Anda di halaman 1dari 5

PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)

WANPRESTASI (Ingkar Janji/Cidera Janji)

Oleh :

NAZAR ISNAINI

--------------------------------------------------------------

Kepada Yth,
Direktur Utama PT Bank Aceh
Di-
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan permohonan saudara mengenai pendapat hukum terhadap Wanprestasi
(Ingkar Janji) antara Nasabah atas nama Muhammad dengan PT. Bank Aceh .
Dalam memberikan pendapat hukum ini, kami memiliki pemahaman atas hal ini sebagai
berikut:
1. Semua salinan dokumen yang diberikan kepada kami sesuai dengan aslinya;
2. Semua dokumen tersebut diterbitkan oleh dan diberikan kepada pihak yang
berwenang;
3. Semua tanda tangan yang terdapat dalam dokumen yang diberikan kepada kami sesuai
dengan kebenarannya;
4. Bahwa semua posisi kasus yang tergambarkan jelas pada pendapat hukum ini,
diuraikan sesuai dengan kebenaran dan faktanya;
5. Bahwa benar semua kejadian yang ada pada posisi kasus ini jelas, nyata, dan tidak
mengada-ada;

Setelah mempelajari dokumen-dokumen yang secara tegas menyangkut dengan kejadian


Hukum saya Nazar Isnaini menyampaikan Pendapat Hukum (Legal Opinion) terhadap
WANPRESTASI (Ingkar Janji/Cidera Janji), sebagai berikut :
A. Latar Belakang
Demi majunya sebuah usaha baik kecil maupun besar sudah lazim para pengusaha
mengajukan pinjaman modal pada perusahaan yang bergerak dibidang pendanaan baik
milik Pemerintah (BUMN) maupun Swasta.
Dalam hal ini, pada tanggal 30 Agustus 2017 nasabah atas nama Muhammad
mengajukan pinjaman modal sejumlah 500.000.000.- (Lima Ratus Juta Rupiah) pada PT.
Bank Aceh dengan jaminan Sertifikat Hak Milik sebidang tanah serta bangunan
diatasnya, perjanjian Utang-Piutang ini dibuat dalam bentuk Akta dicatat oleh salah satu
Notaris di Kota Langsa.
Sejak tanggal 09 Desember 2022, Muhammad memiliki tunggakan pinjaman di Bank
Aceh, sampai dengan tanggal 09 April 2022 tidak Muhammad masih memiliki kewajiban
kepada PT. Bank Aceh sejumlah :
- Hutang pokok Rp.300.000.000.- (Tiga Ratus Juta Rupiah)
- Denda keterlambatan sebesar Rp.100.000.000.- (Seratus juta Rupiah)
- Total hutang pokok dan denda keterlambatan Rp.400.000.000,- (Empat Ratus Juta
Rupiah)
Bahwa pada tanggal, 30 Mei 2022 Muhammad sudah pernah dipanggil oleh pihak PT.
Bank Aceh untuk segera melaksanakan kewajiban nya, pada pertemuan itu Muhammad
menjelaskan masih kesulitan dalam melakukan pembayaran dengan dalih karena
usahanya masih belum pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Hingga tanggal 02 Juli 2022 Muhammad tidak melaksanakan kewajibannya untuk lunasi
tunggakan pinjaman pada PT. Bank Aceh. Dalam hal ini telah terjadi Wanprestasi antara
klien kami PT. Bank Aceh dengan saudara Muhammad.

B. Dokumen Pendukung
1. Fotocopy identitas nasabah atas nama Muhammad (Terlampir sesuai dengan Aslinya)
2. Fotocopy Buku Rekening Bank Aceh atas nama Muhammad (Terlampir sesuai
dengan Aslinya)
3. Kwitansi dengan nomor 146482 (Terlampir sesuai dengan Aslinya)
4. Fotocopy Sertifikat hak milik atas tanah dan bangunan dengan nomor
10.15.22.05.1.02324 (Terlampir sesuai dengan Aslinya)
5. Fotocopy surat perjanjian utang-piutang dengan nomor 197/MBK.N/2017 (Terlampir
sesuai dengan Aslinya)
C. Isu Hukum
Apakah tindakan Wanprestasi antara PT. Bank Aceh dengan Muhammad dapat
diselesaikan secara litigasi atau Non Litigasi?

Penyelesaian secara Litigasi dalah penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan


dalam kasus ini yaitu gugatan wanprestasi.
Penyelesaian sengketa secara non litigasi adalah penyelesaian diluar persidangan, dalam
hal ini termasuk upaya mediasi dan negosiasi.

D. Dasar Hukum
1. Pasal 1239 HUHPerdata, “Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian
dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya”.
2. Pasal 1243 KUHPerdata, “Pasal 1243 KUHPer berbunyi “Penggantian biaya,
kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila
debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu,
atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan
atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.”
3. Pasal 1267 KUHPerdata, “pihak yang tidak menerima prestasi dari pihak lain untuk
memilih 4 (empat) kemungkinan tuntutan, yaitu (1) Pemenuhan perjanjian ; (2)
Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian ; (3) Pembatalan perjanjian ; (4)
Pembatalan perjanjian disertai ganti kerugian”.
E. Batasan Kajian dari Segi Hukum
Pendapat hukum ini didasarkan pada kualifikasi sebagai berikut :
1. Kajian pendapat hukum ini hanya terbatas hanya wilayah hukum Indonesia
2. Pendapat hukum ini diberikan berdasarkan hukum Republik Indonesia yang berlaku
hingga tanggal diberikannya pendapat ini dan ini sepanjang pengetahuan kami (the
best of our knowledge).
3. Validitas kajian akan sangat dipengaruhi jika terjadi perubahan peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar dalam melakukann kajian dari segi hukum ini.
4. Kajian mengacu pada dokumenn-dokumen yang diserahkan, jika tidak diungkapkan
atau tidak diserahkan, maka kajian ini menjadi tidak valid.
F. Analisa Hukum
Dengan melihat fakta-fakta diatas telah terjadi suatu keadaan dikarenakan
kelalaiannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi (kewajiban) seperti yang telah
ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa (force majeur). Untuk
lebih jelasnya dikatakan dalam pasal 1239 KUHPerdata “tiap-tiap perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan
memberikan penggantian biaya kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi
kewajibannya” pelanggaran hak-hak kontraktual, berdasarkan pasal 1239 KUHPerdata
menimbulkan keawiban ganti rugi, selanjutnya terkait dengan hal tersebut pada pasal
1243 KUHPerdata “penggatian biaya kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai,
tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dapat dilakukannya dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah ditentukan” debitur dinyatakan lalai apabila :
- Tidak memenuhi prestasi (kewajiban)
- Terlambat berprestasi (melakukan kewajiban)
- Berprestasin tidak sebagaimana mestinya
Dalam hal ini wanprestasi baru ada pernyataan lalai dari pihak kreditur kepada
debitur, hal ini dibutuhkan untuk menentukan tenggang waktu (waktu yang wajar)
kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya dengan sanksi tanggug gugat atas
kerugian yang dialami kreditur.
Dengan adanya wanprestasi, pihak kreditur yang dirugikan sebagai akibat kegagalan
pelaksanaan kontrak, oleh pihak debitur mempunyai hak gugat dalam upaya menegakkan
hak-hak kontraktualnya. Hal ini sebagaimana diatur pada pasal 1267 KUHPerdata
“pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih memaksa pihak yang
lain umtuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut
pembatalan persetuan dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga”
Berdasarkan isu hukum diatas maka dapat kita simpulkan bahwa telah terjadi
wanprestasi atas PT. Bank Aceh oleh Muhammad, dan Muhammad diwajibkan untuk
mengembalikan hutang sebersar :
- Hutang pokok Rp.300.000.000.- (Tiga Ratus Juta Rupiah)
- Denda keterlambatan sebesar Rp.100.000.000.- (Seratus juta Rupiah)
- Total huatang pokok dan denda keterlambatan Rp.400.000.000,- (Empat Ratus Juta
Rupiah)
hal ini berdasarkan pasal 1239 BW yang mengatakan “tiap-tiap perikatan untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan
penggantian biaya kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya”

1. Penyelesaian secara litigasi dapat dilakukan oleh PT. Bank Aceh dengan mengajukan
Gugatan Wanprestasi ke Pengadilan Negeri. Dalam gugatan wanprestasi dilakukan
juga upaya sita jaminan yang dimohonkan kepada Ketua Pengadilan Negeri,
tujuannya adalah untuk menjamin agar gugatan tidak hampa (illusoir), dan dapat
dilaksanakannya putusan perdata dengan menguangkan atau menjual barang debitur.

2. Penyelesaian secara non litigasi dapat ditempuh dengan menawarkan restrukturisasi


utang yaitu Reschedulling maupun Hair Cut.
- Reschedulling adalah upaya untuk memperpanjang jangka waktu dalam
pengembalian hutang atau penjadwalan kembali terhadap hutang debitur pada pihak
kreditur. Ini biasanya dengan cara memberikan tambahan waktu kepada debitur
dalam melaksanakan pelunasan hutang nya.
- Hair Cut adalah pemotongan atau pengurangan atas pembayaran bunga dan hutang
yang dilakukan oleh debitur. Metode ini untuk mengantisipasi kerugian yang lebih
besar jika pihak debitur tidak dapat melunasi hutangnya.

Kesimpulan dari kasus ini adalah pihak PT. Bank Aceh berhak mengajukan upaya
hukum baik secara Litigasi maupun Non Litigasi.

Anda mungkin juga menyukai