Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan kewirausahaan formal dengan fokus E-business harus dimasukkan dalam kurikulum

pendidikan nasional sejak sekolah dasar

Pro
Seperti kita tau bahwa saat ini kita sudah masuk pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Persaingan
dagang antar negara begitu nyata.sumber daya yang tidak mampu bersaing akan tersingkir dengan
sendirinya dan menyebabkan ketimpangan perekonomian suatu negara, oleh karena itu pemerintah
menjadi dalang kemajuan negara menumbuhkan pelaku-pelaku usaha , salah satunya melalui pendidikan
kewirausahaan formal. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengembangkan sikap, jiwa dan
kemampuan menciptakan sesuatu yang bernilai bagi diri sendiri maupun orang lain. Sikap kreatif,
inovatif, mandiri, leadership, pandai mengelola uang dan memiliki jiwa pantang menyerah harus ditanam
kan pada anak sejak dini. Di era digitalisasi ini sudah berbeda lagi fokusnya. Pada era sekarang, bisnis
pun berbasis internet atau e business

Negative

Kehadiran E-money merugikan konsumen

Pro

Manfaat e-money Beberapa manfaat atau kelebihan dari penggunaan e-money dibanding
dengan uang tunai maupun alat pembayaran non-tunai lainnya, antara lain:

Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, 
khususnya untuk transaksi yang
bernilai kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang
pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan
dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi tidak terjadi apabila menggunakan e-
money. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e-money dapat
dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit,
karena tidak harus memerlukan proses otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu,
dengan transaksi off-line, maka biaya komunikasi dapat dikurangi. Electronic value dapat diisi
ulang kedalam kartu e-money melalui berbagai sarana yang disediakan oleh issuer [1].
Keuntungan penggunaan e-money: Kenyamanan konsumen, dengan fasilitas canggih yang
dimiliki e-money, konsumen tidak perlu membawa uang tunai untuk transaksi bernilai
kecil. Meningkatkan kepercayaan konsumen, dengan adanya kode yang digunakan untuk
mengunci sistem dalam kartu, memungkinkan pengguna untuk melakukan penguncian
terhadap uang yang ada di smart card, jadi jika kartu hilang atau dicuri, orang lain tidak
akan dapat menggunakan uang itu.

Negative
Banyaknya sistem kartu yang muncul dimana-mana, mejadikan konsumen bingung dalam
penggunaan kartu-kartu tersebut. Bahkan mungkin tidak dapat menggunakan kartu di
mana-mana. Jika pengguna saja bingung dalam penggunaannya, fungsi e-money sebagai
pengganti uang fisik akan hilang. Hal ini akan berdampak pada keuntungan issuer yang akan
menurun bahkan null. Di samping kebingungan yang ada di masyarakat, peraturan yang
belum pasti peraturan untuk uang elektronik masih belum jelas, sehingga pihak issuer belum
bisa menyediakan terlalu banyak e-money di pasaran

Rencana Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan terkait biaya isi ulang e-money atau top up masih
yang nantinya, semua pengguna jalan tol harus menggunakan kartu isi ulang e-money. Di satu sisi,
kalangan perbankan akan diuntungkan kebijakan itu, dan di sisi lain merugikan konsumen.
rencana kebijakan BI yang akan mengeluarkan aturan berupa pengenaan biaya isi ulang kartu elektronik
alias e-Money berkisar antara Rp1.500-2.000 diduga merupakan bentuk maladministrasi. Alasannya,
aturan tersebut di satu sisi justru mencerminkan keberpihakan kepada pengusaha, dan di sisi lain
merupakanpelanggaran terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan. Aturan itu berpotensi
menimbulkan ketidakadlilan dan diskriminasi bagi konsumen.beberapa indikator sebagai bentuk
keberpihakan tersebut. Pertama, terciptanya efisiensi pada pengelola jalan tol dan dana pihak ketiga yang
diperoleh bank pun meningkat. Kedua, lembaga perbankan yang menerbitkan uang elektronik
mendapatkan dana murah dan bahkan gratis karena uang elektronik tidak berbunga. Ketiga, ketiga
pernyataan BI secara terang-terangan mendukung rencana pengelola jalan tol yang mewajibkan
pembayaran nontunai menggunakan kartu uang elektronik atau e-toll.

rencana kebijakan BI melanggar hak konsumen untuk melakukan pembayaran dengan mata uang rupiah
kertas atau logam dan patut diduga sebagai tindak pidana, sebagaimana diatur Pasal 2 ayat (2), 23 ayat (1)
dan Pasal 33 ayat (2) UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Dalam ketentuan tersebut diatur secara tegas bahwa setiap orang dilarang menolak untuk menerima
Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran dan pelanggarannya diancam pidana
paling lama 1 tahun dan pidana denda paling banyak Rp200 juta.

Selain keberpihakanPemerintah, rencana kebijakan itu dianggap sarat ketidakadilan bagi konsumen.
Pertama, konsumen sudah dipaksa untuk tidak membayar secara tunai. Kedua, uang eletronik mengendap
di bank. Ketiga, konsumen tidak memperoleh bunga dari uang yang dibayar ebih dahulu. Keempat, tidak
ada jaminan dari Lembaga Penjamin Simapanan (LPS). Kelima, jika konsumen kehilangan kartu, uang
yang ada dianggap hilang. Keenam, konsumen malah mendapat disentif, bukan insentif dalam
pelaksanaan cashless society atau tidak lagi menggunakan transaksi tunai.

Toko retail online wajib menjual 80% produk dalam negeri

pemerintah berinisiatif menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang


tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
dimana salah satu ketentuan dalam peraturan dimaksud mewajibkan ritel moderen untuk menjual
setidaknya 80% produk dalam negeri

Anda mungkin juga menyukai