Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 1 : KASUS KEPAILITAN

Para Pihak

Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W sebagai Pemohon Pailit
PT. Advisia Mitra Solusi (dahulu bernama PT.Dutama Niaga Jayabad) selanjutnya disebut
sebagai PT. AMS sebagai Termohon Pailit

Kasus Posisi
PT. Advisia Mitra Solusi adalah Perusahaan Perseroan Terbatas dengan bidang usaha
pengembangan yang telah membangun apartemen yang di kenal dengan Apartemen Djakarta
Quess. Ady Varutha telah memesan 2 unit apartemen kepada dan telah melakukan pelunasan
pembayaran kepada PT. AMS masing-masing seharga Rp. 171 juta dan Rp. 145 juta serta diikuti
dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Apartemen Djakarta Quess No.
008/AV/AMS/PPJB/VI/2011 tanggal 19 September 2011 dan No. 0048/AV/AMS/PPJB/VI/2011
tanggal 19 September 2011 dimana Pasal 5 ayat 5.1 menyatakan :Pihak Pertama (PT. AMS)
dengan ini berjanji dan mengikatkan diri untuk menyelesaikan pembangunan apartement pada
bulan September 2011. Pasal 11 tentang keterlambatan pembangunan dan penyelesaian,
Pembeli berhak juga atas denda keterlambatan sesuai dengan Pasal 11.1 sebesar 3% perbulan
atas jumlah uang yang diterima dari PT. AMS terhitung sejak September 2011.
PT. AMS nyatanya tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan
pembangunan dan menyerahkan unit apartemen pada Ady Varutha dan ternyata memiliki utang
kepada Kreditor lain yang juga merupakan Pembeli apartemen kepada PT. AMS, yaitu:
1. Corry Pietersz, yang membeli 1 unit apartemen dengan harga Rp99.000.000,00 (sembilan
puluh sembilan juta rupiah) namun penyerahannya ternyata baru akan dilaksanakan pada
Agustus 2013;
2. Jerry Yokie W, yang membeli 1 (satu) unit apartemen dengan harga Rp177.000.000,00
(seratus tujuh puluh tujuh juta rupiah) kepada Termohon, namun penyerahannya ternyata
baru akan dilaksanakan bulan Agustus 2013
Pemohon Pailit (Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W) akhirnya mengajukan
Surat Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan tanggal 18 Desember 2012 ke Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan Niaga pada 13 Februari 2013
memberikan putusan sebagai berikut :
Menolak permohonan pernyataan pailit dari Pemohon terhadap Termohon PT. ADVISA
MITRA SOLUSI;
Menghukum Pemohon untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar
Rp7.316.000,00 (tujuh juta tiga ratus enam belas ribu rupiah);
Tidak menerima putusan ini, Pemohon kemudian mengajukan Peninjauan Kembali pada 15
Maret 2013, dan Majelis Hakim pada tingkat PK pada 18 Juli 2013 memberikan amar putusan
sebagai berikut :
MENGADILI :
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: 1. ADY
VARUTA, 2. CORRY PIETERSZ, dan 3. JERRY YOKIE W tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
76/PAILIT/2012/PN.NIAGA.JKT.PST., tanggal 13 Februari 2013;
MENGADILI KEMBALI:
1. Mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit;
2. Menyatakan PT. ADVISIA MITRA SOLUSI (dahulu bernama PT. DUTAMA NIAGA
JAYABAD) pailit;
3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat untuk menunjuk seorang
Hakim Pengawas yang ada di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut untuk perkara a quo;
4. Mengangkat Sdr. Arif Rohman Syaeful, SH., dengan Nomor Izin Kurator dan Pengurus
Nomor AHU.AH.04.03-24, beralamat di Jalan Setiabudi Timur I Nomor 20, Jakarta Selatan
selaku Kurator untuk perkara a quo;
5. Menetapkan imbalan jasa bagi Kurator akan ditentukan kemudian setelah kepailitan
berakhir;
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali/Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan dan dalam pemeriksaan peninjauan kembali yang dalam
pemerikasaan peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
ANALISIS KASUS
Kepailitan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UUK). Kepailitan adalah suta
umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh
Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam UU Kepailitan. Pasal
2 ayat (1) UUK menentukan bahwa: Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih Kreditornya;
Karena Pembeli sudah membayar lunas tetapi PT. AMS tidak dapat menyelesaikan
pembangunan dan menyerahkan apartemen tepat waktu maka prestasi PT. AMS yang belum
terpenuhi ini adalah Utang Termohon kepada Pemohon, sebagaimana Pasal 1 angka 6 UUK
menyatakan: Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun
yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undangundang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Dalam hal ini Pemohon
Pailit berkedudukan sebagai Kreditor dan Termohon Pailit berkedudukan sebagai Debitor.
Mengacu pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUK, nyata-nyata bahwa syarat untuk dapat
diajukan dan/atau dikabulkannya permohonan pailit adalah :
1. Adanya 2 (dua) atau lebih Kreditor
Kategori Debitur yang dapat dimohonkan pailit dan Kreditur yang dapat mengajukan
permohonan pailit adalah pihak-pihak yang berada di dalam perikatan yang timbul akibat
adanya hubungan hukum atau Perjanjian Utang Piutang atau Pinjam Meminjam Uang.

Dalam kasus ini, PT. AMS memiliki kreditor lebih dari 1 yakni Ady Varutha, Corry Pietersz,
dan Jerry Yokie W
2. Sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
Jatuh tempo adalah lewatnya batas waktu yang telah disepakati bersama oleh Debitur dan
Kreditur dimana batas waktu itu merupakan batas waktu terakhir Debitur harus
menyelesaikan kewajibannya terhadap Kreditur yaitu membayar utang Pokok atau Bunga
yang sudah diperjanjikan, jadi batas akhir penyerahan obyek perjanjian jika tidak dipenuhi
oleh Debitur bukan jatuh tempo tetapi wanprestasi, dan merupakan wewenang absolut
Pengadilan Negeri. PT. AMS sudah melewati jangka waktu penyerahan apartemen pada Ady
Varutha dan walaupun belum melewati jangka waktu penyerahan apartemen pada Corry
Pietersz, dan Jerry Yokie W ini sudah dikategorikan utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih. Jadi walaupun utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih hanya utangnya
untuk menyerahkan apartemen pada Ady Varutha, sedangkan batas waktu penyerahan
apartemen pada Corry Pietersz dan Jerry Yokie W belum jatuh tempo, hal ini sudah bisa
menjadi alasan pengajuan permohonan pailit oleh Pemohon Pailit.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUK tersebut maka Pihak Pemohon Pailit selaku
Kreditor dapat mengajukan permohonan pailit atas PT. AMS. Oleh karena itu kami menganggap
antara Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Putusan Peninjauan
Kembali, yang lebih sesuai adalah Putusan Peninjauan Kembali karena syarat-syarat untuk
dipailitkan juga telah terpenuhi maka permohonan Pemohon Pailit supaya Termohon Pailit
dinyatakan pailit seharusnya dapat dikabulkan..
Pada kasus Kepailitan, tidak dikenal adanya tingkat Banding. Setelah dibacakannya
Putusan Pengadilan Niaga maka upaya hukum yang dapat dilakukan selanjutnya adalah kasasi ke
Mahkamah Agung yang harus diajukan paling lambat 8 hari sejak putusan Pengadilan Niaga
diucapkan (Pasal 11 UUK). Dalam Kasus Posisi diatas, Pengadilan Niaga pada 13 Februari 2013
telah memberikan putusan. Maka sejak tanggal 22 Februari 2013, putusan telah berkekuatan
hukum tetap karena tidak dilakukan upaya hukum kasasi oleh Pemohon Pailit. Oleh karena
Pemohon Pailit baru melakukan upaya hukum pada 15 Maret 2013 sehingga Putusan Pengadilan
Niaga telah berkekuatan hukum tetap, maka sebagaimana Pasal 14 UUK, upaya hukum yang
dapat dilakukan terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah Peninjauan
Kembali.
Dengan dikabulkannya permohonan pailit pada Peninjauan Kembali maka putusan yang
akan dieksekusi adalah Putusan PK dan langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah kurator
dan hakim pengawas yang ditunjuk dalam putusan harus segera melaksanakan tugasnya dalam
rangka pengurusan harta pailit.

Anda mungkin juga menyukai