlaku pada
seluruh kegiatan peradilan sedangkan yang bersifat khusus berlaku hanya didalam
persidangan saja.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 23:06


TEKNIK PENYUSUNAN MEMORANDUM OF
UNDERSTANDING
TEKNIK PENYUSUNAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
         Memorandum of Understanding  (MoU) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dalam
berbagai istilah, antara lain "nota kesepakatan", "nota kesepahaman", "perjanjian kerja
sama", "perjanjian pendahuluan". Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) tidak dikenal apa yang dinamakan Nota Kesepahaman.  Akan tetapi apabila kita
mengamati praktek pembuatan kontrak terlebih kontrak-kontrak bisnis, banyak yang dibuat
dengan disertai Nota Kesepahamanyang keberadaannya didasarkan pada ketentuan Pasal
1338 KUH Perdata. Selain pasal tersebut, Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya
perjanjian, khususnya yang berhubungan dengan kesepakatan, dijadikan sebagai dasar pula
bagi Nota Kesepahaman khususnya oleh mereka yang berpendapat bahwa Nota
Kesepahamanmerupakan kontrak karena adanya kesepakatan, dan dengan adanya
kesepakatan maka ia mengikat. Apabila kita membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perjanjian Internasional, dapat dikatakan pula bahwa undang-undang tersebut
merupakan dasar Nota Kesepahaman.
         Tujuan pembuatan Nota Kesepahaman adalah untuk mengadakan hubungan hukum,
sebagai suatu surat yang dibuat oleh salah satu pihak yang isinya memuat kehendak, surat
tersebut ditujukan kepada pihak lain, dan berdasarkan surat tersebut pihak yang lain
diharapkan untuk membuat letter of intent yang sejenis untuk menunjukkan niatnya.
       Lebih lanjut Nota Kesepahaman didefinisikan atau memiliki pengertian kesepakatan di
antara pihak untuk berunding dalam rangka membuat perjanjian di kemudian hari, apabila
hal-hal yang belum pasti telah dapat dipastikan. Nota Kesepahaman bukanlah kontrak.
Kontraknya sendiri belum terbentuk. Dengan demikian Nota Kesepahaman tidak memiliki
kekuatan mengikat. Akan tetapi dalam praktek bisnis ia sering dipandang sebagai kontrak
dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang menjadi subjek di dalamnya atau yang
menandatanganinya. Walaupun dalam praktek bisnis Nota Kesepahaman sering dipandang
sebagai kontrak dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang menjadi subjek di
dalamnya atau yang menandatanganinya, namun dalam realitanya apabila salah satu pihak
tidak melaksanakan substansi Nota Kesepahaman, maka pihak lainnya tidak pernah
menggugat persoalan itu ke pengadilan. Ini berarti bahwa Nota Kesepahaman hanya
mempunyai kekuatan mengikat secara moral.
        Secara umum hal yang terdapat di dalam Nota Kesepahaman adalah pernyataan
bahwa kedua belah pihak secara prinsip sudah memahami dan akan melakukan sesuatu
untuk tujuan tertentu sesuai isi dari Nota Kesepahaman tersebut.
        Nota Kesepahaman secara umum memiliki bagan atau anatomi yang terdiri atas
sebagai berikut:

1. Judul Nota Kesepahaman : Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang
ditentukan akan dapat diketahui para pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut,
antara siapa dengan siapa, serta sifat Nota Kesepahaman itu, apakah nasional atau
internasional.
2. Pembukaan Nota Kesepahaman :

Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota
Kesepahaman.

Pembukaan terdiri dari:

 Pencantuman hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat penandatanganan saat


terjadinya Nota Kesepahaman dibuat.
 Jabatan para pihak :

Menggambarkan kedudukan dan kewenangan bertindak atas nama instansi.

Para pihak disebut PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang merupakan wakil dari
masing-masing instansi. Para pihak dapat orang perorangan, dapat pula badan
hukum baik badan hukum privat maupun badan hukum publik. Mereka yang
menjadi pihak tersebut, mereka pula yang membuat dan menandatangani Nota
Kesepahaman.

3. Konsiderans atau pertimbangan

 Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi


latar belakang dan alasan pembuatan Nota Kesepahaman.
 Konsiderans diawali dengan kalimat "Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut ".
 Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam satu
kalimat yang utuh, diawali dengan kata "bahwa" dan diakhiri dengan tanda baca titik
koma (;).

4. Substansi Nota Kesepahaman

       Para pihak yang bermaksud mengadakan Nota Kesepahaman memiliki kewenangan
untuk bersama-sama menentukan apa yang akan menjadi isi Nota Kesepahaman. Isi Nota
Kesepahaman menggambarkan apa yang dikehendaki oleh mereka atau kedua belah pihak.
Dalam praktek, perumusan isi Nota Kesepahaman ada yang singkat, ada pula yang lengkap,
tergantung pada para pihak, mana yang mereka kehendaki. Dari kedua pola tersebut yang
lebih banyak digunakan adalah rumusan secara singkat. Perumusan secara lebih terperinci
atau panjang lebar diwujudkan dalam isi kontrak.

Pada umumnya substansi Nota Kesepahaman memuat hal-hal sebagai berikut:


1. Maksud atau Tujuan, : Maksud atau tujuan mencerminkan kehendak para pihak
untuk melakukan kegiatan yang saling menguntungkan.
2. Ruang Lingkup Kegiatan :Ruang lingkup kegiatan memuat gambaran umum tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Realisasi Kegiatan : Realisasi kegiatan merupakan pelaksanaan dan rincian kegiatan
dari Nota Kesepahaman.
4. Jangka Waktu : Jangka waktu menunjukkan masa berlakunya Nota Kesepahaman
dan jangka waktu dapat diperpanjang atas kesepakatan para pihak.
5. Biaya Penyelenggaraan Kegiatan : Biaya merupakan beban yang dikeluarkan sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan. Biaya dapat dibebankan kepada salah satu pihak atau
kedua belah pihak atau sumber pembiayaan lainnya yang sah sesuai dengan
kesepakatan.
6. Aturan Peralihan : Aturan Peralihan memuat perubahan yang mungkin terjadi, yang
hanya dapat dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.

Penutup Nota Kesepahaman

       Bagian ini merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman dan dirumuskan dengan
kalimat yang sederhana.

Bagian tanda tangan para pihak

      

Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para pihak
membubuhkan tanda tangan dan nama terang.

Pada bagian tanda tangan terdiri dari:

 Keabsahan Nota Kesepahaman atau Nota Kesepakatan

Keabsahan Nota Kesepahaman menunjukkan agar Nota Kesepahaman memenuhi


syarat hukum yaitu harus dibubuhi dan ditandatangani para pihak di atas materai
yang cukup.

 Penandatangan Nota Kesepahaman

Dilakukan oleh kedua belah pihak yang ditulis dengan huruf kapital Posisi PIHAK
PERTAMA di bagian kiri bawah sedangkan posisi PIHAK KEDUA di bagian kanan
bawah dari naskah.

Terakhir diperbaharui: Wednesday, 25 November 2020, 21:22


JOINT VENTURE
JOINT VENTURE

       PENGERTIAN AADALAH Joint venture sering disebut sebagai usaha patungan memiliki
pengertian yaitu suatu entitas yang dibentuk oleh 2 pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi untuk mendapatkan keuntungan. Setiap pihak
tersebut sepakat untuk menyetorkan modal, menanggung risiko dan berbagi keuntungan.

        UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM JOINT VENTURU ADALAH :

1. Kerja sama antara pemilik modal asing dan nasional


2. Membentuk perusahaan baru antara pihak asing dan nasional.  Didasarkan pada
perjanjian. Joint venture merupakan kegiatan penanaman modal antara penanam
modal asing dan modal nasional yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.

JENIS-JENIS KONTRAK JOINT VENTURE :

 Joint venture domestic. Yaitu merupakan kotrak kerja sama yang dilakukan diantara
daera domestik. Kerjasama yang dilakukan diantara perusahaan dalam negeri.
 Joint venture international. Kerjasama yang dilakukan, apabila salah satunya adalah
perusahaan internasional.

BENTUK-BENTUK VENTURE :

1. Single venture yaitu pengusaha suatu pekerjaan yang dilakukan satu unit tertentu.
Dalam hal ini cukup menggunakan pembukuan sederhana yang menggunakan
rekening sendiri yang disebut venture account mengkredit apabila terjadi
pendapatan dan mendebetnya apabila terjadi biaya.
2. Joint venture Kerja sama diantara 2 orang/ badan untuk melakukan usaha tertentu
dengan waktu yang terbatas masing-masing pihak menyerahkan aset sebagai
kontribusi keuntungan joint veture didasarkan pada perjanjian

        ANGGOTA JOINT VENTURE  Anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture
sering disebut dengan istilah patner atau sekutu. Pada umumnya semua sekutu ikut andil
atau berperan dalam berjalannya perusahaan, salah satu sekutu yang bertugas sebagai
manajernya yang sering disebut managing partner. Anggota joint venture dapat berupa :

 Perseroan
 Persekutuan
 Perseroan terbatas
METODE AKUNTANSI JOINT VENTURE  Metode Akuntansi Terpisah Akuntansi yang
diselenggarakan oleh joint venture ini pada dasarnya sama dengan akuntansi yang
diselenggarakan oleh persekutuan. joint venture menggunakan rekening:

 aktiva
 Utang
 Modal untuk masing-masing sekutu
 Penghasilan dan biaya
 Metode Akuntansi Tidak Terpisah Tidak menyelenggarakan akuntansi secara
tersendiri
 Akuntansi joint venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu (partner) di bagi
menjadi 2 yaaitu :

1. Diselenggarakan oleh managing partner (sekutu manajer)


2. Diselenggarakan oleh non-managing partet( sekutu biasa)

KARAKTERISTIK JOINT VENTURE :

1. Joint venture memiliki waktu yang terbatas


2. Masing-masing pihak dalam joint venture dapat menyerahkan kontribusi uang atau
barang
3. Keuntungan atau kerugian yang dialami dibagi sama rata terhadap pihak yang
terkait.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 23:15

PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA


PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA

DEFINISI

        Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan, dikatakan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian
ini dapatlah dipahami bahwa ketenagakerjaan merupakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pekerja/buruh, baik menyangkut hal-hal yang ada sebelum masa kerja
(preemployment), selama masa bekerja (during-employment), maupun sesudah masa kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan masa sebelum bekerja antara lain adalah pemagangan dan
kewajiban mengumumkan lowongan kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan masa selama
masa bekerja antara lain perlindungan kerja, upah, jaminan sosial, kesehatan dan
keselamatan kerja, serta pengawasan kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan masa sesudah
masa kerja antara lain pesangon dan pensiun/jaminan hari tua.

        Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani, pengertian tenaga kerja adalah jumlah
penduduk yang dianggap atau sanggup bekerha bila ada permintaan kerja. Menurut Dr.
Payman, tenaga kerja adalah produk yang sedang bekerja. Sedang mencari pekerjaan, atau
sedang melaksanakan pekerjaan seperti bersekolah atau ibu rumah tangga. 
Menurut Dr.A.Hamzah SH tenaga kerja meliputi tenaga kerja yag bekerja didalam maupun
diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja
itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.

        Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi: "Tiap-tiap warga neara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak". Dari bunyi Pasalg 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia
bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja. Pemerintah berusaha untuk
menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga negara karena penciptaan lapangan kerja
berhubungan dengan peningkatan pendapatan per kapita sekaligus pendapatan nasional.
Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi: "Tiap-tiap warga neara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak". Dari bunyi Pasalg 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia
bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja. Pemerintah berusaha untuk
menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga negara karena penciptaan lapangan kerja
berhubungan dengan peningkatan pendapatan per kapita sekaligus pendapatan nasional.
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan
untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan atas
tenaga kerja.

