Anda di halaman 1dari 3

NAMA : TANTI DWI ANGGRAENI

NIM : 190710101281
NO. ABSEN :1
MATKUL : HUKUM PERIKATAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. Dewi Sulistiangsih, S.H., M.H.

I. Boni mengirim mebel dari Jepara ke Jakarta, dikirim kepada Bona diperjanjikan sampai Jakarta
tanggal 5 Juli 2021. Dalam pengiriman dikenakan denda Rp. 200.000,- per hari. Namun,
ternyata sampai dengan tanggal 5 September 2021, mebel belum sampai karena terjadi
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berimbas pada terlambatnya
pengiriman barang dan diperkirakan kiriman baru sampai 10 September 2021.
1. Dapatkah pihak Bona menuntut ganti rugi kepada Boni atas keterlambatan tersebut ?
Jelaskan jawaban Saudara.

Jawaban:
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sini merupakan Force
Majeure atau keadaan memaksa (Overmacht). Diberlakukannya PPKM ini mengakibatkan
mebel yang dikirim Boni yang seharusnya sampai pada tanggal 5 Juli 2021 sesuai
perjanjian, menjadi tertunda dan diperkirakan baru sampai pada tanggal 10 Juli 2021.
Keadaan ini memenuhi syarat overmacht (dikatakan sebagai keadaan darurat) karena telah
memenuhi syarat-syarat antara lain:
a. Ada halangan;
b. Halangan bukan kesalahan debitur;
c. Tida disebabkan keadaan yang menjadi resiko debitur;
d. Tidak dapat diduga sebelumnya oleh debitur.

Oleh karena itu, Bona dalam keadaan ini tidak dapat meminta ganti kerugian kepada Boni
atas terlambatnya pengiriman sebagai imbas dari PPKM. Hal ini juga diperkuat dengan
Pasal 1245 KUHPerdata yang berbunyi “Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan
bunga. bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara
kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”

2. Dalam kasus di atas apa akibat hukumnya.

Jawaban:
Akibat hukum yang timbul akibat keterlambatan pengiriman yang dilakukan Boni karena
pemberlakuan PPKM (keadaan memaksa/ Overmacht ) diatas antara lain:
a. Bona sebagai pihak kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi sampai
berakhirnya PPKM (keadaan memaksa);
b. Gugurnya kewajiban Boni untuk membayar ganti kerugian akibat keterlambatan
pengiriman;
c. Bona sebagai pihak kreditur tidak perlu meminta pemutusan perjanjian.
II. Joko bersepakat dengan Cantik melihat bioskop di Semarang Teater pada malam Minggu,
tapi sayangnya Cantik justru pergi bersama Paijo tanpa memberitahu pembatalannya kepada
Joko.
3. Kapan kasus di atas dapat dipandang sebagai suatu perikatan seperti yang dimaksud dalam
Buku III KUH Perdata.

Jawaban:
Berdasarkan buku III KUHPerdata Pasal 1313 yang berbunyi “Suatu persetujuan adalah
suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih”. Kasus di atas merupakan jenis perikatan yang lahir dari kontrak atau
persetujuan. Kasus di atas dipandang sebagai suatu perikatan tepat saat Joko dan Cantik
saling sepakat untuk melihat bioskop di Semarang Teater pada malam Minggu.
Kesepakatan tersebut dianggap sebagai perikatan meskipun pernyataan yang sepakati
tersebut dilakukan baik secara tegas maupun secara diam-diam.

4. Seandainya menurut Hukum Perikatan Cantik wanprestasi, apa akibat hukumnya.

Jawaban:
Perbuatan cantik dikatakan sebagai wanprestasi pada saat ia tidak datang ke bioskop di
Semarang Teater pada malam Minggu sesuai dengan yang kesepakatan yang telah ia buat
sebelumnya dengan Joko tanpa adanya pembatalan kesepakatan terlebihdahulu denga Joko.
Akibat hukum dari wanprestasi yang telah dilakukan oleh Cantik ialah:
a. Mengganti kerugian (dalam hal ini berupa biaya perjalanan, bensin, tiket bioskop apabila
sudah dibeli)
b. tidak ada benda yang dijadikan objek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhinya
kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur.
c. Joko dapat meminta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

III. Jelaskan istilah yang terdapat dalam Buku Perikatan di bawah ini : :
5. Prestasi dan wanprestasi.
Prestasi, suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh dbeitur dalam setiap perikatan dan
merupakan hak si kreditur. Wujud perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. (Pasal 1234 KUHPerdata)
Wanprestasi, suatu keadaan dimana seorang debitur tidak memenuhi prestasi atau janji.
Kemungkinan terjadi wanprestasi adanya kesalahan dan atau adanya overmacht. Akibat
wanprestasi, debitur harus mengganti kerugian.
6. Overmach, Risiko, dan ganti kerugian.
Overmach, suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya peranjian yang menghalangi
debitur untuk memenuhi prestasinya. Disini debitur tidak dapat disalahkan dan tidak harus
menanggung resiko serta tidak dapat menduga pada waktu persetujuan dibuat.
Risiko, resiko dalam hukum perikatan dianggap sebagai pemahaman mengenai siapa yang
harus menanggung kerugian bila debitur tidak dapat memenuhi prestasinya karena
overmacht atau keadaan memaksa.
Ganti Kerugian, membayar segala kerugian karena rusaknya barang-barang milik kreditur
yang diakibatkan oleh debitur. Debitur wajib ganti rugi atas biaya (pengeluaran-
pengeluaran nyata), rugi adalah berkurangnya kekayaan si kreditur akibat daripada ingkar
janji, dan bunga yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditur sebagai akibat
ingkar janji.
7. Schuld dan Haftung.
Schuld, kewajiban debitur untuk melakukan sesuatu terhadap kreditur atau hutang debitur
kepada kreditur.
Haftung, kewajiban debitur mempertanggungjawabkan harta kekayaan debitur sebagai
pelunaan hutang debitur (schuld).
8. Konsensuil dan obligatoir
Konsensuil, tercapainya kata sepakat diantara para pihak, maka perjanjian tersebut telah
mengikat.
Obligator, sebuah perjanjian yang hanya menimbulkan kewajiban saja, tidak
menimbulkan hak milik. Hak milik baru berpindah setelah dilakukan penyerahan.
9. Penetapan lalai.
Penetapan lalai, pesan dari kreditur kepada debitur, dengan mana kreditur
memberitahukan pada saat kapankah selambat-lambatnya ia mengharapkan pemenuhan
prestasi. Fungsi penetapan lalai adalah upaya untuk menentukan kapan saat terjadinya
wanprestasi.
10. Gevaarzetting.
Gevaarzetting, debitur tetap bertanggungjawab atas kerugian meskipun debitur tidak
bersalah.

Anda mungkin juga menyukai