Anda di halaman 1dari 7

HAPUSNYA PERIKATAN

HAPUSNYA PERIKATAN ≠ PERJANJIAN


Q: Mengapa tidak sama?
A: Karena perikatan ≠ perjanjian
Q: Mengapa perikatan ≠ perjanjian?
A: Karena perikatan lahir dari perjanjian
Q: Apakah perikatan hanya lahir dari perjanjian?
A: Perikatan tidak hanya lahir dari perjanjian tetapi dari UU (peraturan perUUan) dan
keputusan hakim

SUBYEK PERIKATAN
1. Debitur : pihak yang wajib berprestasi
2. Kreditur : pihak yang berhak atas prestasi

JUMLAH PRESTASI
Jumlah prestasi dalam suatu perikatan adalah satu atau lebih.

10 CARA HAPUSNYA PERIKATAN


1. Pembayaran = 1382 – 1403
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti penitipan = 1404 – 1412
3. Pembaharuan utang = 1413 – 1424
4. Perjumpaan utang = 1425 – 1435
5. Percampuran utang = 1436 – 1437
6. Pembebasan utang = 1438 – 1443
7. Musnahnya barang = 1444 – 1445
8. Pembatalan perikatan = 1446 – 1456
9. Berlakunya syarat batal = 1265 – dst
10. Lewatnya waktu = 1338, 1946, 1963, 1967, P. 1381

Dari 10 cara tersebut dibedakan menjadi 3 kelompok:


1. Hapusnya perikatan karena kreditur memperoleh prestasi tertentu.
2. Hapusnya perikatan karena kreditur dengan sukarela melepaskan prestasi yang
seharusnya diterima.
3. Hapusnya perikatan karena kreditur tidak menerima prestasi.
Hapusnya perikatan di luar pasal 1381:
a. Terhadap perikatan yang prestasinya berbuat sesuatu, maka perikatan hapus apabila
debitur meninggal dunia.
Contoh: sopir, tukang, dll.
b. Pada perjanjian sewa menyewa, tanpa adanya jangka waktu tertentu, maka
perikatan hapus setelah penyewa diberi tenggang waktu tertentu sesuai kebiasaan
setempat.
1. PEMBAYARAN
Pembayaran: tiap-tiap pemenuhan prestasi dalam suatu perikatan, bukan hanya
pembayaran sejumlah uang.
Prestasi:
1) Memberikan sesuatu.
2) Berbuat sesuatu.
3) Tidak berbuat sesuatu (P. 1234)
Orang yang wajib membayar:
1) Debitur= orang yang wajib berprestasi
2) Pihak ketiga yang berkepentingan:
a. Orang yang turut berhutang = “mede debitur”
b. Penanggung hutang = borg  P. 1820
c. Pihak ketiga yang menggantikan kedudukan debitur (dalam subrogasi)  P.
1400
3) Pihak ketiga yang tidak berkepentingan, yang tidak wajib, tetapi (boleh)
membayar: pihak ketiga atas nama sendiri, yang tidak menggantikan hak-hak
kreditur  P.1383
Pelaku Pembayaran:
1) Untuk prestasi berbuat sesuatu, harus debitur sendiri, jika kreditur mengharuskan
demikian  P. 1383
NB: harus debitu, kecuali?
2) Untuk prtestasi memberikan sesuatu, harus pemilik barang yang diserahkan dan
ia berhak untuk memindahkannya  P. 1384 ayat (1)
NB: harus pemilik/kuasanya dan berhak memindahkan. Contoh?
Penerima Pembayaran:
1) Kreditur
2) Kuasa kreditur
3) Kuasa hakim
4) Kuasa undang-undang  P. 1385 ayat (1)
5) Bukan kuasa, tetapi disetujui kreditur atau kreditur mendapat manfaat
6) Kreditur tidak cakap, tidak sah, kecuali kreditur mendapat manfaat  P. 1387
Waktu Pembayaran:
1) Sesuai perjanjian
2) Sesuai UU = peraturan perUUan
3) Sesuai keputusan hakim
4) Sesuai kesanggupan debitur setelah ditegur
5) Sesuai permintaan kreditur setelah ditegur.
Pembayaran Dengan Barang Lain:
Kreditur tidak dapat dipaksa untuk menerima barang lain, meskipun barangnya
sama, bahkan harganya lebih  P. 1389
Pembayaran Harus Utuh
Debitur tidak boleh memaksa kreditur untuk menerima pembayaran sebagian demi
sebagian, walaupun hutangnya dapat dibagi-bagi  P. 1390.
Contoh: hutang debitur Rp 5 juta tetapi debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk
menerima pembayaran 2 juta dan lain waktu 3 juta.
Apalagi: hutangnya tidak dapat dibagi: kain, kayu, sepeda, dll.
Jenis Barang:
Jika hanya ditentukan jenisnya, maka debitur tidak boleh diwajibkan menyerahkan
barang yang paling baik, dan sebaliknya debitur juga tidak boleh menyerahkan
barang yang paling buruk  P. 1392.
Tempat Pembayaran:
1) Di tempat yang ditentukan dalam perjanjian  pilihan bersama.
2) Di tempat barang, pada saat dibuat perjanjian: contoh di pasar, toko, warung.
3) Di tempat tinggal kreditur: diantar
4) Di tempat tinggal debitur: diambil  P. 1393

2. PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAI DIIKUTI PENITIPAN (1404-1412)


Terjadi apabila ada debitur yang akan melakukan pembayaran akan tetapi ditolak
oleh kreditur, selanjutnya debitur menitipkan apa yang akan dibayarkan tersebut
kepada pengadilan, dengan cara menurut UU  P. 1404 ayat (1)
Risiko barang yang dititipkan ada pada kreditur Pasal 1404 ayat (2)
Contoh: sebagian GK proyek waduk Kedungombo.
Syarat Penawaran PT
1) Penawaran harus dilakukan kepada kreditur/kuasanya.
2) Penawaran harus dilakukan oleh orang yang berkewajiban membayar.
3) Penawaran harus meliputi jumlah hutang pokok ditambah bunga dan biaya-biaya.
4) Penawaran harus dilakukan setelah waktu yang ditentukan tiba.
5) Penawaran harus dilakukan setelah syarat perikatan terpenuhi.
6) Penawaran harus dilakukan di tempat yang menurut perjanjian itu pembayaran
harus dilakukan, jika tidak, di tempat tinggal kreditur.
7) Penawaran harus dilakukan oleh notaris atau juru sita disertai 2 orang saksi  P.
1405.
Prosedur PPT
a. Debitur minta notaris/juru sita PN untuk membantunya menawarkan secara resmi
barang/uang yang akan dibayar kepada kreditur.
b. Notaris/juru sita selanjutnya membuat rincian tentang barang/uang yang akan
ditawarkan.
c. Notaris/juru sita datang ke tempat kreditur dan menyatakan bahwa ia mendapat
perintah untuk membayar hutang debitur dengan cara membayarkan barang/uang
yang telah dirinci.
d. Jika kreditur bersedia menerima, maka pembayaran tersebut selesai, jika
menolak, maka notaris/juru sita membuat berita acara yang menyebutkan “telah
ditawarkan pembayaran tunai tetapi kreditur menolak menerima”.
Akibat Penawaran PT (Pembayaran Tunai) Diikuti Penitipan
1) Debitur dapat menolak tuntutan pemenuhan prestasi, ganti rugi, dan bunga;
2) Sejak penitipan, risiko barang ada pada kreditur;
3) Dalam perjanjian timbal balik kreditur dapat menuntut prestasi kepada debitur.