KOMPOSISI PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 

 PENDUDUK USIA KERJA / TENAGA KERJA


 ANGKATAN KERJA
 MENGANGGUR
 BEKERJA
 SETENGAH MENGANGGUR
 KENTARA
 PRODUKTIFITAS RENDAH
 PENGHASILAN RENDAH
 TIDAK KENTARA
 BEKERJA PENUH
 BUKAN ANGKATAN KERJA
 SEKOLAH
 MENGURUS RUMAH TANGGA
 PENERIMA PENDAPATAN
 PENDUDUK BUKAN USIA KERJA /BUKAN TENAGA KERJA

KOMPOSISI PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

 NAMA
 KETERANGAN
 Penduduk usia kerja / tenaga kerja
 Penduduk usia 15 – 64
 Penduduk bukan usia kerja / bukan tenaga kerja
 Penduduk usia 0 – 14
 Penduduk usia 64 ke atas Pengangguran
 Penduduk usia

Definisi pengangguran

        Penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari
pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Sedangkan tingkat
pengangguran adalah perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja
dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Jika peningkatan
jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap
lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di negara tersebut tinggi

Jenis pengangguran dan penyebabnya

 Jenis pengangguran menurut faktor penyebab terjadinya


 Pengangguran konjuntur / siklis
 Pengangguran struktural Pengangguran friksional
 Pengangguran musiman Jenis pengangguran menurut lama waktu kerja
 Pengangguran terbuka
 Setengah menganggur
 Pengangguran terselubung

Pengangguran konjungtur / siklis

          Pengangguran konjungtur/siklis (cyclical unemployment) adalah pengangguran yang


berkaitan dengan turunnya kegiatan perekonomian suatu negara. Pada masa kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran, daya bell masyarakat menurun. Akibatnya, barang
menumpuk di gudang. Perusahaan industri mengurangi kapasitas produksi dan mungkin
juga menghentikan kegiatan produksinya karena barangbarang tidak laku di pasar. Oleh
karena itu, kapasitas produksi dikurangi, atau bahkan produksi dihentikan. Akibatnya,
sebagian buruh diberhentikan. Di pihak lain, pertambahan penduduk tetap berlangsung dan
menghasilkan angkatan kerja baru. Dengan demikian, tenaga kerja banyak yang tidak dapat
bekerja. Pada masa resesi, tingkat pengangguran siklis akan semakin meningkat karena dua
faktor berikut. Jumlah orang yang kehilangan pekerjaan terus meningkat. Dibutuhkan waktu
yang lebih lama lagi untuk mendapatkan pekerjaan.

Cara mengatasi pengangguran

         Cara Mengatasi Pengangguran Siklis Untuk mengatasi pengangguran siklis diperlukan
beberapa langkah langkah antara lain peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli
masyarakat dapat meningkat apabila mereka mendapat tambahan penghasilan. Pemerintah
harus membuka proyek yang bersifat umum, seperti membangun jalan, jembatan, irigasi,
dan kegiatan lainnya. Cara lain adalah dengan mengarahkan permintaan masyarakat untuk
membeli barang dan jasa, serta memperluas pasar barang dan jasa. Pasar yang sudah ada
harus terus dipertahankan. Namun diusahakan membuka peluang lain dalam rangka
memasuki pasar yang baru. Misalnya, dengan membuka pasar baru di luar negeri yang
dapat menambah permintaan.

         Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran struktural


diperlukan berbagai langkah seperti pengadaan pendidikan dan pelatihan sebagai
persiapan untuk berkarier pada pekerjaan yang baru, memindahkan tenaga kerja dari
tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkan, meningkatkan mobilitas
tenaga kerja dan modal yang ada, dan mendirikan industri yang bersifat padat karya,
sehingga mampu menampung tenaga kerja yang menganggur. Cara Mengatasi
Pengangguran Friksional Pada dasarnya, pengangguran friksional tidak dapat dihilangkan
sama sekali dan hanya dapat dikurangi. Cara mengatasi pengangguran friksional adalah
mengusahakan informasi yang lengkap tentang permintaan dan penawaran tenaga kerja,
sehingga proses pelamaran, seleksi, dan pengambilan keputusan menerima atau tidak
berlangsung lebih cepat. Cara lain adalah menyusun rencana penggunaan tenaga kerja
sebaik mungkin.

         Cara Mengatasi Pengangguran Musiman Pengangguran musiman adalah


pengangguran yang terjadi pada musim-musim tertentu, seperti petani yang menganggur
setelah musim tanam. Pengangguran seperti ini dapat diatasi dengan pe berian informasi
yang jelas tentang adanya lowongan kerja pada bidang ain dan melatih seseorang agar
memiliki keterampilan untuk dapat bekerja pada "masa menunggu" musim tertentu.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:07

BUDAYA HUKUM DALAM PERJANJIAN PATUNGAN


BUDAYA HUKUM DALAM PERJANJIAN PATUNGAN

BUDAYA HUKUM (LEGAL CULTURE)

BEKERJANYA HUKUM (R. Seidman)

         Setiap peraturan memberitahu bagaimana seorang pemegang peranan (role


occupant) itu diharapkan bertindak. Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai respons
terhadap peraturan merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya,
sanksi-sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek
sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya. Bagaiman lembaga-lembaga pelaksana itu
akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-
peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks.
kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenali diri mereka serta umpan balik yang
datang dari pemegang peranan. Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan
bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka,
sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosia, politik, ideologis dan lain-lainnya
yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta
birokrasi.

BIDANG KERJANYA KEKUATAN SOSIAL

 TEORI BEKERJANYA HUKUM


 (R. Seidman : The State Law and Development, 1978 : 75)
 BIDANG KERJANYA KEKUATAN SOSIAL
 LEMBAGA PEMBUAT PERATURAN
 UMPAN BALIK
 UMPAN BALIK
 NORMA
 NORMA
 AKTIFITAS PENERAPAN SANKSI
 BIROKRASI & PENEGAK HUKUM PEMEGANG PERANAN UMPAN BALIK BIDANG
BEKERJANYA KEKUATAN SOSIAL BIDANG BEKERJANYA KEKUATAN SOSIAL

BUDAYA HUKUM (LEGAL CULTURE)

        Hukum bukan sekedar alat yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, tetapi
merupakan perangkat tradisi, obyek pertukaran nilai yang tidak netral dari pengaruh sosial
dan budaya Hukum harus dilihat sebagai suatu sistem yang utuh. Pengertian Sistem :

1. Berorientasi pada satu tujuan


2. Lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagian
3. Berinteraksi dengan sistem lain yang lebih besar
4. Bekerjanya bagian-bagian menciptakan sesuatu yang berharga.

        Secara Sosiologis : hukum sebagai sistem nilai yang merupakan sub sistem dari sistem
sosial (T. Parsons)

LAWRENCE M. FRIEDMAN (The Legal System, 1975 : 5)

legal system in actual operation is a complex organism in which structure, substance and
culture interact. Komponen Sistem Hukum

1. Substansi Hukum : Norma-norma hukum (peraturan, keputusan) yang dihasilkan dari


produk hukum
2. truktur Hukum : Kelembagaan yang diciptakan sistem hukum yang memungkinkan
pelayanan dan penegakan hukum.
3. Budaya Hukum : Ide-ide, sikap, harapan, pendapat, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan hukum (bisa positip / negatip).

BUDAYA HUKUM (Legal Culture)

         Budaya : Berfungsi sebagai kerangka normatif dalam kehidupan manusia 


menentukan perilaku Budaya berfungsi sebagai sitem perilaku Budaya hukum sangat
mempengaruhi efektifitas berlaku dan keberhasilan penegakan hukum Hukum merupakan
konkretisasi nilai-nilai sosial yang terbentuk dari kebudayaan Kegagalan hukum modern
seringkali karena tidak compatible dengan budaya hukum masyarakat (Misal : UU PemDes
9/1975). Budaya Hukum :

 Internal Legal Culture : kultur yang dimiliki oleh struktur hukum


 External Legal Culture : kultur hukum masyarakat pada umumnya

THE LAW OF THE NON TRANSFERABILITY OF LAW (Robert Seidman)

1. Hukum tidak dapat ditransplantasikan antar masyarakat


2. Hukum harus mendapat dukungan kultural dari masyarakat
3. Hukum merupakan refleksi dari sistem dan nilai sosial masyarakat
4. Hukum adalah produk reinstitutionalization of norm (Paul Bohanan)
5. Kasus di Pengadilan Kepulauan Fiji Pengadilan dan Hukum yang dibawa Inggris
ditolak oleh masyarakat.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:15

KEBIJAKKAN UMUM PENANAMAN MODAL


KEBIJAKKAN UMUM PENANAMAN MODAL

KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL (Pasal 4 ayat 2)

      Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal
asing, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Menjamin kepastian hukum,
kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan
memberikan perlindungan kepada UMKM dan Koperasi.

(Pasal 4 ayat 3) Kebijakan Dasar Penanaman Modal diwujudkan dalam Rencana


Umum Penanaman Modal

Bentuk Badan Usaha dan Kedudukan (Pasal 5)

          Penanaman Modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum (PT), tidak berbadan hukum (CV, Firma, Koperasi) atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penanaman
Modal Asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Perlindungan Terhadap Penanaman Modal (Pasal 6 s/d Pasal 8)

          Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara
manapun. Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi nasionalisasi maka akan
diberikan kompensasi sesuai harga pasar. Penanam modal diberi hak untuk melakukan
transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap : Modal; Keuntungan, bunga
bank, deviden dan pendapatan lain; Kompensasi atas kerugian; Kompensasi atas
pengambilalihan.

(Pasal 9)

        Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum terselesaikan, hak transfer
dapat ditunda oleh : Penyidik atau Menteri Keuangan dengan meminta kepada Bank atau
Lembaga lain; Pengadilan menetapkan penundaan untuk melakukan transfer.

Tenaga Kerja (Pasal 10)

        Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus


mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia (WNI). Untuk jabatan dan keahlian
tertentu, perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara
asing (WNA).
Bidang Usaha (Pasal 12)

       Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan masing- masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. (Perpres No. 76 dan
No. 77 Tahun 2007)

BIDANG USAHA (PASAL 12 dan 13)

Bidang usaha yg tertutup mutlak untuk penanaman modal dgn alasan :

1. merusak kesehatan
2. bertentangan dengan moral/keagamaan
3. kebudayaan
4. merusak lingkungan hidup Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing,
a.l. :
5. Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang.
6. Bidang usaha lainnya yang berdasarkan UU dinyatakan tertutup (al. UU No. 8/1992
tentang Perfilman, UU tentang Penerbitan Media Massa).
7. Bidang usaha yg terbuka dng persyaratan, diatur melalui UU sektoral, untuk : -
melindungi kepentingan nasional (SDA, cabotage disektor perhubungan,
perlindungan UMKMK).

Hak Penanam Modal (Pasal 14)

        Kepastian hak, hukum, dan perlindungan. Informasi yang terbuka mengenai bidang
usaha yang dijalankannya. Hak pelayanan. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEWAJIBAN PENANAM MODAL (pasal 15)

           Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yg baik Melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan Membuat LKPM dan menyampaikan ke BKPM Menghormati tradisi,
budaya masyarakat di sekitar lokasi Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tanggung Jawab Penanam Modal (Pasal 16)

           Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menanggung dan menyelesaikan
segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggal-kan atau
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menciptakan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Mematuhi
semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 23:22


BENTUK - BENTUK BADAN USAHA
BENTUK - BENTUK BADAN USAHA

Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia

Manajemen dan Kewirausahaan

Pengertian Badan Usaha

      Suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber2 ekonomi atau faktor-faktor
produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dan memuaskan masyarakat

Klasifikasi Badan Usaha

1. Berdasarkan lapangan usahanya


2. Berdasarkan kepemilikan modal Berdasarkan tanggung jawab anggotanya
3. Berdasarkan penggunaan tenaga mesin dan tenaga kerja (SDM)

Berdasarkan Lapangan Usahanya

 Pertanian
 Pertambangan
  Industri
 Perdagangan Jasa

Berdasarkan Kepemilikan Modalnya

 Badan usaha milik negara (BUMN)


 Badan usaha milik swasta (BUMS) Badan usaha campuran

BUMN (UU No 19 tahun 2003) Pasal 1

            Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,
adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.

Berdasarkan Tanggung Jawab Anggotanya

1. Perusahaan perorangan (Firma dan CV)


2. Perseroaan terbatas (PT)
3. Perusahaan Perseroan
4. Perusahaan Umum BUMN

Berdasarkan Sumberdaya yang Digunakan

 Badan usaha padat modal


 Badan usaha padat karya

Menentukan Bentuk Badan Usaha

1. Jenis usaha yg akan dilaksanakan


2. Luas operasi atau volume usaha dan luas pasar yg dilayani
3. Rencana pembagian keuntungan
4. Keterlibatan para pemilik dalam manajemen dan pengendalian perusahaan
5. Penentuan tanggung jawab usaha
6. Penetuan resiko yang akan dihadapi

Pertimbangan bentuk badan usaha

      Prinsip2 pengawasan manajemen yg akan digunakan Rencana luas organisasi intern
Faktor stabilitas,kesinambungan dan pengalihan kepemilikan Kewajiban dan hak dalam
perpajakan Masalah kerahasiaan perusahaan Jangka waktu berdrinya perusahaan Lokasi,
sasaran serta falasafah pemilik.

Bentuk bentuk badan usaha


1. Perusahaan perorangan
2. Persekutuan (Firma, CV)
3. Perseroan Terbatas (PT)
4. Perusahaan Negara (BUMN)
5. Perusahaan Daerah
6. Koperasi

Perusahaan Perseorangan

       Modal perusahaan berasal dari seseorang yg sekaligus pengelola, pengusaha dan
pemimpin perusahaan tersebut. Tidak memerlukan anggaran dasar Modal sendiri atau
pinjaman Tidak ada pemisahan harta pribadi dan perusahaan Umumnya merupakan
perusaan kecil

Kelebihan Badan Usaha Perorangan

           Lebih mudah didirikan atau dibubarkan Pemilik memiliki kendali penuh Manajemen
fleksibel Pemilik menerima semua keuntungan Biaya pengorganisasian dan pembubaran
rendah Pemilikdapat menjual bisnisnya kepada siapa saja

Kelemahan Badan Usaha Perorangan

         Jumlah modal usaha terbatas Seluruh risiko perusahaan menjadi tanggungjawab
pemilik, sampai harta pribadi Jika keuntungan tinggi dapat terkena pajak lebih tinggi
daripada bentuk perseroan Karyawan tidak mudah ikut serta dalam kepemilikan secara
finansial Pergantian kepemilikan dan ketidakcakapan manajemen menjadi masalah yang
rawan bagi perusahaan

Perusahaan Persekutuan

       Merupakan perhimpunan dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis Ikatan kerjasama
ini bisa berupa tertulis atau lisan Terdapat dua jenis Persekutuan Firma Persekutuan
komanditer. Persekutuan Firma Pendiri menyerahkan sebagian atau seluruh hartanya sebgai
harta perusahaan yang dituangkan dalam akta pendirian firma Anggota pendiri mempunyai
tanggung jawab penuh terhadap semua perjanjian yg dilakukan firma Pendiri memiliki
kuasa penuh untuk bertindak atas nama firma. Sumberdaya keuangan lebih besar Lebih
mudah memperoleh kredit Keputusan yang diambil lebih baik Bekerja dalam tim Status
hukum lebih jelas Ada pembagian kerja Pajak yang dibayar adalah pajak perorangan

Badan usaha Milik Negara

       Seluruh modalnya dimiliki negara Bentuk:


1. PERJAN (Perusahaan Jawatan: bagian dari depertemen
2. PERUM (Perusahaan Umum): melayani kepentingan Umum
3. PERSERO (Perseroan Terbatas): berbentuk PT

          Perusahaan Daerah ADALAH Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan
yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah
membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam PP No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. Modal
sebagian dimiliki Pemerintah Daerah Pengesahan PD tingkat kabupaten oleh Gubernur dan
Menteri dalam negeri untuk tingkat provinsi

Ciri-ciri BUMD Didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda).

Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas
pertimbangan DPRD. Masa jabatan direksi selama empat tahun. Bertujuan memupuk
pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah.

Pengesahan Badan Hukum

           Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk
koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang bersangkutan,
dengan ketentuan sebagai berikut: Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil
dan Menengah Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya. Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer
dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan
dan Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di beberapa Propinsi/DI, namun
koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan. Sekretaris Jenderal
Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian
Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 23:31


ASPEK KELEMBAGAAN DALAM BIDANG INVESTASI ATAU
PENENAMAN MODAL
ASPEK KELEMBAGAAN DALAM BIDANG INVESTASI ATAU PENENAMAN MODAL

Lembaga yang Berwenang Mengkoordinasikan Investasi

        Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, dimana pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
investasi adalah BKPM, yang dibantu oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman
Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman
Modal (PDKPM). BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : melaksanakan tugas
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengembangkan
sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain
meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang
sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup
penyelenggaraan penanaman modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan
konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan
kegiatan penanaman modal; mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang
menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; dan mengoordinasi
dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

        Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah Kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan
dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan lembaga
atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen
yang dilakukan dalam satu tempat. PTSP di bidang Penanaman Modal harus didukung
ketersediaan: a. sumber daya manusia yang professional dan memiliki kompetensi yang
handal; b. tempat, sarana dan prasarana kerja, dan media informasi; c. mekanisme kerja
dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP di bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah
dipahami dan mudah diakses oleh Penanaman Modal; d. layanan pengaduan (help desk)
Penanam Modal; dan e. SPIPISE ( Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara
Elektronik)

PELAYANAN PENANAMAN MODAL

         Jenis pelayanan penanaman modal adalah : a. pelayanan perizinan; Perizinan adalah


segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman modal yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. b. pelayanan nonperizinan; Nonperizinan adalah segala
bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengajuan permohonan
perizinan dan nonperizinan penanaman modal secara manual atau melalui SPIPISE Penanam
modal wajib menyampaikan formulir permohonan, berikut persyaratan pada waktu
penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE, mengambil perizinan dan
nonperizinan yang telah diterbitkan oleh PTSP. Mekanisme pelayanan penanaman
modal Pedoman pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan secara elektronik
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM.

          Jenis perizinan penanaman modal adalah : a. Pendaftaran Penanaman Modal; b. Izin


Prinsip Penanaman Modal; c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal; d. Izin Prinsip
Perubahan Penanaman Modal; e. Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha
Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan; f. Izin
Lokasi; g. Persetujuan Pemanfaatan Ruang; h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); i. Izin
Gangguan (UUG/HO); j. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; k. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP); l. hak atas tanah; m. izin–izin lainnya dalam rangka
pelaksanaan penanaman modal.

JENIS PERIZINAN PENANAMAN MODAL

          Pendaftaran Penanaman Modal; adalah bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai


dasar memulai rencana penanaman modal. Merupakan Persetujuan Awal*) Penanaman
Modal *) persetujuan awal mencakup pendirian baru atau penambahan bidang usaha baru
Wajib bagi perusahaan penanaman modal asing dan dapat dilakukan oleh
perusahaan penanaman modal dalam negeri bila diperlukan

PENDAFTARAN PENANAMAN MODAL

         PMA yang akan melakukan penanaman modal di Indonesia mengajukan permohonan


Pendaftaran ke PTSP BKPM, sebelum atau sesudah berstatus badan hukum PT Mekanisme
pendaftaran penanaman modal PMDN dapat mengajukan Pendaftaran di PTSP BKPM, PTSP
PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.

PENGEMBANGAN USAHA Pengembangan Usaha Perusahaan PM dapat melakukan

         Pengembangan usaha di bidang2 usaha sesuai ketentuan perUUan Pengembangan


Usaha Perusahaan yang kegiatan usaha awalnya memiliki Izin Prinsip dapat melakukan
perluasan usaha dengan kewajiban memiliki Izin Prinsip Perluasan

Pengalihan Kepemilikan Saham Asing

         Perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang
mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing, wajib melakukan
Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM : 1. PMDN yang tidak memiliki Izin Prinsip
dan belum memiliki Izin Usaha atau belum memiliki Izin Prinsip. 2. PMDN yang telah
memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha. 3. Selanjutnya terhadap permohonan Pendaftaran,
maka PTSP BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pendaftaran atau Surat Penolakan
Pendaftaran. PMA yang seluruh modal perseroan menjadi modal Dalam negeri, wajib
melakukan Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP
PDKPM sesuai kewenangannya : PMA yang memiliki Pendaftaran dan akan melakukan
perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena keluarnya seluruh modal asing PMA
yang memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha PMA dengan bidang usaha yang merupakan
kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dipersyaratkan
melampirkan Surat Pengantar dari PTSP BKPM tentang rencana keluarnya seluruh modal
asing.

Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger)

         Perusahaan yang akan melakukan penggabungan (merger) : harus mematuhi


ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan larangan praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat dan UU PT. Dapat dilakukan baik antar perusahaan PMA
atau antar PMDN, maupun antara PMA dengan PMDN Perusahaan wajib memiliki Izin
Usaha. Perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company) wajib memiliki Izin
Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) sebelum memulai kegiatan
produksi/operasi komersial. - Dalam hal perusahaan yang melakukan penggabungan
memiliki lebih dari 1 (satu) kegiatan usaha dan salah satu kegiatan usahanya masih dalam
tahap pembangunan, maka:

a. atas kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha, perusahaan yang meneruskan kegiatan
(surviving company) harus mengajukan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman
Modal (merger);

b. atas kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, apabila kegiatan dimaksud berada
pada:

1. perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company).


2. perusahaan yang menggabung (merging company).

c. untuk kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, perusahaan yang meneruskan
kegiatan (surviving company) dapat melakukan Pendaftaran atau langsung mengajukan
permohonan Izin Usaha/Izin Usaha Perluasan apabila telah siap produksi/ operasi komersial.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL     

        Izin Prinsip Penanaman Modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman


modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan
penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Izin Prinsip ini diperuntukkan bagi 2
Perusahaan Penanaman Modal :
1. Perusahaan Penanaman Modal Asing.
2. Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri

         Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Permohonan Penanaman Modal selain Izin Prinsip Penanaman Modal, terdapat
juga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal dan Izin Prinsip Perubahan Penanaman
modal PMA yang telah berstatus badan hukum PT yang bidang usahanya dapat
memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan
fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip.

 PMA yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan


Izin Prinsip.
 PMA yang bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam
pelaksanaan penanaman modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak
diwajibkan memiliki Izin Prinsip.
 Izin Prinsip PMA Permohonan Izin Prinsip diajukan kepada PTSP BKPM.

PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL

        Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah angka pengenal yang dipergunakan
sebagai izin untuk memasukkan (impor) mesin/peralatan dan barang dan bahan untuk
dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang
bersangkutan. Permohonan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah permohonan
yang disampaikan oleh perusahaan sebelum melakukan pengimporan mesin/peralatan dan
barang dan bahan. (Diatur dalam Pasal 1 angka 34 dan 35, Pasal 54, Pasal 55 Peraturan
Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman Modal). Permohonan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA),
Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) dan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan untuk penggunaan tenaga
kerja asing dalam pelaksanaan penanaman modalnya, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (RPTKA) adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan tenaga
kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing
dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). (Diatur dalam Pasal 1 angka
36 dan 37, Pasal 56, Pasal 57 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal).

        Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) adalah rekomendasi yang diperlukan guna
memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah izin bagi perusahaan untuk
mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalam jumlah, jabatan dan periode
tertentu. (Diatur dalam Pasal 1 angka 38 dan 39, Pasal 58, Pasal 59 dan Pasal 60 Peraturan
Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:25


PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU
PENANAMAN MODAL
PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL

DASAR HUKUM Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

       Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Presiden
No. 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Permen No.
100 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kab/Kota Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2017
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal Peraturan Kepala
BKPM No. 14 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal.

TATACARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

       PENANAMAN MODAL segala bentuk kegiatan menanam modal untuk melakukan


usaha di wilayah Republik Indonesia PMDN PMA Adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam
Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal Dalam Negeri Adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh Penanam Modal Asing, baik yang menggunakan modal Asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan Penanam Modal Dalam Negeri “Memberi perlakuan
yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional” – Pasal 4 ayat (2) UU 25 Tahun 2007

CAPAIAN TARGET & PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA/PMDN

        PERKEMBANGAN REALISASI PENANAMAN MODAL PMA/PMDN DI PROVINSI


SUMATERA UTARA CAPAIAN TARGET & PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI
PMA/PMDN Rp. 23,64 T TARGET PMA / PMDN TAHUN 2018 Rp. 5,38T REALISASI
TRIWULAN I TAHUN 2018 PMDN Rp. 2,12 T PMA Rp. 3,26 T
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

         TUJUAN Tersedianya data perkembangan realisasi Penanaman Modal dan informasi


permasalahan yang dihadapi Penanam Modal; Terlaksananya bimbingan dan/atau
sosialisasikebijakan di bidangan pengendalian pelaksanaan penanaman modal;
Terlaksananya fasilitasi penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan penanaman
modal melalui koordinasi yang terintegrasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
serta perusahaan penanaman modal; dan Terwujudnya kepastian terhadap
pelaksanaan penanaman modal yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Ruang Lingkup Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

         PEMANTAUAN PENANAMAN MODAL PEMBINAAN PENANAMAN


MODAL PENGAWASAN PENANAMAN MODAL Pengendalian adalah kegiatan pemantauan,
pembinaan, dan pengawasan terhadap penanaman modal yang telah mendapatkan
perizinan penanaman modal agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat 34)

Data Perkembangan Investasi Instansi Penanaman Modal

          Pemantauan Pelaksanaan Penanaman Modal Pemantauan adalah kegiatan yang


dilakukan untuk mengumpulkan, mengevaluasi dan menyajikan data perkembangan
realisasi penanaman modal (Pasal 1 ayat 35) IP PM LKPM SPIPISE Sumber lainya Sumber
Data Realisasi administrasi Realisasi Fisik Masalah yg dihadapi Ketentuan bidang usaha
Kewajiban perusahaan Evaluasi Sektor Lokasi Bidang usaha Tenaga Kerja Negara asal
Permasalahan yang dihadapi penanaman modal Data Perkembangan Investasi
Instansi Penanaman Modal BKPM DPMPTSP PROVINSI DPMPTSP KAB/KOTA Penanam
Modal PMA PMDN

LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL (LKPM)

         Definisi LKPM Adalah Laporan mengenai perkembangan realisasi penanaman


modal dan permasalahan yang dihadapi penanam modal yang wajib disampaikan secara
berkala. (Perka BKPM No. 14 Tahun 2017 Pasal 1 ayat 40)
Kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal

        (Sesuai Pasal 28 ayat (1) huruf h, UU No. 25 Tahun 2007) “Membantu penyelesaian
berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam
menjalankan kegiatan penanaman modal” Bimbingan sosialisasi, workshop, bimtek
ketentuan pelaksanaan penanaman modal secara berkala Pemberian konsultasi
pengendalian pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan Fasilitasi penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapi penanam
modal dalam merealisasikan kegiatan penanaman modalnya. Fasilitasi percepatan berusaha
investasi proyek berupa kemudahan berusaha bagi penanam modal Pengawalan percepatan
proyek strategis nasional yang sudah memiliki perizinan penanaman modal Pembinaan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bimbingan/sosialisasi kepada penanam
modal untuk merealisasikan penanaman modalnya serta memfasilitasi penyelesaian
masalah/ hambatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan penanaman modal (Pasal 1 ayat
36)

Proses pengenaan dan pencabutan sanksi

        Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal Pengawasan adalah upaya atau kegiatan


yang dilakukan guna memeriksa perkembangan pelaksanaan penanaman modal, mencegah
dan/atau mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan
pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas (Pasal 1 ayat 37) Evaluasi atas
pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan penanaman modal termasuk
oerizinan berusaha dlm bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) yg tercantum dalam
Surat Pernyataan Pemenuhan Persyaratan Perizinan yg telah diregistrasi Pemebrian fasilitas
pembebasan bea masuk mesin dan/atau barang dan bahan Permohonan IUI, Izin Perluasan
yg diajukan ke BKPM, DPMPTSP Provinsi dan Kab/Kota Adanya indikasi /bukti awal
penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal atau tidak terpenuhinya
kewajiban dan tanggungjawab Usulan pencabutan perizinan penanaman modal yg diajukan
ke BKPM oleh DPMPTSP Provinsi dan Kab/Kota utk proyek yang merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat Usulan pencabutan perizinan penanaman modal yg diajukan ke DPMPTSP
Provinsi oleh DPMPTSP Kab/Kota utk proyek yang merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah Provinsi Proses pengenaan dan pencabutan sanksi Berita Acara Pengawasan (BAP)

