Pembayaran
Pembayaran dalam arti luas adalah pemenuhan prestasi, baik bagi pihak yang
menyerahkan uang sebagai harga pembayaran maupun bagi pihak yang menyerahkan
kedendaan sebagai barang sebagaimana yang diperjanjikan. Jadi, pembayaran di sini
diartikan sebagai "menyerahkan uang" bagi pihak yang satu dan "menyerahkan barang" bagi
pihak lainnya. Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian.
Contoh Kasus:
- Seorang kreditur mungkin pula mengalihkan haknya atas prestasi kepada kreditur baru,
hak mana adalah merupakan hak-hak pribadi yang kwalitatif (kwalitatiev persoonlijke recht),
misalnya A menjual sebuah mobil kepada B, mobil mana telah di asuransikan kepada
perusahaan asuransi. Dengan terjadinya peralihan hak milik dari A kepada B maka B
sekaligus pada saat yang sama B mengambil alih juga hak asuransi yang telah melekat pada
mobil tersebut. Perikatan yang demikian dinamakan perikatan kwalitatif dan hak yang terjadi
dari perikatan demikian dinamakan hak kwalitatif.
Contoh Kasus:
- A mempunyai utang Rp. 12.000.000,- kepada B dengan jaminan fidusia. Pihak ketiga C
membayar sebagian utang A kepada B yaitu sebesarRp. 8.000.000,- Jika kemudian barang
yang di fidusiakan tersebut dijual laku Rp. 9.000.000,- maka B akan mendapatkan pelunasan
lebih dahulu yaitu sebesar Rp. 4.000.000,- dan sisanya Rp. 5.000.000,- baru untuk C.
Subrogasi dapat terjadi karena persetujuan atau undang-undang (pasal1400 KUH Perdata).
Subrogasi karena persetujuan terjadi antara kreditur dengan pihak ketiga atau debitur dengan
pihak ketiga.
Ø Novasi objektif.
Perikatan baru, tetapi para pihak tetap.
Contoh Kasus:
- si A mempunyai hutang dan berkewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada si B.
Namun karena A belum mempunyai cukup uang, maka si A mempunyai inisiatif
menggantinya dengan menyerahkan sesuatu barang tertentu yang ia miliki dengan nilai yang
sama kepada si B sebagai pembayaran dan B pun akhirnya menyetujui perjanjian tersebut.
6. Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang adalah karena debitur dengan tegas melepaskan haknya atas
pemenuhan prestasi. Musnahnya barang yang terhutang tetapi diluar kesalahan debitur, dalam
hal ini haruslah bersih dari itikad tidak baik.
Contoh Kasus:
- Misalnya A berutang pada B, kemudian A meminjam uang pada C untuk melunasi
utangnya pada B dan menetapkan bahwa C menggantikan hak-hak B terhadap pelunasan
utang dari A.
7. Hapusnya Produk Yang Dimaksudkan Dalam Kontrak
Hapusnya barang yang terhutang adalah suatu keadaan di mana barang yang menjadi
objek perjanjian tidak dapat lagi diperdaaangkan, hilang atau sama sekali tidak diketahui
apakah barang itu masih ada atau sudah tidak ada lagi. Hapusnya perikatan di sini oleh karena
musnahnya barang tersebut disebabkan di luar kesalahan si berhutang atau disebabkan oleh
suatu kejadian di luar kekuasaannya.
Bidang kebatalan ini dapat dibagi dalam dua hal pokok, yaitu : batal demi hukum dan
dapat dibatalkan.
Disebut batal demi hukum karena kebatalannya terjadi berdasarkan undang-undang.
Misalnya persetujuan dengan causa tidak halal atau persetujuan jual beli atau hibah antara
suami istri adalah batal demi hukum. Batal demi hukum berakibat bahwa perbuatan hukum
yang bersangkutan oleh hukum dianggap tidak pernah terjadi.
Contoh Kasus:
- A menghadiahkan rumah kepada B dengan akta dibawah tangan, maka B tidak menjadi
pemilik, karena perbuatan hukum tersebut adalah batal demi hukum.
8. Pembatalan Kontrak
Pembatalan sebagai salah satu sebab hapusnya perikatan adalah apabila salah satu
pihak dalam perjanjian tersebut mengajukan atau menuntut pembatalan atas perjanjian yang
telah dibuatnya, pembatalan mana diakibatkan karena kekurangan syarat subjektif dari
perjanjian dimaksud.
Contoh Kasus:
- A seorang tidak cakap untuk membuat perikatan telah menjual dan menyerahkan
rumahnya kepada B dan kerenanya B menjadi pemilik. Akan tetapi kedudukan B belumlah
pasti karena wali dari A atau A sendiri setelah cukup umur dapat mengajukan kepada hakim
agar jual beli dan penyerahannya dibatalkan. Undang-undang menentukan bahwa perbuata
hukum adalah batal demi hukum jika terjadi pelanggaran terhadap syarat yang menyangkut
bentuk perbuatan hukum, ketertiban umum atau kesusilaan. Jadi pada umumnya adalah untuk
melindungi ketertiban masyarakat. Sedangkan perbuatan hukum dapat dibatalkan, jika
undang-undang ingin melindungi seseorang terhadap dirinya sendiri.
Sumber : http://anindyanurfitrijani.blogspot.co.id/2016/03/contoh-kasus-dan-pembahasan-
berakhirnya.html (diakses pada 16 oktober 2016, pukul 16:40 WIB)