Anda di halaman 1dari 79

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK No. 57 15 Desember 2009

PERNYATAAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN


ASET KONTINJENSI

IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PSAK No. PERNYATAAN

57 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


(revisi 2009)
PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET
KONTINEJNSI

Hak cipta © 2009, Ikatan Akuntan Indonesia

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:


Undang-undang Nomor 7 tahun 1987
tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor: 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan
atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, menge- darkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagai mana dimaksud dalam ayat (1),
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

Dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jalan Sindanglaya No. 1
Menteng
Jakarta 10310
Telp: (021) 3190-4232
Fax : (021) 724-5078
Email: iai-info@iaiglobal.or.id, dsak@iaiglobal.or.id

Desember 2009
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi PSAK No. 57 (revisi 2009)

PSAK 57 (revisi 2009) tentang Provisi, Liabilitas


Kontinjensi, Dan Aset Kontinjensi telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi keuangan pada tanggal 15
Desember 2009.

PSAK 57 (revisi 2009) tentang Provisi, Liabilitas


Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi merevisi PSAK 57:
Kewajiban Diesti- masi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset
Kontinjensi yang telah dikeluarkan pada tanggal 3 Nopember
2000.

Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak


material.

Jakarta, 15 Desember 2009


Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Rosita Uli Sinaga Ketua
Roy Iman Wirahardja Wakil Ketua
Agus Edy Siregar Anggota
Etty Retno Wulandari Anggota
Merliyana Syamsul Anggota
Meidyah Indreswari Anggota
Riza Noor Karim Anggota
Setiyono Miharjo Anggota
Saptoto Agustomo Anggota
Jumadi Anggota
Ferdinand D. Purba Anggota
Irsan Gunawan Anggota
Budi Susanto Anggota
Ludovicus Sensi Wondabio Anggota
Eddy R. Rasyid Anggota
Liauw She Jin Anggota
Sylvia Veronica Siregar Anggota

Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak 57.iii
PERBEDAAN DENGAN IFRS

PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan


Aset Kontinjensi mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS
37 : Provisions, Contingent Liabilities and Contingent
Assets, per 1 Januari 2009 kecuali IAS 37 paragraf 95 yang
menjadi ED PSAK 57 paragraf 93 mengenai tanggal efektif.

57.iv Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


DAFTAR ISI

Paragraf
PENDAHULUAN .............................................. 01-13
Tujuan ................................................................. 01
Ruang Lingkup...................................................... 02- 09
Definisi ................................................................ 10
Provisi dan Liabilitas Lainnya .............................. 11
Hubungan antara Provisi dan Liabilitas
Kontinjensi..................................................... 12-13

PENGAKUAN .................................................... 14-35


Provisi ................................................................ 14
Kewajiban Kini ..................................................... 15-16
Peristiwa Masa Lalu ............................................. 17-22
Kemungkinan Besar Arus Keluar Sumber Daya . 23-24
Estimasi Liabilitas yang Andal ............................. 25-26
Liabilitas Kontinjensi............................................ 27-30
Aset Kontinjensi ................................................... 31-35

PENGUKURAN ................................................. 36-62


Estimasi Terbaik ................................................... 36-41
Risiko dan Ketidakpastian .................................... 42-44
Nilai Kini .............................................................. 45-47
Peristiwa Masa Depan .......................................... 48-50
Rencana Pelepasan Aset ....................................... 51-52
PENGGANTIAN................................................. 53-58
PERUBAHAN PROVISI.................................... 59-60
PENGGUNAAN PROVISI ............................... 61-62
PENERAPAN ATURAN PENGAKUAN
DAN PENGUKURAN ................................. 63-83
Kerugian Operasi Masa Depan ...................... 63-65
Kontrak Memberatkan ................................... 66-69
Restrukturisasi ................................................ 70-83

Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


57.v
PENGUNGKAPAN ............................................ 84-92

KETENTUAN TRANSISI ................................ 93

TANGGAL EFEKTIF ....................................... 94

LAMPIRAN:
A. Tabel Provisi, Liabilitas Kontinjensi, Aset Kontinjensi
dan Penggantian
B. Bagan Pengambilan Keputusan
C. Contoh Pengakuan
D. Contoh Pengungkapan

57.vi Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
2 NO. 57 (REVISI 2009)
3
4 PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET
5 KONTINJENSI
6
7 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 57 (revisi 2009):
8 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
terdiri
9 dari paragraf 1-94. Seluruh paragraf tersebut memiliki
10 kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan
11 huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK
12 57 (revisi 2009) harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan
13 dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
14 Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
15 Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan
16 dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika
17 tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib
18 diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
19
20 PENDAHULUAN
21
22 Tujuan
23
24 01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan
25 dan pengukuran provisi, liabilitas kontinjensi, dan aset
26 kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai telah
27 diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan
28 demikian, pengguna dapat memahami sifat, waktu, dan jumlah
29 yang terkait dengan informasi tersebut.
30
31 Ruang Lingkup
32
33 02. Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas
34 dalam akuntansi untuk provisi, liabilitas kontinjensi, dan
35 aset kontinjensi, kecuali yang timbul dari:
36 (a) kontrak eksekutori, kecuali jika kontrak tersebut
37 bersifat memberatkan;
38 (b) hal-hal yang dicakup dalam PSAK lain.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.1
1 03. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk instrumen
2 keuangan (termasuk garansi) yang termasuk dalam ruang
3 lingkup PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan:
4 Pengakuan dan Pengukuran.
5
6 04. Kontrak eksekutori adalah kontrak yang kedua
7 belah pihak terkaitnya belum melaksanakan kewajiban
8 kontrak atau telah melaksanakan sebagian kewajiban mereka
9 dengan proporsi yang sama. Pernyataan ini tidak diterapkan
10 pada kontrak eksekutori kecuali jika kontrak tersebut bersifat
11 memberatkan.
12
13 05. Jika ada PSAK lain mengatur provisi, liabilitas
14 kontinjensi, atau aset kontinjensi tertentu, maka entitas
15 menerapkan PSAK tersebut. Contohnya, beberapa jenis
16 kontinjensi tertentu telah diatur dalam:
17 (a) kontrak konstruksi (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak
18 Konstruksi);
19 (b) akuntansi pajak penghasilan (lihat PSAK 46: Akuntansi
20 Pajak Penghasilan);
21 (c) sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa). Namun,
22 karena dalam PSAK 30 (revisi 2007) tidak terdapat
23 ketentuan yang secara spesifik berhubungan dengan
24 sewa operasi yang memberatkan, maka Pernyataan ini
25 diterapkan untuk kasus tersebut;
26 (d) imbalan kerja (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja); dan
27 (e) kontrak asuransi (lihat PSAK 28: Akuntansi Asuransi
28 Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa).
29 Namun, Pernyataan ini diterapkan pada provisi, liabilitas
30 kontinjensi, dan aset kontinjensi entitas asuransi, selain
31 yang timbul akibat kewajiban kontraktual dan hak dari
32 kontrak asuransi sesuai ruang lingkup PSAK 28 dan
33 PSAK 36.
34
35 06. Jumlah yang dicatat sebagai provisi dapat
36 terkait dengan pengakuan pendapatan, misalnya ketika
37 entitas memberikan garansi dan entitas menerima imbalan
38 untuk pemberian garansi tersebut. Pernyataan ini tidak

57.2 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 mengatur pengakuan pendapatan. PSAK 23: Pendapatan
2 mengidentifikasikan berbagai situasi pengakuan pendapatan
3 dan memberikan pedoman praktis mengenai kriteria
pengakuan.
4 Pernyataan ini tidak mengubah ketentuan PSAK 23.
5
6 07. Pernyataan ini mendefinisikan provisi sebagai
7 liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Istilah
8 provisi juga digunakan dalam pos misalnya penyusutan,
9 penurunan nilai aset dan utang ragu-ragu: hal ini merupakan
10 penyesuaian terhadap nilai tercatat atas aset dan tidak diatur
11 dalam Pernyataan ini.
12
13 08. PSAK lain mengatur perlakuan untuk pengeluaran
14 sebagai aset atau beban. Hal tersebut tidak diatur dalam
15 Pernyataan ini. Dengan demikian, Pernyataan ini tidak
16 melarang ataupun mewajibkan kapitalisasi biaya ketika provisi
17 dibentuk.
18
19 09. Pernyataan ini diterapkan untuk provisi dalam rangka
20 restrukturisasi (termasuk operasi yang dihentikan). Jika suatu
21 restrukturisasi memenuhi definisi operasi yang dihentikan,
22 maka diperlukan pengungkapan tambahan seperti yang diatur
23 dalam PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
24 untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
25
26 Definisi
27
28 10. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan
29 dalam Pernyataan ini:
30
31 Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari
32 peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
33 terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
34 masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
35 entitas.
36
37 Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari:
38 (a) suatu kontrak (secara eksplisit atau implisit);
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.3
1 (b) peraturan perundang-undangan; atau
2 (c) pelaksanaan produk hukum lainnya.
3
4 Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari
5 tindakan entitas yang dalam hal ini:
6 (a) berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang
7 telah dipublikasi, atau pernyataan baru yang cukup
8 spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada
9 pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung
10 jawab tertentu; dan
11 (b) akibatnya, entitas telah menciptakan ekspektasi valid
12 kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan
13 tanggung jawab tersebut.
14
15 Kontrak memberatkan adalah kontrak yang biaya tidak
16 terhindarkan untuk memenuhi kewajiban kontraknya
17 melebihi manfaat ekonomi yang akan diterima dari kontrak
18 tersebut.
19
20 Liabilitas adalah kewajiban kini entitas, timbul dari peristiwa
21 masa lalu yang penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus
22 keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat
23 ekonomi.
24
25 Liabilitas kontinjensi adalah:
26 (a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
27 lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi
28 atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
29 depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
30 entitas; atau
31 (b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa
32 masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
33 (i) tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan
34 sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
35 (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”)
36 untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
37 (ii) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur
38

