Anda di halaman 1dari 3

Nama : NANDA INDAH WULAN SAFITRI

KELAS : 4 D

NIM : 1810116812

SEMESTER : GENAP / REGULER A

MATA KULIAH : HUKUM JAMINAN

DOSEN : ANNURDI S.H,M.H

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

1. DIK :
- Pada tanggal 5 Mei 2019 saudara Budi meminjam uang kepada saudara Andi senilai Rp 7
juta
- Jatuh tempo atau batas akhir pengembalian pada tanggal 10 oktober 2019
- Perjanjian utang piutang tersebut disertai pula dengan perjanjian fidusia
- Dengan objek berupa sepeda motor milik saudara budi
- pada tanggal 7 Juli 2019, saudara Budi mengalami kecelakaan lalu lintas pada saat
mengendarai sepeda motor tersebut dan menyebabkan org lain meninggal dunia.

DIT :

Jelaskan pendapat saudara mengenai pertanggungjawaban saudara Andi sebagai penerima


jaminan fidusia atas sepeda motor yang merupakan objek jaminan fidusia tersebut berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku!

PENJELASAN JAWABAN :

- Budi adalah pemberi fidusia dan Andi adalah penerima fidusia,dalam kasus diatas dapat
dilihat dalam pasal 24 .Dimana dalam pasal 24 ini penerima fidusia tidak menangung
kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari
hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum sehubungan
dengan pengunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia, jadi dapat di
simpulkan kalau menurut pasal 24 bahwa penerima fidusia tidak bertanggung jawab atas
apa yang menimpa pemberi fidusia dan karena barang yang di jamin kan itu musnah maka
jaminan fidusia itu hapus.
Hapusnya jaminan fidusia telah diatur di pasal 25 ayat (1) UU No. 24 Th. 1999
Tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi :
“(1) Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :
a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;
b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; atau
c. musnahnya Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.”
Jadi Andi tidak betanggung jawab atas apa yang menimpa atau apa yang terjadi kepada
Budi, Budi tetap harus membayar atau melunaskan uang yang telah dipinjamnya dari Andi
tersebut sesuai batas akhir pengembalian atau tempo yang telah ditetapkan bersama.

2. Apabila tanah yang menjadi objek jaminan Hak tanggungan menjadi musnah akibat bencana
alam , yang pertama harus diketahui adalah bagaimana kekuatan hukum sertifikat hak
tanggungan dalam hal musnahnya objek hak tanggungan karena bencana alam, lalu
permasalahan yang kedua adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang sertifikat
hak tanggungan yang musnah karena bencana alam. karena menimbulkan dampak bagi pihak
kreditur. Dimana kreditur kehilangan objek atau benda jaminan yang sedang dibebani hak
tanggungan. Dalam hal ini debitur tidak dapat disalahkan karena musnahnya objek atau benda
yang dibebani hak tanggungan musnah oleh bencana alam, karena kapan terjadi dan dimana
terjadinya bencana tidak dapat diduga dan diluar kekuasaan para pihak, hal ini merupakan
keadaan memaksa atau overmacht/ forje majeur. Jika dilihat menurut pasal 18 ayat( 4 ) hapus
nya hak tanggugan, karena hapus nya hak atas tanah yang dibeban kan hak tanggungan tidak
menyebapkan hapusnya hutang. Jadi jika dikait kan dengan soal no 2 tanah yang menjadi hak
tanggungan itu musnah, tapi tidak menjadi kan hutang itu hapus jadi menurut saya
penyelesaiannya adalah harus di ganti nya tanah yang baru sebagai hak tanggungan atau
membayar hutang tersebut secara tunai atau dengan cara lain.
Jadi tanah yang menjadi hak tanggungan itu musnah, tapi tidak menjadi kan hutang itu
hapus jadi menurut saya penyelesaiannya adalah harus di ganti nya tanah yang baru
sebagai hak tanggungan atau membayar hutang tersebut secara tunai atau dengan cara
lain.

3. Dalam pasal 1154 KUH perdata menyatakan:


- Apa bila pihak berhutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban nya,
maka tidak di perkenankan yang berpiutan memiliki barang yang di gadaikan.
- Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal.

Pada dasarnya hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1154 KUHPer, yang berbunyi : “Dalam hal
debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak
diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya.”

Jadi dapat disimpulkan perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur adalah batal, karena sudah
jelas dikatakan pasal 1154 KUH perdata no 1 dan 2.

4. DIK :
- Saudara Angga menolak untuk menyerahkan mobil yang merupakan objek jaminan fidusia
kepada Saudara Yudi selaku kreditur meskipun ia tidak membayar lunas utangnya yang telah
jatuh tempo dan telah memperoleh peringatan sebelumnya,
- Dengan alasan bahwa belum ada putusan pengadilan yang memberikan hak kepada Saudara
Yudi untuk melakukan eksekusi terhada mobil tersebut.
DIT :
Jelaskan pendapat saudara mengenai kasus tersebut berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku!
JAWAB :
Diketahui bahwa Angga sebagai pemberi fidusia telah melakukan cidera janji. Hal ini terbukti
dari Angga yang belum lunas bayar utang yang telah jatuh tempo dan telah memperoleh
peringatan sebelumnya.
Apabila debitur cidra janji maka menurut pasal 15 ayat 3 UU 42/1999 penerima fidusia
mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
nya sendiri.Tetapi dalam kasus ini Angga menolak untuk menyerahkan mobil berupa objek
jaminan fidusia tersebut dengan alasan bahwa belum ada putusan pengadilan yang
memberikan hak kepada saudara Yudi melakukan eksekusi ,padahal jelas dalam hal ini telah
diatur juga dalam UU Jaminan Fidusia, terdapat di pasal 15 Ayat yang berbunyi :
(2) Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. (3) Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk
menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri.” Di dalam
pasal 15 ayat (2) maksud nya adalah dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan "kekuatan
eksekutorial" adalah langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat
final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.
Yudi berhak melakukan eksekusi jaminan fidusia tanpa menunggu putusan pengadilan
karena Sertifikat Jaminan Fidusia telah memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai