Anda di halaman 1dari 10

Analisa Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


Nomor : 333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.-

Wanprestasi
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Hukum

Oleh : Risris Bayanillah (1112048000035)

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan No.


333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.- (terlampir) merupakan kasus
perdata khususnya mengenai Sengketa Wanprestasi yang terjadi
antara dua perusahan yaitu PT. BUNGA TANJUNG RAYA
sebagai Penggugat dalam hal ini diwakili oleh Batara S sebagai
Direktur Perseroan, dan PT. CIPTA EKATAMA NUSANTARA
sebagai tergugat yang sedang melakukan kerjasama dibidang
pembangunan unit rumah dengan type 38/38 di wilayah tajur
halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

A. Mengenai Duduk Perkara

Kronologi
Penggugat telah mengajukan surat gugatan pada tanggal 20 juli
2012 yang pada pokoknya menerangkan telah terjadi sebuah
kesepakatan kerja antara pihak Penggugat dan Tergugat dalam
sebuah Adendum Perjanjian Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama
(KKS 08) tertanggal 20 Mei 2010 dalam sebuah proyek
pembangunan rumah type 36/38 di tajur halang, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, dimana dalam kesepakatan tersebut terdapat
ketentuan bahwa :
1. Pembayaran hasil kerja adalah termyn dimana pihak
pertam akan membayar hasil kerja Pihak Kedua dengan
Termyn I progres 50% dibayar 25% = 877.500.000- Termyn
II Progres 100% dibayar 70% = Rp. 2.457.000.000,- sistem

pembayaran akan dibuktikan oleh pembuat berita acara


bersama yang dinyatakan sah setelah diperiksa oleh
pengawas kedua belah pihak, pembayaran akan dilakukan
14 hari setelah pengajuan Invoice (Pasal 5 butir 1 KKS).
2. Retensi Sebesar 5% = Rp. 175.500.000,- akan dibayarkan
90 hari kalender (3 bulan) setelah BAST (Berita Acara Serah
Terima) pekerjaan 100% ditandatangani oleh kedua belah
pihak (pasal 5 butir 2 KKS).
Setelah kerjasama itu berjalan pihak Penggugat kemudian telah
selesai melaksanakan kewajibannya kepada Tergugat terkait
Pelaksanaan Pekerjaan Perumahan yang berlalokasi di tajur
halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pekerjaan tersebut telah
dilaksanakan secara penuh oleh Penggugat sesuai dengan BAST
I (Bukti P-2) dan Invoice tanggal 26 Desember 2011 sebesar
Rp. 73.710.000, juga Berita Acara Pembayaran No. 009/BAPII/CEN- BTR/XII/2011 (Bukti P-3) dan BAST II (Bukti P-4) dan
Invoice tanggal 22 Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,sesuai Berita Acara Pembayaran No. 010/BAP III/CENBTR/II/2012 (Bukti P-5).
Dalam proses pembangunan sempat ada biaya pemotongan
terhadap Penggugat sebesar Rp. 8.750.000,- untuk biaya
perbaikan rumah sebanyak 35 unit rumah, sesuai Berita Acara
Potongan Biaya Perbaikan Rumah 21 Februari 2012 yang
juga ditandatangani oleh kedua belah pihak perusahaan selaku
penanggung jawab proyek tersebut.

Duduk Perkara
Namun setelah semua proses kerjasama itu berjalan dan bahkan
Penggugat telah melaksanakan kewajibannya secara penuh.
Pihak Tergugat masih belum memenuhi Kewajibannya untuk
membayar masa retensi sebesar 5% dari nilai pekerjaan
seluruhnya yaitu sebesar 175.500.000,- sesuai dengan
tercantum Pasal 5 butir 2 KKS 08 namun dikurangi sebesar Rp.
8.750.000 untuk biaya perbaikan rumah sebelumnya sesuai
Berita Acara Pemotongan kewajiban tergugat menjadi Rp/
166.750.000,-.
Sampai gugatan a-quo Penggugat ajukan terhadap Tergugat,
pihak Tergugat belum juga melaksanakan kewaibannya tanpa
adanya alasan yang jelas padahal Penggugat telah memberikan