57.4 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 secara andal.
2
3 Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang
menimbulkan
4 kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif yang
5 mengakibatkan entitas tidak memiliki alternatif lain kecuali
6 menyelesaikan kewajiban tersebut.
7
8 Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum
9 pasti.
10
11 Restrukturisas i adalah program yang direncanakan
12 dan dikendalikan oleh manajemen dan secara material
13 mengubah:
14 (a) lingkup kegiatan usaha entitas; atau
15 (b) cara mengelola usaha.
16
17 Provisi dan Liabilitas Lainnya
18
19 11. Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti
20 utang dagang dan akrual, karena pada provisi terdapat
21 ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang dikeluarkan
22 di masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.
23 Sebaliknya:
24 (a) utang dagang adalah liabilitas untuk membayar
25 barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok dan
26 telah ditagih melalui faktur atau secara formal sudah
27 disepakati dengan pemasok; dan
28 (b) akrual adalah liabilitas membayar barang atau jasa yang
29 telah diterima atau dipasok, tetapi belum dibayar, ditagih
30 atau secara formal disepakati dengan pemasok, termasuk
31 jumlah yang masih harus dibayar kepada pegawai
32 (misalnya jumlah tunjangan cuti). Meskipun sering
33 kali perlu dilakukan estimasi atau penaksiran jumlah
34 dan waktu akrual, tingkat ketidakpastian akrual pada
35 umumnya lebih rendah daripada tingkat ketidakpastian
36 provisi.
37 Akrual sering dilaporkan sebagai bagian dari utang dagang atau
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.5
1 utang lain, sedangkan provisi dilaporkan secara terpisah.
2
3 Hubungan antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi
4
5 12. Secara umum, semua provisi bersifat kontinjensi
6 karena tidak pasti dalam jumlah atau waktu. Tetapi, dalam
7 Pernyataan ini istilah “kontinjensi” digunakan untuk liabilitas
8 dan aset yang tidak diakui karena keberadaannya baru dapat
9 dipastikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa
10 atau lebih yang tidak pasti di masa depan dan tidak sepenuhnya
11 berada dalam kendali entitas. Di samping itu, istilah “liabilitas
12 kontinjensi” digunakan untuk liabilitas yang tidak memenuhi
13 kriteria pengakuan.
14
15 13. Pernyataan ini membedakan berbagai istilah
16 berikut:
17 (a) provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi
18 dapat dibuat estimasi andal) karena provisi tersebut
19 merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan besar
20 (probable) mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
21 mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan
22 kewajiban tersebut; dan
23 (b) liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas
24 karena liabilitas kontinjensi tersebut merupakan salah
25 satu dari berikut ini:
26 (i) kewajiban potensial karena belum pasti apakah
27 entitas memiliki kewajiban kini yang akan menim-
28 bulkan arus keluar sumber daya yang mengandung
29 manfaat ekonomi; atau
30 (ii) kewajiban kini yang tidak memenuhi kriteria
31 pengakuan dalam Pernyataan ini (karena tidak
32 besar kemungkinannya (not probable) bahwa
33 penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan
34 arus keluar sumber daya atau yang mengandung
35 manfaat ekonomi karena estimasi memadai yang
36 andal mengenai jumlah kewajiban tidak dapat
37 dibuat).
38

57.6 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 PENGAKUAN
2
3 Provisi
4
5 14. Provisi diakui jika:
6 (a) entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum
7 maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa
8 masa lalu;
9 (b) kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut
10 mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
11 mengandung manfaat ekonomi; dan
12 (c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter-
13 sebut dapat dibuat.
14 Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak
15 diakui.
16
17 Kewajiban Kini
18
19 15. Dalam peristiwa yang jarang terjadi, tidak dapat
20 ditentukan secara jelas apakah terdapat kewajiban kini.
21 Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan
22 kewajiban kini jika, setelah mempertimbangkan semua bukti
23 tersedia, terdapat kemungkinan lebih besar daripada tidak
24 terjadi bahwa kewajiban kini muncul pada akhir periode
25 pelaporan.
26
27 16. Hampir semua peristiwa masa lalu menimbulkan
28 kewajiban kini. Walaupun demikian, dalam beberapa peristiwa
29 yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum, dapat
30 timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu
31 sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan
32 kewajiban kini. Jika demikian halnya, maka entitas menentukan
33 apakah kewajiban kini telah ada pada akhir periode pelaporan
34 dengan mempertimbangkan semua bukti yang tersedia,
35 termasuk, misalnya, pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan
36 mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari
37 peristiwa setelah akhir periode pelaporan. Atas dasar bukti-
38 bukti tersebut:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.7
1 (a) jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini telah
ada
2 pada akhir periode pelaporan, maka entitas mengakui
3 provisi (jika kriteria pengakuan provisi terpenuhi);
4 dan
5 (b) jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum
6 ada pada akhir periode pelaporan, maka entitas
7 mengungkapkan liabilitas kontinjensi. Pengungkapan
8 tidak diperlukan jika arus keluar sumber daya yang
9 mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil
10 (lihat paragraf 86).
11
12 Peristiwa Masa Lalu
13
14 17. Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban
15 kini disebut peristiwa mengikat. Dalam peristiwa mengikat,
16 entitas tidak mempunyai alternatif realistis selain menyele-
17 saikan kewajiban yang timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan
18 terjadi hanya jika:
19 (a) penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum; atau
20 (b) dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa
21 (mungkin berupa tindakan entitas) menciptakan
22 ekspektasi yang valid pada pihak lain bahwa entitas akan
23 bertanggung jawab terhadap kewajiban tersebut.
24
25 18. Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan
26 entitas pada akhir periode pelaporan, bukan posisi keuangan
27 yang mungkin terjadi di masa depan. Oleh karena itu, entitas
28 tidak mengakui provisi untuk biaya yang diperlukan untuk
29 operasi di masa depan. Liabilitas yang diakui dalam laporan
30 posisi keuangan (neraca) entitas hanyalah liabilitas yang telah
31 ada pada akhir periode pelaporan.
32
33 19. Provisi diakui hanya untuk kewajiban yang timbul
34 dari peristiwa masa lalu, yang terpisah dari tindakan entitas di
35 masa depan (yaitu tindakan bisnis entitas di masa depan). Contoh
36 kewajiban ini adalah denda atau biaya pemulihan pencemaran
37 lingkungan, yang mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
38 mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban
57.8 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 itu tanpa mempertimbangkan tindakan entitas di masa depan.
2 Demikian juga, entitas mengakui provisi bagi biaya kegiatan
3 purnaoperasi (decommissioning) instalasi minyak atau
instalasi
4 nuklir sebatas jumlah yang harus ditanggung entitas untuk
5 memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkan. Dalam kasus
6 berbeda, seperti karena desakan bisnis atau ketentuan hukum,
7 entitas mungkin bermaksud atau harus mengeluarkan biaya
8 tertentu sehingga dapat beroperasi dengan cara tertentu di
9 masa depan (misalnya, dengan memasang penyaring atau
filter
10 asap di pabrik). Karena entitas dapat menghindari
pengeluaran
11 biaya di masa depan melalui tindakan di masa depan,
misalnya
12 dengan mengubah metode operasi, entitas tidak mempunyai
13 kewajiban kini atas pengeluaran masa depan tersebut. Oleh
14 karena itu, provisi tidak diakui.
15
16 20. Dalam setiap kewajiban selalu ada pihak lain yang
17 memiliki hak atas penyelesaian kewajiban tersebut. Namun,
18 entitas tidak perlu mengidentifikasikan pihak lain tersebut,
19 bahkan pihak lain tersebut bisa saja masyarakat luas.
Mengingat
20 dalam kewajiban selalu terdapat komitmen kepada pihak lain,
21 putusan manajemen atau unit organisasi yang berwenang
22 tidak mengakibatkan timbulnya kewajiban konstruktif pada
23 akhir periode pelaporan, kecuali putusan tersebut telah
24 dikomunikasikan sebelum akhir periode pelaporan kepada
pihak
25 yang berkepentingan dengan penjelasan memadai sehingga
26 pihak yang berkepentingan tersebut memiliki ekspektasi yang
27 valid bahwa entitas akan memenuhi kewajibannya.
28
29 21. Suatu peristiwa mungkin tidak segera
menimbulkan
30 kewajiban konstruktif. Namun di kemudian hari peristiwa
31 tersebut dapat menimbulkan kewajiban konstruktif karena
32 perubahan peraturan perundang-undangan atau tindakan
entitas
33 (misalnya, ketika entitas mempublikasikan suatu
pengumuman
34 secara cukup jelas). Misalnya, ketika terjadi kerusakan
35 lingkungan, entitas tidak terikat untuk menanggulanginya.
36 Akan tetapi, perbuatan yang mengakibatkan kerusakan
tersebut
37 akan menjadi peristiwa yang mengikat pada saat terbit
peraturan
38 perundang-undangan baru yang mengharuskan kerusakan itu
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.9
1 untuk ditanggulangi atau pada saat entitas mengumumkan
2 secara terbuka untuk menanggulangi kerusakan tersebut
3 sehingga menimbulkan kewajiban konstruktif.
4
5 22. Ketika rancangan peraturan perundang-undangan
6 sedang dalam proses penyelesaian, kewajiban dianggap
7 timbul hanya pada saat timbul keyakinan bahwa peraturan
8 perundang-undangan tersebut akan diberlakukan sesuai
9 dengan rancangannya. Dalam Pernyataan ini kewajiban
10 tersebut digolongkan sebagai kewajiban hukum. Pada berbagai
11 kemungkinan situasi, sering kali sulit untuk menentukan
12 terjadinya peristiwa yang menimbulkan keyakinan bahwa
13 suatu peraturan perundang-undangan akan diberlakukan.
14 Bahkan, dalam banyak kasus tidak mungkin untuk memastikan
15 pemberlakuan peraturan perundang-undangan hingga peraturan
16 perundang-undangan tersebut benar-benar diberlakukan.
17
18 Kemungkinan Besar Arus Keluar Sumber Daya yang
19 mengandung manfaat ekonomi
20
21 23. Liabilitas yang memenuhi kualifikasi pengakuan
22 tidak hanya kewajiban kini saja namun juga kemungkinan
23 besar terjadinya arus keluar sumber daya yang mengandung
24 manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
25 Dalam Pernyataan ini1, arus keluar sumber daya atau terjadinya
26 suatu peristiwa dianggap sebagai suatu “kemungkinan besar”
27 jika kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut lebih besar
28 daripada kemungkinan tidak terjadinya. Jika tidak terdapat
29 kemungkinan besar bahwa kewajiban kini telah ada, maka
30 entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi. Pengungkapan
31 tersebut tidak perlu dilakukan jika arus keluar sumber daya
32 yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil
33 (lihat paragraf 86).
34
35
36 1. Interpretasi "kemungkinan besar" sebagai kemungkinan terjadi lebih
37 besar dari pada tidak terjadi dalam pernyataan ini tidak harus diter-
38 apkan di PSAK lain

57.10 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 24. Jika terdapat sejumlah kewajiban serupa (misalnya
2 garansi atau jaminan produk, atau kontrak serupa), maka
3 kemungkinan arus keluar untuk menyelesaikan kewajiban
4 tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan
keseluruhannya
5 sebagai suatu kelompok kewajiban. Walaupun kemungkinan
6 arus keluar untuk tiap-tiap pos kewajiban tersebut kecil, dapat
7 saja terdapat kemungkinan besar arus keluar sumber daya
yang
8 dibutuhkan untuk menyelesaikan kelompok kewajiban secara
9 keseluruhan. Jika hal itu terjadi, maka provisi diakui (dengan
10 syarat kriteria pengakuan lainnya terpenuhi).
11
12 Estimasi Kewajiban yang Andal
13
14 25. Penggunaan estimasi merupakan bagian mendasar
15 dalam penyusunan laporan keuangan dan tidak mengurangi
16 keandalan laporan keuangan tersebut. Hal itu tampak jelas
17 pada provisi karena sifatnya mengandung ketidakpastian
18 yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebagian besar
19 pos lainnya dalam laporan posisi keuangan (neraca). Kecuali
20 dalam kasus yang sangat jarang terjadi, entitas akan mampu
21 menetapkan suatu kisaran hasil yang mungkin (a range of
22 possible outcomes), sehingga entitas dapat membuat estimasi
23 kewajiban yang cukup andal untuk menjadi dasar pengakuan
24 provisi.
25
26 26. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, ketika
27 estimasi yang andal tidak dapat dibuat, liabilitas yang ada tidak
28 dapat diakui. Liabilitas tersebut diungkapkan sebagai liabilitas
29 kontijensi (lihat paragraf 86).
30
31 Liabilitas Kontinjensi
32
33 27. Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas
34 kontinjensi.
35
36 28. Liabilitas kontinjensi diungkapkan, seperti
37 disyaratkan di paragraf 86, kecuali arus keluar sumber daya
38 yang mengandung manfaat ekonomi kemungkinannya kecil.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.11
1 29. Jika entitas bertanggung jawab secara masing-
masing
2 dan bersama dengan pihak lainnya (tanggung renteng) atas
3 suatu kewajiban, maka bagian kewajiban yang diharapkan
akan
4 dipenuhi oleh pihak-pihak lain diperlakukan sebagai liabilitas
5 kontinjensi. Entitas mengakui provisi untuk bagian dari
kewa-
6 jiban yang arus keluar sumber daya yang mengandung
manfaat
7 ekonomi berkemungkinan besar, kecuali dalam keadaan
sangat
8 jarang, ketika estimasi andal tidak dapat dibuat.
9
10 30. Liabilitas kontinjensi dapat berkembang ke arah
11 yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, liabilitas
12 kontinjensi terus menerus dikaji ulang untuk menentukan
13 apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya yang
14 mengandung manfaat ekonomi bertambah sehingga menjadi
15 kemungkinan besar (probable). Jika timbul kemungkinan besar
16 bahwa arus keluar sumber daya ekonomi diperlukan untuk
17 menyelesaikan suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan
18 sebagai liabilitas kontinjensi, maka entitas mengakui provisi
19 dalam laporan keuangan pada periode saat perubahan menjadi
20 kemungkinan besar tersebut terjadi (kecuali dalam keadaan
21 yang sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat dibuat).
22
23 Aset Kontinjensi
24
25 31. Entitas tidak diperkenankan mengakui aset
26 kontinjensi.
27
28 32. Aset kontinjensi biasanya timbul dari peristiwa
29 tidak terencana atau tidak diharapkan yang menimbulkan
30 kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas.
31 Misalnya, klaim yang sedang diusahakan entitas melalui proses
32 hukum yang hasilnya belum pasti.
33
34 33. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan
35 keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan penghasilan
36 yang mungkin tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi, jika
37 realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka aset tersebut
38 bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai

57.12 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 aset.
2
3 34. Aset kontinjensi diungkapkan jika terdapat kemung-
4 kinan besar arus masuk manfaat ekonomi akan diperoleh
entitas
5 sebagaimana diatur di paragraf 89.
6
7 35. Aset kontinjensi dikaji secara terus-menerus untuk
8 memastikan bahwa perkembangannya telah tercermin dengan
9 semestinya dalam laporan keuangan. Jika dapat dipastikan
10 bahwa entitas akan menerima arus masuk manfaat ekonomi,
11 maka entitas akan mengakui aset dan penghasilan terkait dalam
12 laporan keuangan pada periode timbulnya kepastian tersebut.
13 Akan tetapi, jika yang timbul hanya kemungkinan besar (bahwa
14 entitas akan memperoleh arus masuk manfaat ekonomi), maka
15 entitas mengungkapkannya sebagai aset kontinjensi (lihat
16 paragraf 89).
17
18 PENGUKURAN
19
20 Estimasi Terbaik
21
22 36. Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah
23 hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
24 untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
25 pelaporan.
26
27 37. Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
28 menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara
29 rasional akan dibayar entitas untuk menyelesaikan kewa-
30 jibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk mengalihkan
31 kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Sering kali tidak
32 mungkin dan tidak ekonomis bagi entitas untuk menyelesaikan
33 kewajiban atau mengalihkan kewajibannya pada akhir periode
34 pelaporan. Namun, estimasi jumlah yang secara rasional akan
35 dibayar entitas untuk menyelesaikan kewajibannya atau untuk
36 mengalihkan kewajibannya, merupakan estimasi terbaik atas
37 pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban
38 kini pada akhir periode pelaporan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.13
1 38. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan
2 berdasarkan pertimbangan manajemen entitas, ditunjang
3 dengan pengalaman dari transaksi serupa, serta dalam
beberapa
4 kasus dilengkapi dengan laporan ahli independen. Di antara
5 bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan yang
6 diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.
7
8 39. Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui
sebagai
9 provisi dapat dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan
10 kondisi yang ada. Jika provisi yang sedang diukur
menyangkut
11 populasi yang terdiri dari sejumlah besar unsur, maka
kewajiban
12 ditentukan dengan menimbang berbagai kemungkinan
13 hasil berdasarkan probabilitas terkait. Metode estimasi
14 statistik ini dikenal sebagai metode “nilai yang diharapkan”
15 (expected value). Provisi akan berbeda karena bergantung
16 pada kemungkinan terjadinya kerugian pada tingkat tertentu,
17 misalnya 60% atau 90%. Jika hasil yang timbul adalah suatu
18 rentang hasil yang berkesinambungan, dan setiap titik dalam
19 rentang tersebut mempunyai kemungkinan terjadi yang sama,
20 maka yang digunakan adalah nilai tengah rentang tersebut.
21
22 Contoh
23
24 Entitas menjual produk dengan memberikan garansi/jaminan
25 kepada pelanggan untuk menanggung biaya perbaikan cacat
26 pabrikasi yang ditemukan dalam jangka waktu enam bulan
27 setelah penjualan. Jika kerusakan yang terdeteksi dari
seluruh
28 produk yang terjual digolongkan cacat ringan, maka biaya
29 perbaikannya Rp1 Juta. Sementara itu, jika kerusakan yang
30 terdeteksi dari seluruh produk terjual digolongkan cacat
berat,
31 maka biaya perbaikannya Rp 4 Juta. Pengalaman entitas di
32 masa lalu dan ekspektasi masa datang memberikan indikasi
33 bahwa dalam tahun mendatang 75% dari produk terjual
tidak
34 mengandung cacat, 20% dari produk terjual mengandung
35 cacat ringan dan 5% dari produk yang terjual mengandung
36 cacat berat. Sesuai dengan paragraf 24, entitas menentukan
37 probabilitas atau kemungkinan arus keluar sumber daya
untuk
38 pemenuhan kewajiban garansi secara keseluruhan.

57.14 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 Nilai yang diharapkan untuk biaya perbaikan adalah:
2 (75% x Rp0) + (20% x Rp1 Juta) + (5% x Rp4 Juta) =
3 Rp400.000.
4
5 40. Jika kewajiban yang diukur hanya satu, maka
6 kemungkinan hasil yang probabilitasnya paling tinggi
7 merupakan estimasi terbaik dari liabilitas tersebut. Namun,
dalam
8 kasus demikian, entitas mempertimbangkan kemungkinan
hasil
9 lainnya. Jika kemungkinan hasil lain baik yang sebagian
besar
10 lebih tinggi atau sebagian besar lebih rendah dibandingkan
11 dengan kemungkinan hasil yang probabilitasnya paling tinggi,
12 maka yang dianggap estimasi terbaik adalah mana yang nilainya
13 lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan kemungkinan hasil
14 probabilitas paling tinggi tersebut. Misalnya, jika entitas harus
15 memperbaiki kerusakan serius dalam konstruksi pabrik yang
16 dibangun bagi seorang pelanggannya, maka kemungkinan
17 hasil dengan probabilitasnya paling tinggi untuk perbaikan
18 tersebut pada upaya pertama adalah dengan biaya sebesar
19 Rp1.000, namun provisi untuk suatu jumlah yang lebih tinggi
20 harus dibuat jika terdapat kemungkinan signifikan upaya lebih
21 lanjut dibutuhkan.
22
23 41. Provisi diukur sebelum memperhitungkan pajak
24 karena dampak pajak dari provisi dan perubahannya diatur
25 dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
26
27 Risiko dan Ketidakpastian
28
29 42. Dalam menentukan estimasi terbaik suatu
30 provisi, entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan
31 ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa
32 dan keadaan.
33
34 43. Risiko menimbulkan hasil yang bervariasi. Penetapan
35 risiko dapat menyebabkan kenaikan nilai liabilitas yang diukur.
36 Jika terdapat unsur ketidakpastian, maka entitas berhati-hati
37 sehingga pendapatan atau aset tidak menjadi terlalu besar
38 dan beban atau liabilitas tidak menjadi terlalu kecil. Meski
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.15
1 demikian, adanya ketidakpastian tidak berarti entitas membuat
2 provisi berlebihan atau dengan sengaja menyajikan liabilitas
3 terlalu besar. Misalnya, jika proyeksi biaya dari hasil yang
4 merugikan, diestimasi berdasarkan kehati-hatian, maka hasil
5 tersebut tidak dengan sengaja diperlakukan sebagai suatu
yang
6 lebih besar kemungkinan terjadinya dibandingkan dengan
7 yang seharusnya. Entitas harus berhati-hati dan menghindari
8 duplikasi perhitungan risiko dan ketidakpastian yang
berakibat
9 pada provisi disajikan terlalu besar.
10
11 44. Pengungkapan mengenai ketidakpastian dari jumlah
12 pengeluaran diatur di paragraf 85 (b).
13
14 Nilai Kini
15
16 45. Jika dampak nilai waktu dari uang cukup
17 material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari per-
18 kiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan
19 kewajiban.
20
21 46. Karena nilai waktu dari uang, provisi yang
22 melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah
23 periode pelaporan lebih memberatkan jika dibandingkan
24 dengan provisi yang melibatkan pengeluaran uang dalam
25 jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian, jika
26 dampaknya bersifat material, provisi didiskontokan.
27
28 47. Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum
29 pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu
30 dari uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas yang
31 bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh mencerminkan
32 risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi arus kas
33 masa depan.
34
35 Peristiwa Masa Depan
36
37 48. Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi
38 jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
57.16 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif
bahwa
2 peristiwa itu akan terjadi.
3
4 49. Dalam menentukan jumlah provisi, entitas perlu
5 mempertimbangkan peristiwa masa depan yang diperkirakan
6 akan terjadi. Misalnya, entitas berkeyakinan bahwa biaya
7 pembersihan suatu lokasi pabrik pada akhir masa manfaat
8 pabrik tersebut akan dapat ditekan melalui teknologi yang
9 berkembang di masa depan. Jumlah biaya yang diakui
10 mencerminkan pendapat ahli yang objektif dan mempunyai
11 kualifikasi teknis dengan mempertimbangkan bukti yang ada,
12 mengenai teknologi yang akan tersedia pada saat
pembersihan.
13 Dengan demikian, wajar jika misalnya, biaya pembersihan
juga
14 memperhitungkan perkiraan penghematan biaya yang terjadi
15 sejalan dengan meningkatnya pengalaman dalam menerapkan
16 teknologi yang ada atau memperhitungkan perkiraan
tambahan
17 biaya yang diperlukan dalam menerapkan teknologi yang ada
18 terhadap kegiatan pembersihan yang lebih rumit daripada
19 kegiatan pembersihan sebelumnya. Namun, entitas tidak
boleh
20 mengasumsikan adanya pengembangan teknologi pembersihan
21 yang sama sekali baru sebelum ada bukti objektif yang
22 memadai mengenai pengembangan teknologi tersebut.
23
24 50. D a l a m m e n g u k u r k e w a j i b a n y a n g a d a ,
25 dipertimbangkan dampak peraturan perundang-undangan
yang
26 kemungkinan akan diberlakukan, khususnya jika terdapat
bukti
27 objektif yang memadai bahwa peraturan perundang-undangan
28 itu pasti akan diberlakukan. Dalam kenyataannya, sering
29 kali sangat sulit bagi entitas untuk menentukan apakah suatu
30 peristiwa akan menghasilkan bukti objektif yang memadai.
31 Bukti tersebut harus secara jelas menunjukkan hal-hal yang
32 diatur dalam suatu peraturan dan menimbulkan kepastian
33 bahwa peraturan itu akan diundang-undangkan dalam
lembaran
34 negara pada waktunya. Dalam banyak kasus, bukti objektif
35 yang memadai tentang berlakunya suatu peraturan
perundang-
36 undangan sulit diperoleh sampai peraturan perundang-
undangan
37 itu sendiri diberlakukan.
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.17
1 Rencana Pelepasan Aset
2
3 51. K euntungan sehubungan dengan rencana
4 pelepasan aset tidak boleh dipertimbangkan dalam
5 menghitung suatu provisi.
6
7 52. Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan
8 aset tidak diperhitungkan dalam menghitung provisi walaupun
9 rencana pelepasan aset tersebut terkait erat dengan peristiwa
10 yang menyebabkan timbulnya provisi. Sebaliknya, entitas
11 mengakui keuntungan pelepasan aset tersebut pada saat yang
12 ditentukan oleh PSAK yang terkait dengan aset tersebut.
13
14 PENGGANTIAN
15
16 53. Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk
17 menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga, maka
18 penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan
19 bahwa penggantian pasti akan diterima jika entitas
20 menyelesaikan kewajiban. Penggantian tersebut diakui
21 sebagai aset yang terpisah. Jumlah yang diakui sebagai
22 penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi.
23
24 54. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban
25 yang terkait dengan provisi dapat disajikan secara neto
26 setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantian-
27 nya.
28
29 55. Kadang kala, terdapat pihak lain yang bersedia
30 untuk menanggung sebagian atau seluruh pengeluaran yang
31 menyelesaikan provisi (misalnya, kontrak asuransi atau garansi
32 pemasok). Pihak tersebut dapat mengganti jumlah yang telah
33 dibayarkan oleh entitas atau langsung membayarkan jumlah
34 tersebut.
35
36 56. Pada umumnya, entitas akan tetap bertanggung
37 jawab untuk menyelesaikan seluruh jumlah yang menjadi
38 kewajibannya jika pihak ketiga tidak membayar dengan alasan

57.18 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 apa pun. Dalam hal ini, entitas mengakui provisi sejumlah
2 seluruh liabilitas dan mengakui penggantian yang diharapkan
3 dari pihak ketiga sebagai aset yang terpisah ketika sudah
dapat
4 dipastikan bahwa penggantian tersebut akan diterima entitas
5 pada saat entitas menyelesaikan liabilitas.
6
7 57. Dalam beberapa kasus, jika pihak ketiga gagal
8 membayar, maka entitas tidak mempunyai kewajiban untuk
9 mengganti biaya yang menjadi kewajiban pihak ketiga
tersebut.
10 Dalam hal itu entitas tidak mengakui biaya tersebut sebagai
11 provisi.
12
13 58. Sebagaimana telah disebutkan di paragraf 29,
14 jika entitas memiliki kewajiban yang ditanggung secara
15 masing-masing dan bersama dengan pihak lain (tanggung
16 renteng), maka kewajiban itu merupakan liabilitas kontinjensi
17 sepanjang kewajiban tersebut dapat diselesaikan oleh pihak
18 lain tersebut.
19
20 PERUBAHAN PROVISI
21
22 59. Provisi ditelaah pada setiap akhir periode
23 pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi
24 terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk
25 menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi,
26 maka provisi dibatalkan.
27
28 60. Jika provisi didiskonto, maka nilai tercatatnya akan
29 meningkat pada setiap periode untuk mencerminkan berlalunya
30 waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman.
31
32 PENGGUNAAN PROVISI
33
34 61. Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran
35 yang berhubungan langsung dengan tujuan pembentukan
36 provisi.
37
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.19
1 62. Hanya pengeluaran yang berhubungan langsung
2 dengan tujuan pembentukan provisi awal yang dapat
3 mengurangi provisi. Membebankan pengeluaran untuk
4 mengurangi provisi yang semula diakui untuk tujuan lain
akan
5 menghilangkan pengaruh dari dua peristiwa yang berbeda.
6
7 PENERAP AN A TURAN PENGAKUAN DAN
8 PENGUKURAN
9
10 Kerugian Operasi Masa Depan
11
12 63. Provisi tidak boleh diakui untuk kerugian operasi
13 masa depan.
14
15 64. Kerugian operasi masa depan tidak memenuhi
16 definisi liabilitas di paragraf 10 dan kriteria pengakuan umum
17 bagi provisi seperti yang dijelaskan di paragraf 14.
18
19 65. Perkiraan akan terjadinya kerugian operasi masa
20 depan merupakan indikasi bahwa aset tertentu dalam suatu
21 operasi mungkin mengalami penurunan nilai. Entitas menguji
22 adanya penurunan nilai aset sesuai dengan PSAK 48 (revisi
23 2009): Penurunan Nilai Aset
24
25 Kontrak Memberatkan
26
27 66. Jika entitas terikat dalam suatu kontrak
28 memberatkan, maka kewajiban kini menurut kontrak tersebut
29 diukur dan diakui sebagai provisi.
30
31 67. Banyak kontrak dapat dibatalkan tanpa membayar
32 kompensasi atau denda kepada pihak lain sehingga tidak ada
33 kewajiban, misalnya pesanan pembelian yang sifatnya rutin.
34 Kontrak lain mengatur hak dan kewajiban setiap pihak dalam
35 kontrak. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kontrak
36 tersebut memberatkan, maka kontrak tersebut masuk dalam
37 lingkup Pernyataan ini dan terdapat liabilitas yang diakui.
38 Kontrak eksekutori yang tidak memberatkan berada di luar
57.20 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 lingkup Pernyataan ini.
2
3 68. Pernyataan ini mendefinisikan kontrak
memberatkan
4 sebagai kontrak yang menimbulkan biaya yang tidak dapat
5 dihindarkan dalam memenuhi kewajiban menurut kontrak
dan
6 biaya tersebut melebihi manfaat ekonomi yang diperkirakan
7 akan diterima. Biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam
8 kontrak mencerminkan biaya neto terendah untuk terbebas
9 dari ikatan kontrak, yaitu mana yang lebih rendah antara
biaya
10 memenuhi kontrak dengan denda atau kompensasi yang dibayar
11 jika entitas tidak memenuhi kontrak.
12
13 69. Sebelum membentuk suatu provisi untuk kontrak
14 yang memberatkan, entitas mengakui kerugian karena
15 penurunan nilai aset yang diperuntukkan bagi kontrak tersebut
16 (lihat PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset).
17
18 Restrukturisasi
19
20 70. Berikut adalah contoh peristiwa yang dapat
21 digolongkan sebagai restrukturisasi:
22 (a) penjualan atau penghentian suatu lini usaha;
23 (b) penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau regional,
24 atau relokasi kegiatan usaha ke negara atau kawasan
25 regional lain;
26 (c) perubahan dalam struktur manajemen, misalnya
27 menghilangkan satu lapis manajemen; dan
28 (d) reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifikan
29 terhadap karakteristik dan fokus operasi entitas.
30
31 71. Provisi untuk biaya restrukturisasi diakui hanya jika
32 kriteria pengakuan umum yang berlaku bagi provisi sesuai
33 dengan paragraf 14 terpenuhi. Paragraf 72 sampai paragraf
34 83 mengatur penerapan kriteria pengakuan umum dalam
35 restrukturisasi.
36
37 72. K ewajiban konstruktif untuk melakukan
38 restrukturisasi muncul hanya jika persyaratan berikut
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.21
1 dipenuhi:
2 (a) entitas memiliki rencana formal yang rinci untuk
3 restrukturisasi dengan mengidentifikasikan,
sekurang-
4 kurangnya:
5 (i) usaha atau bagian usaha yang terlibat;
6 (ii) lokasi utama yang terpengaruh;
7 (iii) lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai
8 yang akan menerima kompensasi karena
9 pemutusan hubungan kerja;
10 (iv) pengeluaran yang akan terjadi; dan
11 (v) waktu implementasi rencana tersebut; dan
12 (b) entitas menciptakan ekspektasi yang valid kepada
13 pihak-pihak yang terkena dampak restrukturisasi
14 bahwa entitas akan melaksanakan restrukturisasi
15 dengan memulai implementasi rencana tersebut atau
16 mengumumkan pokok-pokok rencana.
17
18 73. Bukti bahwa entitas telah mulai mengimplementasikan
19 rencana restukturisasi akan tampak, antara lain, dengan
20 menghentikan operasi pabrik atau menjual aset atau
21 mengumumkan kepada masyarakat tentang pokok-pokok
22 rencana restrukturisasi. Pengumuman mengenai rencana
23 yang terperinci tentang restrukturisasi tersebut merupakan
24 kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi hanya
25 jika rencana itu dibuat sedemikian rupa dan dengan perincian
26 yang memadai (yaitu menjelaskan pokok-pokok rencana)
27 sehingga menciptakan ekspektasi yang valid di pihak lain
28 seperti pelanggan, pemasok, dan pegawai (atau wakilnya)
29 bahwa entitas akan melaksanakan restrukturisasi.
30
31 74. Agar suatu rencana dapat dianggap sebagai
32 kewajiban konstruktif ketika dikomunikasikan kepada pihak
33 yang terkena dampaknya, maka implementasinya perlu
34 direncanakan sedini mungkin dan diselesaikan dalam jangka
35 waktu yang tidak memungkinkan untuk mengubah rencana
36 tersebut secara signifikan. Jika terdapat penundaan rencana
37 restrukturisasi atau jika restrukturisasi akan berlangsung lebih
38 lama daripada yang direncanakan, maka entitas akan memiliki
57.22 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 kesempatan untuk melakukan perubahan atas rencana semula.
2 Oleh karena itu, rencana restrukturisasi tersebut tidak dapat
3 dianggap sebagai kewajiban konstruktif.
4
5 75. Keputusan entitas untuk melakukan restruk-
6 turisasi yang diambil sebelum akhir periode pelaporan tidak
7 menimbulkan kewajiban konstruktif pada akhir periode
8 pelaporan, kecuali sebelum akhir periode pelaporan entitas
9 telah:
10 (a) mulai mengimplementasikan rencana restrukturisasi;
11 atau
12 (b) mengumumkan pokok-pokok rencana restrukturisasi
13 kepada pihak yang terkena dampak rencana tersebut
14 secara spesifik sedemikian rupa sehingga menimbulkan
15 ekspektasi yang valid pada pihak tersebut bahwa
entitas
16 akan melaksanakan restrukturisasi.
17 Jika entitas mulai mengimplementasikan rencana
restrukturisasi
18 atau mengumumkan pokok-pokok rencananya kepada pihak
19 yang terkena dampaknya, hanya setelah periode pelaporan,
20 maka pengungkapan disyaratkan dalam PSAK 8: Peristiwa
21 Setelah Tanggal Neraca jika restrukturisasi tersebut adalah
22 material. Jika pengungkapan tidak dilakukan, maka hal itu
23 dapat mempengaruhi kemampuan pengguna laporan keuangan
24 untuk membuat evaluasi dan putusan yang tepat.
25
26 76. Walaupun suatu kewajiban konstruktif tidak timbul
27 semata-mata karena putusan manajemen atau unit organisasi
28 yang berwenang, kewajiban dapat timbul dari peristiwa
29 terdahulu yang terjadi bersama dengan putusan tersebut.
30 Misalnya, negosiasi dengan wakil para karyawan untuk
31 pembayaran dalam rangka pemutusan hubungan kerja atau
32 negosiasi dengan para pembeli untuk penjualan suatu operasi
33 mungkin dapat dituntaskan hanya melalui persetujuan unit
34 organisasi yang berwenang. Begitu persetujuan tersebut telah
35 diperoleh dan dikomunikasikan kepada pihak lain, saat itu
36 pula entitas memiliki kewajiban konstruktif untuk melakukan
37 restrukturisasi dengan catatan persyaratan yang dijelaskan di
38 paragraf 72 terpenuhi.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.23
1 77. Dimungkinkan otoritas akhir menjadi hak suatu
2 dewan yang anggotanya termasuk perwakilan dari pihak-
pihak
3 yang berkepentingan selain manajemen (misalnya karyawan)
4 atau pemberitahuan kepada perwakilan tersebut mungkin
5 diperlukan sebelum keputusan dewan disetujui. Karena suatu
6 keputusan yang diambil dewan melibatkan suatu komunikasi
7 dengan perwakilan ini, komunikasi ini mungkin
menghasilkan
8 suatu kewajiban konstruktif untuk merestrukturisasi.
9
10 78. Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan
11 suatu operasi hingga entitas membuat suatu perjanjian
12 penjualan yang mengikat.
13
14 79. Walaupun entitas telah mengambil putusan untuk
15 menjual suatu operasi dan mengumumkan putusan tersebut
16 kepada masyarakat, entitas tidak terikat pada putusannya
17 sebelum pembeli telah teridentifikasi dan terdapat perjanjian
18 penjualan yang mengikat. Sampai terdapat penjualan yang
19 mengikat, entitas dapat mengubah pikirannya dan bahkan
20 harus mengambil tindakan lain jika tidak dapat mencapai
21 kesepakatan dengan pembeli. Jika penjualan suatu operasi
22 dipandang sebagai bagian dari restrukturisasi, maka aset dari
23 operasi yang bersangkutan perlu dievaluasi untuk menentukan
24 apakah terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi
25 2009): Penurunan Nilai Aset. Jika penjualan hanya merupakan
26 bagian dari restrukturisasi, maka kewajiban konstruktif dapat
27 timbul dari bagian lain restrukturisasi sebelum ada perjanjian
28 penjualan yang mengikat.
29
30 80. Provisi restrukturisasi hanya mencakup
31 pengeluaran langsung yang timbul dari restrukturisasi,
32 yaitu memenuhi kedua persyaratan berikut ini:
33 (a) benar-benar harus dikeluarkan dalam rangka restruk-
34 turisasi; dan
35 (b) tidak terkait dengan aktivitas entitas yang masih
36 berlangsung.
37
38
57.24 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 81. Provisi restrukturisasi tidak mencakup biaya-biaya
2 seperti:
3 (a) pelatihan atau penempatan kembali (relokasi) staf yang
4 masih tetap dikaryakan;
5 (b) pemasaran; atau
6 (c) investasi dalam sistem dan jaringan distribusi baru.
7 Pengeluaran ini terkait dengan pengelolaan usaha di masa
8 depan dan pada akhir periode pelaporan bukan merupakan
9 liabilitas dalam rangka restrukturisasi. Pengeluaran tersebut
10 diakui dengan dasar yang sama seolah-olah pengeluaran
11 tersebut tidak terkait dengan restrukturisasi.
12
13 82. Jumlah yang teridentifikasi sebagai kerugian operasi
14 masa depan sampai dengan tanggal restrukturisasi tidak
15 termasuk provisi, kecuali jika kerugian itu tidak terkait dengan
16 kontrak memberatkan seperti didefinisikan di paragraf 10.
17
18 83. Sebagaimana yang diatur di paragraf 51, keuntungan
19 karena rencana pelepasan aset tidak diperhitungkan dalam
20 mengukur provisi restrukturisasi walaupun pelepasan aset itu
21 dipandang sebagai bagian dari restrukturisasi.
22
23 PENGUNGKAPAN
24
25 84. U n t u k s e t i a p j e n i s p r o v i s i , e n t i t a s
26 mengungkapkan:
27 (a) nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
28 (b) provisi tambahan yang dibuat dalam periode
29 bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah provisi
30 yang ada;
31 (c) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi
32 dan dibebankan pada provisi selama periode
33 bersangkutan;
34 (d) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama
35 periode bersangkutan; dan
36 (e) peningkatan, selama periode yang bersangkutan,
37 dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu
38 dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.25
1 Informasi komparatif tidak disyarat.
2
3 85. Untuk setiap jenis provisi, entitas
mengungkapkan:
4 (a) uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban
5 dan perkiraan saat arus keluar sumber daya ekonomi
6 terjadi;
7 (b) indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah
8 arus keluar tersebut. Jika diperlukan dalam rangka
9 menyediakan informasi yang memadai, maka entitas
10 mengungkapkan asumsi utama yang mendasari
11 prakiraan peristiwa masa depan sebagaimana diatur
12 di paragraf 48; dan
13 (c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima
14 dengan menyebutkan jumlah aset yang telah diakui
15 untuk estimasi penggantian tersebut.
16
17 86. K ecuali kemungkinan arus keluar dalam
18 penyelesaian adalah kecil, entitas mengungkapkan untuk
19 setiap jenis liabilitas kontinjensi pada akhir periode
20 pelaporan, uraian ringkas mengenai karakteristik liabilitas
21 kontinjensi dan, jika praktis:
22 (a) estimasi dari dampak keuangannya yang diukur sesuai
23 dengan ketentuan paragraf 36-52;
24 (b) indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan
25 jumlah atau waktu arus keluar sumber daya; dan
26 (c) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
27
28 87. Dalam menentukan provisi atau liabilitas kontinjensi
29 yang dapat dikelompokkan pada jenis provisi atau liabilitas
30 kontinjensi yang sama, perlu dipertimbangkan apakah
31 karakteristik provisi atau liabilitas kontinjensi tersebut cukup
32 serupa satu dengan lainnya sehingga dapat dikelompokkan
33 sesuai dengan persyaratan paragraf 85(a) dan (b) serta paragraf
34 86(a) dan (b). Oleh karena itu, jumlah yang terkait dengan
35 jaminan produk atas berbagai produk dapat diungkapkan
36 sebagai satu jenis provisi, tetapi jaminan produk biasa
37 dipisahkan pengungkapannya dengan jaminan produk yang
38 terkait dengan proses hukum yang sedang berjalan.
57.26 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 88. Jika provisi dan liabilitas kontinjensi timbul dari
2 satu situasi yang sama, maka entitas melakukan
pengungkapan
3 yang disyaratkan di paragraf 84-86 sedemikian rupa sehingga
4 menunjukkan keterkaitan antara provisi dan liabilitas
5 kontinjensi tersebut.
6
7 89. Jika kemungkinan besar terjadi arus masuk
8 manfaat ekonomi, maka entitas mengungkapkan uraian
9 singkat mengenai karakteristik aset kontinjensi pada
10 akhir periode pelaporan dan, jika praktis, estimasi dampak
11 keuangannya, diukur sesuai dengan prinsip yang berlaku
12 bagi provisi sebagaimana diatur di paragraf 36-52.
13
14 90. Perlu diperhatikan bahwa pengungkapan aset
15 kontinjensi tidak boleh memberikan indikasi yang menyesatkan
16 mengenai kemungkinan timbulnya penghasilan.
17
18 91. Jika informasi yang diatur di paragraf 86 dan 89
19 tidak diungkapkan karena tidak praktis dilakukan, maka
20 fakta tersebut diungkapkan.
21
22 92. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, pengung-
23 kapan sebagian atau seluruh informasi yang diatur di
24 paragraf 84-89 diperkirakan dapat menyulitkan entitas dalam
25 perselisihan dengan pihak lain mengenai hal yang menjadi
26 subjek provisi, liabilitas kontinjensi, atau aset kontinjensi.
27 Dalam hal demikian, entitas tidak perlu mengungkapkan
28 informasi tersebut, tetapi mengungkapkan uraian umum
29 perselisihan, berikut fakta dan alasan bahwa informasi
30 tersebut tidak diungkapkan.
31
32 KETENTUAN TRANSISI
33
34 93. Dampak diterapkannya Pernyataan ini pada
35 tanggal efektifnya dilaporkan sebagai penyesuaian saldo
36 laba awal pada periode Pernyataan ini pertama kali
37 diterapkan. Entitas dianjurkan, tetapi tidak disyaratkan,
38 untuk menyesuaikan saldo laba awal dari periode sajian
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.27
1 paling dini dan menyajikan kembali informasi komparatif.
2 Jika informasi komparatif tersebut tidak disajikan kembali,
3 maka fakta tersebut diungkapkan.
4
5 TANGGAL EFEKTIF
6
7 94. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode
8 tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
9 2011.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