3. PEMBARUAN HUTANG
Diatur dalam pasal 1413 – 1424 KUHPerdata.
Pembaruan hutang: suatu perjanjian yang sudah ada (lama) diganti dengan perjanjian
baru.
Akibat novasi adalah hapusnya perjanjian yang lama dan timbul perjanjian baru.
Syarat Novasi:
1) Adanya perjanjian yang mendahului novasi tersebut;
2) Adanya perjanjian baru yang diadakan sebagai pengganti dari perjanjian lama;
3) Adanya hubungan kausal antara hapusnya perjanjian lama dengan timbulnya
perjanjian yang baru;
4) Adanya kehendak untuk mengadakan novasi.
Macam-Macam Novasi:
1) Novasi objektif:
a. Dengan penggantian isi perjanjian
b. Dengan penggantian sebab perjanjian
2) Novasi subjektif:
a. Novasi subjektif aktif
b. Novasi subjektif pasif
i. Expromissio (tanpa bantuan debitur lama)
ii. Delegatio (dengan bantuan debitur lama)

4. PERJUMPAAN HUTANG (KOMPENSASI)  1425 – 1435


Kompensasi terjadi apabila dua orang masing-masing merupakan debitur antara
yang satu dengan yang lain secara timbal balik mengadakan perhitungan atas
hutang-hutangnya.
Kompensasi dapat terjadi untuk seluruh hutang atau sebagian hutang.
Contoh: A meminjam B sebanyak 10, B meminjam A sebanyak 15, maka A tinggal
mengembalikan ke B sebanyak 5.
Syarat Kompensasi:
1) Ada dua orang yang secara timbal balik merupakan debitur;
2) Objeknya sejumlah uang/barang yang sejenis yang dapat dipakai habis;
3) Hutang dapat diterapkan jumlahnya;
4) Hutang dapat ditagih seketika.  P. 1427
Pertanyaan:
Q: Apakah setelah semua syarat terpenuhi, kompensasi terjadi demi hukum atau
tidak?
Ada 2 pendapat:
a. Ajaran Martinus, terjadi demi hukum.
Pasal 1426.
b. Ajaran Azo, terjadi dengan pernyataan.
Pasal 1431 dan 1433.
Keterangan Umum dan Khusus Kompensasi:
Semua hutang dapat dikompensasi, kecuali:
1) Pengembalian barang yang secara melawan hukum diambil dari pemilik.
2) Pengembalian barang yang dititipkan.
3) Hutang tunjangan nafkah/alimentasi, karena untuk kehidupan seseorang.
Pasal 1429.
Pengecualian Lain:
Yurisprudensi: hutang tidak dapat dikompensasi, yaitu:
1) Hutang pajak
2) Hutang dalam perikatan wajar
3) Hutang dengan jaminan lain

5. PERCAMPURAN HUTANG
Percampuran hutang terjadi demi hukum apabila kedudukan kreditur dan debitur
berada dalam tangan satu orang.  P. 1436
Dengan adanya percampuran hutang ini, maka hutang piutang antara debitur dan
kreditur menjadi hapus untuk seluruhnya.
Contoh: ?
Perbedaan kedudukan
Percampuran hutang pada debitur utama berlaku bagi penanggung hutang;
Percampuran hutang pada penanggung hutang, tidak membebaskan hutang pokok
(debitur).  P. 1437
Contoh: Seorang nasabah (debitur) meminjam uang ke bank namun nasabah tidak
dapat mengembalikan uang tersebut. Mungkin karena nasabah merupakan teman
maka hutang itu ditanggung oleh penanggung (borg).
6. Pembebasan Utang
Pembebasan hutang adalah suatu perbuatan hukum dari kreditur yang berupa
pelepasan hak untuk menagih piutangnya dari debitur.  Pasal 1438.
Dengan adanya pembebasan ini maka perikatan antara kreditur dan debitur menjadi
hapus.
Pembebasan hutang dapat dilakukan secara sepihak maupun timbal balik.
Pembebasan suatu hutang tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan  Pasal
1438.
Pengembalian tanda bukti piutang asli oleh kreditur, merupakan bukti pembebasan
hutang  Pasal 1439.
Tetapi pengembalian barang jaminan gadai, tidak cukup dijadikan persangkaan
tentang pembebasan hutang pokok  Pasal 1441.
Pembebasan Dalam Tanggung Renteng
Pembebasan salah satu debitur dalam tanggung renteng akan membebaskan kawan
debitur lainnya, kecuali ditentukan lain  Pasal 1440.
“Tanggung renteng” = ditanggung bersama
Pembebasan Penanggung
Pembebasan yang diberikan pada penanggung hutang tidak membebaskan debitur 
Pasal 1442 ayat (1).
Pembebasan yang diberikan pada salah seorang penanggung hutang tidak
membebaskan penanggung hutang lainnya  Pasal 1442 ayat (2).