surat peringatan Somasi II Our Ref 198/AA.XI/2012 pada 6


juni 2012.
Akibat perbuatan pihak Tergugat tersebut pihak Penggugat
mengalami kerugian materil
berupa Nilai Pokok Kewajiban
tergugat berdasarkan Perjanjian dalam perkara a quo adalah
sebesar 166.750.000,-, dan juga bunga sebesar 6% berdasarkan
hukum perdata dan suku bungan Bank Indonesia perbulan sejak
jatuh tempo dalam perjanjian.
Setelah penggugat melakuakan Gugatan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat Penggugat menuntut selain agar tergugat
membayar kerugian materil yang dijelaskan sebelumnya juga
pihak Penggugat memohon agar ada putusan terlebih dahulu
guna mencegah kerugian yang lebih besar bagi Penggugat, dan
memohon sita jaminan agar gugatan tersebut tidak sia-sia.
Pada hari persidangan yang telah ditetapkan dari pihak
Penggugat telah hadir kuasanya yaitu Daniel Alfredo SH dan
Arthur Polnaja, SH serta dari Pihak Tergugat diwakili oleh
Irchammi Chabiburachman, SH.MH dan A. M. Amal
Tomagola, SH. Sebelum pemeriksaan perkara dimulai Majelis
Hakim telah berusaha untuk mendamaikan kedua pihak dengan
Menunjuk Bpk. Dwi Sugiarto, SH.Mh sebagai Mediator, namun
usaha mediasi tersebut tidak membuahkan hasil.
Ditengah persidangan berlangsung, Majelis Hakim menerima
surat perihal permohonan Intervensi dari Aldus Rompas yang
dalam hal ini dikuasakan kepada Kuasa Tergugat. Yang kemudian
ditanggapi oleh pihak Pengugat agar Majelis Hakim dimohon
untuk menolak prmohonan Intervensi dalam perkara tersebut
dan menyatakan perkara tersebut dapat dilanjutkan kembali
antra pihak terkait yang berperkara. Mengingat mengenai
adanya permohonan Intervensi dalam perkara ini telah diputus
oleh majelis dalam putusan sela 12 desember 2012 menolak
permohonan Intervensi Aldus Romplas.
Atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak Penggugat tersebut
pihak Tergugat kemudian menyampaikan jawaban pada 28
November 2013 yang pada pokoknya menyangkal secara tegas
dalil Penggugat, pihak tergugat juga mengakui dalil gugatan
kewajibannya menyatakan kewajibannya menjadi sebesar Rp.
166.750.000,- namun menolak gugatan bahwa pihak tergugat
belum melaksanakan kewajibannya tanpa alsan yang jelas
padahal telah diperingatkan oleh surat Somasi. Pihak Tergugat

mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh pihak penggugat


tersebut tidak benar, tergugat bukan tidak berniat untuk tidak
membayar kewajiban, akan tetapi Tergugat telah berulangkali
mengingatkan pihak Penggugat untuk segera memusyawarahkan
terlebih dahulu kepada Sdr. Aldus Romplas mengenai hutang
Penggugat yang telah selesai melaksanakan pembuatan Saluran
air di proyek perumahan tersebut yang notabene masih menjadi
tanggung jawab dari pihak Penggugat yang pada saat itu belum
selesai pengerjaanya. Dan pihak Tergugat telah mengundang
pihak Penggugat untuk membicarakan hal tersebut namun tidak
pernah memenuhi undangan dari Tergugat. Dan bahkan menurut
Tergugat, Penggugat telah membuat surat pernyataan tertulis
oleh Penggugat untuk menyelesaikan permasalahan hutangnya
dengan Sdr. Adlus Rompas sebesar Rp. 77.515.000,-.
Oleh karena itu tergugat mengklaim bahwa pembayaran sisa
tagihan kepada pihak Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000
yang sebelumnya 166.750.000 dikurangi tagihan Aldus Romplas
sebesar 77.515.000,- jadi kewajiban pelunasan Tergugat kepada
Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000,- . namun pihak
Penggugat tidak pernah mau melakukan kesepakatan atau
merundingkan maslah tersebut yang menjadi sebab tergugat
menunda pembayaran kewajiban kepada Penggugat, jadi
Tergugat menunda membayar kewajiban dan menyebabkan
masalah mejadi berlarut-larut adalah atas kelakuakn dari pihak
Penggugat sendiri, bukan kesalahan dari pihak Tergugat. Bahkan
dalam hal ini pihak Tergugat mencurigai sejak awal Penggugat
mempunyai niat tidak baik karena pemberian pekerjaan kepada
Sdr. Adlus Rompas tidak dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan
hanya merupakan perjanjian gentlement Agreement saja, dan
dengan ini memanfaatkan kelemahan perjanjian ini untuk
menghindari pembayaran kewajiban kepada Sdr. Adlus Rompas.
Yang kemudaian berbagai hal tersebut, pihak Tergugat memohon
kepada Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat
sebagian terutama yang menyangkut suku bunga, pelaksanaan
terlebih dahulu dan permohonan sita jaminan. Serta ketetapan
lain yang berkaitan dengan kewajiban Tergugat kepada
Penggugat berupa materil serta hutang Penggugat keapda Aldus
Romplas.

B. Keputusan

Masalah Pembuktian
Penggugat mengajuka Replik pada 19 Desember 2012 lalu
kemudian disusul dengan pengajuan duplik oleh tergugat pada
29 januari 2013, dalam tahap pembuktian Penggugat
menguatkan dalil gugatan dengan menyertakan berbagai bukti
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Bukti (P-1, P-2, P-3,
P-4, P-5) dan menghadirkan dua orang saksi yaitu Hisar
Sitanggang dan Saksi Sukarno. Sama halnya dengan apa
yang dilakukan oleh pihak Tergugat yang juga melampirkan
beberapa bukti (T-1, T-2, T-3, T-4) dan tiga orang saksi yaitu
Aldus Romplas, Sugeng dan H. Maulana Yusuf. Sampai
pada 26 Maret 2013 kedua belah pihak telah mengajukan
kesimpulannya masing-masing secara tertulis.

Pertimbangan Hukum
Melihat perkembangan dan jawab jinawab antara pihak
Penggugat dan pihak Tergugat selama persidangan serta adanya
berbagai bukti dan keterangan yang diberikan oleh saksi serta
pada pokoknya Gugatan dari Penggugat adalah bahwa Tergugat
telah melakukan Wanprestasi maka Majelis Hakim menilai
bahwa pokok permaslahan ini ada pada apakah benar
secara hukum tergugat telah cidera janji/wanprestasi
dengan tidak membayar retensi sebesar 5% sebagaimana
yang telah diperjanjikan dalam adendum perjanjian pada
20 mei 2012 (Bukti P-1). Untuk menjawab ini Majelis Hakim
kemudian menggunakan dimensi yuridis apakah Tergugat
dapat dinyatakan secara hukum telah melakukan Wanprestasi
dengan suatu pihak, dapat dinyatakan melakukan Wanprestasi
apabila ;
a.
b.
c.
d.

Tidak memenuhi prestasi


Terlambat memeuhi prestasi
Memenuhi prestasi secara tidak baik
Melakukan sesuatu menurut perjanjian
dilakukan

dikaitakan dengan
khususnya;

ketentuan

Pasal 1313 KUHPerdata

hukum

tidak

tentang

boleh

perjanjian

Pasal 1338 KUHPerdata dan,


Pasal 1320 KUHPerdata

Fakta Hukum
Maka Majelis Hakim mempertimbangkan, bahwa ditemukan fakta
kedua belah pihak telah mengikatkan diri dalam suatu adenduam
kerjasama
dan
pihak
Penggugat
telah
melaksanakan
kewajibannya secara penuh dibuktikan dengan bukti (P-2, P-3,
P-4, dan P-5) namun demikian pihak tergugat masih belum
melakuakn kewajibannya untuk membayar retensi sebesar 5%
dari nilai pekerjaan secara keseluruhan sesuai dengan bukti P-1
Psal 5 butir 2 KKS 08 dipotong dengan biaya perbaikan rumah
yang seharusnya telah dilaksanakan 90 hari kalender setelah
BAST II 22 februari 2012 atau selambat-lambatnya 22 mei 2012,
hal ini juga diperkuat dengan berbagai keterangan dari para
saksi yang membenarkan adanya fakta hukum ini. Kemudian
majelis hakim juga menilai bahwa bukti yang diajukan tergugat
(T-1 s/d T-4) tidak ada relevansinya dengan perkara a quo maka
harus dikesampngkan.

Putusan Majelis Hakim


Atas pertimbangan Majelis Hakim inilah maka Petitum 2 dan 3
dari Penggugat harus dikabulkan namun terhadap tuntutan
bunga sebesar 6% ditolak karna dinilai terlalu besar dan tidak
memenuhi nilai keadilan, maka agar penggugat tidak terlalu
dirugikan dikenakan tambahan bungan menjadi sebesar
1%/bulan. Atas dasar semua hal dan pertimbangan majelis
hakim ini maka gugatan Penggugat dinyatakan sebagian
dikabulkan dan sebagian lagi dinyatakan ditolak dan
kemudian memberikan pembayaran biaya perkara kepada pihak
tergugat sebagai pihak yang kalah.
Pada hari Kamis tanggal 18 April 2013 kemudian Majelis Hakim
yang diketuai oleh Hakim Ahmad Rosidin, SH.MH dan Hakim
anggota Amin Sutikno, SH.MH dan Eddy Suwanto, SH.MH
serta dibantu Penitera Pengganti Sri Tasliyah, SH putusan
sebagaiamana
dijelsakan
tadi
dibacakan
didalam
persidangan.

*kalimat yang di cetak tebal dan digaris bawah dinilai oleh penyusun
mempunyai nilai penting atau menunjukan alur yang terjadi dalam
berjalannya persidangan

C. Penalaran/Alasan Putusan Hakim

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Hakim dalam


tugasnya mencari keadilan seadil-adilnya dalam memutuskan
sebuah perkara sengketa melakukan pencarian hukum
(rechfinding) dengan metode dan sudut pandang Yuridis. Dimana
setelah hakim melihat fakta-fakta hukum yang ada ia kemudian
mencari kriteria-kriteria seseorang yang melakukan Wanprestasi.
Karena itu Majelis Hakim kemudian dalam keputusannya
menyatakan bahwa Petitum 2 dan 3 dikabulkan yaitu tuntutan
yang berisi (2) Menyatakan Tergugat telah melakukan
Wanprestasi dan (3) Menghukum tergugat untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan Adendum Perjanjian sebesar Rp.
166.750.000,- (seratus enam puluh enam juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) .
Dalam hal ini hakim benar-benar menilai bahwa setiap perjanjian yang disetujui
dalam suatu perjanjian akan menjadi Hukum yang mengikat bagi kedua belah
pihak, tidak boleh merugikan orang lain dan juga tidak boleh menguntungkan
orang lain, serta hanya bisa gugur apabila kedua belah pihak yang mengikatkan
diri sepakat untuk melepasnya, sebagaimana dalam :

Pasal 1313 KUHPerdata ; Suatu Persetujuan adalah suatu perbuatan di mana


suatu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih
Pasal 1338 KUHPerdata ; Semua Persetujuan yang dibuat sesuai dengan
Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya, persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasaan-alasan yang diatur oleh
Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pasal 1340 KUHPerdata ; Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang
membuatnya, persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga, persetujuan tidak
dapat memberikan keuntungan kapada pihak ketiga, selain ditentukan dalam
pasal 1317.
Pasal 1320 KUHPerdata ; Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi
empat syarat: 1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2). Kecakapan
untuk membuat suatu perikatan. 3). Suatu pokok persoalan tertentu, 4). Suatu
sebab yang tidak terlarang.
sehingga hakim dalam memberikan keputusan cenderung kembali melihat apa isi
dari perjanjian tersebut, karena dalam isi perjanjian tersebutlah fakta hukum yang
mengikat kedua belah pihak berada, seperti keterikatan keduanya secara hukum
dalam suatu perikatan perjanjian kerjasama dalam Bukti (P-1) yang dibawa oleh
penggugat.

Dikabulkannya petitum 2 dan 3


Dalam petitum 2 yang dikabulkan oleh Majelis Hakim disebutkan bahwa hakim
menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi terhadap Penggugat
sehubungan dengan kewajiban Tergugat berdasarkan Addendum Perjanjian
Pelaksanaan Kontrak Kerjasama Pembangunan unit rumah Type 36/84, Nomor :
08/PPKKS/Unit Rumah/CEN BTR/V/10 tertanggal 20 Mei 2010. Namun dalam
putusan ini tidak dicantumkan sumber Hukum Hakim mengambil keputusan
bahwa tergugat telah melakukan Wanprestasi kecuali ciri-ciri yang disebutkan
yaitu :