57.28 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 LAMPIRAN A
2
3 Tabel Provisi, Liabilitas Kontinjensi, Aset Kontinjensi, dan
4 Penggantian (oleh Pihak Ketiga)
5
6 Lampiran ini melengkapi, namun bukan bagian dari PSAK 57.
7 Tujuan lampiran ini adalah untuk mengikhtisarkan ketentuan-
8 ketentuan utama dari PSAK 57.
9
10 Provisi dan Liabilitas Kontinjensi
11
12 Jika, sebagai akibat dari kejadian masa lampau, timbul
13 kemungkinan entitas akan mengeluarkan sumber daya yang
14 mengandung manfaat ekonomis dalam rangka
menyelesaikan: (a) kewajiban masa kini atau (b)
15
kemungkinan kewajiban yang keberadaannya akan menjadi
16 pasti hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau
17 lebih peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang
18 (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
19
Terdapat Terdapat Terdapat
20 kewajiban kemungkinan kemungkinan
21 kini yang kewajiban atau kewajiban atau
22 kemungkinan kewajiban kewajiban kini
23 besar akan kini yang sangat kecil
24 mengakibatkan kemungkinan, kemungkinannya
25 entitas tetapi tampaknya entitas
26 mengeluarkan tidak, akan mengeluarkan
27 sumber daya. mengakibatkan sumber daya.
28 entitas
mengeluarkan
29
sumber daya.
30
31 Provisi diakui oleh Provisi tidak diakui Provisi tidak diakui
32 entitas (paragraf 14). (paragraf 27). (paragraf 27).
33
Dilakukan Dilakukan Tidak diperlukan
34 pengungkapan pengungkapan
pengungkapan
35 mengenai Provisi mengenai liabilitas (paragraf 86).
36 tersebut (paragraf 84 kontinjensi tersebut
37 dan 85). (paragraf 86).
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.29
1 Liabilitas kontinjensi juga timbul dalam kasus yang sangat
2 jarang terjadi yaitu pada saat terdapat liabilitas yang tidak dapat
3 diakui karena liabilitas tersebut tidak dapat diukur dengan andal.
4 Pengungkapan disyaratkan untuk liabilitas kontinjensi.
5
6 Aset Kontinjensi
7
8 Jika, sebagai akibat dari kejadian masa lalu, terdapat
kemungkinan timbul aset yang keberadaannya akan menjadi
9
pasti hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau
10 lebih peristiwa yang belum pasti di masa depan, yang
11 (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam kendali
12 entitas.
13 Arus masuk Kemungkinan Tidak terdapat
14 manfaat ekonomis besar akan terjadi kemungkinan besar
bagi entitas (pada arus masuk akan terjadi arus
15
dasarnya) dapat manfaat ekonomis, masuk manfaat
16 dipastikan. ekonomis.
tetapi tidak bisa
17 dipastikan.
18
19 Aset tersebut Tidak ada aset yang Tidak ada aset yang
20 bukan merupakan diakui (paragraf 31). diakui (paragraf 31).
21 aset kontinjensi
22 (paragraf 33).
23
Dilakukan Tidak diperlukan
24 pengungkapan pengungkapan
25 (paragraf 89). (paragraf 89).
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