7. BARANGNYA MUSNAH
Apabila barang tertentu yang menjadi obyek perikatan musnah, tidak lagi dapat
diperdagangkan, atau hilang di luar kesalahan debitur, sebelum ia lalai menyerahkan
pada waktu yang telah ditentukan, maka perikatan menjadi hapus  Pasal 1444.
Ganti Kerugian
Apabila karena kehilangan (dll) itu debitur telah memperoleh ganti kerugian dari
orang lain (misal perusahaan asuransi), maka hak atas ganti kerugian tersebut harus
diserahkan kepada kreditur  Pasal 1445.

8. PEMBATALAN PERIKATAN
1. Semua perikatan yang dibuat orang-orang belum dewasa atau orang-orang yang
ditaruh dibawah pengampunan, adalah batal demi hukum, dan atas penunturan
yang diajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata
atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya.  Pasal 1446 ayat (1)
2. Perikatan-perikatan yang dibuat oleh orang-orang perempuan yang bersuami dan
oleh orang-orang belum dewasa yang telah mendapat suatu pernyataan persamaan
dengan orang dewasa, hanya batal demi hukum, sekedar perikatan-perikatan
tersebut melampaui kekuasaan mereka.  Pasal 1446 ayat (2)

9. PERIKATAN BERSYARAT
Perikatan bersyarat: perikatan yang digantungkan pada suatu syarat, yaitu suatu
peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadinya.  Pasal 1253
Berlakunya Syarat Batal (Pasal 1265 KUHPerdata)
1. Syarat batal adalah syarat apabila dipenuhi menghentikan perikatan dan
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah
ada suatu perikatan.  Pasal 1265 ayat (1).
Contoh: ?
2. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perikatan, tetapi menghentikan
perikatan, dan mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah
diterimanya (atau menghentikan kreditur menikmati sesuatu), apabila peristiwa
yang dimaksud terjadi.  Pasal 1265 ayat (2).
Contoh: ?
Syarat Yang Batal
Syarat untuk melakukan sesuatu, batal jika:
1. Tidak mungkin dilakukan;
2. Bertentangan dengan kesusilaan baik;
3. Dilarang oleh UU = peraturan perUUan.
 Pasal 1254
Syarat untuk tidak melakukan sesuatu, batal jika: syarat itu tidak mungkin dilakukan.
 Pasal 1255

10. DALUWARSA (VERJARING)


Daluwarsa: suatu alat (cara?)untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan, dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan oleh UU.  Pasal 1946
NB:
Mengapa dipakai istilah daluwarsa? Karena diterjemahkan dari verjaring = lewatnya
tahun.
Pendapat
Verjaring lebih baik diterjemahkan: lampaunya waktu, atau lewatnya waktu, bukan
daluwarsa, sebab ada kalanya tidak diperlukan lewat tahun, tetapi hanya lewat bulan,
hari, jam, bahkan menit.
Contoh: dengan lewat satu menit, calon penumpang KA tidak berhak lagi naik KA,
dan PT KA bebas dari kewajiban mengangkut penumpang tersebut.
2 Macam Daluwarsa (Pasal 1946)
1. Daluwarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu barang (acquisitif verjaring),
dengan syarat dalam pasal 1955 dan 1963.
2. Daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari tuntutan
(extinctif verjaring), setelah 30 tahun.  Pasal 1967.

NB: upah 2 tahun Pasal 96 UU No. 13 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai