Menurut Budi sutrisno dan & Salim HS, Hukum Investasi adalah keseluruhan kaidah hukum
yang mengatur hu!ungan antara investor dengan penerima modal, bidang-bidang usaha
yang ter!uka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam
melakukan investasi dalam suatu negara.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan dating sebagai kompensasi secaraprofesional atas penundaan konsumsi,
dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan
individu, dari investasitersebut yang dapat berupa capital gain/loss dan yield.
Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset) dan
investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik adalah aset yangmempunyai
wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-surat berharga yang pada
umumnya adalah klaim atau aktivariel dari suatu entitas.
Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untukmendapatkan kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai
kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan padasaat ini dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.
Terakhir diperbaharui: Wednesday, 14 October 2020, 22:07
Mahasiswa terdaftar sebagai peserta kelas Kehadiran minimum 75% Mahasiswa wajib
mengikuti assessment sesuai dengan jadwal yang ditentukan dosen pembina Tidak ada
assessment susulan, kecuali bagi mahasiswa yang sakit dan menunjukkan surat keterangan
dari dokter Aturan Treatment Dilakukan min 2x pasca Assessment 1 dan Assessment 2 bagi
mahasiswa dengan kehadiran min 75% Treatment untuk mendapatkan nilai maksimum 60
Mahasiswa sudah pernah mengikuti Assessment sesuai jadwal
BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI
Ingatkah Anda dengan pernyataan ini: Kami poetera dan poeteri Indonesia Mengakoe
bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 15:28
Bahan Bacaan/Referensi
Sumber bacaan matakuliah ini dapat diperoleh dari buku ajar, buku-buku evaluasi
pendidikan dalam referensi, internet, koran, jurnal hasil penelitian maupun dari yang lain.
Strategi Perkuliahan
Strategi perkuliahan dilakukan dengan menggunakan cooperative learning. Dalam hal
ini mahasiswa diharapkan menyampaikan ide baik berupa pendapat individu atau
kelompok. Metode ceramah juga diperlukan untuk memberikan informasi pada saat
mengawali dan mengakhiri perkuliahan, sehingga kerangka perkuliahan dapat dipahami
mahasiswa. Demikian pula metode penugasan penting untuk dilakukan supaya masing-
masing kompetensi dasar dapat dicapai secara efisien dan efektif dan selanjutnya
mahasiswa melakukan persentasi dan menyatakan dalam laporan.
SASARAN PEMBELAJARAN
SASARAN PEMBELAJARAN
PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah proses memperoleh perubahan tingkah laku, dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kognitif: pengetahuan Afektif: nilai dan sikap : jujur, disiplin, empati,
tanggungjawab, kerjasama, dsb. Psikomotor : keterampilan
CIRI-CIRI BELAJAR
Terjadi perubahan dalam tingkah laku: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan
bersifat tetap atau relatif tetap. Perubahan merupakan hasil pengalaman atau latihan.
Behaviorisme
Kognitivisme
Humanistik
Sibernetik
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Perhatian dan motivasi Keaktifan Keterlibatan langsung/berpengalaman Pengulangan
Tantangan Balikan dan Penguatan Perbedaan Individual
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual
dan kelompok kecil Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dari pada dengan
demonstrasi Menggunakan media yang langsung dipakai oleh siswa Memberikan tugas
kepada siswa mempraktekkan gerakan psikomotor yang dicontohkan Melibatkan siswa
mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah Melibatkan
siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Pengulangan Merancang pelaksanaan pengulangan
Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan Mengembangkan pertunjuk kegiatan
psikomotorik yang harus diulang Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
Materi mata kulian Hukum investasi dan pasar modal, mencakup: Hukum Pasar Modal
di Indonesia, Dasar Hukum dan Teori-teori Hukum yang berkaitan dengan Kegiatan Pasar
Modal, Instrumen-instumen dalam kegiatan bursa efek,Initial Public Offering (IPO)dalam
kegiatan bursa efek, Independensi Badan Otoritas Jasa Keuangan dalam kegiatan pasar
modal, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Pasar Modal, Globalisasi dan Investa, Perizinan
dan Pengembangan dalam Penanaman Modal Soal-soal Latihan/Tugas terkait dengan
perbandingan dan perizinan, Penanaman Modal Asing dalam prespektif
perbandingan,Tugas terkait dengan penyelesaian sengketa direct invesmentdan indirect
investment danPenyelesaian Sengketa Investasi dan Pasar Modal.
Mahasiswa memiliki pengetahuan normatif dan teknis tentang hukum investasi dan
pasar modal.
Mahasiswa memiliki kemampuan keilmuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
memecahkan masalah-masalah hukum investasi dan pasar modal, baik dalam rangka
penguasaan maupun pengembangan hukum investasi;
Mahasiswa memiliki kemampuan terapan untuk mengidentifikasi konstruksi norma
hukum investasi dan pasar modal, penerapan hukum dalam penyelenggaraan
investasi dan masalah-masalah hukum investasidan cara penyelesaiannya.
Strategi Perkuliahan
1. Mengembangkan kelas yang tenang, ramah, segar, akrab, dan bertatakrama dalam
rangka menjadikan kelas sebagai tempat belajar yang membangun semangat dan
keinginan belajar, menjamin kebebasan berfikir, menjamin ketersediaan waktu untuk
berlatih berfikir dan menggunakan fikiran.
2. Menggunakan model untuk membuat mahasiswa secara aktif dan penuh berlajar
berfikir, melatih cara berfikir, dan melatih cara menggunakan fikiran menurut
kaedah-kaedah nalar keilmuan ilmu hukum dalam rangka pengembangan kebebasan
berfikir dan kecerdasan (kecepatan, keteraturan, dan ketepatan) mahasiswa;
3. Memungkinkan mahasiswa melakukan penelusuran seluas-luasnya, selengkap-
lengkapnya, dan sedalam-dalamnya, dalam rangka pengembangan keyakinan dan
percaya diri mahasiswa akan standar, kesetaraan, dan kelengkapan pengetahuan
yang dimilikinya.
The Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory Vertical Integration, The
Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh Raymond
Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing secara langsung
(foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang merupakan usaha ekspansi
awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti Amerika dengan mendirikan
pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di negara lain. Hubungan antara induk
perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau
serupa di negara lain disebut investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle
Theory ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga
fase yaitu: pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga,
fase pematangan atau fase standardisasi. Setiap fase tipe perekonomian negara mempunyai
keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative advantage di dalam
memproduksi barang-barang atau komponen produksinya Selama fase ini perusahaan-
perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati posisi monopoli karena kemampuan
teknologinya belum tersaingi. Fase kedua proses manufacturing dan tempat produksi di luar
negeri yang kemasukan aliran modal asing. Fase ketiga standarisasi
proses manufacturing memungkinkan peralihan lokasi produksi ke negara berkembang
terutama negara-negara industri baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai
keunggulan tingkat upah rendah.
Menurut Anoraga Panji, Teori-teori yang erat dengan Penanaman Modal Asing dilihat dari
sisi ahlinya adalah:
5. Teoni Kindlebergen.
a. mencari pasar,
b. mencari bahan baku,
Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dan organisasi
didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi
merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan memaksimalkan keuntungan jangka
panjang dan harga pasar saham perusahaan. Teori Robock & Simmonds, melalui
pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model
siklus produk, produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global,
kekuatan internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan
teknologi atau produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yag sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal yang
memengaruhi penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar
negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
1. Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni.
3. Investasi langsung terjadi menurut dua arab industri yang sama, hal mi tidak akan
terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal mi untuk sebagian
merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap perusahaan harus
bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk menghmndarkan agar perusahaan
lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.
2. Dependency Theory
Teori ini secara diametral berlawanan dengan ekonomi klasik yang berpendapat foreign
investment tidak menimbulkan makna apa pun bagi pembangunan ekonomi di host
country. Mereka berpendapat bahwa foreign investment menindas pertumbuhan ekonomi
dan menimbulkan ketidakseimbangan pendapatan di host country seperti pernyataan
Rothgeb.
Teori ini melihat pentingnya peran negara yang otonom yang mengarahkan langkah
kebijakan ekonomi termasuk investasi, peran negara dipercaya akan bisa mengintervensi
pasar untuk mengoreksi ketimpangan pasar dan memberikan perlindungan kepada invant
industries, kepentingan masyarakat, pengusaha domestik dan perlindungan lingkungan.
Peran negara juga dapat memberi perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk
investor asing.
Beberapa teori di atas paling tidak menggambarkan adanya varian pemikiran dalam
memahami kebijakan investasi yang dapat dipilih yang menjadi dasar pertimbangan
kebijakan hukum investasi dan sisi kepentingan dan kedaulatan host country. Apabila
melihat kondisi Indonesia saat ini, investasi asing sangat dibutuhkan karena dapat
membantu meningkatkan pendapatan negara, meningkatkan perekonomian masyarakat,
serta pendapatan asli daerah; dengan demikian teori klasik dapat diterapkan dalam rangka
mendatangkan investor asing ke Indonesia.
Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law” muncul pertama kali
melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang menguji secara sistemik bagaimana
orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasil
menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social welfare). Jeremy Bentham menerapkan,
salah satu prinsip dan aliran utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum yaitu manusia
akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi
penderitaan. Bentham berpendapat, pembentuk undang-undang hendaknya dapat
melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu.
Berpegang dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan
kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for the
greatest number).
Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia agar dapat
menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah prinsip ‘fair and
equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka acuan dan/atau sebagai
dasar pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perlakuan
yang sama (most favourable nation/MFN) antara investor asing dan investor dalam negeni.
Para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah,
pada umumnya mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan
kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang
memberi keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak mengalihkan
modalnya ke negara lain.
Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka menciptakan
iklim penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan harmonisasi
hukum penanaman modal. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa peraturan yang seragam
mengenai penanaman modal akan berdampak bagi masyarakat dan pemenintah untuk
menyerap penanaman modal dan mengarahkan pemerintah membeni jalan keluar. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal penting yang diperintahkan oleh konsiderans
undang-undang ini, yakni: harmonisasi peraturan penanaman modal dengan perubahan
perekonomian global dan kewajiban internasional Indonesia dalam berbagai kerja sama
internasional dengan tetap mengacu kepada kedaulatan politik dan ekonomi
nasional. Peraturan yang seragam akan menjamin dan memberi kemudahan kepada
investor atau perusahaan untuk mudah masuk memobilisasi sumber daya, dan memberikan
keuntungan pendapatan daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam upaya meyakinkan
calon investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia, kepastian hukum,
perlindungan hukum (legal protection) dan keadilan hukum harus diutamakan karena
investor yang menanamkan modalnya selain mengharapkan hasil atau keuntungan dalam
bisnisnya, modal yang ditanamnya tetap dalam posisi aman.
Last modified: Thursday, 17 March 2022, 12:06 PM
PENANAMAN MODAL
PENANAMAN MODAL
Penanam Modal
Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan Penanaman
Modal yang dapat berupa Penanam Modal Dalam Negeri dan Penanam Modal Asing.
1. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika Penanam
Modal menghentikan atau menelantarkan kegiatan usahanya;
3. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat dan mencegah praktek monopoli;
4. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
5. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan
6. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perusahaan yang telah memperoleh Perizinan Penanaman Modal wajib membuat dan
menyampaikan LKPM secara berkala dan disampaikan kepada BKPM, BPMPTSP Provinsi,
BPMPTSP Kabupaten/Kota, dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek
berada di wilayah KPBPB atau administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah
KEK.
Kegiatan Nyata dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang telah dilakukan, antara lain:
Pelanggaran tertentu dan mendesak yaitu terjadinya kerusakan lingkungan dan
membahayakan keselamatan masyarakat yang berdampak secara lintas daerah atau lintas
Negara. Pembatalan terhadap Perizinan Penanaman Modal dilakukan tanpa peringatan
terlebih dahulu.
BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB, atau
Administrator KEK, melakukan Pencabutan terhadap Perizinan Penanaman Modal yang telah
dilaksanakan dalam bentuk Kegiatan Nyata baik administratif atau fisik dan pelanggaran
tertentu dan mendesak. Pencabutan Perizinan Penanaman Modal dilakukan berdasarkan:
Tata Cara Penutupan KPPA, KP3A, dan Kantor Cabang Perusahaan Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri
BKPM melakukan penutupan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Kantor
Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing yang diajukan oleh:
Penanam Modal tidak dikenakan biaya dalam kegiatan pengendalian pelaksanaan
Penanaman Modal yang dilaksanakan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP
Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator Kawasan Ekonomi Khusus.
Sanksi
BKPM atau BPMPTSP Provinsi atau BPMPTSP Kabupaten/Kota atau Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK sesuai dengan Perizinan dan Non Perizinan
Penanaman Modal yang diterbitkannya dapat mengenakan sanksi administratif kepada
perusahaan yang:
Fungsi BKPM :
Tujuan DPMPTS
SasaranDPMPTS
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara-negara berkembang untuk
mencipakan iklim investasi, antara lain;
1. Peraturan-peraturan kebijakan yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat
berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum, karena ketiadaankepastian
hukum akan menyulitkan perencanaan jangka panjang usaha para investor asing;
2. Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat menyebabkan high cost
economy;
3. Jaminan terhadap investasi mereka dan proteksi hukum mengenai Hak Atas
Kekayaan milik investor;
4. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terlaksananya investasi mereka dengan
baik, antara lain meliputi komunikasi, transportasi atau pengangkutan, perbankan
dan perasuransian.
Sejak Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal diterapkan,
telah terbentuk suatu perekonomian yang lebih terbuka dengan ciri persaingan bebas.
Karakteristik ini telah menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan dalam berbagai
sektor usaha di kota-kota besar di Indonesia. Keterlibatan investor asing dalam
pembangunan suatu wilayah atau negara tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui
tahapan-tahapan atau prosedur yang dilakukan menurut peraturan perundang-undangan
baik yang telah ditetapkan di pusat maupun di daerah, di samping itu juga melalui
perundingan dengan para pihak yang kemudian melahirkan kesepakatan yang dituangkan
dalam bentuk perjanjian.
Terminologi Penanaman Modal
Terminologi kegiatan penanaman modal banyak disebutkan dalam berbagai literatur
kepustakaan hukum ekonomi dan atau hukum bisnis. Penanaman modal dapat
berarti penanaman modal langsung yang dilakukan oleh para investor lokal (domestic
investor), investor asing (Foreign Direct Investment) dan penanaman modal yang dilakukan
secara tidak langsung oleh pihak asing (Foreign Indirect Investment).
1. Masalah Resiko Menanam Modal Setiap kegiatan penanaman modal selalu dikaitkan
dengan kemungkinan terjadi resiko yang mengakibatkan berkurangnya nilai modal.
Masalah resiko menanam modal merupakan faktor yang cukup dominan yang
menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan investasi. Salah satu
faktornya adalah aspek stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah
mengingat tanpa adanya stabilitas politik dan kepastian keamanan maka resiko
kegagalan yang dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini tidak dapat
diramalkan yang mencakup keadaan seperti perang, pendudukan oleh negara asing,
perang saudara, kudeta, revolusi, pemberontakan dan lain-lain.
2. Masalah Jalur Birokrasi Birokrasi yang terlalu panjang secara tidak langsung
menciptakan situasi yang kurang kondusif bagi kegiatan investasi dan memberatkan
para calon investor sehingga dapat membatalkan niat para invesor untuk melakukan
kegiatan investasi. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan
yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing adalah begitu banyaknya
jenis perizinan yang harus diperoleh yang sacara langsung memberikan dampak
pembengkakan biaya perusahaan.
3. Masalah Transparansi dan Kepastian Hukum Bagi calon investor, adanya transparansi
dalam proses dan tata cara penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian
hukum serta menjadikan segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan, tetapi
sebaliknya apabila tidak adanya transparansi dan kepastian hukum akan
membingungkan para calon investor yang sering kali mengakibatkan biaya
pengurusan yang cukup mahal.
4. Masalah Alih Teknologi Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut
kewajiban alih teknologi dari negara tuan rumah dapat mengurangi
minat penanaman modal yang sangat berharga dalam mengembangkan usahanya,
karena untuk menghasilkan teknologi tersebut membutuhkan biaya penelitian dan
pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu yang relatif panjang.
5. Masalah Jaminan Investasi Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan oleh
para investor sebelum melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya
jaminan dari negara tuan rumah terhadap kepentingan investor dalam hal terjadinya
kerusuhan, huru hara, penyitaan, nasionalisasi, dan pengambilalihan.
6. Masalah Ketenagakerjaan Faktor ketenagakerjaan merupakan faktor yang sangat
dipertimbangkan oleh para investor karena dengan adanya tenaga kerja yang terlatih
dan terampil dalam jumlah yang memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan
menjadikan minat investor untuk melakukan kegiatan investasi semakin besar. Ada
hubungan timbal balik antara investor dengan masalah ketenagakerjaan, dimana
penanaman modal di satu pihak memberikan implikasi terciptanya lapangan kerja
yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja di berbagai sektor, sementara di lain
pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi ketenagakerjaan yang
melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula bagi kemungkinan
peningkatan dan penurunan penanaman modal.
7. Masalah Infrastruktur Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat
berperan dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh
karena itu tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan (darat, laut
dan udara), serta sarana komunikasi merupakan faktor penting yang sangat
diperlukan oleh calon investor.
8. Masalah Keberadaan Sumber Daya Alam Masalah keberadaan sumber daya alam
merupakan salah satu daya tarik utama dalam melakukan kegiatan investasi. Negara-
negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku atau komoditi dalam
industri telah menjadi sasaran utama investor untuk melakukan kegiatan investasi.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah
merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan investasi, meskipun
demikian kekayaan alam yang begitu melimpah harus didukung investasi yang tepat
dimana satu pihak dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi investor atas
kontrak-kontrak yang dibuat dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
alam serta dilain pihak kegiatan penanaman modal tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
9. Akses Pasar Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para
investor. Hal ini sangat mudah mengingat dengan terbukanya akses pasar maka akan
mampu menyerap produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan investasi.
10. Insentif Perpajakan Kegiatan investasi berorientasi mencari keuntungan (profit
oriented), untuk itu diberikan beberapa insentif di bidang perpajakan guna
membantu menyehatkan cash flow serta mengurangi secara substansial biaya
produksi (production cost) yang pada akhirnya dapat meningkatkan profit margin
dari suatu kegiatan investasi.
11. Mekanisme penyelesaian sengketa Mekanisme penyelesaian sengketa merupakan
salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan
investasi. Mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan tidak adil serta
tidak menjamin adanya kepastian hukum dan penegakannya akan mendorong
investor untuk membatalkan niatnya melakukan investasi bahkan lebih daripada itu
investor akan merelokasi ke negara lain.
Definisi Penanaman Modal
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia. (Pasal 1 ayat 1) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
(Pasal 1 ayat 2) Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri. (Pasal 1 ayat 3).
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. (Pasal 1 ayat 7) Modal asing adalah
modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh pihak asing. (Pasal 1 ayat 8) Modal dalam negeri adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. (Pasal 1 ayat 9).
Pengertian Hukum Investasi menurut Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Investasi adalah
norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkian dapat dilakukannya investasi,
syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang terpenting mengarahkan agar investasi dapat
mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat. Hukum investasi dikonstruksikan sebagai norma
hukum. Norma hukum dalam hal ini mengkaji tentang kemungkinan dilakukannya
penanaman investasi syarat-syarat investasi, perlindungan terhadap investasi dan
kesejahteraan bagi masyarakat. Setiap usaha penanaman investasi harus diarahkan kepada
kesejahteraan masyarakat. Para investor dapat meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia
dengan adanya investasi. Menurut T. Mulya Lubis, Hukum Investasi tidak hanya terdapat
dalam UU, tetapi dalam hukum dan aturan lain yang dibelakukan berikutnya yang terkait
dengan masalah-masalah investasi asing. Pengertian investasi ini ditekankan pada sumber
hukum investasi. Sumber hukum investasi itu meliputi UU dan aturan-aturan lain. Pengertian
Hukum Investasi menurut Salim HS dan Budi Sutrisno adalah keseluruhan kaidah hukum
yang mengatur hubungan antara investor dengan penerima modal, bidang-bidang usaha
yang terbuka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam
melakukan investasi dalam suatu negara.
Kaidah hukum investasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu kaidah hukum
investasi tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum investasi tertulis merupakan kaidah hukum
yang mengatur tentang investasi, dimana kaidah hukum itu terdapat dalam UU, traktat,
yurisprudensi dan doktrin. Kaidah hukum investasi tidak tertulis merupakan kaidah-kaidah
hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya
melakukan investasi berdasarkan pada kaidah-kaidah tidak tertulis. Hal yang diatur dalam
hukum investasi adalah hubungan antara investor dengan penerima modal. Status yang
dimiliki investor dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu investor asing dan investor
domestik. Investor asing merupakan penanam modal yang berasal dari luar negeri,
sedangkan investor domestik merupakan penanam modal yang berasal dari dalam negeri.
Unsur adanya kaidah hukum, unsur adanya subjek, dimana subjek dalam hukum
investasi ialah investor dan negara penerima investasi, unsur adanya bidang usaha yang
diperbolehkan untuk investasi, unsur adanya prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan
investas, unsur terakhir yaitu negara. Hukum investasi adalah norma hukum yang menjamin
perlindungan terhadap investasi.
Perlakuan yg sama & tidak membedakan asal negara Kebersamaan Efisiensi berkeadilan
Berkelanjutan Berwawasan lingkungan Kemandirian, dan Keseimbangan kemajuan &
kesatuan ekonomi nasional
Arah Kebijakan (Pasal 4 ayat 1) Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang
kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.
Mempercepat peningkatan penanaman modal.
Pasal 33 UUD 1945 Azas kekeluargaan. Cabang produksi yg penting dikuasai negara.
Penguasaan tsb utk kemakmuran rakyat. Dihindari Free Fight Liberalisme. pelaku usaha :
Koperasi,Swasta,BUMN.
Mengundang modal asing. Meminta bantuan tehnis dibidang teknologi dan birokrasi.
Hutang luar negeri. Membuka komunikasi kultural dg dunia luar.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya
berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan dating
sebagai kompensasi secaraprofesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko
yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasitersebut yang
dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi
pada aspek fisik (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik
adalah aset yangmempunyai wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-
surat berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktivariel dari suatu entitas.
Mengenai masalah hukum investasi ini dapat kita temukan dalam peraturan
perundang undangan seperti sebagai berikut :
Asas ekonomis
Yaitu asas yang menyatakan bahwa hukum investasi memiliiki nilai yang bersifat ekonomis.
Artinya hukum investasi harus memperhatikan nilai nilai yang berlaku di dunia internasional.
Yaitu penanaman modal dilakukan secara bebas dan terbuka untuk investor asing. Asas ini
menjadi penting karena mendukung adanya pasar bebas.
Asas kemanfaatan
Asas asasnya juga diatur dalam pasal 3 Undang Undang no 25 tahun 2007 antara lain :
1. Investasi Portofolio Investasi ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrument
surat berharga, seperti saham dan obligasi.
2. Investasi Langsung Investasi langsung adalah investasi aktiva tetap berwujud
termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan usaha dan bentuk investasi dengan
jalan membangun, membeli total, danmengakuisisi perusahaan.
3. Bidang usaha Investasi
Untuk mengetahui apakah suatu bidang usaha berbentuk badan hukum terbuka atau
tertutup, di Indonesia landasannya adalah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI)
dan di internasional dinamakan International Standard For Industrial Clasification (ISIC).
Pasal 12 (1) UU 25 Tahun 2007 menyatakan semua bidang usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Penjelasan Pasal 12 ayat (1)
menyebutkan, bahwa bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka
dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden disusun dalam suatu daftar yang
berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di
Indonesia, yaitu Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan/atau Internasional
Standard for Industrial Classification (ISIC).
Berbeda dengan investasi pada perusahaan dimana keuntungannya bisa berlipat-lipat.
Namun, resiko berinvestasi pada perusahaan juga besar. Lebih jauh lagi jika Anda tidak
mengenal UU Pemerintah Indonesia yang membahas Investasi. Pemahaman akan aturan
investasi yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah itu penting untuk dipahami bagi setiap
investor. Berikut penjelasan singkatnya.
Pembahasan UU Investasi
Hukum investasi atau pasar modal di Indonesia, sudah diatur oleh Pemerintah melalui
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. UU ini memiliki beberapa pasal yang
secara jelas mengatur hukum atau aturan investasi di Indonesia. Silahkan simak
pembahasan berikut;
Pertimbangan dalam Pembuatan Undang-Undang
Berdasarkan UU, Presiden bisa memutuskan untuk membuat UU investasi karena beberapa
hal berikut;
1. Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut UUD ini,
dijelaskan bahwa ada tujuan yang dilakukan untuk membuat perekonomian negara
Indonesia agar lebih baik lagi yakni melalui pembangunan ekonomi nasional yang
berkelanjutan. Tentu saja, menurut UUD tersebut, pembangunan ekonomi ini
diharuskan berlandaskan pada demokrasi ekonomi.
2. Menjalankan amanat yang sudah ditetapkan di Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/ 1998. Adapun isi amanat tersebut
adalah guna melaksanakan aturan atau kebijakan investasi (penanaman modal),
maka diharuskan dengan landasan sistem ekonomi kerakyatan. Didalam ekonomi
kerakyatan tersebut ada usaha kecil, mikro, menengah serta koperasi.
3. Untuk percepatan pembangunan ekonomi, maka dilakukan peningkatan penanaman
modal. Ini dilakukan untuk mengolah segala potensi ekonomi menjadi kinerja
ekonomi yang riil atau nyata. Adapun modal tersebut bisa datang dari dalam atau
luar negeri.
4. Untuk membuat Indonesia ikut serta dalam kerjasama di dunia internasional maka
harus ada iklim investasi atau penanaman modal. Iklim investasi ini sudah seharusnya
bersifat promotif, adil, kondusif serta efisien. Selain itu, iklim ini juga harus tetap
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.
UU ini membahas berkenaan dengan apa yang dimaksud dengan investasi atau penanaman
modal sebagai bentuk investasi utama. Menurut UU ini, yang dimaksud dengan penanaman
modal ialah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanaman modal.
Adapun penanam modal atau investor yang dimaksud di sini bisa berupa investor dalam
atau luar negeri. Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri
adalah penanaman modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang berada di dalam
negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor lokal. Sedangkan penanaman modal luar
negeri maksudnya adalah penanaman modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang
berada di dalam negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor asing baik penanaman
modal ini dilakukan sepenuhnya oleh orang asing atau secara patungan.
Kepastian hukum
Keterbukaan
Akuntabilitas
Pelakuan adil yang tidak bisa dilihat karena perbedaan negara
Kemandirian
Kebersamaan
Berkelanjutan dan
Ada keseimbangan dengan kesatuan ekonomi Indonesia
Adapun untuk berdasarkan UU ialah untuk menciptakan jumlah lapangan kerja lebih
banyak lagi, peningkatan pertumbuhan ekonomi negara, membuat perubahan, membantu
ekonomi rakyat sehingga mereka mampu berkembang serta membuat kesejahteraan untuk
masyarakat dengan adanya lapangan kerja yang memadai sehingga mereka tidak akan
mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Bahkan, penanaman modal juga dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Tentu saja dalam prakteknya,
Pemerintah juga memiliki peranan yang penting terhadap jalannya investasi yang ada di
Indonesia.
Sehingga, jika Anda ingin menanamkan modal atau berinvestasi, maka perhatikan terlebih
dahulu tentang UU Investasi di atas serta resiko investasi dari jenis investasi yang Anda
pilih. Ada banyak pilihan investasi dimana setiap jenis investasi memiliki nilai plus dan minus
tergantung bagaimana Anda menilainya.
jadi objek formil hukum investasi adalah mengatur tentang hubungan antara investor
dengan negara penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dan
prosedur serta syarat-syarat dalam melakukan investasi dalam suatu negara.
Hubungan antara investor dengan penerima modal sangat erat karena investor sebagai
pemilik uang /modal akan bersedia menanamkan investasinya dinegara penerima
modal,dan negara penerima modal harus dapat memberikan kepastian hukum,rasa aman
bagi investor dalam berusaha.tanpa adanya kepastian dan perlindungan hukum serta rasa
amanmustahil mereka akan menanamkan investasinya.
Setiap investor khususnya investor asing selalu menanyakan tentang kepastian dan
perlindungan hukum,serta rasa aman tersebut.negara penerima modal juga selalu
mengatakan bahwa negaranya siap menjamin kepastian ,perlindungan hukum dan rasa
aman kepada mereka.
Bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi merupakan bidang usaha yang
diperkenan kan untuk dilakukan investasi,baik untuk investasi domestik maupun investasi
asing,biasanya dalam penanaman investasi ,khususnya investasi asing ada beberapa bidang
usaha yang diwajibkan untuk melakukan kerjasama antara modal asing dengan modal
domestik.
prosedur dan syarat-syarat merupakan tata cara yang ditentukan oleh negara penerima
modal dalam pelaksanaan investasi dalam suatu negara.biasanya,prosedure dari syarat-
syarat itu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 21:59
“motif dari investor dalam menanamkan modal adalah mencari untung. Untuk itu, perlu
dicari hubungan antara mtif investor mencari untung dengan tujuan Negara penerima
modal yakni usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Agar investor mau
menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Sebagai konsekuaensi, maka
pemerintah perlu menyelenggarakan perencanaan dengan mantap, termasuk menetapkan
kebijakan pelaksanaan dan pengawasan yang efektif, sehingga tercapai tujuan
pembangunan nasional. Dengan pendekatan ini, maka peran investor dapat diarahkan ke
prioritas pembangunan. Dengan pemdekatan semacam ini, maka teori pembangunan
merupakan satu proses kerjasama dan bukan masalah ketergantungan dan bukan pula
masalah pertentangan kepentingan.:
Dalam hal ini investasi diagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Tidak semua bidang usaha yang diperbolehkan untuk dilakukan investasi, terdapat
ketentuan-ketentuan serta persyaratan yang perlu dipenuhi dalam hal bidang usaha ini.
Ketentuan dimaksud diatur dalam Peraturan Presiden Nomor. 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Bidang Usaha yang selanjutnya disebut Daftar Negatif Investasi (DNI). Dalam DNI tersebut
melingkupi bidang usaha yang terbuka, bidang usaha yang tertutup, dan bidan usaha yang
terbuka dengan persyartan untuk FDI.
Prosedur dan syarat-syarat merupakan tatacara yang ditentukan oleh Negara penerima
modal, di Indonesia ditentukan BKPM utnuk FDI dan OJK untuk FII.
Objek hukum investasi meliputi objek materiil berupa bahan yang dijadikan sasaran dalam
pengkajiannya, dan objek formal berupa sudut pandang tertentu terhadap objek
materiilnya. Objek formal hukum investasi adalah mengatur .
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:00
Pengertian Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan
dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Berdasarkan teori ekonomi, investasi
berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).
Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan,
atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu
komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek
tersebut dibagi pada investasi non- residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi
residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga,
dilihat dengan kaitannya I= (Y,i).
Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar,
dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.
Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk
investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut
daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Sunariyah (2003:4)
Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa-masa yang akan datang”
Jogiyanto (2008)
Husnan (1996: 5)
Fungsi Investasi
Tujuan Investasi
· Untuk mendapatkan sebuah pendapatan yang tetap dalam setiap periode, yaitu antara
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain sebagainya.
· Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk suatu kepentingan ekspansi,
kepentingan sosial.
· Untuk mengontrol atau mengendalikan suatu perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian
ekuitas suatu perusahaan tersebut.
· · Untuk menjamin tersedianya sebuah bahan baku dan untuk mendapatkan pasar untuk
produk yang dihasilkan.
Jenis Investasi
1. Real Asset
2. Financial Asset
3. Investasi Autonomus
4. Investasi Induced
5. Investasi Modal Asing
6. Investasi Dalam Negeri
7. Investasi Portopolio
8. Investasi Langsung
Manfaat Investasi
· Bisa menjadi Potensi penghasilan jangka panjang
· Bisa Mengungguli inflasi
Secara umum, pengertian dari investasi adalah penanaman aset atau dana yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi
memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan. Ada banyak hal yang terlibat
dalam aktivitas ini, dan beberapa di antaranya adalah jumlah dana dan tujuan dari investasi
itu sendiri. Bagi yang sudah lama melibatkan diri dalam dunia penanaman modal, baik lokal
maupun internasional, istilah ‘berinvestasi’ bukanlah sesuatu yang asing. Namun bagi
pemula, penjelasan singkat dan jelas mengenai pengertian dasar dan cara
berinvestasi sangatlah dibutuhkan. Berikut adalah penjabaran sederhana untuk Anda yang
tertarik dan masih baru dalam aktivitas ini.
Di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:
Pengertian Penanaman Modal
Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik
dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang- undagan. Istilah
investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha, sedangkan
istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-
undangan. Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam, menginvestasikan atau
menanam uang (Halim, 2003). Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-
istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa
perundang-undagan. Istilah investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia
usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa
perundang-undanga. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian
yang sama sehingga kadang- kadang digunakan secara interchangeable (Supanca, 2006).
Perseroan Terbatas (PT)
Commanditaire Vennootschap (CV)
Firma (Fa)
Badan Usaha Koperasi
BUMN
BUMD
Perorangan.
Dalam literatur, sering kali terjadi kesalahan dalam menuliskan terminologi Hukum
Pasar Modal dengan Hukum Penanaman Modal. Dikatakan sebagai kesalahan karena
memang terjadi perbedaan arti pada “Pasar” dan “Penanaman”. Sementara kata awalan
(hukum) dan akhiran (modal) memiliki kesamaan diksi. Dengan adanya perbedaan maka
tentunya akan memiliki konsekwensi lainnya. Untuk memperjelas arti kata pada terminologi
pasar modal, maka rujukan yang paling mudah adalah mengacu pada ketentuan
perundang-undangan.
Dalam hal pengertian, Hukum Pasar Modal adalah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara investor (yang memiliki dana) dengan Emiten atau Perusahaan Publik (yang
membutuhkan dana) melalui Bursa Efek sebagai media tempat bertemu; sedangkan
Hukum Penanaman Modal adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana investor asing
yang bermaksud menanamkan modalnya (dalam bidang usaha tertentu) di Indonesia.
Penamanan modal ini tentunya bisa dilakukan secara langsung sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian maka terminologi ”pasar” memiliki
perbedaan arti dengan terminologi ” penamanan”. Hukum Pasar Modal lebih ditujukan
kepada penanaman modal tidak langsung (indirect Investment). Sementara itu,
Hukum Penanaman Modal lebih mengarah kepada aspek penanaman modal yang sifat
langsung (direct investment), sehingga keduanya memang jelas memiliki perbedaan. Letak
perbedaan di antara keduanya terletak pada tujuan investasi. Hukum Pasar Modal tujuan
investasinya adalah jangka pendek, sementara itu, Hukum Penanaman Modal tujuan
investasinya lebih menekankan kepada investasi jangka panjang.
Selain itu, perbedaan lainnya jika mengacu pada undang-undang yang ada, pada
Hukum Pasar Modal diatur oleh Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UU-PM) (yang didalamnya terdiri atas 18 BAB dan 116 pasal); sedangkan
Hukum Penanaman Modal diatur melalui Undang-undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (UU-PMD) (yang di dalamnya terdiri atas 18 bab dan 40 pasal),
yang mana di dalamnya juga mengatur tentang masuknya modal asing ke Indonesia.
Hukum Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan Penawaran Umum yang dalam
Pasal 1 ayat (15) UU-PM dikatakan sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam UU-
PM dan peraturan pelaksanaannya. Dengan ketentuan di atas, maka di Pasar Modal fokus
utamanya adalah jual dan beli Efek berupa surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka Efek dan setiap derivatif dari Efek.
Dari sisi kelembagaan Hukum Pasar Modal dan Hukum Penanaman Modal, masing-
masing memiliki kelembagaan sendiri yang mandiri. Bapepam, menurut Undang-undang
No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU-OJK) adalah bagian dari struktur
Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dengan tugas utama menangani kegiatan jasa keuangan di
sektor Pasar Modal. Pasar Modal yang dimaksud adalah kegiatan dengan Penawaran Umum
dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek. OJK sendiri adalah lembaga yang independen di dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, sehingga tidak bergantung kepada instansi lain
baik secara vertikal maupun horizontal.
Pasar Modal di dalam lingkup OJK dipimpin oleh Anggota Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal. Berbeda
dengan Hukum Penanaman Modal, dalam hal kelembagaan menurut Pasal 1 dalam
Peraturan Presiden No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman
Modal ditentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yaitu Lembaga Pemerintah
Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Melalui ketentuan di atas, maka BKPM memiliki derajat independen yang berbeda
dengan Bapepam.
Namun dibalik perbedaan antara “pasar” dengan “modal” di antara keduanya
terdapat satu kesamaan dalam konsep hukum, yaitu kepastian hukum dalam berinvestasi.
Dengan demikian, maka harapannya akan banyak investasi yang akan masuk ke Indonesia.
Untuk bisa mencapai cita-cita hukum di atas (ius constitutum) maka Hukum Pasar Modal
dan Hukum Penanaman Modal sudah seharusnya tidak dipertentangkannya satu sama
lainnya, sehingga pada akhirnya instrumen hukum yang dimaksud bisa menjadi sarana
untuk mencapai kesejahteraan rakyat di Indonesia. Semoga.
Anggaran Dasar
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, jenis
dan kegiatan usaha serta tata cara pelaksanaan kegiatan PT diatur dalam anggaran dasar
yang dibuat dalam akta notarial dan harus didaftarkan serta disahkan oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Kemenkumham”). Setiap perubahan anggaran dasar juga
harus diberitahukan kepada Kemenkumham dan mendapatkan persetujuan dari
Kemenkumham. Melalui mekanisme ini, memperlihatkan bahwa adanya kepastian hukum
terhadap setiap tindakan dan kegiatan usaha PT harus sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan anggaran dasar. Hal-hal tersebut
tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan nama orang perorangan saja seperti pada badan
usaha yang tidak berbadan hukum.
Pengalokasian Modal
Satu hal yang paling krusial dalam pelaksanaan PMA adalah pengalokasian modal
dan penggunaannya dalam menjalankan tujuan kegiatan usaha. Dalam PT penggunaan
modal untuk kegiatan usaha hanya dapat digunakan dengan persetujuan perseroan yang
ditempuh dengan mekanisme dan kesepakatan para pemegang saham yang dituangkan
dalam anggaran dasar. Sehingga setiap tindakan dalam PT merupakan tindakan atas nama
perseroan dan tidak bisa dilakukan hanya dengan persetujuan orang perorangan semata.
Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum yang dalam
menjalankan tindakannya dapat bertindak dan bertanggung jawab atas nama orang
perorangan tanpa persetujuan dari para pendiri badan usaha tersebut. Tentunya jika hal ini
terjadi pada PMA, maka bentuk badan usaha tersebut tidak memberikan kepastian hukum
terhadap modal yang ditanamkan oleh pihak asing.
Demikian pula, bentuk penyertaan modal asing dalam suatu PT yang dapat dibuktikan
dengan saham. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum,
kepemilikan para pendiri tidak dapat diwujudkan dalam bentuk saham melainkan hanya
kekayaan perseroan semata yang diatur oleh para pendiri sendiri. Pengalokasian modal
dengan bentuk saham ini memiliki maksud dan tujuan yang di antaranya menentukan: (i)
besar suara dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan perseroan dan (ii)
menentukan besar dividen dan/atau kerugian (tanggung jawab) yang akan diterima/diderita
atas kegiatan usaha perseroan.
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa “Para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
tindakan PT dan perikatan yang dilakukan oleh PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh
masing-masing pemegang saham”. Berdasarkan ketentuan di atas, kami memahami bahwa
besar tanggung jawab pemegang saham dalam PT hanya sebatas pada besar saham yang
dimiliki dan tidak dapat mencakup kekayaan pribadi dari pemegang saham. Di dalam PT
terdapat pemisahan kekayaan pribadi pemegang saham dengan PT itu sendiri. Berbeda
halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum, dalam pemenuhan
tanggung jawab oleh para pendiri tidak dibatasi berdasarkan besar kekayaan yang
ditanamkan dalam badan usaha, tetapi dapat mencakup kekayaan pribadi dari para pendiri
tersebut.
1. Asas kepastian Hukum : yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagi dasar dalam setiap kebijakan dan
tindakan dalam bidang penanaman modal.
2. Asas Keterbukaan,yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.
3.Asas Akuntabilitas, Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
penyelenggaraan penanaman modal dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagi pemegang kedaulatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4.Asas Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan
pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,baik
antara penanam modal dalam negeridan penanaman modal dari suatu negara asing
dan penanaman modal dari negara asing lainnya.
5.Asas Kebersamaan adalah asas yang yang mendorong peran seluruh penanam modal
secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
10. Asas Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi
nasional.
SYARAT-SYARAT INVESTASI
Syarat-sayart investasi
A. Permohonan
ì Surat Persetujuan Penanaman Modal (SP PMDN atau SP PMA), khusus bagi investor dalam
rangka PMDN dengan nilai investasi lebih besar dari 10 milyar rupiah dan PMA dengan nilai
investasi sampai dengan US$ 100 juta
a. Dasar Hukum
b. Persyaratan
iii. Fotokopi sertifikat / surat keterangan status tanah dari pejabat yang berwenang
iv. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga dari bangunan bertingkat / bangunan usaha
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lokasi
v. Proses Ijin
vi. Penyerahan Ijin
d. Biaya / Tarif
Retribusi dihitung 1% dari perkalian 6 (enam) koefisien bangunan dengan standar harga
bangunan
2. Ijin Lokasi
a. Dasar Hukum
i. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 tentang Tatacara
Memperoleh Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah bagi Perusahaan Dalam rangka Penanaman
Modal No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi
ii. Keputusan Bupati KDH Tingkat II Sragen No. 7 Tahun 1999 tentang Pedoman Tatacara
Pemberian Ijin Lokasi
b. Persyaratan
i. Mengisi formulir permohonan
ii. Fotokopi KTP
v. Fotokopi surat Persetujuan Presiden / Kepala BPKM bagi pemohon yang menggunakan
fasilitas PMA / PMDN atau persetujuan prinsip dari instansi teknis untuk badan usaha yang tidak
menggunakan fasilitas penanaman modal
vi. Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pembebasan tanah dan / atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah / yang berhak atas tanah
d. Biaya / Tarif
Segala biaya yang timbul dari pekerjaan lapangan dan koordinasi dibebankan kepada
pemohon
3. Ijin Prinsip
a. Dasar Hukum
i. Permendagri No. 5 Tahun 1973 tentang Ketentuan Mengenai Tata Cara Pemberian Hak
Atas Tanah
ii. Perda Kabupaten Daerah Tk. II Sragen No. 21 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Sragen
b. Persyaratan
ii. Fotokopi KTP
v. Fotokopi surat Persetujuan Presiden / Kepala BPKM bagi pemohon yang menggunakan
fasilitas PMA / PMDN atau persetujuan prinsip dari instansi teknis untuk badan usaha yang tidak
menggunakan fasilitas penanaman modal
vi. Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pembebasan tanah dan / atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah / yang berhak atas tanah
d. Biaya / Tarif
Segala biaya yang timbul dari pekerjaan lapangan dan koordinasi dibebankan kepada
pemohon
Perda Kabupaten Sragen No. 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Ijin Gangguan (HO)
b. Persyaratan
viii. Studi pengelolaan lingkungan (AMDAL, UKL / UPL dan SPPL) bagi usaha tertentu
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lapangan
v. Proses SK
vi. Penyerahan SK
Selain ijin-ijin tersebut, berikut ini adalah prosedur beberapa perijinan yang ditangani oleh
One Stop Service (OSS) Kabupaten Sregen, yang berguna bagi calon-calon investor yang
ingin mendirikan usaha di Kabupaten Sragen.
1. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
a. Dasar Hukum
i. SK Menperindag Nomor 591 / MPP / KEP / 10 / 199 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian SIUP
b. Persyaratan
- Copy SK Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman atau Copy Data Akta
Pendirian Perseroan dan Copy Bukti Setor BAP Proses Pengesahan Badan Hukum dari
Departemen Kehakiman
- Copy SITU bagi yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat
- Copy Akta Notaris Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi
berwenang
- Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri
- Copy SITU bagi yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat
- Copy SIUP Perusahaan Pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan
SIUP tersebut
- Copy Akta Notaris atau bukti lainnya tentang Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan
- Copy KTP Penanggung Jawab Kantor Cabang Perusahaan di tempat Kedudukan Kantor
Cabang Perusahaan
- Copy SITU dari Pemda tempat kedudukan kancor cabang bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan Undang Undang Ganguan (HO), bagi yang tidak
dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari Pemda
setempat
- Copy ijin yang dimiliki Kantor Pusat yang dilegalisir oleh Kantor yang mengeluarkan
ijin.
iii. SIUP Kantor Perwakilan
- Fotocopy SITU dari Pemda tempat kedudukan kantor cabang bagi kegiatan usaha
perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-undang Ganguan (HO), bagi yang
tidak dipersyaratkan SITU tidak wajib melampirkan Surat Keterangan tidak perlu SITU dari
Pemda setempat
iv. SIUP Perorangan
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lapangan
v. Proses SK
vi. Penyerahan SK
a. Dasar Hukum
i. UU Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian Besar
iii. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 590 / MPP / KEP / 10 / 1999
b. Persyaratan
iii. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal
Kabupaten Sragen dengan telah diadakan pemeriksaan ke lokasi
iv. Bagi perusahaan yang telah berkembang 30% dari kapasitas produksi yang telah diijinkan
wajib mengajukan perluasan dengan ketentuan persyaratan sama, baik baru maupun
perpanjangan
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lokasi
v. Proses Ijin
vi. Penyerahan Ijin
a. Dasar Hukum
b. Persyaratan
- Fotocopy Akta Pendirian Perseroan yang telah diketahui oleh Departemen Kehakiman
- Fotocopy KTP atau rektur paspor Direktur Utama atau penanggung jawab
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
- Fotocopy Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari pejabat yang berwenang
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
iii. Perusahaan berbentuk CV
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
iv. Perusahaan berbentuk Fa
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
- Fotocopy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh instansi teknis
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lapangan
v. Proses SK
vi. Penyerahan SK
a. Dasar Hukum
ii. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 590 / MPP / KEP / 10 / 1999
b. Persyaratan
i. Fotocopy KTP
iv. Pernyataan sanggup mengajukan Ijin HO, bagi yang belum memiliki Ijin HO
vii. Bagi perusahaan yang telah berkembang 30% dari kapasitas produksi yang telah diijinkan
wajib mengajukan perluasan dengan ketentuan persyaratan sama, baik baru maupun
perpanjangan
i. Permohonan kepada Bupati melalui Kepala Badan Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten
Sragen
ii. Pemeriksaan berkas
iii. Pemeriksaan lapangan
v. Proses Ijin
vi. Penyerahan SK
Konsep dasar pengembangan penanaman modal tentu diarahkan pada peningkatan
produktivitas secara agregat. Untuk mencapai itu, diperlukan dukungan iklim penanaman
modal yang “conducive”, antara lain adalah (1) adanya kepastian, kestabilan dan keamanan;
(2) Stabilitas makro ekonomi (inflasi, suku bunga dan kurs, sistem moneter dan fiskal yang
sustainable); (3) Reformasi birokrasi, perpajakan, kebijakan, aturan; (4) Penyediaan
infrastruktur yang cukup (listrik, air, pelabuhan, jalan, dan sebagainya); (5) Tenaga kerja yang
mengacu pada produktivitas; (6) SDM, pendidikan, kesehatan, disiplin, motivasi; (7) Setiap
daerah harus fokus pada sektor industri unggulan; dan (8) Menjalin kerjasama sinergis
antardaerah.
Kemampuan daerah untuk menggunakan sumber daya alam dan bakat lokal untuk
mendukung inovasi yang kuat adalah kunci penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh
sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengenali
kekuatan inovasi yang menciptakan keberhasilan usaha, seperti kemampuan untuk
mentransformasi gagasan dan pengetahuan baru dalam membuat barang atau pelayanan
yang berkualitas. Pada hakekatnya, penanaman modal merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah pusatmaupun daerah, pihak swasta, dan institusi lain baik dari luar maupun
dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana
kegiatan penanaman modal merupakan pendapatan yang dibelanjakan oleh perusahaan
atau lembaga pemerintah untuk barang-barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan
produktif.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukanarahanpemberian insentif terhadap
penanaman modal dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Timur.
Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah :
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam kajianini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruanglingkup
wilayah. lingkup materimerupakan batasan terhadap materi yang menjadi batasan dalam
kajianini, sedangkan lingkup wilayah merupakan batasan terhadap wilayah yang menjadi
objek kajian. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
PP tersebut adalah PP No. 78/2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah
Tertentu. PP ini merupakan revisi atas PP sebelumnya yakni PP No. 18/2015 dan PP No.
9/2016.
Menurut PBB dalam handbook-nya, insentif pajak adalah tentang kompetisi pajak,
tentang bagaimana sebuah negara dapat menarik investasi sehingga tidak pergi ke negara
lain. Kompetisi dalam menarik investasi asing akan berbeda tergantung pada alasan dari
investasi itu sendiri. Sehingga efektivitas dari insentif pajak sangat tergantung pada jenis
investasi yang dilakukan, apakah investasi tersebut bermaksud dalam eksploitasi Sumber
Daya Alam (resource-seeking), untuk memfasilitasi penjualan atau produksi atas suatu
produk di pasar tertentu (market-seeking) maupun alasan lainya. Alasan-alasan investor
dalam berinvestasi inilah yang nantinya akan menentukan menarik atau tidaknya insentif
pajak di suatu negara. Perbedaan bentuk investasi juga memiliki peran karena tiap bentuk
investasi akan memiliki respon berbeda dalam perpajakanya.
Dalam pelaksanaan aturan insentif pajak, diperlukan pula pertimbangan mengenai
biaya atas insentif pajak. OECD dalam laporannya di tahun 2015 menyebutkan beberapa
faktor yang memengaruhi biaya sosial atas insentif pajak diantaranya adalah hilangnya
penerimaan pajak, biaya atas administrasi dan kepatuhan serta kurang efisiennya alokasi
sumber daya. Tiap negara termasuk Indonesia tentu memiliki tujuan untuk memiliki
kebijakan insentif pajak yang dapat memberikan manfaat terbesar dengan biaya terendah.
Kerugian berupa hilangnya penerimaan pajak akibat konsekuensi dari insentif pajak dapat
dihitung melalui analisa Tax Expenditure, oleh karena itu diperlukan perhatian lebih dari
Pemerintah dalam penerapan laporan atas Tax Expenditure sehingga dapat mengukur
efektivitas insentif pajak yang diberikan maupun melakukan evaluasi atas kebijakan yang
dilakukan. Menyusun laporan atas Tax Expenditure dalam APBN merupakan salah satu
langkah penting yang perlu diambil pemerintah dalam kaitannya dengan keberhasilan
insentif pajak di Indonesia.
Melalui PP terbaru ini, pemerintah memperbanyak bidang usaha yang bisa
mengakses insentif yakni mencapai 183 bidang usaha. Secara lebih rinci, jumlah bidang
usaha tertentu yang berhak mendapatkan fasilitas meningkat menjadi 166 bidang usaha,
sedangkan bidang usaha tertentu yang terletak di daerah tertentu jumlahnya menyusut
menjadi tinggal 17 bidang usaha. Insentif yang diberikan pun masih sama dengan
sebelumnya yakni berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari
jumlah penanaman modal berupa aktiva tetap termasuk tanah yang dibebankan selama 6
tahun masing-masing sebesar 5% per tahun.
Dalam aturan yang lama, tambahan kompensasi kerugian selama 1 tahun hanya
diberikan pada penanaman modal di kawasan industri dan kawasan berikat, penanaman
modal yang disertai beban pembangunan infrastruktur minimal sebesar Rp10 miliar, serta
penggunaan bahan baku atau komponen produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak
tahun keempat. Pemerintah kali ini juga memberikan tambahan kompensasi kerugian
sepanjang 1 hingga 2 tahun bagi penanaman modal yang menambah paling sedikit 300
hingga 600 tenaga kerja Indonesia dan mempertahankan jumlah tenaga kerja selama 4
tahun berturut-turut terhitung sehak keputusan persetujuan pemberian insentif PPh.
Syarat tersebut lebih ringan dibandingkan dengan aturan sebelumnya dimana
kompensasi kerugian selama 1 hingga 2 tahun baru dapat diberikan kepada investor yang
mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 hingga 1.000 tenaga kerja Indonesia selama 5
tahun berturut-turut. Dalam rangka penyempurnaan, wajib pajak (WP) kali ini cukup
mengakses Online Single Submission (OSS) dalam rangka mengurus permohonan fasilitas
PPh dan fasilitas-fasilitas lain seperti percepatan penyusutan dan amortisasi, pengenaan PPh
atas dividen sebesar 10%, dan kompensasi kerugian.
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 22:54
PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU
PENANAMAN MODAL
PEMBATASAN TERHADAP KEGIATAN INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL
UUPM yang baru disahkan untuk mengatur azas dan tujuan penanaman
modal,kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha dan kedudukan, perlakuan
terhadappenanaman modal, ketenagakerjaan, bidang usaha, perkembangan penanaman
modal bagiusaha mikro kecil, menengah dan koperasi, hak dan kewajiban dan tanggung
jawab penanammodal, penyelenggaraan urusan penanaman modal, kawasan ekonomi
khusus, sertapenyelesaiansengketa dan sanksi
Kepentingan nasional yang menjadikriteria untuk daftar sektor yang tertutupantara lain
adalah kese-hatan, moral kebu-dayaan, lingkungan hidup, pertahanan
dankeamanannasional, serta kepentingannasional lainnya. Sebagai langkah tindak lanjut
daripengesahan UUPPA ini Pemerintah akanmelakukan finalisasi peraturan pelaksanayang
diamanatkan UUPM, antara lainPeraturan Presiden tentang Kriteria danPenyusunan Bidang
Usaha yang Tertutupdan Terbuka dengan Persyaratan, danPeraturan Presiden tentang Tata
Cara danPelaksanaan Pelayanan Terpadu.
Namun, juga harus mempertim-bangkan posisi tawar kita dari daya tarikinvestasi
negara lain yang juga menjadipesaing dalam merebut investasi global.Bukan tidak murigkin
UU PM yang sudahdisahkan di Indonesia, akan disaingi segeradengan UU PM negara lain
yang lebihn.enarik terutama di China dan India. Iniberarti tanpa inovasi dalam UU PM,
kitaakan ketinggalan terus menerus dalamkompefisi investasi global.
UU PM ini mendapat sorotan dariberbagai kalangan. Jika ditelisik lebih dalam,tampak
bahwa kekhawatiran dengan libe-ralisasi UU PM jauh melihat dampak ;penanaman modal
yang tidak hanya padawilayah ekonomi belaka, tapi dikhawa-tirkanbisa berdampak ke
berbagai faktornonekonomi. Padahal, UU PM dibuat dengan fokus pada upaya menarik
investasi.Tak terlalu dipersoalkan apakah investasi ituberdampak negatif pada negara,
rakyat,atau lingkungan alam, meski khusul sepertiitu diakomodasi. Tampaknya hal ini
bukanperhatian utama dari UU PM.
Republik Indonesia memiliki keka-yaan alam melimpah akan tetapi pembuatkebijakan
investasi memandang bahwapelaku usaha nasional belum memilikikapasitas yang cukup
dalam mengelolakekayaan alam yang masih berbentukpotensi dan terpendam di bumi
Indonesia.UU Penanaman Modal-Asing (UU PMA) dalam upaya menggerakkan
ekonominasional dengan perusahaan-perusahaanasing yang diberi kesempatan
berinvestasidi Indonesia.
Ada beragam fasilitas yang dibe-rikan bagi pemodal asing yang diberikanoleh UU
PMA, antara lain (i) fasilitas penge-sampingkan bea masuk bagi barang modalyang sesuai
dengan usulan kegiataninvest-tasi, (ii) tax holiday dalam pajak penghasilanselama belum
tiba masa produksi komersial,(iii) kepastian repatriasi segala keuntunganatau dividend ke
negara asalnya setiap saat.
Kebijakan dan aturan investasi asingyang komprehensif dan detail dan dibarengioleh
fungsi pembinaan, pengawasan daiipenindakan yang konsisten akan mengha-silkan
dampak positif bagi kepentingannasional. Dampak positif antara lain adalahterciptanya
lapangan kerja bagi tenaga kerjalokal, terbangunnya skill dan kompetensitertentu pada
tenaga kerjalokal, terba-ngunnya semangat kewirausahaan padapengusaha lokal dan
meningkatkan peng-hasilan yang cukup dan layak, pengusahalokal dapat lebih terpacu
untuk berpar-tisipasi bersama dengan asing dalammenghasilkan barang dan jasa yang
lebihbermutu, Negara dapat memperoleh pema-sukan pajak penghasilan atau pajak
pertam-bahan nilai dari beragam aktivitas kegiatanusaha, sehingga pada gilirannya
kualitashidup seluruh masyarakat termasuk peme-gang kewenangan dalam lembaga
eksekutif,legislative serta yudikatif dapat meningkat.
Patut dipahami bahwa padadasarnya pelaku usahalah, baik asing ataulokal yang
menyediakan lapangan kerja danmenghasilkan produk yang bernilai tambah.Produk yang
bernilai tambah tidak diha-silkan oleh birokrasi, melainkan pelaku usaha. Birokrasi hanyalah
bertindak selakukatalisator (dengan dua fungsi utama selakupolicy maker dan
regulator)yangberfungsimeninggalkan efisien dan efektifitaskegiatan produksi barang dan
jasa.
Melalui fungsi kebijakan, birokrasiberperan untuk membangun visi dan misidalam
merancang disain pembangunanjangka pendek, menengah dan panjang,guna memastikan
kepentingan nasional,kepentingan semua pemangku kepentingandapat terpelihara,
sehingga tujuan bersamayaitu keadilan dan kemakmuran dapatperlahanlahan terbentuk.
Melalui fungsi regulasi, birokrasiberperan untuk membina, mengawasi sertamenindak
pelaku usaha yang menyimpangdari koridor aturan yang sudah disepakatibersama. Setiap
penyimpangan aturanbersama baikk oleh pelaku usaha ataubirokrasi penegakan hukum
dapat ditaf-sirkan sebagai (i) upaya menjauhkan ataumemperlambat tercapainya tujuan
bersamayaitu keadilan dan kemakmuran, (ii) upayamelemahkan kewibawaan hukum
danbirokrasipembuat kebijakan dan penegakhukum itu sendiri.
Guna mengotimalkan fungsi kebi-jakan dan regulasi, para pembuat kebijakandan
aturan perlu Renyadari secara mutlakpentingnya penerapan serta penegakanprinsip-prinsip
GOOD PUBLIC GOVERNANCEdi dalam tubuh birokrasi sendiri. Goodpublic governance
memiliki 5 prinsip, yaitufairness (keadilan/kewajaran),, ccountability(akuntabilitas/tanggung-
gugat), responsibi-lity (tanggungjawab), serta transparansi(keterbukaan). Ada beraneka
permasalahan dalamhubungan antara pelaku usaha asing danlokal dalam kerangka
penanaman modalasing, yang akan dituangkan oleh penulisdalam tulisan herikutnya.
Penulis menutuptulisan ini dengan menekankan bahwapembuatan kebijakan atau aturan
apapunyang baik tidak akan dapat merealisasikantujuan awal yang disepakati
bersama,sepanjang prinsip good public governancetidak diterapkan dengan konsekuen
dankonsisten oleh birokrasi Negara.
Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan investasi, indonesia memiliki potensi yang
sangat besar, antara lain:
1. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaa alam yang melimpah,
5 Adanya upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mendorong iklim investasi yang
sehat
6. Tidak adanya pembatas atas arus devisa, termasuk atas modal dan keuntungan, dan lain-
lain
Disamping potensi yang sangat besar tersebut, juga terdapat beberapa kelemahan yang
dapat menjadi kendala dalam menarik investasi (khususnya investasi asing) yang mencakup
hal-hal seperti:
2. Birokrasi yang kadang-kadang terlalu panjang dan dapat membengkakkan biaya awal
dan operasional,
3. Stabilitas keamanan yang agak kurang stabil sejak beberapa tahun terakhir (sejak 1997),
Dalam uraian berikut akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai masing-masing badan
usaha tersebut dalam konteks penanaman modal.
Merupakan bentuk badan usaha yang paling sederhana, dimana si pemilik mempunyai
tanggung jawab penuh atas usahanya tersebut sampai dengan kekayaan pribadinya. Warga
negara asing tidak diperkenan untuk melakukan investasi dalam bentuk ini.
Ada 2 tipe perserikatan yang umum dikenal, yaitu perserikatan berbentuk firma dan CV
(commanditaire venootschap). Pada firma tanggungjawab setiap patner bersifat tidak
terbatas (unlimited) dan mencakup pula harta pribadinya, sementara pada CV
tanggungjawab satu atau lebih patnernya bersifat terbatas pada modal yang mereka setor
sebagai kontribusi kepada kegiatan usaha yang dilakukan. Para patner yang
tanggungjawabnya bersifat terbatas tersebut bertindak sebagai silent patner dan tidak turut
serta dalam menjalankan usaha.
Badan usaha dalam bentuk perseroan ini terdiri atas Perseroan Terbatas, BUMN, Perusahaan
Patungan, Kantor Cabang Perwakilan, atau Agen dari Perusahaan Asing.
C. Aspek Kelembagaan
Untuk memahami aspek-aspek kelembagaan yang terkait dengan kegiatan investasi perlu
diuraikan beberapa lembaga/instansi terkait, antara lain sebagai berikut :
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan investasi asing, telah
diterapkan beberapa bentuk pembatasan. Pembatasan-pembatasan tersebut berbentuk
antara lain sebagai berikut.
Secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang bersifat non pajak dapat
dibagi atas :
Investasi bukan monolog, tetapi dialog yang menimbulkan hubungan timbal balik. Saat
perusahaan memutuskan untuk menjual sahamnya di bursa efek, maka sudah pasti ada modal
yang tengah disuntikkan agar roda industri bisa berjalan. Industri yang berjalan berpotensi
untuk berkembang sehingga menghasilkan profit yang diharapkan. Itulah mengapa investasi
penting untuk semua pihak, tidak hanya kepada investor secara individual.
Saat perusahaan mampu menghasilkan pajak yang besar, target pertumbuhan ekonomi negara
bisa tercapai. Pemerintah bisa membangun infrastruktur, meningkatkan kualitas pendidikan,
memperluas fasilitas kesehatan, dan sebagainya.
Ada tiga manfaat utama pasar modal bagi negara, di antaranya sebagai berikut.
1. Mengurangi Pengangguran
Dengan modal yang bergulir ke perusahaan dan pemerintahan, pembangunan akan dilakukan
dan peluang menambah sumber daya akan terbuka secara lebar. Investasi yang kita lakukan
akan membangun pabrik, infrastruktur, meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan, dan
secara otomatis membuka banyak lapangan pekerjaan yang diperlukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan.
Dengan begitu, aktivitas produksi dapat berjalan dengan baik didukung dengan sumber daya
manusia yang sesuai dengan kebutuhan.
Jika investor domestik menyadari hal ini, seharusnya, mengambil peran besar di negara
sendiri tidak lagi jadi masalah. Sebab dalam jangka panjang, investasi bisa menghasilkan
buah yang diinginkan.
“Penanam modal dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah
Negara Republik Indonesia. Sedangkan penanam modal asing adalah warga negara asing,
badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
negara Republik Indonesia. Artinya adalah dilihat dari subjek (penanam modal) dan objek
(modal), terdapat perbedaan antara PMDN dan PMA. PMA merupakan singkatan
dari Penanaman Modal Asing, sedangkan PMDN adalah Penanaman Modal Dalam Negeri.
Dilihat dari pengertian singkat tersebut, secara eksplisit perbedaan antar keduanya sudah
dapat diketahui. Penjelasan lanjut mengenai PMA dan PMDN sudah tercantum pada
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 1 pada UU
tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Sedangkan penanaman modal asing (PMA) didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun hasil berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Kegiatan penanaman modal berupa PMA atau PMDN memiliki kesamaan
tujuan, yakni keduanya harus ditujukan untuk mendukung kemajuan perekonomian nasional.
Namun, tentu ada perbedaan di antara keduanya. Apa saja perbedaan lebih lanjut di antara PT
PMA dan PMDN?
1. Subyek Penanam Modal Penanam modal dalam negeri adalah Warga Negara Indonesia,
badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman
modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Sedangkan penanam modal asing adalah
warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman
modal dapat berupa investasi langsung maupun skema lainnya.
2. Kewajiban Ketenagakerjaan dan Alih Teknologi Pada asasnya, setiap perusahaan dapat
menjadi tempat pembelajaran bagi para karyawannya untuk meningkatkan kemampuan dari
yang bersangkutan. Peningkatan kemampuan tersebut nanti akan berguna bagi diri karyawan
dan perusahaan itu sendiri. Hanya saja terdapat kewajiban khusus bagi PMA. PMA
diwajibkan untuk memprioritaskan mempekerjakan tenaga kerja Indonesia terlebih dahulu.
PMA juga wajib untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia
melalui pelatihan kerja. Bahkan apabila perusahaan mempekerjakan tenaga kerja asing,
perusahaan wajib melatih dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia.
3. Pembatasan Sektor Investasi Pada dasarnya semua jenis bidang atau jenis usaha dapat
dimanfaatkan oleh kegiatan penanaman modal. Namun dapat terjadi pengecualian bidang
usaha jika diatur oleh undang-undang. Pengecualian ini dapat dilihat pada Daftar Negatif
Investasi (DNI) yang terbaru terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016.
Perusahaan PMA misalnya, dilarang menanamkan modalnya untuk bidang usaha produksi
senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang. Penetapan bidang usaha yang tertutup bagi
PMA dan PMDN selanjutnya diatur oleh Peraturan Presiden. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa bidang usaha yang tertutup tersebut berkaitan dengan kriteria kesehatan, moral,
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional serta kepentingan
nasional lainnya. Namun Pemerintah membuka seluas-luasnya bagi PMA dan PMDN bidang
usaha untuk kepentingan nasional, seperti perlindungan sumber daya alam, pengembangan
usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan
badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah.
4. Fasilitas Tambahan Dalam Hal Keimigrasian PMA memiliki fasilitas tambahan dalam
kaitannya dengan pelayanan keimigrasian tentang perizinan tinggal, PMA diberikan fasilitas,
yaitu: pemberian izin tinggal terbatas selama dua tahun; pemberian izin tinggal tetap dapat
dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama dua tahun berturut-turut; pemberian izin masuk
kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa
berlaku satu tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 bulan terhitung sejak izin
tinggal terbatas diberikan; pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan
bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku dua tahun diberikan untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan; pemberian
izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap
diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak izin tinggal tetap
diberikan; Pemberian izin tinggal terbatas bagi PMA dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Keimigrasian atas rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Demikianlah pembahasan mengenai PMA dan PMDN dalam hal perbedaan dan
persamaannya sesuai dengan yang tercantum pada undang-undang. Kesimpulan umum
terkait perbedaan antara PMA dengan PMDN adalah terletak pada subjek dan objek serta
fasilitas yang didapatkan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Namun meskipun
berbeda, baik PMA maupun PMDN keduanya memiliki peran penting dalam membantu
menggerakan roda perekonomian Nasional.
Terakhir diperbaharui: Tuesday, 3 November 2020, 23:51
Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal
asing, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Menjamin kepastian hukum,
kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan
memberikan perlindungan kepada UMKM dan Koperasi.
Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara
manapun. Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi nasionalisasi maka akan
diberikan kompensasi sesuai harga pasar. Penanam modal diberi hak untuk melakukan
transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap : Modal; Keuntungan, bunga
bank, deviden dan pendapatan lain; Kompensasi atas kerugian; Kompensasi atas
pengambilalihan.
(Pasal 9)
Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum terselesaikan, hak transfer dapat
ditunda oleh : Penyidik atau Menteri Keuangan dengan meminta kepada Bank atau
Lembaga lain; Pengadilan menetapkan penundaan untuk melakukan transfer.
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan masing- masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. (Perpres No. 76 dan
No. 77 Tahun 2007)
merusak kesehatan
bertentangan dengan moral/keagamaan
kebudayaan
merusak lingkungan hidup
Kepastian hak, hukum, dan perlindungan. Informasi yang terbuka mengenai bidang
usaha yang dijalankannya. Hak pelayanan. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yg baik Melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan Membuat LKPM dan menyampaikan ke BKPM Menghormati tradisi,
budaya masyarakat di sekitar lokasi Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menanggung dan menyelesaikan
segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggal-kan atau
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menciptakan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Mematuhi
semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber2 ekonomi atau faktor-faktor
produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dan memuaskan masyarakat
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,
adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
Perusahaan perorangan (Firma dan CV) Perseroaan terbatas (PT) Perusahaan Perseroan
Perusahaan Umum BUMN
1. Perusahaan perorangan
2. Persekutuan (Firma, CV)
3. Perseroan Terbatas (PT)
4. Perusahaan Negara (BUMN)
5. Perusahaan Daerah
6. Koperasi
Perusahaan Perseorangan
Modal perusahaan berasal dari seseorang yg sekaligus pengelola, pengusaha dan
pemimpin perusahaan tersebut. Tidak memerlukan anggaran dasar Modal sendiri atau
pinjaman Tidak ada pemisahan harta pribadi dan perusahaan Umumnya merupakan
perusaan kecil
Lebih mudah didirikan atau dibubarkan Pemilik memiliki kendali penuh Manajemen
fleksibel Pemilik menerima semua keuntungan Biaya pengorganisasian dan pembubaran
rendah Pemilikdapat menjual bisnisnya kepada siapa saja
Jumlah modal usaha terbatas Seluruh risiko perusahaan menjadi tanggungjawab
pemilik, sampai harta pribadi Jika keuntungan tinggi dapat terkena pajak lebih tinggi
daripada bentuk perseroan Karyawan tidak mudah ikut serta dalam kepemilikan secara
finansial Pergantian kepemilikan dan ketidakcakapan manajemen menjadi masalah yang
rawan bagi perusahaa
Perusahaan Persekutuan
Merupakan perhimpunan dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis Ikatan kerjasama
ini bisa berupa tertulis atau lisan Terdapat dua jenis Persekutuan Firma Persekutuan
komanditer
Harus membuat laporan (termasuk pajak) kepada pemerintah Beberapa pajak yang
dikenakan Kerahasiaan kurang terjamin Pemegang saham hanya sedikit memiliki kendali
Harus ada ijin khusus untuk usaha tertentu Kurangnya hubungan perseorangan
Badan usaha Milik Negara
Seluruh modalnya dimiliki negara Bentuk: PERJAN (Perusahaan Jawatan: bagian dari
depertemen PERUM (Perusahaan Umum): melayani kepentingan Umum PERSERO
(Perseroan Terbatas): berbentuk PT
Para pendiri koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian secara
tertulis kepada Pejabat, dengan melampirkan: 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi satu
di antaranya bermaterai cukup (dilampiri Anggaran Dasar Koperasi). Berita Acara Rapat
Pembentukan. Surat bukti penyetoran modal. Rencana awal kegiatan usaha.
Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk
koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang bersangkutan,
dengan ketentuan sebagai berikut: Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil
dan Menengah Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya. Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer
dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan
dan Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di beberapa Propinsi/DI, namun
koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan. Sekretaris Jenderal
Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian
Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.
Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan
diberitahukan oleh Pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan. Terhadap penolakan pengesahan akta
pendirian para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1
(satu) bulan sejak diterimanya penolakan. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang
diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan
permintaan ulang. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. Pengesahan akta pendirian
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih Pendiri tersebut harus memisahkan
kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang
kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta
diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Pendirian yayasan Surat keterangan
domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) atas nama Yayasan Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial) atau Ijin/terdaftar di Departemen Agama
untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan).
UU No.25/2007 Tentang Penanaman Modal Per Pres No. 77 Tahun 2007 Jo Per Pres
No.111 Tahun 2007 Tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Per Pres No. 27 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Peraturan Perundangan Sektoral
BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : melaksanakan tugas dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengembangkan sektor
usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan
kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan
menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman
modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang
dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; mengoordinasi
penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar
wilayah Indonesia; dan mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
Pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal secara manual
atau melalui SPIPISE Penanam modal wajib menyampaikan formulir permohonan, berikut
persyaratan pada waktu penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE,
mengambil perizinan dan nonperizinan yang telah diterbitkan oleh PTSP. Mekanisme
pelayanan penanaman modal Pedoman pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan
secara elektronik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM.
PERIZINAN PENANAMAN MODAL
PERIZINAN PENANAMAN MODAL
Izin Prinsip Penanaman Modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman
modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan
penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Izin Prinsip ini diperuntukkan bagi 2
Perusahaan Penanaman Modal : 1. Perusahaan Penanaman Modal Asing. 2.
Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor
12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal selain Izin
Prinsip Penanaman Modal, terdapat juga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal dan Izin
Prinsip Perubahan Penanaman modal.
Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip harus memperoleh Izin
Usaha untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan operasi/produksi komersial.
Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip Perluasan harus memperoleh
Izin Usaha Perluasan untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial atas
proyek perluasannya, Izin Usaha Perusahaan penanaman modal yang masing2 telah
memiliki Izin Usaha dan melakukan penggabungan perusahaan (merger) langsung
mengajukan permohonan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman
Modal (merger). - Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Usaha dapat
melakukan perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Izin Usahanya, meliputi
perubahan lokasi proyek, jenis produksi dengan mengajukan permohonan Izin Usaha
Perubahan. - Izin Usaha berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatan usaha.
Setelah jatuhnya rezim orde baru oleh kekuatan reformasi pada tahun 1998, serangkaian
upaya pembenahan/penyempurnaan terhadap kebijakan dan ketentuan perundang-
undangan di bidang investasi terus diupayakan oleh pemerintah untuk menciptakan iklim
investasi yang favourable mencakup antara lain:
2. Membuka secara lebih luas di bidang-bidang yang semula tertutup atau dibatasi
terhadap penanaman modal asing
Dalam upaya menyempurnakan Hukum dan kebijakan Investasi yang mampu bersaing
serta sanggup menghadapi tantangan global dalam era melenium baru, kiranya mutlak
diperlukan adanya observasi mendalam terhadap berbagai perubahan lingkungan strategis,
baik yang bersifat eksternal (Internasional/global) maupun internal (Nasional/domestik)
terutama pengaruhnya membentuk paradikma baru dalam bidang hukum dan kebijakan
investasi, seperti berikut:
Pendirian sistem pelayanan satu atap (one stop services) di bidang penanaman modal,Izin
penggabungan perusahaan (merger),Izin mendirikan kantor perwakilan perusahaan asing,
Surat persetujuan penanaman modal (PMDN dan PMA), Izin lain yang berkaitan dengan
koordinasi, perencanaan, penetapan dan pemberian izin penanaman modal (PMA dan
PMDN); usulan pemberian insentif fiskal dan pemberian insentif nonfiskal,penyelenggaraan
kegiatan promosi penanaman modal dalam dan luar negeri; penyelenggaraan kerja
sama penanaman modal dalam dan luar negeri; penetapan sistem pelaporan, sistem dan
prosedur pelayanan penanaman modal dan yang terakhir Angka pengenal impor terbatas
(APIT).
Selain aspek kepastian hukum, baik penanam modal asing maupun penanam modal dalam
negeri akan mempelajari faktor lain terlebih dahulu untuk menentukan sikapnya dalam
menanamkan modalnya. Anna Rokhmatussa’dyah sebagaimana dikutip oleh Soedjono
Dirdjosisworo mengatakan bahwa setiap penanam modal terutama penanam modal asing
akan dipengaruhi oleh:
1. Sistem politik atau ekonomi negara yang bersangkutan;
2. Sikap rakyat dan pemerintahannya terhadap orang asing dan modal asing;
5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam pembuatan hasil
produksi;
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat. Perizinan dalam rangka penanaman modal adalah segala bentuk
persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan. Dalam
rangka peningkatan pelayanan terhadap para investor, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
Modal) antara lain telah memprakarsai pelaksanaan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu).
Dalam pelaksanaan sistim PTSP bertujuan untuk menciptakan penyederhanaan untuk
menciptakan penyederhanaan dan percepatan penyelesaian perizinan. Dalam pengaturan
perizinan investasi di Indonesia ini ditemukan proses atau prosedur perizinan berbelit-belit
dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah
memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap.
Didalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal dicantumkan dalam Pasal 34 ayat
(1) dan Ayat (3) mengenai prosedur permohonan izin prinsip yang berbelit-belit dan
berlapis, yaitu :
a.Pasal 34 ayat (1), yaitu permohonan izin prinsip bagi perusahaan penanaman modal asing
yang bidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3)
disampaikan ke PTSP BKPM dengan menggunakan formulir izin prinsip, sebagaimana
tercantum dalam lampiran III dalam bentuk hardcopy atau softcopy berdasarkan investor
module BKPM.
b. Pasal 34 ayat (3), yaitu Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterbitkan izin prinsip dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia u.p. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum,
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan
Menengah, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Duta Besar
Republik Indonesia di Negara asal penanaman modal asing, Direktur Jenderal Pajak,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan, Gubernur
yang bersangkutan, Bupati/Walikota yang bersangkutan, Kepala PDPPM, dan Kepala
PDKPM.
Oleh sebab itu, menurut Pasal tersebut diatas dapat dilihat bahwa Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal mengatur tentang proses perizinan pada penanaman
modal asing yang berbelit-belit dan berlapis karena untuk mendapatkan penerbitan
permohonan izin prinsip harus melalui banyak instansi terkait dalam permasalah ini,
sehingga dapat menghambat investor dalam menanamkan modalnya, khususnya bagi
investor asing.
Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanam modal adalah orang atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang
dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa penanaman modal dibagi menjadi dua.
Pertama, penanaman modal dalam negeri (“PMDN”) definisinya dapat ditemukan
dalam Pasal 1 angka 2 UU Penanaman Modal sebagai berikut:
PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri.
Sedangkan penanaman modal asing (“PMA”) definisinya disebutkan dalam Pasal 1 angka 3
UU Penanaman Modal sebagai berikut:
PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Kriteria PMDN dan PMA dalam UU Penanaman Modal adalah sebagai berikut:
KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
1. Paket Kebijakan Jilid I Memiliki tiga fokus, pertama mendorong daya saing industri
nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian
usaha. Kedua, mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan
berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis
nasional, dan yang ketiga meningkatkan investasi di sektor properti.
2. Paket Kebijakan Jilid II Berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk
mempermudah investasi, baik PMDN maupun PMA. Seperti kemudahan lahayan
investasi 3 jam, tax allowance dan tax holiday lebih cepat, pembebasan PPN untuk
alat transportasi, insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, insentif
pengurangan pajak bunga deposito, perampingan izin sektor kehutanan.
3. Paket Kebijakan Jilid III Isinya melengkapi paket kebijakan I dan II. Namun paket ini
mencakup penurunan tarif listrik dan harga BBM serta gas. Kedua, perluasan
penerima KUR. Ketiga, penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman
modal. • Paket Kebijakan Jilid IV Mengatur mengenai penetapan formulasi
penetapan UMP yang bertujuan untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja.
1. Paket Kebijakan Jilid V Berisi mengenai revaluasi aset untuk perusahaan BUMN serta
individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk REIT
2. Paket Kebijakan Jilid VI Memuat soal insentif untuk kawasan ekonomi khusus (KEK),
pengelolaan sumber daya air dan penyederhanaan izin impor bahan baku obat dan
makanan oleh BPOM.
3. Paket Kebijakan Jilid VII Mengatur soal kemudahan mendapatkan izin investasi,
keringanan pajak untuk pegawai industri padat karya, dan kemudahan mendapatkan
sertifikat tanah.
4. Paket Kebijakan Jilid VIII Mencakup 3 paket, yang pertama one map policy, kedua
mempercepat pembangunan kilang minyak untuk meningkatkan produksi kilang
nasional, yang ketiga adalah pemberian insentif bagi jasa pemeliharaan pesawat.
1. Paket Kebijakan Jilid XIII Menitik beratkan pada mempercepat penyediaan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga yang terjangkau. Caranya
dengan menyederhanakan sekaligus mengurangi regulasi dan biaya pengembangan
untuk membangun rumah.
2. Paket Kebijakan XIV Mengenai peta jalan (roadmap) mengenai perdagangan
berbasis elektronik (e-commerce). Roadmap ini diterbitkan guna mencapai tujuan
sebagai negara digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara di 2020. Ada delapan
aspek pengaturan mengenai roadmap e-commerce meliputi pendanaan, perpajakan,
perlindungan konsumen, pendidikan dan SDM, logistik, infrastruktur komunikasi,
kemanan siber dan pembentukan manajemen pelaksana.
3. Paket Kebijakan XV Pemberian Kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha,
dengan kebijakan yang memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi
nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta meningkatkan usaha
galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri. Kemudahan Berusaha dan
Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa Logistik Nasional, dengan
kebijakan antara lain mengurangi biaya operasional jasa transportasi, menghilangkan
persyaratan perizinan angkutan barang, meringankan biaya investasi usaha
kepelabuhanan, standarisasi dokumen arus barang dalam negeri, mengembangkan
pusat distribusi regional, kemudahan pengadaan kapal tertentu dan mekanisme
pengembalian biaya jaminan peti kemas.
4. Paket Kebijakan Ekonomi XVI Ada tiga poin dalam paket terbaru ini, yakni
memperluas Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (tax holiday), relaksasi
daftar negatif investasi, dan memperkuat pengendalian devisa dengan pemberian
insentif perpajakan.
1. Daftar Negatif Investasi (DNI) merupakan salah satu alat kebijakan pemerintah yang
berfungsi untuk mengatur investasidi Indonesia. Pada intinya, DNI memuat bidang
usaha (sektor bisnis) mana saja yang tertutup sepenuhnya bagi investasi atau terbuka
sebagian, yakni berinvestasi dengan persyaratan tertentu. Bidang usaha (sektor
bisnis) dan persyaratan dimaksud tercantum dalam Peraturan Presiden tentang
Daftar Negatif Investasi yang direvisi secara berkala sesuai kebutuhan dan
kepentingan pembangunan nasional. Pendekatan yang digunakan oleh pemerintah
dalam menyusun DNI adalah negative approach, dimana bidang usaha (sektor bisnis)
yang dikecualikan dari daftar ini berarti terbuka sepenuhnya bagi asing untuk
berinvestasi.[1]Pengaturan seperti ini lazim dipergunakan oleh pemerintah di
berbagai negara untuk mengatur investasinya.Beberapa negara yang memiliki
pengaturan serupadiantaranya: Executive Order 184 on 10thForeign Investment
Negative List (Philippina)[2], List of Businesses Prohibited for Foreign Investment
(Saudi Arabian General Investment Authority – SAGIA)[3], Special Administrative
Measures (Negative List) on Foreign Investment Access in Shanghai Pilot Free Trade
Zone (Shanghai Municipal Government).
2. Pengalaman best practicedari beberapa negara menunjukan bahwa semakin maju
tingkat pembangunan ekonomi suatu negara maka semakin terbuka terhadap
investasi asing. Dengan demikian, daftar bidang usaha yang masuk dalamnegative
list bagi investasi asing otomatis juga akan semakinpendek, atausemakin mudah
persyaratannya.Pengaturan terhadap investasi asing di negara-negara seperti ini
relatif hampir sama dengan pengaturan terhadap investasi domestiknya. Beberapa
negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang bahkan tidak lagi menerapkan
aturan seperti DNI.
PARADIGMA EKONOMI
Alasan Perubahan Paradigma Ekonomi • Terdapat tiga factor utama terjadinya
perubahan paradigm ekonomi: 1. perubahan ideologi, Bila terjadi perubahan basis ideologi,
maka otomatis akan membawa perubahan pada kerangka teori dan policy prescriptions
tersebut. 2. revolusi dan inovasi teknologi. Revolusi teknologi yang berlangsung spektakuler
itu membawa implikasi luas dan pengaruh kuat pada perkembangan teori dan paradigma
pembangunan 3. perubahan lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi
yang berlangsung sangat intensif,
PARADIGMA LIBERALISME DAN SOSIALISME Sistem pembangunan yang digunakan yaitu
pembangunan yang berasas Pancasilais dan sesuai dengan GBHN.
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. • Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai
berkiblat pada teori-teori Keynesian. • Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan
di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan
kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi
wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. K A P I T A L I S M E.
Adanya Trilogi Pembangunan yaitu tiga prasyarat yang terkait erat saling memperkuat dan
saling mendukung yakni: 1.Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang
politik dan ekonomi 2.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan 3.Pemerataan pembangunan.
• Perubahan orientasi kebijakan ini membuat kinerja ekonomi nasional pada masa
pemerintahan orde baru menjadi lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan orde
lama. K A P I T A L I S M E.
PARADIGMA KAPITALISME Pemulihan masa transisi dari zaman Soeharto dengan mengatasi
krisis ekonomi.
PARADIGMA SOSIALIS Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum
ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi
masalah konflik antar etnis dan antar agama.
Beberapa hal yang mengakibatkan kehancuran ekonomi pada saat Pemerintahan GUS DUR:
• Menyederhanakan krisis ekonomi dengan menganggap persoalannya hanya terbatas pada
agenda masalah amandemen UU BI • Kebijakan yang controversial dan inkonsisten. •
Pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri dan hibah S O S I A L I S M E.
PARADIGMA Neoliberalisme Lebih memihak investor luar negeri dibanding dengan rakya
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. • Birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan
daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. N E O L I B E R A L I S M E.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintahdaerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada danmembentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swastauntuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangankegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut.Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah
terletak padapenekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
padakekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development)
denganmenggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya
fisiksecara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilaninisiatif-
inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunanuntuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatanekonomi.Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yangmencakup pembentukan institusi-
institusi baru, pembangunan industri-industrialternatif, perbaikan kaasitastenaga kerja yang
ada untuk menghasilkan produkdan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih
ilmu pengetahuan,dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.Setiap upaya
pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utamauntuk meningkatkanjumlah dan
jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.Dalam upaya untu mencapai tujuan tesebut.
Pemerintah daerah danmasyarakatnya harus secara berama-sama mengambil inisiatif
pembangunandaerah
Saat ini tidak suatu teori pun yang mampu untuk menjelaskanpembangunan ekonomi
daerah secara komprehensif.namun demikian, adabeberapa teoriyang secara parsial yang
dapat membantu kita untuk memahamiarti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada
hakikatnya, inti dari teori-teoritersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang
berkisar tentang metodedalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori
yang membahastentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu
daerahtertentu.Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu
daerahpenting sekali kegunaannya untuk mengumplkan data tentang perekonomiandaerah
yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapatdipakai sebagai
pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harusdiambil untuk mempercepat
laju pertumbuhan yang ada.Namun dipihak lainharus diakui, menganalisis perekonomian
suatu daerah sangat sulit karena:
1. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakanberdaarkan
pengertian daerah nodal. Dengan data yang sangat terbatassangat sukar untuk
menggunakan metode yang telah dikembangkandalam memberikan gambaran
mengenai perekonomian suatu daerah.
2. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkanuntuk
analisisdaerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukanuntuk memenuhi
kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
3. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebabperekonomian
daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomiannasional. Hal tersebut
menyebabkan data tentang aliran-aliran yangmasuk dan keluardari suatu daerah
sukar diperoleh.
4. Bagi NSB, di samping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum,data yang ada
yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk dipercaya,sehingga menimbulkan
kesulitan untuk melakukan analisis yangmemadai tentang keadaan perekonomian
suatu daerah.
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisispembangunan
daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasialyang signifikan. Namun
demikian, teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
keseimbangan (equilibrium) dan mobilitasfaktorproduksi. Artinya, sistem perekonoman akan
mencapai keseimbanganalamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan).
Oleh karenaitu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah
yangberupah rendah.
Teori Lokasi
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yangmempengaruhi
pertumbuhan daerah yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi!Pernyataantersebut sangat masuk akal
jika dikaitkan dengan pengembangan kawasanindustri. Perusahaan cenderung untuk
meminimumkan biayanya dengan caramemilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya
untuk mendekati pasar.Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang
terbaikadalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.Tentu saja banyak
variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atausuitabilitas suatu lokasi misalnya upah
tenaga kerja,biaya energi, ketersediaanpemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan
dan latihan (diklat).keterbatasandari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah
bahwategnologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasitertentu
untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.
Strategi pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Albert O.Hirschman dan
Paul Streeten. Menurut mereka, pembangunan tak seimbangadalah pola pembangunan
yang lebih cocok untuk mempercepat prosespembangunan di NSB. Pola pembangunan tak
seimbang ini, menurut Hirschman,berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yangterjadi antara dua
periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektorkegiatan ekonomi mengalami
perkembangan dengan laju yang berbeda, yangberarti pula bahwapembangunan berjalan
dengan baik tidak seimbang.Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan
merangsangperkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu
industritertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang
eratketerkaitannya dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut.Pembangunan
tak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untukdilaksanakan di NSB karena negara-
negara tersebut menghadapi masalahkekurangan sumberdaya.Dengan melaksanakan
program pembangunan takseimbang maka uasaha pembangunan pada suatu periode
waktu tertentu dipusatkan pada beberapa sektor yang akan mendorong penanaman modal
yangterpengaruh (induced investment) di berbagai sektor pada periode
waktuberikutnya.Oleh karena itu, sumberdaya-sumberdaya yang sangat langka itudapat
digunakan secara lebih efisien pada setiap tahap pembangunan.Seperti diungkapkan di
muka, pembangunan tak seimbang ini akanmenciptakan gangguan-gangguan dan
ketidakseimbangan-ketidakseimbangandalam kegiatan ekonomi.Keadaan tersebut akan
menjadi perangsang untukmelaksanakan investasi yang lebih banyak pada masa yang akan
datang.Dengandemikian pembangunan tak seimbang akan mempercepat pembangunan
ekonomipada masa yang akan datang.
PKP BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI WAJIB PAJAK YG DIHITUNG DGN NORMA WP
BUT PKP BAGI WP ORANG PRIBADI DN YG KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIFNYA < TAHUN YG
TERUTANG PAJAK DLM BAG.THN PAJAK PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG
DIPERKENANKAN, KOMPENSASI KERUGIAN, UNTUK WP ORANG PRIBADI DIKURANGI DGN
PTKP, DIHITUNG DENGAN NORMA PENGHITUNGAN DAN DIKURANGI PTKP PENGHASILAN
DIKURANGI DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN , KOMPENSASI KERUGIAN DIHITUNG SESUAI
PENGHASILAN NETO DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK YANG DISETAHUNKAN
PENGHASILAN KENA PAJAK
PEREDARAN BRUTO Rp HPP & BIAYA (3M) PENGHASILAN Rp LABA USAHA/PENGH.
NETO USAHA Rp PENGH. LAINNYA Rp BIAYA (3M) PENGH. LAINNYA Rp LABA USAHA DARI
PENGH. LAINNYA Rp JML SELURUH PENGH. NETO Rp KOMPENSASI KERUGIAN (Rp ) PKP
BAGI WP BADAN Rp * CONTOH PENGHITUNGAN PKP BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
Berdasarkan Pasal 17 UU PPh, tarif pajak untuk diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
WP Badan sebesar : 28% dan sejak 2010 menjadi 25% WP DN yang berbentuk PT terbuka
( go public ) yang minimal 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
memenuhi syarat tertentu dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah dari tarif normal
Berdasarkan Pasal 31 E UU PPh, khusus WP Badan Dalam Negeri dengan peredaran
bruto sampai dengan Rp mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif 50% dari tarif normal
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp
Apabila omzet antara 4,8 M – 50 M Peredaran Usaha PT Nusantara tahun 2011 sebesar
Rp 40 M dan penghasilan Kena Pajak Rp 5 M. PKP yg dapat fasilitas = 4,8/40 x Rp 5 M =
Rp600 juta PKP yg tdk dpt fasilitas = Rp 5 M – Rp 600 juta = Rp 4,4 M PPh Terutang : 25% x
50% x Rp 600 jt Rp juta 25 % x Rp 4,4 M Rp 1,1 M Total PPh terutang Rp
KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah sejumlah pajak yang sudah dibayar oleh wajib pajak dan berguna
untuk mengurangi beban pajak di akhir tahun pajak. Kredit Pajak berasal dari : Dipotong /
Dipungut Pihak Lain Dibayar Sendiri
Total Kredit Pajak Rp. 12 jt Dasar perhitungan PPh Ps 25 th Rp. 18 jt Besarnya PPh Ps 25
per bulan untuk tahun pajak 2012: Rp. 18 jt / 12 bulan = Rp ,-
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk bulan-bulan
sebelum Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan
terakhir tahun pajak yang lalu. Contoh: Tuan Dias menyampaikan SPT PPh 2011 pada Maret
Angsuran PPh Desember 2011 adalah Rp Maka, besarnya angsuran PPh ps 25 untuk bulan
Januari dan Februari 2012 masing-masing adalah Rp
Pelunasan PPh Contoh penghitungan Pelunasan PPh :
1. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN. PPh Pasal Rp, PPh Pasal Rp, PPh Pasal Rp
2. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP PPh PaSaL Rp JUMLAH PPh YG DPT DIKREDITKAN Rp
PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR ( PPh 29 ) Rp
•barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu;
•bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, atau perikanan;
•barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor à KITE PEMBEBASAN
DEFINISI
Perdagangan bebas (Free Trade Agreement) adalah sebuah konsep ekonomi yang
mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS), tidak
adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan
antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang
berbeda.
2. PEMBEBASAN/KERINGANAN BM
1. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara (PMK 107)
2. barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka
penanaman modal (PMK 176/PMK.011/2009).
3. mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri (PMK 176/PMK.011/2009
dan PMK 154/PMK.011/2008 jo 128/PMK.011/2009)
4. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu (PMK 176/PMK.011/2009).
5. bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, atau perikanan (PMK 105/PMK.04/2007).
6. barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor (PMK 253 -254/PMK.04/2011)
DASAR HUKUM
PEMBEBASAN BM :
1. Pasal 26 ayat (1) huruf k UU Kepabeanan à Pembebasan atau keringanan BM
dapat diberikan atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
2. PMK Nomor 254/PMK.04/2011 tentang Pembebasan BM Atas Impor Barang
Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan
Tujuan Untuk Diekspor.
PENGEMBALIAN BM :
1. Pasal 27 ayat (1) huruf b UU Kepabeanan à Pengembalian dapat diberikan
terhadap seluruh atau sebagian bea masuk yang telah dibayar atas impor
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.
2. PMK Nomor 253/PMK.04/2011 tentang Pengembalian BM Yang Telah Dibayar
Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada
Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor
Terakhir diperbaharui: Thursday, 26 November 2020, 14:09
Di zaman yang semakin maju ini makin banyak bertambahnya Usaha Kecil Menengah
(UKM). Banyak UKM di Negara Indonesia mulai bersaing memperebutkan perhatian
Konsumen. Konsumen merupakan pasar bagi semua UKM, dengan kebutuhan Konsumen
yang semakain hari semakin bertambah, maka UKM di minta untuk selalu mengikuti
perkembangan kebutuhan tersebut. Di Indonesia banyak...
Data dan Profil Objek Penelitian Objek penelitian adalah UKM Kurnia Group Bakery
adalah UKM yang bergerak dalam bidang pembuatan roti. Kurnia Group Bakery yang
beralamat di Jln. Berlian No.28 Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jati Negara, Jakarta Timur.
Data yang digunakan adalah data bahan baku dan bahan penolong dari bulan Maret-Mei.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel
Kesimpulan Setelah dilakukan perhitungan dan analisis biaya bahan baku pada Kurnia
Group Bakery, maka dapat di sampulkan : 1. Perusahaan mengalami selisih yang
menguntungkan pada roti tawar bulan Maret sebesar Rp dan roti manis sebesar RP , bulan
April roti tawar sebesar Rp dan roti manis sebesar RP dan roti tawar bulan Mei sebesar...
Bahan Baku langsung (Direct Material), yaitu semua bahan yang merupakan bagian
dari barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
langsung ini mempunyai hubungan yang sebanding dengan jumlah barang jadi yang
dihasilkan, sehingga biaya bahan baku langsung merupakan biaya variabel bagi perusahaan.
Misal: Kayu untuk produk Mebel. (Bahan baku langsung ini yang dimaksud dalam
pembahasan materi saat ini).
Bahan Baku Tidak Langsung (Indirect Material), Adalah bahan baku yang ikut barperan
atau dipakai dalam proses produksi, akan tetapi tidak secara langsung ‘tampak’ pada
barang jadi yang dihasilkan. Perencanaan Bahan baku tidak langsung ini akan masuk dalam
anggaran biaya overhead pabrik. Misalnya : Paku dan cat, untuk produk mebel. (akan di
bahas dlm pertemuan berikutnya)
Macam anggaran yang berkaitan dengan penggunaan bahan baku langsung adalah:
PERIODE BAHAN BAKU X BAHAN BAKU Y PRODUKSI S/P KEBUTUHAN Januari Barang
A Barang B Februari D s t Total S/P : Jumlah satuan per produk. Anggaran ini disusun
sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode yang akan datang.
Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan adanya persediaan bahan baku dan
kebutuhan bahan baku untuk produksi.
Jumlah bahan baku yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah yang dibutuhkan
karena perusahaan memiliki persediaan bahan baku. Anggaran persediaan bahan baku
merupakan suatu perencanaan secara terperinci atas jumlah atau kuantitas bahan baku
yang disimpan sebagai persediaan di masa mendatang.
UU No.25/2007 Tentang Penanaman Modal Per Pres No. 77 Tahun 2007 Jo Per Pres
No.111 Tahun 2007 Tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Per Pres No. 27 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman Modal Peraturan Perundangan Sektoral
Persetujuan PMDN beserta fasilitasnya baik persetujuan prinsip atau izin usaha
sementara,
Persetujuan PMA beserta fasilitasnya baik persetujuan prinsip atau izin usaha
sementara, Persetujuan Perluasan (menambah modal tambah fasilitasnya), Persetujuan
perubahan ( persetujuan ketentuan penanaman modal tertentu yang telah ditetapkan ), Izin
mendirikan Kantor Perwakilan Wilayah Perusahaan Asing (KPWPA), Holding (perusahaan
penyertaan modal/saham yang dibentuk sesuai dengan Izin Pelaksanaan Penanaman
Modal (izin tingkat pusat dan daerah), Persetujuan Fasilitas Penanaman Modal/bea
masuk/fiskal. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), Keputusan tentang RPTKA,
Keputusan IKTA, Izin Usaha Tetap (izin utk melaksanakan kegiatan produksi komersial),
Permohonan Penanaman Modal baru :
Istilah investasi berasal dari bahas latin ”investire”, dan ”investment” (bhs Inggris).
Ada beberapa pendapat ttg definisi investasi, seperti :
Investasi adalah menempatkan uang/dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan
atau keuntungan tertentu dari adanya dana tsb .
Investasi adalah kegiatan yang terkait dengan usaha penarikan sumber dana yang
digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, shg dpt dihasilkan aliran
produk baru di masa yg akan datang.
b)Hukum investasi adl keseluruhan kaidah hukum yg mengatur hubungan antara investor
dgn penerima modal, bidang usaha yg terbuka unt investasi, serta mengatur ttg prosedur
& syarat melakukan investasi dlm suatu negara.
c) Hukum investasi adl Hukum (norma formalistik) yg mengatur ttg kegiatan
penyimpanan/penanaman yg berbentuk modal/barang, dgn tujuan unt mendptkan profit.
C. Sejarah Singkat Investasi di Indonesia
Sumber hukum investasi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu hukum formal dan hukum
materiil.
1) Hukum formal, terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis (peraturan perundang-
undangan spt UU No. 25 Thn 2007 ttg Penanaman Modal), dan tidak tertulis (kebiasaan
masyarakat).
2)Hukum materiil, lebih cenderung pada keberadaan/ aspek latar belakang yang
mempengaruhi pembentukan hukum formal, seperti aspek politis, sosil ekonomis, budaya,
dan lainnya.
Istilah investasi dalam negeri (IDN) dikenal pula dengan penamaan penanaman modal
dalam negeri (PMDN). IDN dalam bahasa asingnya (bahasa Inggris) adalah domestic
investment.
Pengertian IDN dimuat dengan jelas di UU PM Pasal 1 angka 2 :
“Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.”
IDN cakupannya terbatas pada suatu kegiatan yang dilakukan antar pelaku usaha dalam
negeri, sedangkan yang melakukan usaha adalah dinamakan investor baik dalam bentuk
perseorangan maupun berbentuk badan usaha, yg diatur dlm Pasal 1 angka 4 UU PM
F. Investasi Asing (IA).
Istilah investasi asing berasal dari bahasa foreign investment (bahasa Inggris).
Pengertiannya terumus di dalam UU Penanaman Modal di Pasal 1 angka 3 :
“Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.”
ØIndirecht Investment (investasi tidak langsung), dapat dibagi menjadi dua bidang yaitu :
1) Bidang portofolio , biasanya dilakukan dengan pembelian efek/surat berharga di
pasar modal.
2) Bidang non portofolio, pada umumnya dilakukan dalam bentuk investasi modal dari
perusahaan asing yang ada di luar negeri ke dalam aktiva perusahaan domestik.
HUKUM PENANAMAN MODAL ASING
-gabungan (joint venture antara domestic capital dan foreign capital) PMDN:
-perseorangan WNI
-Daerah
-Negara
-gabungan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana
yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
Asas-asas Penanaman Modal:
Asas-asas Penanaman Modal:
1. KEPASTIAN HUKUM
2. KETERBUKAAN
3. AKUNTABILITAS
5. KEBERSAMAAN
6. EFFISIENSI BERKEADILAN
7. BERKELANJUTAN
8. BERWAWASAN LINGKUNGAN
9. KEMANDIRIAN
Penanaman Modal Asing PMA adalah kegiatan menanam modal utk melakukan usaha
di wilayah negara RI yg dilakukan o/ penanam modal asing, baik yg menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri. Bentuk
Perusahaan PMA Perusahaan modal asing yg dijalankan di Ind harus berbentuk badan
hukum menurut huk Ind & berkedudukan di Ind. Syarat PMA: Badan hukum yg didirikan
menurut huk Ind (sec umum berbentuk PT UU No 1/95) Berkedudukan di Indonesia
Sepenuhnya menggunakan modal asing. UNTUK MERANGSANG PMA, IKLIM USAHA YANG
KONDUSIF HARUS DIDUKUNG: -ADANYA LEGAL CERTAINTY (KEPASTIAN HUKUM) dan LAW
ENFORCEMENT (PENEGAKAN HUKUM) -TIDAK ADA LEGAL RISK (RESIKO HUKUM) -
UNDANG-UNDANG YG EFFEKTIF DAN BERLANGSUNG KONSISTEN
PRODUKSI SENJATA, MESIU, ALAT PELEDAK, DAN PERALATAN PERANG BIDANG
USAHA YANG SECARA EKSPLISIT DINYATAKAN TERTUTUP BERDASARKAN UNDANG2
HAK PELAYANAN
FASILITAS KEMUDAHAN
PENGURANGAN PPH
PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS BARANG MODAL, MESIN, ATAU
PERALATAN PRODUKSI
PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU ATAU BAHAN
PENOLONG
KERINGANAN PBB UNTUK USAHA TERTENTU PADA WILAYAH ATAU DAERAH ATAU
KAWASAN TERTENTU
PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN: *Izin Badan Usaha yang berbentuk Badan
Hukum dan Tidak berbentuk Badan Hukum *Izin dari Instansi yang memiliki kewenangan,
yaitu Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Terakhir diperbaharui: Tuesday, 24 November 2020, 11:49
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun
2009 (“Perka BKPM 12/2009”), semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal,
kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan. Dalam hal ini, terdapat pula bidang
usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
bagi penanaman modal yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Investor yang akan melakukan kegiatan penanaman modal diwajibkan untuk
memperhatikan peraturan perundang-undangan tersebut demi mengetahui bidang usaha
atau jenis usaha apa saja yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
tertentu.
BKPM membedakan bentuk badan usaha dalam penanaman modal bagi investor asing dan
investor dalam negeri. Dalam Pasal 11 ayat 1 Perka BKPM 12/2009 diatur bahwa badan
usaha pada penanaman modal asing harus berdiri dalam bentuk perseroan terbatas yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.
Sedangkan berkenaan dengan bentuk badan usaha untuk penanaman modal dalam negeri,
tidak diatur bahwa investor harus mendirikan badan usahanya dalam bentuk perseroan
terbatas. Bentuk badan usaha pada penanaman modal dalam negeri dapat berbentuk
badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 16 ayat 2 Perka BKPM 12/2009 mengatur bahwa investor asing yang belum berstatus
badan hukum peseroan terbatas wajib menindaklanjuti proses pendaftaran dengan
membuat akta pendirian perseroan terbatas paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal diterbitkannya Pendaftaran, di luar jangka waktu yang telah ditentukan
maka proses pendaftaran dinyatakan batal demi hukum. Apabila sebelum jangka waktu 6
(enam) bulan tersebut terdapat perubahan ketentuan terkait dengan bidang usaha, maka
Pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan batal demi hukum apabila bertentangan
dengan ketentuan baru. Pendaftaran Penanaman Modal berlaku sampai dengan perusahaan
memiliki Izin Prinsip atau perusahaan siap beroperasi/produksi komersial.
PENANAMAN MODAL
gabungan (joint venture antara domestic capital dan foreign capital) PMDN:
perseorangan WNI
Badan Hukum Indonesia
Daerah
Negara
gabungan
Penanaman Modal Asing PMA adalah kegiatan menanam modal utk melakukan usaha di
wilayah negara RI yg dilakukan o/ penanam modal asing, baik yg menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri.
Bentuk Perusahaan PMA Perusahaan modal asing yg dijalankan di Ind harus berbentuk
badan hukum menurut huk Ind & berkedudukan di Ind. Syarat PMA: Badan hukum yg
didirikan menurut huk Ind (sec umum berbentuk PT UU No 1/95) Berkedudukan di
Indonesia Sepenuhnya menggunakan modal asing. UNTUK MERANGSANG PMA, IKLIM
USAHA YANG KONDUSIF HARUS DIDUKUNG: -ADANYA LEGAL CERTAINTY (KEPASTIAN
HUKUM) dan LAW ENFORCEMENT (PENEGAKAN HUKUM) -TIDAK ADA LEGAL RISK (RESIKO
HUKUM) -UNDANG-UNDANG YG EFFEKTIF DAN BERLANGSUNG KONSISTEN.
HAK PELAYANAN
FASILITAS KEMUDAHAN
Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Hak Atas Tanah: a. HGU dapat diberikan sampai
95 tahun, pemberian dan perpanjangan sekaligus 6o tahun dan pembaharuan 35 tahun b.
HGB dapat diberikan sampai 80 tahun, pemberian dan perpanjangan sekaligus tahun dan
pembaharuan 30 tahun c. H.Pakai dapat diberikan sampai 70 tahun, pemberian dan
perpanjangan sekaligus tahun dan pembaharuan 25 tahun.
Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Atas Fasilitas Keimigrasian: a. Izin tinggal terbatas
bagi penanam modal asing b. izin tinggal terbatas menjadi izin tinggal tetap bila sudah 2
tahun c. pemberian izin masuk kembali Kemudahan pelayanan dan/atau Perizinan Atas
Fasilitas perizinan impor: a. barang yang tidak bertentangan b. barang yang tidak
memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup dan moral bangsa c. barang dalam rangka relokasi pabrik d. barang modal atau
bahan baku untuk kebutuhan produksi sendiri.
Kebijakan upah minimum mulai digunakan sebagai instrument yang penting bagi kebijakan
pasar tenaga kerja oleh pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1980an. Hal ini berawal dari
adanya tekanan internasional sehubungan dengan pelanggaran terhadap standart kerja
Internasional di Indonesia pada saat itu, secara khusus pada sector-sektor usaha yang
berorientasi ekspor (Rama, 2001 dan Suryahadi dkk, 2003). Dalam prakteknya, kondisi ini
memaksa pemerintah Indonesia untuk mau tidak mau menjadi lebih perhatian terhadap
kebijakan ketenagakerjaan mereka, termasuk didalamnya kebijakan upah minimum. Hal ini
dilakukan dengan cara menaikkan upah minimum tiga kali lipat secara nominal (atau dua
kali lipat secara riil) pada akhir tahun 1980an agar sejalan dengan biaya Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM). KFM sendiri diukur oleh biaya dari paket konsumsi minimum, termasuk
didalamnya makanan, perumahan, pakaian, dan beberapa jenis barang yang lain untuk
pekerja lajang dalam satu bulan (Sukatrilaksana, 2002). Secara umum tingkat upah minimum
di Indonesia ditetapkan pada level propinsi. Sebelum otonomi daerah pemerintah pusat
(dalam hal ini Kementrian Tenaga Kerja) menetapkan tingkat upah minimum setiap propinsi
didasarkan pada rekomendasi dari pemerintah daerah (propinsi). Sebelum otonomi daerah,
propinsi secara umum hanya memiliki satu tingkat upah minimum dan berlaku untuk
seluruh wilayah kota/kabupaten. Di beberapa kasus, tingkat upah minimum juga dibedakan
berdasarkan sektor aktivitasnya. Dalam prakteknya, empat propinsi di Jawa dan Bali (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali) memiliki tingkat upah minimum kota/kabupaten
sedangkan daerah diluar Jawa cenderung untuk menentukan tingkat upah minimum
propinsi bagi setiap wilayah kota/kabupatennya.
Sejak tahun 2001, sebagai bagian dari perubahan regim politik dari sentralisasi menjadi
desentralisasi, kewenangan penetapan tingkat upah minimum juga dipindahkan kepada
tingkat propinsi dan kota/kabupaten yang mana bekerja sama dengan komisi upah pada
tingkat daerah. Setiap komisi upah terdiri dari perwakilan dari dinas ketenagakerjaan,
pengusaha, perwakilan serikat pekerja dan beberapa penasehat ahli dari perguruan tinggi
(Manning, 2003a). Berdasarkan peraturan pemerintah, pemerintah daerah pada tingkat
propinsi menetapkan upah minimum untuk setiap wilayah daerahnya, sedangkan
kota/kabupaten memiliki pilihan untuk mengikuti atau menetapkan upah minimum diatas
tingkat upah minimum propinsi tetapi tidak berada di bawahn upah minimum propinsi
(UMP). Seperti yang ditegaskan oleh Manning (2003a), pelaksanaannya cukup bervariasi
antar propinsi. Beberapa propinsi seperti DKI Jakarta dan banyak propinsi di luar Jawa tetap
menggunakan UMP untuk upah minimum daerahnya. Disisi yang lain beberapa propinsi
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali memili untuk memiliki upah minimum
pada tingkat kota/kabupaten. Berdasarkan peraturan pemerintah, dalam menentukan
tingkat upah minimum beberapa komponen pertimbangannya adalah: biaya Kebutuhan
Hidup Minimum (KHM) indeks harga konsumen (IHK) kemampuan, pertumbuhan dan,
keberlangsungan dari perusahaan tingkat upah minimum antar daerah kondisi pasar kerja
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita
Penggunaan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dalam komponen dalam penentuan upah
minimum sejah tahun 2005 sudah barang tentu merupakan sinyal yang baik dalam
peningkatan kesejahteraan pekerja, terutama setelah sebelumnya hanya menggunakan
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Meskipun demikian apabila dilihat masih banyak daerah
yang masih belum memenuhi upah minimum di daerah sebesar KHL. Hal ini bisa dilihat dari
rata-rata rasio upah minimum terhadap KHL yang hanya sebesar 84% atau dengan kata lain
masih cukup berada jauh dibawah KHL, meskipun di beberapa daerah sudah berada diatas
kebutuhan hidup layak. Untuk itu perlu terus diusahakan agar KHL tetap menjadi komponen
utama dalam penentuan upah minimum tanpa mengesampingkan komponen-komponen
yang lain seperti IHK, PDRB, dan keberlangsungan perusahaan. Bargaining-bargaining antar
tripartite dalam penentuan upah minimum di daerah juga harus selalu diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup layak dari pekerja.
Mengacu pada data Bank Dunia dan IFC dalam Doing Business terlihat bahwa sepanjang
tujuh tahun terakhir , sejatinya kenaikan upah minimum di Indonesia tergolong tertinggi
di kawasan Asia Tenggara. Kenaikan upah minimum di Indonesia mencapai rata-rata 13
persen setiap tahunnya. Tingkat upah minimum di Indonesia masih lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand yang mencapai sebesar US$ 248 atau Rp 2,36 juta per bulan
pada Kendati tingkat upahnya lebih tinggi, namun rata-rata pertumbuhan kenaikan upah di
Thailand masih lebih rendah, yakni sebesar 10 persen per tahun. Akan halnya Vietnam.
Negara ini justru merupakan negara dengan pertumbuhan kenaikan upah minimum
tertinggi di Asean. Sepanjang tujuh tahun terakhir, kenaikan upah minimum di Vietnam
mencapai 21 persen. Namun, kendati mengalami rata-rata kenaikan paling tinggi, upah di
Vietnam masih tergolong kecil, yakni hanya sekitar 73 US$ atau sekitar Rp 700 ribu per
bulan. Seperti halnya Indonesia, upah buruh di China juga mengalami kenaikan rata-rata
cukup tinggi, yakni mencapai 14 persen per tahun. Pada 2013, upah minimum pekerja di
Indonesia masih lebih rendah, kendati sudah semakin mendekati, yakni selisih sekitar Rp
100 ribu. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, selisih upah buruh Indonesia dengan China
masih cukup besar. China yang kerap dianggap sebagai negara dengan upah buruh yang
murah menetapkan upah minimum sebesar US$ 242 atau Rp 2,3 juta per bulan. Bahkan,
China kerap dituding miring menjual barang murah karena membayar buruhnya dengan
upah yang rendah.
Namun dengan adanya Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) memunculkan dilema yang
tinggi bagi perusahaan. Berikut beberapa implikasi yang muncul akibat dari kenaikan upah
minimum di tahun 2013 dan bagaimana reaksi dari perusahaan terhadap kenaikan upah
minimum tersebut Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
mensyaratkan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah
Minimum. Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat melakukan
penangguhan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Kepmenakertrans No: KEP. 231 /MEN/2003
Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
Beberapa implikasi yang muncul akibat dari kenaikan upah minimum ini adalah
sebagai berikut:
Peningkatan biaya tenaga kerja (personnel cost). Menurunnya Daya Saing Produk Indonesia
di Manca Negara Subtitusi tenaga kerja dengan mesin semi otomatis atau high teknologi
Relokasi perusahaan ke daerah yang upah lebih rendah
Peningkatan biaya tenaga kerja (personnel cost). Menurunnya Daya Saing Produk Indonesia
di Manca Negara Subtitusi tenaga kerja dengan mesin semi otomatis atau high teknologi
Relokasi perusahaan ke daerah yang upah lebih rendah
Pemerintah dalam kebijakan pengupahan telah menentukan adanya upah minimum, upah
minimum ini bertujuan untuk melindungi pekerja atau buruh dari perlakuan pengusaha
yang kurang memperhatikan kesejahteraannya. Di tahun 2013, terjadi kenaikan upah
minimum yang cukup tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kenaikan upah minimum
tersebut dirasa menambah beban pengusaha. Terkadang tidak sedikit pengusaha yang
bangkrut atau melakukan PHK terhadap pekerja-pekerjanya karena tidak mampu membayar
sesuai Upah Minimum.
Kebijakan yang harusnya dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
Pabrik pengolahan tebu, pabrik pengalengan nanas, pabrik pengolahan tembakau, pabrik
minyak atsiri, pada umumnya memerlukan lokasi dekat dengan sumber bahan mentah,
karena sifat bahan – bahan mentah tersebut labil (mudah mengalami perubahan sifat)
sehingga memerlukan penanganan dengan segera. Pabrik goni, pabrik minyak biji kapok,
pabrik gula sirup dari gaplek. Pada umumnya lokasinya tidak dapat dipengaruhi oleh
sumber bahan mentahnya, karena sifat bahan mentahnya tidak mudah mengalami
perubahan.
Jenis – jenis industri pengolahan hasil tangkapan dari laut, seperti pabrik pembekuan udang,
pabrik pengolahan ikan, pabrik tepung ikan, agak sulit menentukan lokasinya. Hal ini
disebabkan karena tidak mudah memperkirakan besarnya(jumlah) bahan mentah, daerah
kehidupannya, dan fluktuasi jumlah hasil produksi bahan mentah. Dalam hal ini angka –
angka statistik tentang besarnya penangkapan dan pemasaran hasil produksi sangat
diperlukan untuk memperkirakan potensi daerah, sehingga lokasi pabrik dapat dipilih
dengan tepat. Pada umumnya lokasi pabrik pengolahan hasil tangkapan dekat dengan
pelabuhan tempat pendaratan ikan (tempat pelelangan ikan). Jika ingin didirikan industry
hasil pertanian di daerah yang belum pernah terjamah, misalnya Kalimantan atau Irian Jaya,
maka pemilihan komoditi ditentukan oleh iklim dan tanah daerah tersebut. Apabila bahan
mentah sebagian atau seluruhnya harus diimpor dari luar negeri seperti misalnya pabrik
susu, maka lokasinya dekat dengan pelabuhan itu. Namun ada kemungkinan penyediaan
bahan mentah di dalam negeri dikelak kemudian hari, sehingga diperlukan pertimbangan
lain. Dalam hal ini harus diramalkan dengan cermat kapan bahan mentah di dalam negeri
dapat memenuhi kebutuhan pabrik.
Berbagai macam pajak harus dibayar pabrik, baik berupa pajak daerah maupun pajak
tingkat pusat (negara). Tiap daerah mempunyai peraturan perpajakan yang berbeda-beda.
Pemilihan lokasi diutamakan pada daerah dengan pajak terendah. Peraturan – peraturan
pemerintah daerah juga sering berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Misalnya
saja peraturan pendirian pabrik yang harus di daerah yang telah ditentukan oleh pemerintah
daerah harus mendapat pertimbangan pula di dalam menentukan lokasi pabrik.
Perusahaan dapat menambahkan produk baru melalui akuisisi atau pengembangan. Akuisisi
; Membeli perusahaan lain Mendapatkan hak paten dari perusahaan lain Membeli lisensi
Jenis-Jenis Produk Baru Berkisar dari produk baru bagi pasar, atau perbaikan atau revisi kecil
produk lama. Contoh : Nike
Imperative Inovasi Perusahaan Inovatif menciptakan sikap positif terhadap inovasi dan
pengambilan risiko. Keberhasilan produk baru Sebagian besar perusahaan memfokuskan
diri pada “inovasi tambahan” Kegagalan Produk baru Faktor kegagalan produk baru :
1. Kelangkaan ide
2. Pasar terfragmentasi
4. Biaya pengembangan
5. Kelangkaan Modal
6. Waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih pendek.
Pengaturan Organisasi
- Berinteraksi dengan orang lain : Didorong oleh “ gerakan inovasi terbuka” Sepuluh cara
menemukan ide produk baru yang hebat ( hal : 288)
Promosi/Komersialisasi. TATA KELOLA TEKNOLOGI Tiga aktor yang harus ada dalam tata
kelola teknologi: Inventor yang Kreatif dan Inovatif Manager Komersial yang Dinamis
Manager Hukum yang Handal
Perlu dimanfaatkan Informasi Paten dalam kegiatan riset. Sumber-sumber informasi paten
adalah:
Sistem Perlindungan Hukum ada dua: Sistem perlindungan non HKI Sistem perlindungan
melalui kontrak Sistem perlindungan melalui perbuatan melawan hukum/persaingan curang
Sistem perlindungan HKI Sistem perlindungan paten Sistem perlindungan rahasia dagang
Sistem perlindungan paten dilakukan dengan cara first to file principle. Syarat-syaratnya:
Novelty Inventif Stap Industrial Applicable Sistem perlindungan rahasia dagang dilakukan
dengan merahasiakan informasi teknologi Syarat-syaratnya: Informasi teknologi Tidak
diketahui oleh orang lain Dijaga kerahasiaannya
Promosi teknologi melalui: Database paten Penawaran Mediasi antara Inventor dan Industri
Pameran dst Komersialisasi teknologi melalui: Lisensi Technical Asistent Joint Venture
Teknologi yang telah dipatenkan merupakan asset tak berwujud yang sifatnya
teridentifikasi. Oleh karena itu, teknologi yang telah dipatenkan ini dapat: Dilisensikan;
Dijual; Dijadikan alat untuk join venture dalam menjalankan kegiatan usaha Dapat
dijaminkan untuk pinjaman uang.
LISENSI SEBAGAI METODE KOMERSIALISASI PATEN
Pengertian lisensi paten izin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Paten
yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
EKSKLUSIF
LISENSI UMUM
NON-EKSKLUSIF
MACAM
LISENSI
LISENSI
WAJIB
Secara umum Pemberi lisensi memiliki hak untuk: a. Memperoleh imbalan (royalty) sesuai
kesepakatan, b. Menanyakan laporan atau audit pembayaran royalty secara reguler sesuai
kesepakatan. c. Tetap dicantumkannya identitas pemberi lisensi, kecuali diperjanjikan lain.
Secara umum Penerima Lisensi memiliki hak untuk: a. Menggunakan desain Industri yang
dilisensikan sesuai kesepakatan, b. Menanyakan hak-hak yang diperoleh dari lisensi yang
diterima.
Secara umum pemberi lisensi memiliki kewajiban untuk: a. Memeberikan hak kepada
penerima lisensi untuk melaksanakan hak Desain Industri yang dilisensikan, b. Menjamin
kelangsungan Desain Industri yang dilisensikan sesuai kesepakatan. c. Melarang pihak lain
tanpa ijin selain pihak yang diberi lisensi atau yang diberi ijin melaksanakan hak desain
industri secara sendiri atau bekerjasama dengan penerima lisensi d. Menjaga kesepakatan
yang telah dibuat. Secara umum Penerima Lisensi memiliki kewajiban untuk: a. Membayar
imbalan atau royalty sesuai kesepakatan, b. Menjaga kerahasiaan apabila diperlukan, c.
Tetap mencantumkan identitas pemberi lisensi, kecuali diperjanjikan lain, c. Menjaga
kesepakatan yang telah dibuat.
Antara hak moral dan hak ekonomi Dalam lisensi yang beralih adalah hak ekonomi.
Sedangkan hak moral (misal identitas pendesain) tidak beralih/tetap tidak berubah. Antara
Lisensi dan Sole Agent Kecuali diperjanjikan, secara umum lisensi mempunyai lingkup yang
lebih luas dibandingkan dengan sole agent. Hal tersebut karena lisensi mencakup
pelaksanaan hak yang meliputi: membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,
dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain Industri. Sementara sole agent
lazimnya tidak seluas lingkup lisensi.
MANFAAT EKONOMI Lisensi menambah sumber daya pengusaha pemberi lisensi secara
tidak langsung. Lisensi memungkinkan perluasan wilayah usaha secara tidak terbatas. Lisensi
memperluas pasar dari produk hingga dapat menjangkau pasar. Lisensi mempercepat
proses pengembangan usaha bagi industri
Kehidupan Politik Masa Orde Baru • Upaya untuk melaksanakan orde baru :
Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah
Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera
yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya
Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut :
elanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk
masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pemba-
ngunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi :
1. Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi.
2. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama.
3. Pelaksanaan Pemilihan Umum.
4. Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September.
5. Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.
Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya Suharto sebagai pengemban Supersemar
guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka
melakukan : • Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan
dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966. • Dikeluarkan pula keputusan yang
menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. • Pada tanggal 8 Maret
1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30
September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak
membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
Pelaksanaan Pemilu Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan
umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu 1971 • Pejabat negara harus bersikap netral
berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk perdana menteri yang
berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal. •
Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada
dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD. • Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776 pemilih
untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang
diangkat. • Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi),
Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional
Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam
Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu kursipun).
Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka dilakukan
penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya
kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : • Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang
dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) • Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
(kelompok partai politik yang bersifat nasionalis)
Pemasyarakatan P4 • Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan
Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR
dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4. • Guna mendukung program Orde baru yaitu
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978
diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. • Tujuan
dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. • Pelaksanaan
Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun
1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran
P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari
sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
Pemulihan Hubungan Dengan Singapura Sebelum pemulihan hubungan dengan
Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan
Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan
nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan
pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatic.
Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS
tersebut adalah: a) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi
tersebut adalah: • Rendahnya penerimaan negara. • Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran
negara. • Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank. • Terlalu banyak
tunggakan hutang luar negeri. • Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana. b. Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. c. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk melaksanakan
langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-
cara :
1. KOMPONEN
2. SISTEM
3. HUKUM
4. Struktur Hukum
5. Budaya Hukum
6. Substansi Hukum
Lawrence M. Friedman menjelaskan ada tiga unsur atau komponen dalam sistem
hukum, atau biasa disebut Three Elemens of Legal Sistem, merupakan faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum, yaitu komponen struktur, komponen substansi, dan
komponen kultur atau budaya hukum. Ketiga komponen tersebut membentuk satu
kesatuan yang bulat dan utuh, serta saling berhubungan, atau biasa disebut dengan sistem.
Dalam tiga unsur atau komponen system hukum tersebut salah satu yang akan kami bahas
adalah komponen substansi hukum. Substansi hukum menurut Lawrence M. Friedman
adalah : “Another aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual
rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …the stress here is on
living law, not just rules in law books”. Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya.
Yang dimaksud dengan substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam system itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi
pedoman bagi aparat penegak hukum.
Jadi Substansi Hukum dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai
sistem Substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi
juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang
mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi
juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab
undang-undang (law books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Cicil Law
Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan
juga telah menganut Common Law Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah
peraturan-peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan
dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu
pengaruhnya adalah adanya asas Legalitas dalam KUHP. Dalam Pasal 1 KUHP ditentukan
“tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang
mengaturnya”. Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum
apabila perbuatan tersebut telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan
perundang-undangan.
Namun, seringkali substansi hukum yang termuat didalam suatu produk perundang-
undangan dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Sehingga hukum
yang dihasilkan tidak resposif terhadap perkembangan masyarakat. Akibat yang lebih luas
adalah hukum dijadikan sebagai alat kekuasaan dan bukan sebagai pengontrol kekuasaan
atau membatasi kesewenangan yang sedang berkuasa. Peraturan perundang-undangan
dibuat oleh kekuasaan yang diberikan wewenang oleh undang-undang. Menurut UUD 1945
kekuasaan membuat undang-undang diberikan kepada DPR sebagai legislatif dan Presiden
sebagai Eksekutif. Dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. DPR sebagai
lembaga legislatif yang salah satu tugasnya adalah membuat undang-undang. Produk
undang-undang yang dihasilkan harus sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat,
berbangsa dan bernegara yang tidak bertentangan dengan konstitusi negara. Untuk saat ini,
hampir sebahagian besar produk perundang-undangan yang dihasilkan lembaga DPR masih
jauh dari harapan. Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang tidak relefan
dan cendrung dipaksakan serta tidak responsif. legal-substance.
1. SUBSTANSI
2. HUKUM
3. BUDAYA
4. KOMPONEN
5. SISTEM
Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan
mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan
dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang
memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana
mesin itu digunakan.Dikaitkan dengan sistem hukum di Indonesia, Teori Friedman tersebut
dapat kita jadikan patokan dalam mengukur proses penegakan hukum di Indonesia.
PENEGAKAN HUKUM TERPENUHI BILA : 5 PILAR HUKUM BERJALAN DENGAN BAIK
KESENJANGAN ANTARA HUKUM NORMATIF (DAS SOLLEN) DAN HUKUM SECARA
SOSIOLOGIS (DAS SEIN) KESENJANGAN ANTARA PERILAKU HUKUM MASYARAKAT YANG
SEHARUSNYA DENGAN PERILAKU HUKUM MASYARAKAT SENYATANYA PERBEDAAN
ANTARA LAW IN THE BOOK DAN LAW IN ACTION
FUNGSI POKOK HUKUM SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL TUJUAN HUKUM
MENJAGA KETERTIBAN, KESEIMBANGAN SOSIAL, KEPENTINGAN MASYARAKAT
FAKTOR YANG ADA DI DALAM SISTEM HUKUM (HUKUM,PENEGAK HUKUM, SARANA &
PRASARANA) FAKTOR YANG ADA DI LUAR SISTEM HUKUM (KESADARAN HUKUM MASYA-
RAKAT, PERKEMBANGAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, POLITIK/PENGUASA)
FAKTOR HUKUM/PERUNDANG-UNDANGAN
Kepastian Hukum
1.Substansi
Negara Indonesia merupakan penganut sistem hukum eropa kontinental yang
diderivasi dari negara colonial pada era penjajahan. Hukum tertulis merupakan khas dari
eropa kontinental dengan groundnorm. Pelanggaran atau tindak kejahatan dapat dipidana
apabila telah ada undang-undang atau hukum tertulis terlebih dahulu. Berbeda dengan
sistem hukum anglo saxon yang menggunakan supremasi hukum berasal dari hakim
dengan menggali di pengadilan, maka eropa continental sangat kental dengan unsur
kepastian hukum. Upaya yang diberikan oleh hukum positif Indonesia untuk memberikan
jaminan terhdap korban ataupun tersangka yang didelegasikan konstitusi melalui legislasi.
Peran hakim dalam sistem hukum eropa continental terlihat pasif dibadingkan sistem
hukum anglo saxon yang lebih aktif, meskipun dalam perkembangannya untuk di Indonesia
hakim tidak dapat menolak perkara yang masuk dengan alasan tidak ada hukumnya, namun
tetap mengacu pada hukum tertulis.
Menurut Ade Saptomo, Prinsip-prinsip bagi hakim dalam mengadili perkara-perkara
hukum konkret mencakup tiga pendekatan sebagai berikut:
Dalam konteks ini pendekatan yang akan dibahas adalah pendekatan legalistik
sedangkan yang lain akan tetap dimasukan. Dengan unsur formal, maka kepastian hukum
merupakan interpretasi dari hukum tertulis. Sebagaimana pada pengelolaan hutan maka
subyek hukum dapat saja melakukan eksploitasi saat memiliki izin dari pihak yang
berwewenang. Pemegang otoritas tentunya berdasarkan asas kepastian hukum dapat
memperhatikan kaidah yang berlaku sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada anomali
baik dari individu atau corporate maupun oknum pemerintah.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran hutan berfugsi sebagai kebutuhan hidup bagi
seluruh komponen mahluk hidup. Indriyanto menjelaskan, mempelajari ekologi hutan
merupakan kegiatan manusia secara komprehensif dengan tujuan mengarahkan atau
memlihara ekosistem hutan dalam keadaan yang memungkinkan untuk selalu bisa dijadikan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia sepanjang masa.17Hutan merupakan
barang yang fundamental untuk itu perlu dilakukan sinergitas terhadap komponen lainnya
dengan menjaga lingkungan hidup agar tetap baik. Sintesis hutan dan lingkungan
merupakan kebutuhan konkrit untuk tetap dijaga kelestarian dan konstruksinya dari mahluk
hidup lain.
Secara eksplisit untuk menjamin adanya kepastian hukum terhadap pelanggaran atau
tindakan kejahatan lingkungan, diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dengan tujuan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan melalui upaya preventif maupun represif.19 Pencegahan-pencegahan
tersebut tidak terlepas dari adanya masalah-masalah lingkungan seperti: penggundulan
hutan, lahan kritis, menipisnya lapisan ozon, pemanasan global tumpahan minyak dilaut,
ikan mati di anak sungai karena zat-zat kimia, dan punahnya species tertentu. tersebut
apabila tidak terakomodir oleh norma, maka akan memberikan kerugian semata terhadap
lingkungan.
2.Struktur
Salah satu aspek dari asas kepastian hukum adalah penegakan hukum. Peran yang
komprehensif dari aparat penegak hukum tidak dapat di biarkan begitu saja. Komponen
yang terdiri Polisi, Jaksa, Advokat, dan Hakim mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
masing. Perlu adanya sinergi dalam meramu hukum saat diimplementasikan sehingga tidak
adanya ketimpangan-ketimpangan saat mempraktikkan hukum di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan. Pencapaian yang maksimal ketika penanganan kasus seperti
pengelolaan hutan oleh oknum yang tidak memperhatikan kondisi sekitarnya (lingkungan)
dapat dijerat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Indonesia termanifestasi sebagai negara hukum.23 Produk hukum Indonesia masih
melekat dari zaman kolonialisasi Belanda sehingga sistem hukum yang diterapkan adalah
sistem hukum europe continental. Sistem hukum ini berlandaskan pada hukum positif yang
menganut asas legalitas. Kepastian hukum merupakan jargon yang terkenal, aksioma ini
dapat dirasakan karena mengintrodusir syarat-syarat yang dikemukakan Julius Stahl
sebagaimana dikutip Azhary, menyebutkan unsur-unsur utama dalam sistem Eropa
Kontinental, YAITU :
Implikasi hukum terhadap adanya hukum terlebih dahulu, dewasa ini dapat di evaluasi
dengan seksama. Pertumbuhan penduduk serta diimbangi dengan kecanggihan teknologi
memudahkan hukum dapat menyelaraskan terhadap kondisi lapangan. Pelanggaran atau
tindakan kejahatan memungkinkan lepas dari pengamatan hukum, karena disebabkan oleh
regulasi yang notabene bersifat kaku. Peraturan perundang-undangan yang dibuat tidak
serta merta mengakomodir seluruh komponen yang mempengaruhi kesewenang-
wenangan. Upaya terhadap pelaku kejahatan kebutuhan hidup atau kebutuhan fundamental
bagi manusia. Semestinya dapat dijerat berdasarkan hukum karena kembali pada unsur-
unsur kepastian hukum maka pelaku tersebut dapat saja lepas karena kekauan hukum
sehingga celah-celah terhadap regulasi yang ada tidak dapat terhindarkan lagi.
Istilah investasi maupun penanaman modal adalah istilah yang dikenal oleh
masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha.Sedangkan
penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan.Dikalangan masyarakat
luas,Investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup investasi langsung (Direct
Investment)dan Investasi tak langsung (portofolio Investment).Sedangkan penanaman
modal lebih berkonotasi kepada investasi langsung.Penanaman modal menurut Pasal 1
Undang-undangNomor25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat diartikansebagai
segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia.
Dalam penanaman modal asing, besar kemungkinan terjadi perselisihan atausengketa
antara pihak penanam modal asing dengan pihak nasional.Perselisihan atau sengketa
tersebut harus mendapatkan penyelesaian.Penyelesaian sengketa menurut Richard L.Abel
adalah “Pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsistent claim)
terhadap sesuatu yang bernilai”3Untuk mengatisipasi terjadinya perselisihan antara pihak
nasional dengan pihak asing di bidang penanamn modaltersebut, Pemerintah Indonesia
telah meratifikasi International Convention on The Settlement of Dispute(ICSID) melalui
Undang-undangNomor5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian perselisihan antara negara dan
warga negara asing mengenai penanaman modal.
Dalam penanaman modal antara Negara dan Warga Negara Asingmengenai
Penanaman Modalpasti ada suatu sengketa atau permasalahan, jika terjadi sengketa maka
melalui penyelesaian lembaga arbitrase.Penyelesaian melaui lembaga arbitrasedi Indonesia
diawali pada tahun 2007dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1968
tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan
Warga Negara Asingmengenai Penanaman Modal. Diundangkannya Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 merupakan suatu bentuk ratifikasi dari Konvensi International Centre
for the Settlement of Investment Desputes between Statesand Nationals of other States
(ICSID). Meskipun telah ada ketentuan yang mengaturnya, namun dibentuk juga peraturan
yang mengatur masalah arbitrase yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase (selanjutnya disingkat Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999).
Pasal 32 Undang-undang Nomor25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal secara
garis besar menyatakan cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman modaldilakukan
dengan melalui cara sebagai berikut
1. Musyawarah mufakat;
2. Arbitrase;
3. Pengadilan;
4. ADR(Negosiasi,Mediasi dan Konsiliasi)
5. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam
negeri,sengketa diselesaikan melalui arbitrase ataupun pengadilan, dan
6. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing
diselesaikan melalui Arbitrase Internasional yang disepakati.
Arbitrase merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan umum yang
mempunyai kelebihan sebagai berikut:
Selain Arbitrase ICSID, Arbitrase ICC (International Chamber of Commerce) juga
dapat menjadi pilihan. Indonesia sendiri sudah meratifikasi New York Convention on
Recognitionand enforcement of Foreign Arbtral Award of1958.Sementara itu,penyelesaian
melalui BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) juga dapat dilakukan. Untuk dapat
menyelesaikan sengketamelalui Arbitrase, biasanya para pihak merumuskan dalam klausul
arbitrase pada perjanjian yang mereka buat, baikdalam bentuk pactum de
compromitendomaupun dalam bentuk akta kompromis.
Jauh sebelum Indonesia memiliki Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 yang
mengatur tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase), Indonesia
pernah dianggap sebagai negara yang tidak ramah arbitrase (not arbitration-friendly
country). Pada era tersebut, selama bertahun-tahun Indonesia dianggap sebagai negara
yang tidak konsisten dan mustahil untuk melaksanakan putusan arbitrase asing. Di
Indonesia Hal tersebut membuat reputasi Indonesia buruk di mata dunia arbitrase
internasional. Namun hal tersebut keliru dan tidak benar.
Indonesia meratifikasi Konvensi New York pada tanggal 5 Agustus 1981 dengan
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 dan diumumkan dalam Berita Negara Nomor 40
Tahun 1981 serta terdaftar secara resmi pada tanggal 7 Oktober 1981. Pada dasarnya
Konvensi New York mengatur tentang 2 hal, yaitu:
Namun, karena konvensi sama sekali tidak mengatur tentang bagaimana mekanisme
dan prosedur pelaksanaan putusan arbitrase asing, maka timbul penafsiran yang berbeda-
beda antara satu negara dengan negara lainnya, yaitu apakah diperlukan suatu ketentuan
atau peraturan pelaksana khusus (implementing legislation) atau dengan ratifikasi bisa
langsung diterapkan.
Kesulitan yang dihadapi oleh beberapa negara yang telah meratifikasi konvensi
tersebut, ternyata juga dialami oleh Indonesia, di mana para ahli hukum Indonesia berbeda
pendapat tentang perlu tidaknya implementing legislation. Karena tidak adanya peraturan
pelaksananya, dipandang terjadi kekosongan hukum pelaksanaan konvensi tersebut. Oleh
karena itu, sejak tahun 1981 sampai dengan 1990, pengadilan di Indonesia tidak memiliki
peraturan pelaksana mengenai mekanisme pelaksanaan putusan arbitrase. Hal ini
menyebabkan timbulnya persepsi keberlakuan Pasal 634 Reglemen Acara Perdata
– Reglement op de Rechtsvordering (RV) yang mana mengatur bahwa pendaftaran dan
permohonan untuk pelaksanaan putusan arbitrase harus dilakukan melalui Pengadilan
Negeri dimana putusan tersebut diberikan.
Sampai pada tahun 1990 ketika Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 (PERMA No. 1/1990) yang mengatur bahwa hasil
putusan arbitrase asing di negara yang juga meratifikasi Konvensi New York, dapat
dilaksanakan dengan cara mendaftarkan putusan tersebut pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Selanjutnya, dalam jangka waktu 14 hari, Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
mengirimkan permohonan tersebut ke Mahkamah Agung sebagai satu-satunya lembaga
yang berwenang mengeluarkan putusan eksekutorial (exequatur) atas putusan arbitrase
asing tersebut.
Pada tanggal 12 Agustus 1999 Indonesia mengeluarkan UU arbitrase yang sifatnya
komprehensif dan berlaku efektif, yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase). Dengan keluarnya UU
Arbitrase, segala ketentuan yang mengatur tentang arbitrase, seperti Pasal 615-651 RV,
demikian pula halnya dengan ketentuan Pasal 377 Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui
(Het Herziene Indonesisch Reglement) sert a Pasal 705 Reglemen Acara Untuk Daerah Luar
Jawa dan Madura (Reehtsregement Buitengewesten) dinyatakan tidak berlaku (Pasal 81 UU
Arbitrase).
Meskipun UU No. 30/1999 tidak secara tegas menyatakan PERMA No. 1/1990 dicabut,
namun karena secara hierarki PERMA dibawah UU, maka jika terdapat perbedaan diantara
kedua ketentuan ini, maka UU yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 65, yang berwenang menangani masalah pengakuan dan
pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional adlah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Selanjutnya, Pasal 66 menyatakan bahwa Putusan Arbitrase Internasional hanya diakui serta
dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Diajukan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara
Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral,
mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional.
2. Putusan tersebut termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan
3. Putusan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
5. Jika Negara Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung dan selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.
Dalam pelaksanaannya, permasalahan yang sering dihadapi adalah terkait administrasi
penyampaian berkas permohonan, dimana disamping menyertakan lembar asli/salinan
otentik putusan arbitrase, lembar asli/salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar putusan
arbitrase serta keterangan dari perwakilan diplomatik indonesia di negara tempat putusan
arbitrase internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa negara pemohon
terikat pada perjanjian baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara Indonesia
perihal pengakuan dan pelaksanaan putusan atau negara tersebut juga meratifikasi
Konvensi New York (Pasal 67 (2) UU Arbitrase).
Dalam kenyataannya, hal keterangan dari perwakilan diplomatik, masih belum
dikomunikasikan secara efektif oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia kepada perwakilan
diplomatiknya di luar negeri sehingga acapkali menambah beban administratif dan
mengakibatkan keterlambatan untuk dapat didaftarkan di Pengadilan Negeri.
Permohonan tersebut disampaikan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada
Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Pasal 67 ayat 1). Putusan Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase internasional tidak dapat
diajukan banding atau kasasi (Pasal 68 (1), sehingga bersifat mengikat dan final. Tidak ada
upaya hukum yang dapat dilakukan atas putusan tersebut. Namun, terhadap putusan yang
menolak untuk mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase internasional, dapat diajukan
kasasi (Pasal 68 ayat (2), yang mana kasasi dapat diajukan dalam waktu 30 hari sejak
penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase di Pengadilan Negeri (Pasal 71 UU
Arbitrase).
Pada akhirnya, terutama sejak lahirnya UU Arbitrase, Indonesia merupakan negara yang
sangat positif mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase asing. Bahkan, sejak UU
Arbitrase berlaku sampai dengan sekarang, tidak ada permohonan eksekuator putusan
arbitrase asing yang ditolak oleh Pengadilan Negeri. Hal ini menunjukkan hal yang benar-
benar positif, yang sangat berbeda jauh dengan sebelum lahirnya UU Arbitrase.
Perilaku ataupun sikap tindak aparatur penegak hukum dalam pelaksanaan putusan
pengadilan, sudah menjadi rahasia umum. Dengan adanya kebebasan pers, dan terbukanya
informasi, dan mudahnya akses telekomunikasi , pelaksanaan putusan pengadilan dari
Pengadilan negeri, banding di PengadilanTinggi, Kasasi di Mahkamah Agung, Peninjauan
Kembali (PK), sampai eksekusi oleh penuntut umum, dan berakhir di lembaga
Pemasyarakata, dengan mudah diketahui secara meluas.
Dispensasi, dan kemudahan-kemudahan yang sifatnya individual dimungkinkan
terjadi selama terpidana menjalani pemidanaan. Dengan latar belakang ekonomi yang kuat,
terpandang, banyak koreksi elit pemerintahan, terpidana dapat lebih leluasa di lembaga
pemasyarakatan dibandingkan kebanyakan narapidana dari kalangan biasa
Secara isntitusional, Mahkamah Agung telah dan terus mengadakan pengawasan
termasuk mengadakan pembenahan-pembenahan. Menurut Henry P Panggabean (2001-
2002) Court management adalah sistem pengelolaan peradilan yang mencakup fungsi
pengawasan agar dengan kegiatan pengawasan isu, fungsi peradilan dapat terselenggara
dengan efektif dan efisien.
Dalam praktek sehari-hari, fungsi pengawasan di Mahkamah Agung telah berjalan
dengan gambaran sebagai berikut
BAHAN MENTAH
1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
2. Anggaran Persdiaan Bahan Mentah
3. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
4. Sub anggaran yang secara umum dibutuhkan
dalam merencanakan bahan mentah/suku cadang
5. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Digunakan untuk Produksi
Anggaran ini merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan
suku cadang yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang.
Anggaran ini harus menentukan jumlah tiap bahan mentah dan suku cadang menurut
waktu, produk dan pusat pertanggungjawaban.
Tujuan :
Kebutuhan Bahan Mentah
=
Unit Produksi
X
Data yang tersedia adalah tahun 2A11. Perusahaan “MITRA GRAMENT” selama 2 tahun
terakhir memproduksi dua macam produk, yaitu jas dan kemeja. Dan selama tahun tersebut
perusahaan meerencanakan memproduksi 600 unit jas dan 900 kemeja.
Tunjangan.
Kompensasi Non-Finansial.
Konsep-konsep Penting.
Ringkasan.
Pertanyaan Latihan.
Tujuan Pembelajaran
Senioritas: Lamanya waktu seorang karyawan bekerja pada suatu bidang pekerjaan.
Rencana insentif untuk karyawan operatif: Kebijakan insentif membuat karyawan dapat
memperoleh penghasilan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan fisik dan
mentalnya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana insentif: Rata-
rata hasil kerja yang dihasilkan setiap pekerja untuk mengukur prestasi kerjanya. Jumlah
bayaran yang adil atas prestasi kerjanya. Rencana insentif dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok: Tarif per unit produk; Bonus waktu.
Tarif per-unit produk yang dihasilkan: upah yang dibayarkan berdasarkan jumlah unit
produk yang dihasilkan setelah mencapai standar pekerjaan. Rencana upah per-unit lurus:
menghargai pekerjaan karyawan secara adil dan sangat sederhana perhitungannya. Contoh:
jika standar pekerjaan adalah 200 unit per hari dan tarif dasar sebesar Rp ,-. per hari, maka
upah per nit adalah Rp. 400,-. per unit. Jika menghasilkan 250 unit per hari , maka mereka
memperoleh penghasilan sebesar Rp ,-. per hari, dengan mendapatkan insentif sebesar p ,-.
Jika menghasilkan 190 unit pada hari tertentu, maka karyawan tetap dibayar standar sebesar
Rp ,-. Rencana upah per-unit diferensial: Sistem ini diperkenalkan oleh Frederick W. Taylor.
Terbagi atas dua sistem: karyawan yang menghasilkan pekerjaan melebihi standar dan
dibawah standar. Contoh: karyawan yang menghasilkan sesuai atau melebihi standar akan
menerima upah sebesar Rp. 400,-. Karyawan yang menyelesaikan dibawah standar akan
menerima upah sebesar Rp. 350,-. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja
karyawan dengan memberi penghargaan dan hukuman.
Rencana pembagian keuntungan: Tunai: membagi sebagian keuntungan kepada
karyawan secara tunai dalam jumlah tertentu secara teratur setiap periode tertentu.
Tertunda: pembagian keuntungan yang telah disiapkan sebelumnya, termasuk keuntungan
pajak dimasukkan ke rekening karyawan. Rencana kepemilikan saham karyawan: bagian
saham yang diperuntukkan kepada karyawan atas sebagian keuntungan perusahaan.
Rencana Scanlon: adalah suatu rencana insentif untuk karyawan yang pertama kali
dikemukakan oleh Joseph Scanlon. Ada lima elemen penting: Kerja sama: para manajer dan
karyawan menumbuhkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam organisasi.
Identitas: perusahaan harus memperkenalkan karakter melalui visi, misi, dan tujuan
perusahaan agar para karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi atas perusahaan.
Kompetensi: organisasi mengharuskan para karyawannya memiliki kompetensi untuk
mencapai tujuan bersama yang dituntut organisasi tersebut. Sistem keterlibatan: elemen ini
terdapat tingkat departemen dan eksekutif. Maryawan memberikan usulan perbaikan pada
tingkat departemen, kemudian disampaikan ke tingkat eksekutif untuk memutuskan apakah
usulan itu dapat diterapkan atau tidak.
Pendapatan gaji: Sebagian perusahaan memberikan gaji kepada tenaga penjualan
sebagai imbalan atas jasa yang mereka sumbangkan dalam kegiatan penjualan. Sebagian
karyawan penjualan menerima gaji, diberikan pada karyawan yang melaksanakan pekerjaan
bidang pelayanan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Penghasilan mereka
tidak ditentukan oleh banyaknya produk yang mereka jual, tetapi mereka menerima gaji
tetap yang dibayarkan per periode pembayaran, biasanya setiap bulan. Komisi:
penghargaan yang diterima karyawan penjualan berdasarkan banyaknya jumlah produk
tertentu yang mereka jual. Kombinasi gaji dan komisi: Kebanyakan perusahaan
menggunakan pembayaran gaji ditambah dengan komisi sebagai sistem kompensasi bagi
tenaga penjual. Perbandingan sistem pembayaran dapat berupa 70% gaji dan 30% komisi,
atau 80% gaji dan 20% komisi.
Tunjangan
Pengertian tunjangan adalah pembayaran kompensasi finansial atau non- finansial
kepada karyawan secara tidak langsung untuk keberlanjutan mereka pada perusahaan.
Berbagai pilihan tunjangan yang dapat ditawarkan: Pembayaran untuk waktu tidak bekerja:
pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan meskipun dala kondisi tidak
bekerja. Contohnya, jika sedang dalam keadaan cuti. Contoh, jika seorang karyawan
memperoleh gaji tetap sebesar Rp. 5 juta per bulan, dalam waktu 25 hari kerja atau 200 jam
kerja sebulan, dapat dihitung gaji yang dibayarkan sebesar Rp per jam. Perlindungan
terhadap bahaya: perusahaan akan memberikan tunjangan bagi karyawan untuk
menanggulangi hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya diakibatkan pekerjaan. Asuransi
jiwa: perlindungan bagi karyawan yang mengalami kecelakaan kerja baik yang cacat
permanen atau total maupun meninggal dunia. Asuransi kesehatan: suatu bentuk
perlindungan atas kesehatan karyawan yang bukan ditimbulkan pekerjaannya semata.
Pelayanan pengobatan: fasilitas pengobatan yang disedikan oleh perusahaan itu
sendiri untuk memberikan pelayanan pengobatan secara langsung kepada karyawannya.
Rencana pensiun: sejumlah pendapatan yang dibayarkan kepada karyawan pada saat tidak
bekerja akibat usia. Berbagai macam rencana program pensiun: Contributory plan: program
pensiun yang dananya berasal dari karyawan dan pemberi kerja dengan proporsi
pembayaran yang telah disepakati sebelumnya. Non-contributory plan: program pensiun
yang dananya sepenuhnya berasal dari pemberi kerja. Koperasi: merupakan suatu badan
usaha yang terdapat dalam suatu institusi tertentu yang berfungsi untuk membantu para
anggotanya ke dalam berbagai aspek untuk meringankan ekonominya.
Kebijakan organisasional: adalah pedoman yang ditetapkan organisasi pada awal
kegiatan yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan. Berbagai kebijakan
organisasional yang dapat memberikan kepuasan kerja: Administrasi dan kompensasi yang
adil: merupakan faktor penting untuk menciptakan daya tarik perusahaan dalam
mempertahankan dan menarik tenaga kerja yang berkualitas. Faktor-faktor kepuasan kerja:
pekerjaan yang menantang, pengakuan atas prestasi, pekerjaan yang menuntut tanggung
jawab, perasaan mendapat prestasi atas pekerjaan dan peluang kemajuan perusahaan.
Kondisi kerja: tersedianya fasilitas yang memadai, ruang kerja yang bersih, dan kantor yang
bergengsi. Manajer yang berkualitas: kualitas kerja karyawan akan bergantung pada kualitas
manajer dan mempunyai kaitan dengan hasil-hasil organisasional. Rekan sekerja: pada
prinsipnya berorganisasi berarti membentuk sekelompok atau tim yang bekerja sama dan
saling mengisi antar satu sama lainnya untuk tujuan organisasi.
Kompensasi Non-Finansial
Waktu yang fleksibel: merupakan tindakan yang memberikan pilihan waktu bagi
karyawan untuk bekerja. Keleluasaan pada jam kerja merupakan kebutuhan banyak orang,
sehingga ini merupakan imbalan yang berharga bagi dirinya. Pembagian pekerjaan:
merupakan satu pendekatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengerjakan satu
pekerjaan. Biasanya, pembagian pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
keterbatasan waktu.
Konsep-konsep Penting
Penghargaan insentif.
Kompensasi variabel.
Tenaga administratif.
Manajerial.
Tenaga penjual.
Kompensasi pelengkap.
Kebijakan insentif.
Bisnis internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas – batas
suatu Negara. Transaksi bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun
transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu Negara dengan Negara lain yang sering disebut
sebagai Bisnis Internasional (International Trade). Dilain pihak transaksi bisnis itu dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam sutu Negara dengan perusahaan lain atau individu di Negara
lain disebut Pemasaran Internasional atau International Marketing. Pemasaran internasional
inilah yang biasanya diartikan sebagai Bisnis Internasional, meskipun pada dasarnya ada dua
pengertian.
Dalam hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu
biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan
adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul “NERACA PERDAGANGAN
ANTAR NEGARA” atau “BALANCE OF TRADE”. Suatu Negara dapat memiliki Surplus Neraca
Perdagangan atau Devisit Neraca Perdagangannya. Neraca perdagangan yang surplus
menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari Negara partner dagangnya. Dengan
neraca perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan
maka aliran kas masuk ke Negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke
Negara partner dagangnya tersebut.
Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar Negara tersebut sering
disebut sebagai “NERACA PEMBAYARAN” atau “BALANCE OF PAYMENTS”. Dalam hal ini
neraca pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan bahwa Negara ini
mengalami PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila Negara itu mengalami
devisit neraca perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang
dapat dilakukannya dengan Negara lain tersebut. Dengan demikian maka Negara tersebut
akan mengalami devisit neraca pembayarannya dan akan menghadapi PENGURANGAN
DEVISA NEGARA.
Transaksi bisnis internasional ini pada umumnya merupakan upaya untuk memasarkan
hasil produksi di luar negeri. Dalam hal semacam ini maka pengusaha tersebut akan
terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada transaksi ekspor
impor. Dengan masuknya langsung dan melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di
negeri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor impor. Produk yang dipasarkan itu tidak saja
berupa barang akan tetapi dapat pula berupa jasa.
Suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu
memegang monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut. Hal
ini akan dapat dicapai kalau tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan produk tersebut
sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil yang pada umumnya
disebabkan karena kondisi alam yang dimilikinya, misalnya hasil tambang, perkebunan,
kehutanan, pertanian dan sebagainya.
Disamping kondisi alam, keunggulan absolut dapat pula diperoleh dari suatu negara
yang mampu untuk memproduksikan suatu komoditi yang paling murah di antara negara-
negara lainnya. Keunggulan semacam ini pada umumnya tidak akan dapat berlangsung
lama karena kemajuan teknologi akan dengan cepat mengatasi cara produksi yang lebih
efisien dan ongkos yang lebih murah.
Konsep Keunggulan komparatif ini merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak
terdapat dalam bisnis Internasional. Suatu keadaan di mana suatu negara memiliki
kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut dibandingkan dengan
negara lain.
Keunggulan komperatif (comparative advantage)
Kemampuan yang lebih tinggi dalam menawarkan suatu produk itu dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk yaitu :
Memanfaatkan kapasitas mesin yang masih menganggur yang dimiliki oleh suatu
perusahaan Produk tersebut di dalam negeri sudah mengalami tingkat kejenihan dan
bahkan mungkin sudah mengalami tahapan penurunan (decline phase) sedangkan di luar
negeri justru sedang berkembang (growth).
Persaingan yang terjadi di dalam negeri kadang justru lebih tajam katimbang
persaingan terhadap produk tersebut di luar negeri Mengembangkan pasar baru (ke luar
negeri) merupakan tindakan yang lebih mudah ketimbang mengembangkan produk baru
(di dalam negeri) Potensi pasar internasional pada umumnya jauh lebih luas ketimbang
pasar domestic
1. Ekspor Insidentil
2. Ekspor Aktif
3. Penjualan Lisensi
4. Franchising
5. Pemasaran di Luar Negeri
6. Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri
Batasan perdagangan dan tariff bea masuk Perbedaan bahasa, social budaya/cultural
Kondisi politik dan hokum/perundang-undangan Hambatan operasional.
Dalam hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar Negara itu
biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan
adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul “NERACA PERDAGANGAN
ANTAR NEGARA” atau “BALANCE OF TRADE”. Suatu Negara dapat memiliki Surplus Neraca
Perdagangan atau Devisit Neraca Perdagangannya. Neraca perdagangan yang surplus
menunjukan keadaan dimana Negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari Negara partner dagangnya. Dengan
neraca perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan
maka aliran kas masuk ke Negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke
Negara partner dagangnya tersebut.
Besar kecilnya aliran uang kas masuk dan keluar antar Negara tersebut sering disebut
sebagai “NERACA PEMBAYARAN” atau “BALANCE OF PAYMENTS”. Dalam hal ini neraca
pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan bahwa Negara ini mengalami
PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila Negara itu mengalami devisit neraca
perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya
dengan Negara lain tersebut. Dengan demikian maka Negara tersebut akan mengalami
devisit neraca pembayarannya dan akan menghadapi PENGURANGAN DEVISA NEGARA.
Ekspor Insidentil
Ekspor Aktif
Penjualan Lisensi
Franchising
Pemasaran di Luar Negeri
Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri
Ekspor Insidentil Dalam rangka untuk masuk ke dalam dunia bisnis Internasional
suatu perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu keterlibatan yang paling awal yaitu
dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat
adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian dia membeli barang-barang dan
kemudian kita harus mengirimkannya ke negeri asing itu.
Ekspor Aktif Tahap terdahulu itu kemudian dapat berkembang terus dan kemudian
terjalinlah hubungan bisnis yang rutin dan kontinyu dan bahkan transaksi tersebut makin
lama akan semakin aktif. Keaktifan hubungan transaksi bisnis tersebut ditandai pada
umumnya dengan semakin berkembangnya jumlah maupun jenis komoditi perdagangan
Internasional tersebut.
Ekspor Aktif Dalam tahap aktif ini perusahaan negeri sendiri mulai aktif untuk
melaksanakan manajemen atas transaksi itu. Tidak seperti tahap awal di mana pengusaha
hanya bertindak pasif. Oleh karena itu dalam tahap ini sering pula disebut sebagai tahap
“ekspor aktif”, sedangkan tahap pertama tadi disebut tahap pembelian atau “Purchasing”.
Penjualan Lisensi Dalam tahap ini Negara pendatang menjual lisensi atau merek dari
produknya kepada negara penerima. Dalam tahap yang dijual adalah hanya merek atau
lisensinya saja, sehingga negara penerima dapat melakukan manajemen yang cukup luas
terhadap pemasaran maupun proses produksinya termasuk bahan baku serta peralatannya.
Untuk keperluan pemakaian lisensi tersebut maka perusahaan dan negara penerima harus
membayar fee atas lisensi itu kepada perusahaan asing tersebut.
Franchising Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu perusahaan
di suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau merek dagangnya saja akan tetapi lengkap
dengan segala atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep campuran
proses produksinya, pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan baku maupun barang
jadinya, serta bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal sebagai bentuk “Franchising”.
Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan yang menerima disebut sebagai
“Franchisee” sedangkan perusahaan pemberi disebut sebagai “Franchisor”. Bentuk ini pada
umumnya berhasil bagi jenis usaha tertentu misalnya makanan, restoran, supermarket,
fitness centre dan sebagainya.
Hambatan operasional.
ASPEK HUKUM
ASPEK HUKUM
Dari keempat badan usaha tersebut, jelaskan definisi, peraturan perundangan yang
digunakan, kelebihan dan kekurangannya (dilihat dari segi peraturan hukum, modal yang
dikumpulkan, motivasi, rahasia perusahaan, proses pengambilan keputusan dan resiko)
Sumber Data untuk analisis kelayakan :
Jenis data yang digunakan untuk mengkaji aspek hukum adalah : Data primer : data
mengenai tanggapan dan persetujuan masyarakat sekitar, ketentuan hukum dan perjinan
yang harus dipenuhi. 2. Data sekunder berupa literatur mengenai peraturan perundangan
yang harus dipenuhi, dokumen hukum yang perlu dipersiapkan, persyaratanperizinan.
Izin usaha Akta pendirian dari notaris, Surat tanda daftar perusahaan, surat izin
tempat usaha yang dikelluarkan pemda setempapt, surat rekomendasi kadin
setempat, Surat izin usaha perdagangan setempat
Izin lokasi Sertifikat, PBB terakhir, Rekomendasi RT / RW, Kecamatan, KTP pendiri.
“keseluruhan kaidah-2 dan asas-2 yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas-2 negara yang bukan bersifat perdata” PENGERTIAN HUKUM
INTERNASIONAL PRIVAT : “keseluruhan kaidah-2 dan asas-2 yang mengatur hubungan atau
persoalan-2 yang melintasi batas-2 negara yang bersifat perdata”. HUKUM ANTAR
BANGSA : “menunjukkan pada kebiasaan dan aturan (hukum) yang berlaku dalam
hubungan raja-2 pada jaman dahulu”
“Menunjukkan kompleksitas kaidah-2 dan asas-2 hukum yang mengatur hubungan
antar anggota masyarakat bangsa-2 atau negara yang kita kenal dengan munculnya negara
dalam bentuknya yang modern (nation state)” HUKUM DUNIA : “Berpangkal pada pemikiran
analogi Hukum Tata Negara, hukum dunia merupakan semacam negara federasi dunia yang
meliputi semua negara didunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri diatas negara-2
nasional.” tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum sub
ordinasi (hirarkis)
Hukum Internasional yang hanya berlaku bagi negara-2 t3, yg tidak terbatas pada
suatu bagian dunia (region t3), wilayah berlakunya lebih luas dari Hukum Internasional
regional dan tumbuh melalui konvensi/ perjanjian internasional serta berlaku bagi negara-2
t3 yang tdk terbatas dengan wilayah. ex. Konvensi Eropa tentang HAM
HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL suatu adat istiadat atau kebiasaan yang telah
memperoleh kekuatan hukum dan diakui oleh masyarakat internasional.
1. materi
2. Aspek psikologis
DIBEDAKAN MENJADI 2 : TRAKTAT (PERJANJIAN) yang membuat hukum (law makin)
yaitu menetapkan kaidah-2 yang berlaku secara universal dan umum Traktat-2 kontrak
(treaty contract) yaitu suatu perjanjian antara 2 atau beberapa negara yang berkenaan
dengan suatu pokok permasalahan khusus yang ekslusif menyangkut negara-2.
BUDAYA HUKUM
BUDAYA HUKUM
BEKERJANYA HUKUM
kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenali diri mereka serta umpan balik
yang datang dari pemegang peranan. Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan
bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka,
sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosia, politik, ideologis dan lain-lainnya
yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta
birokrasi.
Hukum bukan sekedar alat yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, tetapi
merupakan perangkat tradisi, obyek pertukaran nilai yang tidak netral dari pengaruh sosial
dan budaya Hukum harus dilihat sebagai suatu sistem yang utuh. Pengertian Sistem :
Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi mengenai hukum acara pidana,
yang ada adalah berbagi pengertian mengenai bagian- bgian tertentu dari hukum acara
pidana, misalnya penyelidikan, Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya.
Prof. MULYATNO menyebutkan bahwa HAP (Hukum Acara Pidana) adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang memberikan dasar-dasar dan aturan-
aturan yang menentukan dengan cara apa dan prosedur macam apa, ancaman pidana yang
ada pada suatu perbuatan pidana dapat dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang
telah melakukan perbuatan pidana.
intinya bahwa Hukum Acara Pidana adalah Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan
dengan penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana
meliputi proses pelaporan dan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana. Hukum
Pidana Apa ? Siapa ? Bagaimana ? Perbuatan Apa yang dikatakan Tindak pidana Siapa Yang
dapat dikatakan sebagai Pelaku Bagaimana Cara Memproses pelaku jika terjadi tindak
pidana Hukum Pidana Materiil Hukum Pidana Formil
Fungsi Represif yaitu Fungsi Hukum acara pidana adalah melaksanakan dan menegakkan
hukum pidana. artinya jika ada perbuatan yang tergolong sebagai perbuatan pidana maka
perbuatan tersebut harus diproses agar ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam
hukum pidana dapat diterapkan.
Fungsi Preventif yaitu fungsi mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. fungsi ini
dapat dilihat ketika sistem peradilan pidana dapat berjalan dengan baik dan ada kepastian
hukumnya, maka orang akan berpikir kalau akan melakukan tindak pidana.
Tujuan hukum acara pidana dalam pedoman pelaksanaan KUHAP “ Tujuan dari hukum
acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap- lengkapnya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.
Jika memperhatikan rumusan di atas maka tujuan hukum pidana dapat dikatakan
bahwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu: mencari dan mendapatkan
kebenaran melakukan penuntutan melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan
namun dari ketiga hal tersebut dapat pula ditambahkan yangkeempat yaitu melaksanakan
(Eksekusi) putusan hakim. Siapa Yang berhak mencari dan menemukan kebenaran ?
menurut hukum acara pidana yang bertugas mencari dan menemukan kebenaran adalah
pihak kepolisian dalam hal ini adalah penyelidik dan penyidik. kebenaran yang dimaksudkan
adalah keseluruhan fakta-fakta yang terjadi yang ada hubungannya dengan perbuatan
pidana yang terjadi.
Tujuan melakukan penuntutan adalah menjadi tugas dari kejaksaan yang dilakukan
oleh JPU penuntutan harus dilakukan secermat mungkin sehingga penuntutan itu
merupakan penuntutan yang tepat dan benar. sebab kesalahan penuntutan akan berakibat
fatal yaitu gagalnya penuntutan yang berakibat pelaku bebas.
tujuan ketiga yakni melakukan pemeriksaan dan membuat dan menemukan putusan
menjadi tugas hakim dipengadilan. pemeriksaan harus jujur dan tidak memihak serta
putusannya pun harus putusan yang adil bagi semua pihak.
Tujuan terakhir dari HAP adalah melaksanakan eksekusi putusan hakim, secara
administratif dilakukan oleh jaksa akan tetapi secara operasionalnya dilakukan dan menjadi
tugas lembaga pemasyarakatan kalau putusan itu putusan pidana penjara, namun jika
putusanya pidana mati maka langsung dilakukan oleh regu tembak yang khusus disiapkan
untuk itu.
SISTEM PERADILAN PIDANA Kasus Polisi JPU PN LP MASYARAKAT Penyelidika n dan
Penyidikan Penuntutan Membuat SP3 Pemeriksaa n perkara pidana Eksekusi dan pembinaa
n SUB SISTEM SPP Ou t Put In Put
Ilmu-ilmu bantu Hukum Acara Pidana untuk mencapi tujuan hukum acara pidana tidak
mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu yang membantu dalam menemukan kebenaran. ilmu-
ilmu ini akan sangat berguna bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara ,hakim
maupun petugas lembaga pemasyarakatan) oleh karena itu bagi aparat penegak hukum
wajib membekali diri dengan pengetahun dari berbagai ilmu bantu.
ilmu-ilmu bantu yang dimaksud adalah: Logika. Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
dalam proses penyidian dan proses pembuktian disidang pengadilan. kedua proses ini
memerlukan cara-cara berpikir yang logis sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun dapat
dikatakan logis dan rasional.
1. Psikologi sesuai dengn materi pokok ilmu ini, mak ilmu ini dapat berguna didalam
menyentuh persoalan-pesoalan kejiwaan tersangka. hal ini sangat membantu
penyidik dalam proses interograsi. dan hakim dapat memilih bagaimana dia harus
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi kejiwaan terdakwa.
2. Kriminalistik Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat berguna bagi proses
pembuktian terutama dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang terungkap didalam
sidang, dan dengan ilmu ini maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika yang
baik sehingga proses pembuktian akan lebih dapat dipertanggungjawabkan. ilmu ini
yang banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik jari, jejak kaki, toxikologi (ilmu racun)
dan sebagainya.
3. Kedokteran Kehakiman dan Psikiatri kedokteran kehakiman dan psikiatri sangat
membantu penyidik,JPU dan hakim didalam menangani kejahatan yang berkaitan
dengan nyawa atau badan seseorang atau keselamatan jiwa orang.dalam hal ini
hakim memerlukan keterangan dari kedokteran dan psikitri. dan ketika da yang
menjelaskan tentang istilah istilah medis hakim jaksa dn pengacara tidak terlalu buta.
4. Kriminologi Ilmu ini mempelajari seluk beluk tentang kejahatan baik sebab sebab
dan latar belakang kejahatanya maupun mengenai bentuk-bentuk kejahatan. ilmu ini
akan membantu terutma pada hakim dalam menjatuhkan putusan tidak membabi
buta, harus melihat latar belakang dan sebab sebab yang menjadikan pelaku
melakukan tindak pidana.
5. 23. Penologi Ilmu ini sangat membantu hakim dalam menentukan alternatif
penjatuhan hukuman termasuk juga bagi petugas pemasyarakatan jenis pembinaan
apa yang tepat bagi nara pidana.
6. Victimologi Ilmu Yang mempelajari seluk beluk korban Kejahatan. Ilmu ini sangat
membantu dalam menentukan tindakan apa yang tepat untuk dapat memberikan
santunan kepada korban.
Istilah-Istilah umum dalam KUHAP istilah-istilah umum dalam hukum acara pidana
ada disebutkan secara rinci dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 1981 atau KUHAP.
Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana Asas-asas yang berlaku dalam Hukum acara
Pidana ada yang bersifat umum dan bersifat Khusus. yang bersifat umum berlaku pada
seluruh kegiatan peradilan sedangkan yang bersifat khusus berlaku hanya didalam
persidangan saja.
1. Judul Nota Kesepahaman : Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang
ditentukan akan dapat diketahui para pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut,
antara siapa dengan siapa, serta sifat Nota Kesepahaman itu, apakah nasional atau
internasional.
2. Pembukaan Nota Kesepahaman :
Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota
Kesepahaman.
Para pihak disebut PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang merupakan wakil dari
masing-masing instansi. Para pihak dapat orang perorangan, dapat pula badan
hukum baik badan hukum privat maupun badan hukum publik. Mereka yang
menjadi pihak tersebut, mereka pula yang membuat dan menandatangani Nota
Kesepahaman.
Para pihak yang bermaksud mengadakan Nota Kesepahaman memiliki kewenangan
untuk bersama-sama menentukan apa yang akan menjadi isi Nota Kesepahaman. Isi Nota
Kesepahaman menggambarkan apa yang dikehendaki oleh mereka atau kedua belah pihak.
Dalam praktek, perumusan isi Nota Kesepahaman ada yang singkat, ada pula yang lengkap,
tergantung pada para pihak, mana yang mereka kehendaki. Dari kedua pola tersebut yang
lebih banyak digunakan adalah rumusan secara singkat. Perumusan secara lebih terperinci
atau panjang lebar diwujudkan dalam isi kontrak.
Bagian ini merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman dan dirumuskan dengan
kalimat yang sederhana.
Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para pihak
membubuhkan tanda tangan dan nama terang.
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang ditulis dengan huruf kapital Posisi PIHAK
PERTAMA di bagian kiri bawah sedangkan posisi PIHAK KEDUA di bagian kanan
bawah dari naskah.
PENGERTIAN AADALAH Joint venture sering disebut sebagai usaha patungan memiliki
pengertian yaitu suatu entitas yang dibentuk oleh 2 pihak atau lebih untuk
menyelenggarakan aktivitas ekonomi untuk mendapatkan keuntungan. Setiap pihak
tersebut sepakat untuk menyetorkan modal, menanggung risiko dan berbagi keuntungan.
Joint venture domestic. Yaitu merupakan kotrak kerja sama yang dilakukan diantara
daera domestik. Kerjasama yang dilakukan diantara perusahaan dalam negeri.
Joint venture international. Kerjasama yang dilakukan, apabila salah satunya adalah
perusahaan internasional.
BENTUK-BENTUK VENTURE :
1. Single venture yaitu pengusaha suatu pekerjaan yang dilakukan satu unit tertentu.
Dalam hal ini cukup menggunakan pembukuan sederhana yang menggunakan
rekening sendiri yang disebut venture account mengkredit apabila terjadi
pendapatan dan mendebetnya apabila terjadi biaya.
2. Joint venture Kerja sama diantara 2 orang/ badan untuk melakukan usaha tertentu
dengan waktu yang terbatas masing-masing pihak menyerahkan aset sebagai
kontribusi keuntungan joint veture didasarkan pada perjanjian
ANGGOTA JOINT VENTURE Anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture
sering disebut dengan istilah patner atau sekutu. Pada umumnya semua sekutu ikut andil
atau berperan dalam berjalannya perusahaan, salah satu sekutu yang bertugas sebagai
manajernya yang sering disebut managing partner. Anggota joint venture dapat berupa :
Perseroan
Persekutuan
Perseroan terbatas
METODE AKUNTANSI JOINT VENTURE Metode Akuntansi Terpisah Akuntansi yang
diselenggarakan oleh joint venture ini pada dasarnya sama dengan akuntansi yang
diselenggarakan oleh persekutuan. joint venture menggunakan rekening:
aktiva
Utang
Modal untuk masing-masing sekutu
Penghasilan dan biaya
Metode Akuntansi Tidak Terpisah Tidak menyelenggarakan akuntansi secara
tersendiri
Akuntansi joint venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu (partner) di bagi
menjadi 2 yaaitu :
DEFINISI
Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani, pengertian tenaga kerja adalah jumlah
penduduk yang dianggap atau sanggup bekerha bila ada permintaan kerja. Menurut Dr.
Payman, tenaga kerja adalah produk yang sedang bekerja. Sedang mencari pekerjaan, atau
sedang melaksanakan pekerjaan seperti bersekolah atau ibu rumah tangga.
Menurut Dr.A.Hamzah SH tenaga kerja meliputi tenaga kerja yag bekerja didalam maupun
diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja
itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi: "Tiap-tiap warga neara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak". Dari bunyi Pasalg 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia
bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja. Pemerintah berusaha untuk
menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga negara karena penciptaan lapangan kerja
berhubungan dengan peningkatan pendapatan per kapita sekaligus pendapatan nasional.
Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 yang berbunyi: "Tiap-tiap warga neara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak". Dari bunyi Pasalg 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia
bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja. Pemerintah berusaha untuk
menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga negara karena penciptaan lapangan kerja
berhubungan dengan peningkatan pendapatan per kapita sekaligus pendapatan nasional.
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan
untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan atas
tenaga kerja.
NAMA
KETERANGAN
Penduduk usia kerja / tenaga kerja
Penduduk usia 15 – 64
Penduduk bukan usia kerja / bukan tenaga kerja
Penduduk usia 0 – 14
Penduduk usia 64 ke atas Pengangguran
Penduduk usia
Definisi pengangguran
Penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari
pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Sedangkan tingkat
pengangguran adalah perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja
dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Jika peningkatan
jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap
lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di negara tersebut tinggi
Cara Mengatasi Pengangguran Siklis Untuk mengatasi pengangguran siklis diperlukan
beberapa langkah langkah antara lain peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli
masyarakat dapat meningkat apabila mereka mendapat tambahan penghasilan. Pemerintah
harus membuka proyek yang bersifat umum, seperti membangun jalan, jembatan, irigasi,
dan kegiatan lainnya. Cara lain adalah dengan mengarahkan permintaan masyarakat untuk
membeli barang dan jasa, serta memperluas pasar barang dan jasa. Pasar yang sudah ada
harus terus dipertahankan. Namun diusahakan membuka peluang lain dalam rangka
memasuki pasar yang baru. Misalnya, dengan membuka pasar baru di luar negeri yang
dapat menambah permintaan.
Hukum bukan sekedar alat yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, tetapi
merupakan perangkat tradisi, obyek pertukaran nilai yang tidak netral dari pengaruh sosial
dan budaya Hukum harus dilihat sebagai suatu sistem yang utuh. Pengertian Sistem :
Secara Sosiologis : hukum sebagai sistem nilai yang merupakan sub sistem dari sistem
sosial (T. Parsons)
legal system in actual operation is a complex organism in which structure, substance and
culture interact. Komponen Sistem Hukum
Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal
asing, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Menjamin kepastian hukum,
kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan
memberikan perlindungan kepada UMKM dan Koperasi.
Penanaman Modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum (PT), tidak berbadan hukum (CV, Firma, Koperasi) atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penanaman
Modal Asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara
manapun. Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi nasionalisasi maka akan
diberikan kompensasi sesuai harga pasar. Penanam modal diberi hak untuk melakukan
transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap : Modal; Keuntungan, bunga
bank, deviden dan pendapatan lain; Kompensasi atas kerugian; Kompensasi atas
pengambilalihan.
(Pasal 9)
Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum terselesaikan, hak transfer
dapat ditunda oleh : Penyidik atau Menteri Keuangan dengan meminta kepada Bank atau
Lembaga lain; Pengadilan menetapkan penundaan untuk melakukan transfer.
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan masing- masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. (Perpres No. 76 dan
No. 77 Tahun 2007)
1. merusak kesehatan
2. bertentangan dengan moral/keagamaan
3. kebudayaan
4. merusak lingkungan hidup Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing,
a.l. :
5. Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang.
6. Bidang usaha lainnya yang berdasarkan UU dinyatakan tertutup (al. UU No. 8/1992
tentang Perfilman, UU tentang Penerbitan Media Massa).
7. Bidang usaha yg terbuka dng persyaratan, diatur melalui UU sektoral, untuk : -
melindungi kepentingan nasional (SDA, cabotage disektor perhubungan,
perlindungan UMKMK).
Kepastian hak, hukum, dan perlindungan. Informasi yang terbuka mengenai bidang
usaha yang dijalankannya. Hak pelayanan. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yg baik Melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan Membuat LKPM dan menyampaikan ke BKPM Menghormati tradisi,
budaya masyarakat di sekitar lokasi Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menanggung dan menyelesaikan
segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggal-kan atau
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menciptakan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Mematuhi
semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber2 ekonomi atau faktor-faktor
produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dan memuaskan masyarakat
Pertanian
Pertambangan
Industri
Perdagangan Jasa
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,
adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
Prinsip2 pengawasan manajemen yg akan digunakan Rencana luas organisasi intern
Faktor stabilitas,kesinambungan dan pengalihan kepemilikan Kewajiban dan hak dalam
perpajakan Masalah kerahasiaan perusahaan Jangka waktu berdrinya perusahaan Lokasi,
sasaran serta falasafah pemilik.
Perusahaan Perseorangan
Modal perusahaan berasal dari seseorang yg sekaligus pengelola, pengusaha dan
pemimpin perusahaan tersebut. Tidak memerlukan anggaran dasar Modal sendiri atau
pinjaman Tidak ada pemisahan harta pribadi dan perusahaan Umumnya merupakan
perusaan kecil
Lebih mudah didirikan atau dibubarkan Pemilik memiliki kendali penuh Manajemen
fleksibel Pemilik menerima semua keuntungan Biaya pengorganisasian dan pembubaran
rendah Pemilikdapat menjual bisnisnya kepada siapa saja
Jumlah modal usaha terbatas Seluruh risiko perusahaan menjadi tanggungjawab
pemilik, sampai harta pribadi Jika keuntungan tinggi dapat terkena pajak lebih tinggi
daripada bentuk perseroan Karyawan tidak mudah ikut serta dalam kepemilikan secara
finansial Pergantian kepemilikan dan ketidakcakapan manajemen menjadi masalah yang
rawan bagi perusahaan
Perusahaan Persekutuan
Merupakan perhimpunan dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis Ikatan kerjasama
ini bisa berupa tertulis atau lisan Terdapat dua jenis Persekutuan Firma Persekutuan
komanditer. Persekutuan Firma Pendiri menyerahkan sebagian atau seluruh hartanya sebgai
harta perusahaan yang dituangkan dalam akta pendirian firma Anggota pendiri mempunyai
tanggung jawab penuh terhadap semua perjanjian yg dilakukan firma Pendiri memiliki
kuasa penuh untuk bertindak atas nama firma. Sumberdaya keuangan lebih besar Lebih
mudah memperoleh kredit Keputusan yang diambil lebih baik Bekerja dalam tim Status
hukum lebih jelas Ada pembagian kerja Pajak yang dibayar adalah pajak perorangan
Perusahaan Daerah ADALAH Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan
yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah
membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam PP No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. Modal
sebagian dimiliki Pemerintah Daerah Pengesahan PD tingkat kabupaten oleh Gubernur dan
Menteri dalam negeri untuk tingkat provinsi
Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas
pertimbangan DPRD. Masa jabatan direksi selama empat tahun. Bertujuan memupuk
pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah.
Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada bentuk
koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang bersangkutan,
dengan ketentuan sebagai berikut: Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil
dan Menengah Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya. Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer
dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang bersangkutan
dan Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di beberapa Propinsi/DI, namun
koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan. Sekretaris Jenderal
Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian
Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, dimana pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
investasi adalah BKPM, yang dibantu oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman
Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman
Modal (PDKPM). BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : melaksanakan tugas
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengembangkan
sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain
meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang
sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup
penyelenggaraan penanaman modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan
konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan
kegiatan penanaman modal; mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang
menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; dan mengoordinasi
dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah Kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan
dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan lembaga
atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen
yang dilakukan dalam satu tempat. PTSP di bidang Penanaman Modal harus didukung
ketersediaan: a. sumber daya manusia yang professional dan memiliki kompetensi yang
handal; b. tempat, sarana dan prasarana kerja, dan media informasi; c. mekanisme kerja
dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP di bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah
dipahami dan mudah diakses oleh Penanaman Modal; d. layanan pengaduan (help desk)
Penanam Modal; dan e. SPIPISE ( Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara
Elektronik)
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
PENDAFTARAN PENANAMAN MODAL
Perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang
mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing, wajib melakukan
Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM : 1. PMDN yang tidak memiliki Izin Prinsip
dan belum memiliki Izin Usaha atau belum memiliki Izin Prinsip. 2. PMDN yang telah
memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha. 3. Selanjutnya terhadap permohonan Pendaftaran,
maka PTSP BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pendaftaran atau Surat Penolakan
Pendaftaran. PMA yang seluruh modal perseroan menjadi modal Dalam negeri, wajib
melakukan Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP
PDKPM sesuai kewenangannya : PMA yang memiliki Pendaftaran dan akan melakukan
perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena keluarnya seluruh modal asing PMA
yang memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha PMA dengan bidang usaha yang merupakan
kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dipersyaratkan
melampirkan Surat Pengantar dari PTSP BKPM tentang rencana keluarnya seluruh modal
asing.
a. atas kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha, perusahaan yang meneruskan kegiatan
(surviving company) harus mengajukan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman
Modal (merger);
b. atas kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, apabila kegiatan dimaksud berada
pada:
c. untuk kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, perusahaan yang meneruskan
kegiatan (surviving company) dapat melakukan Pendaftaran atau langsung mengajukan
permohonan Izin Usaha/Izin Usaha Perluasan apabila telah siap produksi/ operasi komersial.
PERIZINAN PENANAMAN MODAL
Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Permohonan Penanaman Modal selain Izin Prinsip Penanaman Modal, terdapat
juga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal dan Izin Prinsip Perubahan Penanaman
modal PMA yang telah berstatus badan hukum PT yang bidang usahanya dapat
memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan
fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip.
Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah angka pengenal yang dipergunakan
sebagai izin untuk memasukkan (impor) mesin/peralatan dan barang dan bahan untuk
dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang
bersangkutan. Permohonan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah permohonan
yang disampaikan oleh perusahaan sebelum melakukan pengimporan mesin/peralatan dan
barang dan bahan. (Diatur dalam Pasal 1 angka 34 dan 35, Pasal 54, Pasal 55 Peraturan
Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman Modal). Permohonan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA),
Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) dan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan untuk penggunaan tenaga
kerja asing dalam pelaksanaan penanaman modalnya, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (RPTKA) adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan tenaga
kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing
dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). (Diatur dalam Pasal 1 angka
36 dan 37, Pasal 56, Pasal 57 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal).
Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) adalah rekomendasi yang diperlukan guna
memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah izin bagi perusahaan untuk
mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalam jumlah, jabatan dan periode
tertentu. (Diatur dalam Pasal 1 angka 38 dan 39, Pasal 58, Pasal 59 dan Pasal 60 Peraturan
Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Presiden
No. 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Permen No.
100 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kab/Kota Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2017
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal Peraturan Kepala
BKPM No. 14 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal.
(Sesuai Pasal 28 ayat (1) huruf h, UU No. 25 Tahun 2007) “Membantu penyelesaian
berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam
menjalankan kegiatan penanaman modal” Bimbingan sosialisasi, workshop, bimtek
ketentuan pelaksanaan penanaman modal secara berkala Pemberian konsultasi
pengendalian pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan Fasilitasi penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapi penanam
modal dalam merealisasikan kegiatan penanaman modalnya. Fasilitasi percepatan berusaha
investasi proyek berupa kemudahan berusaha bagi penanam modal Pengawalan percepatan
proyek strategis nasional yang sudah memiliki perizinan penanaman modal Pembinaan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bimbingan/sosialisasi kepada penanam
modal untuk merealisasikan penanaman modalnya serta memfasilitasi penyelesaian
masalah/ hambatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan penanaman modal (Pasal 1 ayat
36)
Sanksi adminstratif dikenakan secara bertahap terhadap perusahaan yang: Tidak
memenuhi kewajiban dan tanggung jawab serta persyaratan yg dimuat dlm checklist dan
waktu penyelesaiannya dan belum memulai konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal
7, 8 & 10 ayat (1) Peraturan BKPM No. 14 Tahun 2017 Melakukan pelanggaran tertentu dan
mendesak yaitu : Terjadinya kerusakan lingkungan dan/atau Membahayakan keselamatan
masyarakat yg berdampak secara lintas daerah atau lintas negara. PASAL 7 : Kewajiban
Penanam Modal yg salah satunya menyampaikan LKPM PASAL 8 : Tanggung Jawab
Penanam Modal PASAL 10 ayat 1 : Perusahaan yg telah memiliki Perizinan Berusaha
sementara, wajib menyampaikan informasi perkembangan komitmen pemenuhan
persyaratan (checklist) sebagaimana tercantum pada Surat Pernyataan Pemenuhan
Persyaratan Perizinan yang telah diregister.
Peringatan tertulis pertama & terakhir secara daring (tenggang waktu 1 bulan)
Pembatasan kegiatan usaha Dasar pencabutan lainnya : Permohonan dari perusahaan
Usulan pencabutan dari DPMPTSP Provinsi dan Kab/Kota Putusan pengadilan Penangguhan
Perizinan Berusaha dlm bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) Pembekuan kegiatan
usaha dan/atau fasilitas penanaman modal Pencabutan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal Penghentian kegiatan sementara Pencabutan Perizinan Berusaha
sementara Pemblokiran hak akses SPIPISE oleh pejabat berwenang di BKPM, DPMPTSP
Provinsi dan Kab/Kota
Policy Reforms TAX ALLOWANCE (Peraturan Pemerintah No.9/2016) 30 % dari nilai
investasi Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman
modal dibebankan selama 6 tahun. Agrikultur Pertenakan Perkebunan jagung Perkebunan
kedelai Pertanian beras Perkebunan buah tropis Pembangkit Listrik Geothermal
Alternatif/energi terbarukan Industri Migas Pengilangan Minyak Liquefied Natural &
Petroleum Gas Pelumas Industri Manufaktur Besi dan Baja Pakaian Semi conductors
Komponen elektronik Komputer Alat Komunikasi Televisi Ban Farmasi Kosmetik Olahan Ikan
dan udang Dll. 145bidang usaha Bisa mendapatkan tax allowance, yang merupakan
perluasan dari regulasi sebelumnya yaitu 143 segmen. Berdasarkan beberapa Kriteria antara
lain: Nilai Investasi yang tinggi atau untuk ekspor, penyerapan tenaga kerja yang besar,
kandungan lokal. Selain itu untuk dapat pula diberikan untuk sesuai dengan lokasi
(Khususnya diluar Jawa)
Insentif Pajak 20-100% potongan pajak untuk periode hingga 25 tahun. Bebas PPN
untuk impor bahan baku. Fasilitas Kepemilikan properti Kemudahan perizinan investasi dan
lahan Kemudahan proses imigrasi & kerja yang terintegrasi di KEK serta izin tinggal untuk
WNA. Perbaikan Iklim Investasi Stimulus Ekonomi untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei Industri kelapa sawit, karet, pupuk, logistik, pariwisata Tanjung Api-api Industri
kelapa sawit, karet, petrokimia Tanjung Lesung Pariwisata Mandalika Maloy Batuta Industri
kelapa sawit, batubara, mineral Bitung Industri perikanan, pertanian, logistik Palu Industri
hasil tambang, pertanian, logistik Morotai Pariwisata, industri manufaktur, logistik.