57.30 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 Penggantian oleh Pihak Ketiga
2
3 Sebagian atau seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk
4 menyelesaikan suatu provisi diharapkan akan diganti atau
5 ditanggung oleh pihak ketiga.
6 Kewajiban atas Kewajiban atas
Entitas tidak
7 mempunyai jumlah yang jumlah yang
8 kewajiban diharapkan akan diharapkan
9 atas bagian diganti tetap berada akan diganti
10 pengeluaran yang pada entitas dan tetap berada
11 akan diganti oleh terdapat kepastian pada entitas dan
12 pihak ketiga. bahwa penggantian tidak terdapat
13 tersebut akan kepastian bahwa
diterima jika entitas penggantian
14
menyelesaikan tersebut akan
15
provisinya. diterima
16 jika entitas
17 menyelesaikan
18 provisinya.
19
Entitas tidak Penggantian diakui Penggantian yang
20
mempunyai sebagai aset terpisah diharapkan
21 tersebut tidak
liabilitas atas dalam neraca dan dapat
22 jumlah yang akan dikurangkan dari beban diakui sebagai aset
23 diganti (paragraf dalam laporan laba (paragraf 53).
24 57). rugi komprehensif.
25 Jumlah yang diakui
26 atas penggantian yang
27 diharapkan tidak boleh
28 melebihi liabilitas
29 (paragraf 53 dan 54).
30
Tidak dilakukan Dilakukan Dilakukan
31 pengungkapan
pengungkapan. pengungkapan
32 mengenai penggantian mengenai
33 bersama dengan penggantian yang
34 jumlah yang diakui diekspertasikan
35 atas penggantian (paragraf 85 (c)).
36 tersebut (paragraf
37 85(c)).
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.31
1 LAMPIRAN B
2
3 Bagan Pengambilan Keputusan
4
5 Lampiran ini melengkapi, namun bukan bagian dari PSAK
6 57 . Tujuan dari Lampiran ini adalah untuk mengikhtisarkan
7 persyaratan pengakuan utama dalam PSAK 57 mengenai
8 provisi dan liabilitas kontinjensi.
9
10 Mu la i

11
12
13 K e w a j i ban k i n i
s e ba ga i ak i b a Ti d a k K e m ung k i Ti d a k
14 t k e j a d i a n ya n n a n k e w a jib a
g n?
15 m e n g i k a t?

16 Ya Ya
17
18 K e m ung k i nan ak a
n te rj a d i n ya a ru s
Ti d a k
K e m ung k i nan
Ya

19 k e l u ar s u m b er
a ru s s u m b e r d a
ya
d a ya ?
20 ke l u a r k e ci l ?

21 Ya
22
23 Ad a e s ti m a s i
T i d a k (j a r a n
g) Ti d a k
24 ya n g a n d a l ?

25
26 Ya

27
Mengungkapkan
B uBuat
a t k provisi
e w a jib a U n gkap an k e w a j i ba Ti d a k b e r b u
28 n d i e s ti m a s
liabilitas kontinjensi
n k o n tin je n s i a t ap ap un
i
29
30
31 Catatan: dalam kasus yang jarang terjadi, tidak jelas apakah
32 telah timbul kewajiban kini. Dalam hal demikian, peristiwa
33 masa lalu dianggap menimbulkan kewajiban kini, apabila,
34 setelah memperhitungkan semua bukti yang tersedia,
35 kemungkinan besar, bahwa kewajiban kini telah timbul pada
36 tanggal neraca (lihat PSAK 57 (revisi 2009) Provisi, Liabilitas
37 Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi paragraf 16).
38
57.32 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 LAMPIRAN C
2
3 Contoh Pengakuan
4
5 Lampiran ini melengkapi, namun bukan bagian dari PSAK
6 57.
7
8 Seluruh entitas dalam contoh ini mempunyai periode laporan
9 keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Dalam
10 seluruh kasus, diasumsikan bahwa dapat dibuat estimasi yang
11 andal atas arus keluar sumber daya. Dalam beberapa contoh
12 mungkin terdapat kondisi yang berakibat pada penurunan
13 nilai aset, aspek penurunan nilai tersebut tidak dibahas dalam
14 contoh ini.
15
16 Dalam contoh berikut disebutkan paragraf yang relevan dari
17 PSAK 57. Lampiran ini harus dibaca dalam konteks PSAK 57
18 secara utuh.
19
20 Yang dimaksud dengan “estimasi terbaik” dalam contoh
21 berikut adalah jumlah nilai kini yang dampak nilai waktu
22 uangnya material.
23
24 Contoh 1: Jaminan (Garansi)
25
26 Pada saat penjualan, produsen memberikan jaminan atau
27 garansi produk kepada pembeli produknya. Berdasarkan
28 kontrak penjualan, produsen menjamin akan memperbaiki
29 atau mengganti produk yang dalam jangka waktu tiga tahun
30 sejak tanggal penjualannya menampakkan cacat. Berdasarkan
31 pengalaman masa lalu, terdapat kemungkinan besar bahwa akan
32 terjadi klaim atas jaminan yang diberikan.
33
34 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
35 lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah penjualan
36 produk dengan jaminan, yang selanjutnya menimbulkan
37 kewajiban hukum.
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.33
1 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomis
2 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat
kemungkinan
3 besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi
bagi
4 jaminan secara keseluruhan (lihat paragraf 24).
5
6 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
7 biaya perbaikan dan/atau penggantian yang mungkin perlu
8 dikeluarkan dalam rangka menjamin produk yang dijual
sebelum
9 akhir periode pelaporan (lihat paragraf 14 dan paragraf
24).
10
11 Contoh 2.a: Tanah yang Tercemar – Peraturan Perundang-
12 undangan yang Dapat Dipastikan akan Diberlakukan
13
14 Entitas yang bergerak pada industri minyak melakukan
15 pencemaran lingkungan, tetapi entitas tersebut melakukan
16 pembersihan atas pencemaran tersebut hanya sebatas yang
17 diwajibkan oleh peraturan perundangan-undangan di negara
18 tempat entitas tersebut beroperasi. Salah satu negara tempat
19 entitas tersebut beroperasi tidak memiliki peraturan perundang-
20 undangan yang mengatur tentang pembersihan atas pencemaran
21 lingkungan, dan entitas telah melakukan pencemaran di negara
22 tersebut selama beberapa tahun. Pada tanggal 31 Desember
23 20X0 dapat dipastikan bahwa Rancangan Undang-undang yang
24 mewajibkan pembersihan pencemaran tanah akan diberlakukan
25 segera setelah akhir tahun.
26
27 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu
28 yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah pencemaran
29 tanah karena dapat dipastikan peraturan perundang-undangan
30 yang akan diberlakukan mengharuskan pembersihan atas
31 pencemaran lingkungan.
32
33 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis
34 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat kemungkinan
35 besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi.
36
37 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
38 biaya pembersihan (lihat paragraf 14 dan paragraf 22).

57.34 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 Contoh 2.b: Tanah yang Tercemar dan Kewajiban
2 Konstruktif
3
4 Entitas yang bergerak pada industri minyak melakukan
5 pencemaran lingkungan, dan beroperasi di negara yang
6 tidak memiliki peraturan perundang-undangan mengenai
7 pemeliharaan lingkungan. Tetapi, entitas memiliki kebijakan
8 pemeliharaan lingkungan yang dipublikasikan secara luas,
9 yang menyatakan bahwa entitas akan bertanggung jawab
10 untuk membersihkan semua pencemaran yang ditimbulkannya.
11 Entitas memiliki reputasi menghormati kebijakan yang
12 dipublikasikan tersebut.
13
14 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa
15 masa lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah
16 pencemaran tanah, yang menimbulkan kewajiban konstruktif,
17 karena perilaku entitas telah menciptakan ekspektasi yang valid
18 di kalangan pihak yang berkepentingan bahwa entitas akan
19 membersihkan pencemaran lingkungan.
20
21 Keluarnya sumber daya yang mengandung nilai ekonomis
22 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat kemungkinan
23 besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi.
24
25 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
26 biaya pembersihan (lihat paragraf 10 tentang definisi kewajiban
27 konstruktif, paragraf 14 dan 17).
28
29 Contoh 3: Ladang Minyak Lepas Pantai
30
31 Entitas mengoperasikan ladang minyak lepas pantai yang
32 persetujuan lisensinya mengatur bahwa entitas harus
33 membongkar konstruksi anjungan pengeboran minyak (oil rig)
34 pada akhir masa produksi dan memulihkan dasar laut. Sembilan
35 puluh persen dari biaya yang akhirnya dikeluarkan adalah untuk
36 membongkar anjungan pengeboran minyak dan memperbaiki
37 kerusakan yang timbul akibat pembangunan anjungan tersebut,
38 sedangkan sepuluh persen lainnya untuk penambangan minyak.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.35
1 Pada akhir periode pelaporan, anjungan sudah dibangun,
tetapi
2 belum ada minyak yang ditambang.
3
4 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
5 lalu yang mengikat. Berdasarkan perjanjian lisensi,
konstruksi
6 atau pembangunan anjungan menimbulkan kewajiban hukum
7 untuk membongkar anjungan tersebut dan memulihkan dasar
8 laut. Dengan demikian, peristiwa tersebut dapat dikategorikan
9 sebagai peristiwa yang mengikat. Namun demikian, pada
10 tanggal neraca, tidak ada kewajiban untuk memperbaiki
11 kerusakan yang akan timbul karena penambangan minyak.
12
13 Keluarnya sumber daya yang mengandung menfaat ekonomis
14 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat kemungkinan
15 besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi.
16
17 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
18 bagi sembilan puluh persen dari biaya yang pada akhirnya
19 dikeluarkan untuk membongkar anjungan pengeboran
20 minyak dan memperbaiki kerusakan yang timbul karena
21 pembangunannya (lihat paragraf 14). Biaya ini dimasukkan
22 sebagai bagian dari biaya perolehan oil rig. Entitas mengakui
23 sepuluh persen dari biaya yang timbul dalam penambangan
24 minyak sebagai liabilitas pada saat minyak ditambang.
25
26 Contoh 4: Kebijakan Pengembalian Dana
27
28 Sebuah toko ritel mempunyai kebijakan untuk mengembalikan
29 uang pembelian dari pelanggan yang tidak puas, meskipun
30 tidak ada kewajiban hukum yang mengharuskan entitas untuk
31 mengembalikan uang konsumen.
32
33 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa
34 masa lalu yang mengikat Peristiwa mengikat adalah peristiwa
35 penjualan produk, yang menimbulkan kewajiban konstruktif
36 karena tindakan entitas telah menciptakan ekspektasi yang
37 valid bagi pembeli bahwa entitas akan mengembalikan uang
38 mereka.
57.36 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
2 ekonomis dalam rangka menyelesaian kewajiban. Terdapat
3 kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya)
4 akan terjadi (lihat paragraf 24).
5
6 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
7 dari biaya pengembalian (lihat paragraf 10 (definisi
kewajiban
8 konstruktif ), 14, 17 dan 24).
9
10 Contoh 5.a: Penutupan Divisi – Tidak Ada Implementasi
11 Sebelum Akhir Periode Pelaporan
12
13 Pada tanggal 12 Desember 20X0 dewan direksi entitas
14 memutuskan untuk menutup suatu divisi. Sebelum akhir
15 periode pelaporan (31 Desember 20X0) putusan tersebut tidak
16 dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
17 dan tidak ada langkah-langkah lain yang diambil dalam rangka
18 mengimplementasikan putusan tersebut.
19
20 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
21 lalu yang mengikat. Tidak ada peristiwa yang mengikat
22 sehingga tidak ada kewajiban yang timbul.
23
24 Simpulan. Provisi tidak diakui (lihat paragraf 14 dan 72).
25
26 Contoh 5.b: Penutupan Divisi – Komunikasi/Implementasi
27 Sebelum Akhir Periode Pelaporan
28
29 Pada tanggal 12 Desember 20X0 dewan direksi entitas
30 memutuskan untuk menutup divisi yang membuat suatu produk
31 tertentu. Pada tanggal 20 Desember 20X0 dewan direksi
32 menyetujui rencana terperinci untuk menutup divisi tersebut.
33 Selanjutnya, dikirimkan surat kepada pelanggan yang isinya
34 mengingatkan pelanggan agar mencari sumber pasokan lainnya,
35 serta dikirimkan pemberitahuan kepada pegawai divisi.
36
37
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.37
1 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa
2 masa lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah
3 dikomunikasikannya atau diumumkannya putusan tersebut
4 kepada para pelanggan dan karyawan, yang selanjutnya
5 menimbulkan kewajiban konstruktif sejak tanggal
dilakukannya
6 pengumuman karena pengumuman tersebut menciptakan
7 ekspektasi yang valid bahwa divisi akan ditutup.
8
9 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi
10 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat kemungkinan
11 besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan terjadi.
12
13 Simpulan. Pada tanggal 31 Desember 20X0 diakui provisi
14 sebesar estimasi terbaik biaya penutupan divisi (lihat paragraf
15 14 dan 72).
16
17 Contoh 6: Ketentuan Hukum untuk Memasang Penyaring
18 (Filter) Asap
19
20 Sesuai peraturan perundang-undangan yang baru, entitas
21 diwajibkan untuk memasang penyaring asap pada pabrik-
22 pabriknya. Penyaring tersebut harus sudah terpasang pada
23 tanggal 30 Juni 20X1. Namun, entitas belum melakukan
24 pemasangan penyaring tersebut.
25
26 (a) Pada akhir periode pelaporan 31 Desember 20X0
27
28 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
29 lalu yang mengikat. Tidak ada kewajiban yang timbul, karena
30 tidak ada peristiwa yang mengikat baik yang timbul karena
31 biaya pemasangan penyaring asap maupun denda berdasarkan
32 peraturan perundang-undangan.
33
34 Simpulan. Provisi atas biaya pemasangan penyaring asap tidak
35 diakui (lihat paragraf 14 dan 17-19).
36
37
38
57.38 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 (b) Pada tanggal neraca 31 Desember 20X1
2
3 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
lalu
4 yang mengikat. Belum ada kewajiban atas biaya pemasangan
5 penyaring asap, karena belum ada peristiwa masa lalu yang
6 mengikat (yaitu pemasangan penyaring). Tetapi, ada
kewajiban
7 lainnya yang mungkin sudah timbul (yaitu kewajiban untuk
8 membayar denda berdasarkan peraturan perundang-undangan)
9 akibat peristiwa masa lalu yang mengikat (yaitu operasi
pabrik
10 yang tidak patuh pada peraturan).
11
12 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
13 ekonomis dalam rangka penyelesaian kewajiban. Besarnya
14 kemungkinan entitas harus membayar denda, karena operasinya
15 tidak memenuhi peraturan perundang-undangan, akan
16 bergantung pada rincian peraturan tersebut dan pada keketatan
17 pemberlakuan peraturan tersebut.
18
19 Simpulan. Entitas tidak mengakui provisi atas biaya
20 pemasangan penyaring asap. Tetapi, entitas mengakui provisi
21 sebesar estimasi terbaik atas denda yang kemungkinan besar
22 akan dikenakan (lihat paragraf 14 dan 17-19).
23
24 Contoh 7: Pelatihan Ulang Karyawan Karena Perubahan
25 Peraturan Pajak Penghasilan
26
27 Pemerintah mengumumkan beberapa perubahan dalam
28 peraturan pajak penghasilan. Akibatnya, suatu entitas yang
29 bergerak di sektor jasa keuangan harus melakukan pelatihan
30 ulang terhadap sejumlah besar pegawai penjualan dan
31 administrasi agar dapat terus memenuhi peraturan yang
32 berlaku di bidang jasa keuangan. Pada akhir periode pelaporan,
33 pelatihan ulang terhadap karyawan belum dilakukan.
34
35 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
36 lalu yang mengikat. Belum timbul kewajiban karena peristiwa
37 yang mengikat (yaitu pelatihan ulang) belum terjadi.
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.39
1 Simpulan. Provisi tidak diakui (lihat paragraf 14 dan 17-19).
2
3 Contoh 8: Kontrak Memberatkan
4
5 Entitas mengoperasikan suatu pabrik yang menguntungkan,
6 disewa berdasarkan perjanjian sewa operasi. Selama bulan
7 Desember 20X0 entitas memindahkan operasinya ke pabrik
8 baru. Kontrak sewa pabrik lama masih akan berlaku selama
9 empat tahun ke depan. Kontrak tersebut tidak dapat
dibatalkan
10 dan pabrik tersebut tidak dapat disewakan kembali kepada
11 pihak ketiga.
12
13 Kewajiban masa kini yang timbul sebagai akibat peristiwa
14 masa lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah
15 penandatanganan kontrak sewa, yang selanjutnya menimbulkan
16 kewajiban hukum.
17
18 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
19 ekonomis dalam rangka penyelesaian kewajiban. Ketika
20 kontrak sewa menjadi suatu hal yang memberatkan entitas,
21 timbul kemungkinan besar bahwa entitas akan mengeluarkan
22 sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis. (Sebelum
23 sewa menjadi sewa yang memberatkan, entitas mencatat sewa
24 berdasarkan PSAK 30 (2007): Sewa)
25
26 Simpulan. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi terbaik
27 atas pembayaran sewa yang tidak dapat dihindari (lihat paragraf
28 5 (c), 14 dan 66).
29
30 Contoh 9: Jaminan Tunggal
31
32 Selama tahun 20X0, entitas A memberikan jaminan atas
33 pinjaman tertentu dari entitas B. Kondisi keuangan B pada
34 saat itu cukup sehat. Selama tahun 20X1, kondisi keuangan
35 entitas B memburuk, dan pada tanggal 30 Juni 20X1 entitas B
36 menyatakan bangkrut.
37
38
57.40 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 Kontrak ini memenuhi definisi kontrak asuransi dalam PSAK
2 28: Kontrak Asuransi namun berada dalam ruang lingkup
3 PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan
4 dan Pengukuran, karena memenuhi definisi kontrak jaminan
5 keuangan dalam PSAK 55. Jika penerbit sejak awal telah
6 menyatakan secara eksplisit bahwa kontrak seperti itu diakui
7 sebagai kontrak asuransi dan diterapkan akuntansi untuk
8 kontrak asuransi, penerbit dapat memilih untuk menerapkan
9 PSAK 55 (revisi) atau PSAK 28 untuk kontrak jaminan
10 keuangan seperti itu. PSAK 28 memperkenankan penerbit
11 untuk melanjutkan kebijakan akuntansi yang telah ada untuk
12 kontrak asuransi jika persyaratan minimum yang ditetapkan
13 telah terpenuhi. PSAK 28 juga menperkenankan perubahan
14 kebijakan akuntansi yang memenuhi kriteria yang telah
15 ditentukan. Berikut adalah contoh kebijakan akuntansi yang
16 diperkenankan oleh PSAK 28 dan juga memenuhi persyaratan
17 dalam PSAK 55 (revisi 2006) untuk kontrak jaminan keuangan
18 dalam ruang lingkup PSAK 55.
19
20 (a) Pada tanggal 31 Desember 20X0.
21
22 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
23 lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah pemberian
24 jaminan, yang menimbulkan kewajiban hukum.
25
26 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis
27 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Pada tanggal 31
28 Desember 20X0, tidak terdapat kemungkinan besar bahwa
29 entitas akan mengeluarkan sumber daya ekonomis.
30
31 Simpulan. Jaminan diakui dengan menggunakan nilai wajar.
32
33 (b) Pada tanggal 31 Desember 20X1.
34
35 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
36 lalu yang mengikat. Peristiwa yang mengikat adalah pemberian
37 jaminan, yang menimbulkan kewajiban hukum.
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.41
1 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
2 ekonomis dalam rangka penyelesaian kewajiban. Pada
3 tanggal 31 Desember 20X1, terdapat kemungkinan besar
4 bahwa entitas akan mengeluarkan sumber daya ekonomis
untuk
5 menyelesaikan kewajiban tersebut.
6
7 Simpulan. Jaminan diukur kembali pada nilai tertinggi dari
(a)
8 estimasi terbaik atas kewajiban yang bersangkutan (lihat paragraf
9 14 dan 23), dan (b) jumlah awal yang diakui dikurangi
amortisasi
10 kumulatif sesuai dengan PSAK 23: Pendapatan.
11
12 Contoh 10: Perkara Pengadilan
13
14 Sesudah suatu pesta pernikahan di tahun 20X0 berakhir, sepuluh
15 orang meninggal, kemungkinan disebabkan karena keracunan
16 makanan dari produk yang dijual oleh entitas. Proses tuntutan
17 hukum terhadap entitas sudah dimulai, tetapi entitas membantah
18 bahwa pihaknya bertanggung jawab atas peristiwa keracunan
19 tersebut. Sampai dengan tanggal persetujuan laporan keuangan
20 untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X0, pengacara
21 entitas berpendapat bahwa kemungkinan besar entitas tidak
22 akan divonis bersalah. Namun, ketika entitas menyusun
23 laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember
24 20X1, pengacara memberi nasihat bahwa sehubungan dengan
25 perkembangan pada kasus yang terjadi, terdapat kemungkinan
26 besar entitas akan divonis bersalah.
27
28 (a) Pada tanggal 31 Desember 20X0
29
30 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
31 lalu yang mengikat. Berdasarkan bukti yang tersedia saat
32 laporan keuangan disetujui, tidak terdapat kewajiban yang
33 timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu.
34
35 Simpulan. Tidak ada provisi yang diakui (lihat paragraf 15-16).
36 Masalah ini diungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi kecuali,
37 jika kemungkinan keluarnya sumber daya ekonomi dianggap
38 kecil (paragraf 86).

57.42 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 (b) Pada tanggal 31 Desember 20X1
2
3 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
4 lalu yang mengikat. Berdasarkan bukti yang tersedia,
terdapat
5 kewajiban masa kini.
6
7 Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomis
8 dalam rangka penyelesaian kewajiban. Terdapat
kemungkinan
9 besar entitas akan mengeluarkan sumber daya.
10
11 Simpulan. Provisi diakui sebesar estimasi terbaik atas jumlah
12 yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
13 (lihat paragraf 14-16).
14
15 Contoh 11: Perbaikan dan Pemeliharaan
16
17 Di samping pemeliharaan rutin, beberapa aset membutuhkan
18 pengeluaran yang cukup besar setiap beberapa tahun untuk
19 menyetel ulang, memperbarui atau mengganti komponen-
20 komponen utama. PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap
21 memberikan panduan bagi entitas dalam mengalokasikan
22 pengeluaran atas komponen aset, jika komponen tersebut
23 memiliki masa manfaat yang berbeda atau memberikan manfaat
24 dengan pola yang berbeda.
25
26 Contoh 11.a: Biaya Pembaruan – Tidak ada Ketentuan
27 Perundang-undangan
28
29 Suatu tungku mempunyai lapisan yang karena alasan teknis,
30 harus diganti setiap lima tahun. Pada akhir periode pelaporan,
31 lapisan tersebut telah digunakan selama tiga tahun.
32
33 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
34 lalu yang mengikat. Tidak terdapat kewajiban masa kini.
35
36 Simpulan. Tidak ada provisi yang diakui (lihat paragraf 14
37 dan 17 -19).
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.43
1 Biaya penggantian lapisan tidak diakui karena, pada tanggal
2 neraca, tidak terdapat kewajiban untuk mengganti lapisan, di
3 mana kewajiban tersebut tidak terpisah dari tindakan entitas
4 di masa depan; niat untuk melakukan pengeluaran bergantung
5 pada putusan entitas untuk terus mengoperasikan tungku atau
6 mengganti lapisan. Entitas tidak mengakui provisi melainkan
7 menentukan penyusutan lapisan dengan memperhitungkan
8 tingkat konsumsi atau pemanfaatannya, yaitu selama lima
tahun.
9 Biaya pelapisan ulang yang kemudian terjadi dikapitalisasi
dan
10 konsumsi atau pemanfaatan setiap pelapisan tercermin melalui
11 depresiasi selama masa lima tahun berikutnya.
12
13 Contoh 11.b: Biaya Pembaruan – Terdapat Ketentuan
14 Perundang-undangan
15
16 Suatu entitas penerbangan, berdasarkan peraturan perundang-
17 undangan, diwajibkan untuk melakukan perbaikan besar atas
18 pesawat terbangnya setiap tiga tahun.
19
20 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa
21 lalu yang mengikat. Tidak terdapat kewajiban kini.
22
23 Simpulan. Tidak ada provisi yang diakui (lihat paragraf 14
24 dan 17 -19).
25
26 Biaya perbaikan besar pesawat terbang tidak diakui sebagai
27 provisi dengan alasan yang sama seperti biaya penggantian
28 lapisan tidak diakui sebagai provisi dalam contoh 11.a.
29 Ketentuan perundang-undangan untuk melakukan perbaikan
30 besar tidak menimbulkan liabilitas atas biaya perbaikan
31 tersebut, karena dalam kasus tersebut kewajiban untuk
32 melakukan perbaikan besar tidak terpisah dari tindakan entitas
33 di masa depan; entitas dapat menghindari pengeluaran masa
34 depan melalui tindakannya di masa depan, contohnya dengan
35 menjual pesawat yang bersangkutan. Entitas tidak mengakui
36 provisi melainkan menentukan penyusutan pesawat terbang
37 dengan memperhitungkan pengeluaran biaya pemeliharaan
38
57.44 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1 di masa depan, yaitu jumlah yang sama dengan biaya
2 pemeliharaan yang diperkirakan akan terjadi disusutkan selama
3 tiga tahun.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.45
1 LAMPIRAN D
2
3 Contoh Pengungkapan
4
5 Lampiran ini melengkapi, namun bukan bagian dari PSAK
6 57.
7
8 Berikut adalah dua contoh pengungkapan yang diatur di
9 paragraf 85.
10
11 Contoh 1: Garansi
12
13 Pada saat penjualan, suatu produsen memberikan garansi atau
14 jaminan kepada pembeli ketiga lini produknya. Berdasarkan
15 garansi tersebut, produsen bersedia untuk memperbaiki atau
16 mengganti produk-produk yang gagal menunjukkan kinerja
17 yang memuaskan selama dua tahun terhitung sejak tanggal
18 penjualan. Pada tanggal neraca, diakui provisi sebesar
19 Rp60 juta. provisi tersebut tidak didiskontokan (dihitung
20 nilai kininya) karena dampak pendiskontoan tidak material.
21 Entitas mengungkapkan informasi berikut ini:
22
23 Entitas mengakui provisi sebesar Rp60 juta. Jumlah tersebut
24 adalah jumlah yang diperkirakan akan dikeluarkan entitas
25 bagi klaim atas garansi produk yang dijual selama tiga tahun
26 buku terakhir. Diperkirakan sebagian besar pengeluaran
27 tersebut akan terjadi dalam tahun buku mendatang, dan
28 semua pengeluaran akan terjadi dalam dua tahun sejak
29 akhir periode pelaporan.
30
31
32
33 Contoh 2: Biaya Purnaoperasi (Decommissioning)
34
35 Pada tahun 2002, entitas pembangkit tenaga nuklir mengakui
36 provisi bagi biaya purnaoperasi sebesar Rp300 juta. Provisi
37 tersebut diestimasi dengan menggunakan asumsi bahwa
38 masa purnaoperasi akan terjadi dalam jangka waktu 60-70

57.46 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


1 tahun. Namun, ada kemungkinan masa purnaoperasi itu
2 akan terjadi dalam jangka waktu 100-110 tahun. Bila hal
3 kedua yang terjadi, maka nilai kini dari biaya purnaoperasi
4 akan jauh lebih rendah. Entitas mengungkapkan informasi
5 berikut ini:
6
7 Entitas mengakui provisi bagi biaya purnaoperasi sebesar
8 Rp300 juta. Biaya ini diperkirakan akan terjadi antara
tahun
9 2062 dan 2072; namun ada kemungkinan masa
purnaoperasi
10 baru akan berlangsung antara tahun 2102-2112. Jika biaya
11 diukur berdasarkan perkiraan bahwa biaya itu baru akan
12 terjadi antara tahun 2102-2112, maka provisi akan turun
13 menjadi Rp136 miliar rupiah. Provisi tersebut diestimasi
14 dengan menggunakan teknologi yang sekarang ada, pada
15 tingkat harga kini, dan didiskontokan dengan tingkat diskonto
16 riil sebesar 2%.
17
18 Contoh berikut menggambarkan pengungkapan yang diatur
19 di paragraf 92, khususnya ketika sebagian informasi yang
20 dibutuhkan tidak dapat diberikan, karena hal itu dapat
21 menyulitkan entitas dalam perselisihan dengan pihak lain.
22
23
24 Contoh 3: Pengecualian dalam Pengungkapan
25
26 Entitas terlibat perselisihan dengan salah satu pesaingnya,
27 yang menuduh entitas telah melanggar hak paten yang
28 dimilikinya. Pesaing tersebut menuntut ganti rugi sebesar
29 Rp100 miliar. Entitas mengakui provisi sebesar estimasi
30 terbaik atas kewajiban tersebut, namun entitas tidak
31 mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam PSAK
32 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
33 Kontinjensi paragraf 84 dan 85. Entitas mengungkapkan
34 informasi berikut:
35
36 Entitas sedang menghadapi proses tuntutan hukum
37 sehubungan dengan perselisihan dengan salah satu pesaing
38 yang menuduh bahwa entitas telah melanggar hak patennya,
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
57.47
1 dan menuntut ganti rugi sebesar Rp100 juta. Informasi
2 yang biasanya disyaratkan dalam PSAK 57 (revisi 2009):
3 Provisi, Liablitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi tidak
4 diungkapkan karena dapat menimbulkan prasangka yang
5 mempengaruhi hasil tuntutan hukum. Dewan direksi
6 berpandangan bahwa tuntutan tersebut akan dapat ditolak
7 oleh entitas.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

57.48 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai