Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rayga MJ Qurana Arasi

Kelas : Perikatan E

Latihan
1. Jenis-jenis wanprestasi disertai contoh:
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan.
→ Ani dan Bima sudah sepakat melakukan jual beli mobil. Ani sudah memberikan
uang pembayaran mobil, tapi Bima belum. Karena mobilnya sudah dijualnya ke orang
lain. Bima wanprestasi, karena dia tidak menyerahkan mobilnya kepada Ani seperti
yang sudah dijanjikan atau disepakati.
b) Melakukan apa yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
→ Ani dan Bima sudah sepakat melakukan jual beli mobil. Ani pesannya mobil biru,
tapi Bima mengirim mobil merah. Bima wanprestasi, karena dia tidak menyerahkan
mobil biru kepada Ani seperti yang sudah dijanjikan atau disepakati.
c) Melakukan apa yang sudah diperjanjikan tapi terlambat.
→ Ani dan Bima sudah sepakat melakukan jual beli mobil. Bima janji akan
mengirimkan mobil itu tanggal 10 Oktober, tapi ternyata dikirimnya tanggal 25
Oktober yang sudah sangat terlewat dari yang sudah dijanjikan. Bima wanprestasi,
karena mengirim barangnya terlambat dari yang sudah dijanjikan atau disepakati.
d) Melakukan sesuatu yang oleh perjanjian tidak boleh dilakukan.
→ Ani dan Bima sudah menyepakati dan berjanji didalam sewa rumah, isi
perjanjiannya rumah Ani tidak boleh disewakan Bima ke orang lain. Tapi Bima
melakukannya, menyewakan rumah Ani ke orang lain. Jadi Bima wanprestasi, karena
melakukan sesuatu yang diperjanjian tidak boleh dilakukan.
2. Pembelaan yang dapat diajukan oleh debitor yang dituduh lalai dalam suatu perjanjian:
a) Mengajukan Adanya Keadaan Memaksa (overmacht). Pasal 1245 KUHPer berbunyi,
“Tidaklah biaya ganti rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan
memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan
memberikan atau membuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama
telah melakukan perbuatan yang terlarang.”
→ Overmatch (keadaaan memaksa) debitur tidak dapat dimintakan pertanggung
jawaban, karena keadaan ingkar janji timbul diluar kemauan atau kemampuan debitur.
b) Mengajukan Bahwa Kreditor Sendiri Sebelumnya Telah Lalai (exeptio non adimpleti
cintractus). Pasal 1478 KUHPer menyebutkan bahwa “Si penjual tidak diwajibkan
menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si
penjual tidak telah mengizinkan penundaan pembayaran kepadanya.”
→ Debitur tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban atas tindakan wanprestasi bila
faktanya kreditur yang telah lebih dulu wanprestasi.
c) Mengajukan Pembelaan Bahwa Kreditur Telah Melepaskan Haknya Untuk Menuntut
Ganti Rugi (rechsverwerking). Dalam Pasal 1963 KUHPer menyatakan, “Segala
tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perseorangan
hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan siapa
yang menunujkkan akan adanya daluwarsa itu tidak usah mempertunjukkan suatu alas
hak, lagipula tak dapatlah dimajukan terhadapnya suatu tangkisan yang didasarkan
kepada itikadnya yang buruk.”
→ Pihak kreditur telah mengetahui bahwa ketika pihak debitur mengembalikan barang
yang diperjanjikan, pihak kreditur telah mengetahui bahwa waktu penembalian barang
sudah terlambat selama seminggu. Atas keterlambatan tersebut pihak kreditur tidak
mengajukan keberatan ataupun sanksi maka terhadap debitur yang terlambat
mengembalikan barang yang diartikan pihak kreditur telah melepaskan haknya untuk
menuntut si debitur wanprestasi.
Tugas dan Lembar Kerja
Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 2560 K/Pdt/2020
Tanggal 21 Oktober 2020

Berdasar pada putusan dari Mahkamah Agung dengan Nomor 2560 K/Pdt/2020. Atas nama
Penggugat yaitu Kusuma Wahyudi bertempat tinggal di Pesapen Barat 10/43, RT 009, RW 002,
Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, dalam hal ini memberi
kuasa yaitu Achmad Drajat S.H., M.H, Advokat pada kantor Advokat A. Drajat Siswa Utama,
S.H., M.H & Partners Kota Surabaya, berkantor Cabang/Branch Office di Jalan Dukuh Kupang
XVIII, Nomor 61, Kelurahan Dukuh Kupang, Kecamatan Dukuh Pakis, Kota Surabaya,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 November 2019;
Kemudian, mengenai pihak tergugat Nunung Nurhayati, bertempat tinggal di Jalan Manyar
Dukuh, 114 RT 008, RW 002, Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota
Surabaya;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat-surat yang bersangkutan. Menyatakan bahwa,
1) Tergugat tidak dapat menepati perjanjian jual beli: "Sebuah Rumah di Jalan Tambak
Medokan Ayu Kav C, Nomor 20 A, Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya kepada Penggugat untuk membayar secara tunai harga jual beli yang telah
disepakati bersama selambat-lambatnya pada tanggal 25 Oktober 2018 sebesar
Rp620.000.000,00 (enam ratus dua puluh juta Rupiah);
2) Perjanjian jual beli: "Sebuah Rumah di Jalan Tambak Medokan Ayu Kav C, Nomor 20 A,
Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya" dimana Penggugat
sebagai penjual batal menurut hukum;
Menyatakan bahwa Tergugat sebagai pembeli telah melakukan. perbuatan wanprestasi (cidera
janji) kepada Penggugat sebagai penjual; Menyatakan bahwa sebagai akibat perbuatan wanprestasi
yang dilakukan oleh Nunung Nurhayati sebagai Penjual (Tergugat) kepada Penggugat, Penggugat
telah dirugikan secara materiil.
Menghukum Nunung Nurhayati sebagai Penjual (Tergugat) membayar kerugian materiil yang
diderita oleh Penggugat sebesar Kerugian Materiil: Jumlah kerugian materiil yang diderita oleh
Penggugat adalah sebesar kurang lebih Rp130.000.000,00 (seratus tiga puluh juta rupiah);
Dan/atau sejumlah kerugian materiil dari Penggugat yang dianggap patut dan layak serta adil
maupun tepat menurut Ketua Pengadilan Negeri Surabaya.
• Keberatan yang diajukan penggugat, dalam hal ini Nunung melakukan wanprestasi yaitu
tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan atau ingkar janji. Terhadap pihak
yang melakukan ingkar janji (wanprestasi) maka dapat ditagih untuk memenuhi
janji/prestasi yang telah disepakati, diperlukan lebih dahulu suatu proses, seperti
Pernyataan lalai.
• Pasal 1243 KUHPer yang menyatakan “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu” atau jika ternyata dalam
perjanjian tersebut terdapat klausul yang mengatakan debitur langsung dianggap lalai tanpa
memerlukan somasi (summon) atau peringatan.
• Perhitungan ganti rugi dihitung sejak saat terjadi kelalaian, yang diatur Pasal 1237
KUHPer, “Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang itu menjadi
tanggungan kreditur sejak perikatan lahir. Jika debitur lalai untuk menyerahkan barang
yang bersangkutan, maka barang itu, semenjak perikatan dilakukan, menjadi
tanggungannya”.
• Kreditur dapat minta pemenuhan perjanjian, atau pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
dan pembatalan perjanjian dengan ganti rugi dalam Pasal 1267 KUHPerdata, berbunyi:
“Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang
lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut
pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”
• Kreditur dapat minta pembatalan perjanjian melalui pengadilan dalam Pasal 1266
KUHPer, berbunyi:
“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik,
andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian
persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada
Pengadilan. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak
dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan
dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa
memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak
boleh lebih dan satu bulan.”

Anda mungkin juga menyukai