Pengenaan Sanksi Pelaksanaan Penanaman Modal

        Sanksi adminstratif dikenakan secara bertahap terhadap perusahaan yang: Tidak
memenuhi kewajiban dan tanggung jawab serta persyaratan yg dimuat dlm checklist dan
waktu penyelesaiannya dan belum memulai konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal
7, 8 & 10 ayat (1) Peraturan BKPM No. 14 Tahun 2017 Melakukan pelanggaran tertentu dan
mendesak yaitu : Terjadinya kerusakan lingkungan dan/atau Membahayakan keselamatan
masyarakat yg berdampak secara lintas daerah atau lintas negara. PASAL 7 : Kewajiban
Penanam Modal yg salah satunya menyampaikan LKPM PASAL 8 : Tanggung Jawab
Penanam Modal PASAL 10 ayat 1 : Perusahaan yg telah memiliki Perizinan Berusaha
sementara, wajib menyampaikan informasi perkembangan komitmen pemenuhan
persyaratan (checklist) sebagaimana tercantum pada Surat Pernyataan Pemenuhan
Persyaratan Perizinan yang telah diregister.

Pengenaan Sanksi Pelaksanaan Penanaman Modal

         Peringatan tertulis pertama & terakhir secara daring (tenggang waktu 1 bulan)
Pembatasan kegiatan usaha Dasar pencabutan lainnya : Permohonan dari perusahaan
Usulan pencabutan dari DPMPTSP Provinsi dan Kab/Kota Putusan pengadilan Penangguhan
Perizinan Berusaha dlm bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) Pembekuan kegiatan
usaha dan/atau fasilitas penanaman modal Pencabutan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal Penghentian kegiatan sementara Pencabutan Perizinan Berusaha
sementara Pemblokiran hak akses SPIPISE oleh pejabat berwenang di BKPM, DPMPTSP
Provinsi dan Kab/Kota

Pasal 25-26, Peraturan BKPM No. 14 Tahun 2017

         Pencabutan Perizinan Penanaman Modal Permohonan dari perusahaan Usulan


DPMPTSP Provinsi dan Kab/Kota Tindak lanjut sanksi perusahaan Putusan pengadilan
PENCABUTAN Pasal 25-26, Peraturan BKPM No. 14 Tahun 2017 BKPM DPMPTSP PROVINSI
DPMPTSP KAB/KOTA PASAL : Pencabutan Perizinan PM berdasarkan Permohonan
Perusahaan.

Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 13:43

INTENSIF DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL


INTENSIF DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL

PENYELESAIAN KEPABEANAN Fasilitas Impor Barang Modal

           Fasilitas Jalur Hijau PENYELESAIAN KEPABEANAN (CUSTOMS CLEARENCE) Fasilitas


Impor Barang Modal 4 status pengecekan kepabeanan: Jalur Merah untuk perusahaan baru.
Dilakukan pemeriksaan fisik & dokumen sebelum barang dipindahkan dari pelabuhan. Jalur
Kuning Hanya dilakukan pengecekan dokumen sebelum barang dipindahkan dari
pelabuhan. Jalur Hijau Pengecekan dokumen dilakukan setelah barang dipindahkan dari
pelabuhan. Prioritas Mitra Utama untuk perusahaan dengan track record yang terbukti baik.
Tidak diperlukan pengecekan. Percepatan dan kepastian dalam pemrosesan customs
clearance Lebih cepat dan pasti Tidak perlu screening barang modal. Memotong waktu
pemrosesan dari 3-5 hari menjadi hanya 30 menit. Persyaratan mudah Proyek dalam tahap
konstruksi Memenuhi kewajiban pelaporan LKPM Triwulanan ke BKPM Rekomendasi dari
BKPM Fasilitas Baru: Peningkatan Status dari jalur merah ke jalur hijau untuk perusahaan
baru yang dalam tahap konstruksi.

(Peraturan Pemerintah No.9/2016)

            Policy Reforms TAX ALLOWANCE (Peraturan Pemerintah No.9/2016) 30 % dari nilai
investasi Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman
modal dibebankan selama 6 tahun. Agrikultur Pertenakan Perkebunan jagung Perkebunan
kedelai Pertanian beras Perkebunan buah tropis Pembangkit Listrik Geothermal
Alternatif/energi terbarukan Industri Migas Pengilangan Minyak Liquefied Natural &
Petroleum Gas Pelumas Industri Manufaktur Besi dan Baja Pakaian Semi conductors
Komponen elektronik Komputer Alat Komunikasi Televisi Ban Farmasi Kosmetik Olahan Ikan
dan udang Dll. 145bidang usaha Bisa mendapatkan tax allowance, yang merupakan
perluasan dari regulasi sebelumnya yaitu 143 segmen. Berdasarkan beberapa Kriteria antara
lain: Nilai Investasi yang tinggi atau untuk ekspor, penyerapan tenaga kerja yang besar,
kandungan lokal. Selain itu untuk dapat pula diberikan untuk sesuai dengan lokasi
(Khususnya diluar Jawa)

Stimulus Ekonomi untuk Kawasan Ekonomi Khusus

              Insentif Pajak 20-100% potongan pajak untuk periode hingga 25 tahun. Bebas PPN
untuk impor bahan baku. Fasilitas Kepemilikan properti Kemudahan perizinan investasi dan
lahan Kemudahan proses imigrasi & kerja yang terintegrasi di KEK serta izin tinggal untuk
WNA. Perbaikan Iklim Investasi Stimulus Ekonomi untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei Industri kelapa sawit, karet, pupuk, logistik, pariwisata Tanjung Api-api Industri
kelapa sawit, karet, petrokimia Tanjung Lesung Pariwisata Mandalika Maloy Batuta Industri
kelapa sawit, batubara, mineral Bitung Industri perikanan, pertanian, logistik Palu Industri
hasil tambang, pertanian, logistik Morotai Pariwisata, industri manufaktur, logistik. 

Terakhir diperbaharui: Thursday, 12 November 2020, 23:35

Anda mungkin juga menyukai