:14/PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST.).
B. Latar Belakang
Dunia usaha adalah dunia yang terus berkembang dari waktu ke waktu,
Dengan demikian jelas sekali bahwa setiap orang bertanggung jawab dengan
badan hukum (legal entity), adakalanya tidak memiliki uang yang cukup
kekurangan uang tersebut, orang atau perusahaan antara lain dapat melakukan
dengan meminjam uang yang dibutuhkan itu dari pihak lain. Pihak yang
orang perorangan maupun badan hukum kepada Debitor, sudah lazim terjadi
1
Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, Prenada Media, Jakarta: 2004, hal. 1
2
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas dan Teori Hukum Kepailitan, Prenadamedi, Jakarta : 2016,
hal.12
1
dalam kehidupan masyarakat. Saat ini jarang menemukan seorang pengusaha
yang tidak menggunakan fasilitas utang (pinjaman atau kredit) dalam bentuk
“kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung
maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena
perjanjian atau Undang-Undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan
bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekakyaan debitor”.
Maka pada hakekatnya utang adalah kewajiban bagi Debitor untuk dipenuhi,
membayar utangnya.
membayar atau tidak mau membayar4, baik karena alasan Debitor tidak
Untuk memperoleh pinjaman dari para Kreditor yang hanya dapat dilakukan
apabila perlindungan hukum bagi para Kreditor dalam hal Debitor cedera
3
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37 tahun 2004
Tentang Kepailitan, hal. 71
4
Man S. Sastrawidjaja, 2006, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Alumni, Bandung, hal. 2
2
alternatif lain sebagai sumber pelunasan utang (pinjaman atau kredit). Ada
baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari 5 Pasal 2 ayat (1)
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan,baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih kreditornya”.
5
Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Jakarta : Prenadamedia Group, 2015, hal. 1
6
Surbekti dan R. Tjitrosoedibio, “Kamus Hukum, Jakarta : Pradya Pramita, 1978, hal. 89
3
Abdurachman mengatakan7:
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan,baik atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih kreditornya”.
diatur dalam Pasal 1139 KUH Perdata, dan Kreditor Preferen Umum,
Separatis dan Kreditor Preferen (Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH
Perdata).
berdasarkan Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata yaitu Gadai dan Hipotik.
7
Abdurachman, A. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan, Jakarta: Pradya Pramita,
1991, Hal. 303
4
Dikatakan “separatis” yang berkonotasi “pemisahan” karena kedudukan
Kreditor tersebut memang dipisahkan dari Kreditor lainnya, dalam arti dia
dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri hasil penjualan, yang terpisah
Separatis antara lain diatur dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 59 UU
Kepailitan.
“Dengan tetap memperhatikan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap
Kreditor pemegang gadai jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
berikut:
8
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktik, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005 hal. 99
5
1) Hak eksekusi kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam
pailit diucapkan.
terhadap tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak
UUK-PKPU disebutkan9:
tercapainya perdamaian.
1) Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58,
dalam Pasal 185, tanpa mengurangi hak Kreditor pemegang hak tersebut
dengan membayar jumlah terkecil antara harga pasar benda agunan dan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 ayat (1) maka Kurator dapat menuntut
selanjutnya di jual oleh Kurator tanpa mengurangi hak Kreditor Separatis atas
hasil penjualan agunan tersebut. Sesuai dengan Pasal 185 Ayat (1) UUK-
PKPU, semua benda (dengan memperhatikan ketentuan Pasal 183 ayat (2)
dan ayat (3) UUK-PKPU) harus dijual dimuka umum (dilelang) sesuai
ayat (1) UUK-PKPU tidak tercapai, menurut Pasal 185 ayat (2) UUK-PKPU
Tata cara pembagian hasil penjualan harta pailit kepada kreditor sesuai
dicocokkan”.
kedudukannya lebih rendah dan antara kreditor yang memiliki tingkatan yang
dicocokkan.
urutannya:
8
21 Undang- Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan
pembagian boedel pailit antara Kreditor Separatis dalam hal ini Bank yang
istimewa dalam hal ini Kantor Pajak sesuai dengan tata cara pembagian
diatas pada prakteknya dialami pula oleh PT Biltube Indonesia (Dalam Pailit)
9
PT Bank Negara Indonesia, Tbk., Bank of India, DEG - Deutsche
Pailit). Tim Kurator tidak melakukan pembagian sesuai tata cara pembagian
merupakan jaminan fidusia yang menjadi hak Kreditor Separatis dan hasil
10
TINJAUAN YURIDIS KREDITOR SEPARATIS DALAM PEMBAGIAN
Nomor :14/PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST.).
A. Rumusan Masalah
No. :14/PAILIT/2015/PN.NIAGA.JKT.PST.?
B. Tujuan Penelitian
C. Kegunaan Penelitian
11
secara teorotis berupa pengetahuan dalam bidang ilmu hukum khususnya
Hukum Kepailitan.
2. Manfaat Praktis
1. Teori Keadilan
10
Bernard L. Tanya & DKK, Teori Hukum Strategi Tertiba Manusia Lintas Ruang Dan Generasi,
Jakarta : CV Kita, 2006, hlm. 38
12
Menurut RWM Dias dalam buku “Jurisprudence”yang dikutip
bahwa:11
11
Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Cetakan Ke – 1, Jakarta:
Kencana, 2011, hal. 104
12
John Rawls, Teori Keadilan, Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Sosial dalam Negara, [A Theory of Justice], diterjemahkan oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,
Yogyakarta: Pustaka Media, 2006, hal. 3
13
2. Teori Kepastian Hukum
sudut yuridis.
atau utility.
13
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 158
14
Dwika, “Keadilan dari Dimensi Sistem Hukum”, diakses pada 24 Juli 2014.
14
Bahwa teori kepastian hukum Menurut Mahfud MD,
berikut:15
menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat
kecuali jika diantara para kreditor itu ada yang menurut undang-
ketidakadilan sendiri.
Ketiga prinsip tersebut di atas sangat penting baik dari segi hukum
debitor akan saling berebut baik yang secara sah maupun yang secara tidak
18
masuk belakangan sehingga tidak mendapatkan bagian harta debitor untuk
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
(ajaran).20
20
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2010, hal. 34
21
Ibid (dalam Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Raja Grafindo, hal. 15), hal. 34-35
19
Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang bersifat
Perpajakan.
permasalahan-permasalahan.
22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenadamedia Group, 2015, hal. 181
20
3) Bahan Hukum Tersier
dan seterusnya.23
1) Kamus Hukum
a. Studi Pustaka
21
tentang kasus yang akan dibahas. Wawancara atau interview adalah
dan Debitor.
perundang-undangan.25
BAB I : PENDAHULUAN
24
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum,
Cetakan ke-1, Jakarta : Prenada Media Group, 2016, hal. 152
25
Ibid, hlm. 153
22
Menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
23
penyelesaian utang piutang melalui Kepailitan PT Biltube
BAB IV : PENUTUP
24
RENCANA DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. BUKU – BUKU
Dr. H. Zainal Asikin, S.H., SU, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kwajiban
Pembayaran Utang Di Indonesia, Ceatakan Pertama, Bandung ; Pustaka
Reka Cipta, 2013.
25
Ividah Dewi Amrih Suci, S.H.,M.H. Prof.Dr. Herowati Poesoko, S.H.,M.H,
Hukum Kepailitan Kedudukan dan Hak Kreditoratas Benda Jaminan
Debitor Pailit, Yogyakarta ; LaksBang 2016.
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti,
Bandung ; 1995.
26
M. Yahya Harahap, S.H., Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1 Cetakan Ke-3,
Jakarta ; Sinar Grafika, 2011.
B. JURNAL
27
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Putusan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
C. INTERNET
https://clickgtg.wordpress.com//hukum-kepailitan-di-indonesia/diakses tanggal
20 Oktober 2017.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1998/perbedaan-antara-kreditur-
separatis-dengan-kreditur-konkuren diakses tanggal 20 Desember 2017.
https://gabenta.files.wordpress.com/2011/06/kedudukan-kreditur-separatis-
dalam-hukum-kepailitan. Diakses 20 Desember 2017.
https://legalbanking.wordpress.com/hak-eksekutorial-kreditor-separatis-kapan-
dapat-dilaksanakan/hak-eksekutorial-kreditor-separatis/ Diakses tanggal 20
Desember 2017.
28