a. Tidak memenuhi prestasi


b. Terlambat memeuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik

d. Melakukan
dilakukan

sesuatu

menurut

perjanjian

tidak

boleh

Meskipun memang ciri-ciri ini pun memenuhi Kriteria mengenai Wanprestasi


dalam tafsiran yang lebih luas dan umum khususnya oleh para majelis hakim.
Sebenarnya dalam KUHPerdata telah disebutkan secara jelas bahwa sejak dalam
keadaan bagaimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan Wanprestasi
atau Kelalaian, dalam Pasal 1238 KUHPerdata dikatakan debitur dinyatakan
lalai dengan surat perintah atau dengan akta sejenis atau berdasarkan kekuatan
dari perikatan itu sendiri. Yaitu apabila perikatan ni mengakibatkan debitur
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang di tentukan.
Bunyi dari Pasal ini cukup jelas untuk menyatakan bahwa pihak Tergugat telah
melakukan Wanprestasi, yaitu tidak melakuakan kewajiban untuk memenuhi
Prestasi sesuai dengan Adendum perjanjian kerjasama pada waktu tempo yang
telah disepakati.
Meskipun tergugat beralasan tidak melaksanakan kewajiban kepada Penggugat
adalah karena ulah penggugat sendiri yang tidak mau merundingkan terlebih
dahulu permaslahan hutangnya terhadap Sdr. Adlus Rompas yang menangani
penyediaan saluran air dalam proyek yang saat itu masih dalam tanggung jawab
Penggugat, namun menurut hakim hal ini sama sekali tidak ada relvansinya sama
sekali. Sehingga tidak cukup beralasan untuk mengatakan bahwa Tergugat tidak
melakukan Wanprestasi. Karena prihal hutang Penggugat terhadap Sdr. Aduls
Romplas atau pihak ketiga tidak pernah diatur dalam adendum perjanjian kerja
sama.
Sehingga alasan ini tidak bisa mengugurkan kewajiban Tergugat untuk memenuhi
prestasinya setelah Penggugat secara penuh telah menyelesaikan pekerjaan, yang
dibuktikan oleh beberapa bukti yaitu bukti BAST I (Bukti P-2) dan
Invoice tanggal 26 Desember 2011 sebesar Rp. 73.710.000, juga
Berita Acara Pembayaran No. 009/BAP-II/CEN- BTR/XII/2011
(Bukti P-3) dan BAST II (Bukti P-4) dan Invoice tanggal 22
Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,- sesuai Berita Acara
Pembayaran No. 010/BAP III/CEN-BTR/II/2012 (Bukti P-5) serta
dibenarkan oleh saksi-saksi dari kedua belah pihak.
Hakim melakukan pertimbangan hukum benar-benar dengan
kaca mata Yuridis dan Fakta yang muncul dalam persidangan
baik dari jawab-jinawab para pihak terkait, bukti, maupun
keterangan para saksi yang memberikan benang merah isu
hukum yang ada, dimana ia melihat sebagaian besar kepada isi
dari Perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang
bersengketa ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan yang

di dapat dari fakta yang ada agar dapat dicapai keadilan seadiladilnya. Jadi sampai pada langkah ini berdasarkan fakta hukum
yang ada, hakim memutuskan harus mengabulkan Petitum 2
dan 3 yang diajukan oleh penggugat yaitu menyatkan tergugat
telah melakukan Wanprestasi dan menyatakan Tergugat
berkewajiban untuk memberikan hak penggugat yang harusnya
mereka dapatkan sesuai dengan isi perjanjian.
Adapun mengenai tuntutan Penggugat dalam petitum 3 mengenai pembayaran
suku bunga sebesar 6% perbulan tetap dikabulkan, namun tidak tidak sebesar suku
bunga sebanyak 6% melainkan hanya sebesar 1% perbulan. Dengan pertimbangan
bahwa pembebanan suku pembayaran suku bunga sebesar 6% dinilai terlalu berat
dan tidak memenuhi nilai keadilan, sehingga diturunkan menjadi 1% agar
Tergugat juga tidak menderita kerugian terlalu banyak. Disinilah terlihat
bagaimana penalaran hakim sebagai pemangku jabatan untuk menjadi pihak
ketiga dalam menyelesaikan sengketa perdata, dimana putusan dikeluarkan
berdasarkan fakta hokum yang ada dari bukti dan pengakuan saksi untuk
memenuhi tuntutan namun juga mempertimbangkan aspek keadilan dari sudut
tergugat guna mencapai makna keadilan yang seadil-adilnya. Dan selanjutnya
mengadili tergugat untuk membayar biaya pengadilan sebagai pihak yang kalah.
Karena inilah dalam kasus Wanprestasi ini dari seluruh gugatan yang layangkan
oleh Penggugat, Majelis Hakim memutuskan sebagian gugatan di terima dan
sebagian lagi ditolak.
Dari semua alur yang telah dipaparkan diatas dapat kita lihat bagaimana hakim
menjadi pihak ketiga dalam menyelesaikan sengketa dan memberikan putusan
seadil-adilnya. Dari proses awal disediakannya mediator untuk melakukan
mediasi, sampai tahap pencarian fakta hukum yang ada dari berbagai bukti dan
keterangan saksi dan pada akhirnya memutuskan mengadili perkara dengan
mengabulkan sebagian gugatan dan menolak sebagaian.

Anda mungkin juga menyukai