Anda di halaman 1dari 8

1.

Pelawan adalah debitur dahulunya adalah yang menerima fasilitas kredit yang telah
diberikan di bank Bri Cabang Sidoarjo sebesar Rp. 3.500.000.000,- ( tiga milyard lima ratus
juta rp) dalam hal ini fasilitas dari pelawan dalam bentuk angsuran menurun dan sudah
berlaku 3 tahun tanpa terlambat sehingga dalam kategori lancar dan tidak bermasalah serta
sebelumnya selama 4 tahun telah menikmati fasilitas kredit modal kerja sebesar
Rp.3.500.000.000,- ( tiga milyard lima ratus juta rp) dalam bentuk fasilitas modal kerja secara
penuh.Pelawan atas fasilitas yang ada di Bank BRI sudah dibayarkan ke bank brI sampai
fasilitasnya tersisa yang wajib di bayar Rp. 2.250.000.000 (Dua Milyard Dua Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah). Pihak Terlawan Melalui karyawan yang bernama Yanu dengan janji janji akan
diberi fasilitas yang melebihi dari sisa yang ada yaitu sebesar Rp. 2.250.000.000 (Dua
Milyard Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). Karena ada janji untuk diberikan fasilitas kredit
yang besar maka akhirnya Pelawan memindahkan kreditnya ke Bank Bukopin dan ternyata
yang diacc sebesar Rp. 2.500.000.000,-(Dua Milyard Lima Ratus Ribu Rupiah) dengan janji
palsunya akan ditambahkan seteleh enam bulan. Terlawan melalui karyawannya
menyakinkan sekali lagi untuk menerima persetujuan kredit dengan janji akan ditambahkan
fasilitas kreditnya sesuai dengan yag telah diberikan oleh Bank BRI,tindakan terlawan
termasuk perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak profesioanal dan
penuh tipu muslihat sesuai dengan perbuatan melawan hukum yang ada .Pelawan akhirnya
percaya akan janji dari karyawan terlawan dengan tersendirinya terikat dalam perjanjian
baku yang dituangkan pada perjanjian kredit No 52 Tahun 2014 Notaris dan PPAT Edwin
Subarkah,S.H. perjanjian kredit dengan memberikan jaminan No 54 Tahun 2014 Notaris dan
PPAT Edwin Subarkah, dalam perjanjian yang formatnya sudah ditentukan secara kredit
oleh Bank Bukopin hal ini sangat bertentatangan dengan Undang-Undang RI No.8 TH 1999
Tentang Perlindungan Konsumen; mengenai Pencantuman Klausula Baku yang dilarang yang
dicantumkan dalam Pasal 18 yang berbunyi Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau
jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: ayat h. menyatakan bahwa
konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
Pelawan sebagai Debitur dengan sendirinya mau tidak mau harus tunduk dan langsung
menandatangani perjanjian kredit yang sudah disiapkan oleh terlawan.
2. Perjanjian kredit dengan memberikan Jaminan dengan Akta No. 54 tanggal 19 Desember 2014 Notaris
dan PPAT Edwin Subarkah, Perjanjian ini dilakukan secara bersama sama baik pelawan dan
terlawan secara bersama dengan penjamin pelawan tidak melakukan perjanjian dengan baik
dan benar ,yaitu dibacakan dan didengarkan secara tidak bersama sama serta salah satu
penjamin sedang mengalami sakit dan tidak mengerti tentang maksud dan tujuan untuk
adanya perjanjian penjaminan serta tidak dibacakan maksud isi dan makna dari perjanjian
penjaminan.
3. Prinsip Kepercayaan dari Undang Undang Perbankan yang diatur dalam Pasal 29 (4) UUP,
yang berbunyi “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank” dan tindakan Ketidakprofesioanal dari Terlawan tanpa melalui
suatu analisa penilaian yang profesional dan menunjukkan nilai atas tanah dan bangunan
yang telah dipasangi Hak Tanggungan dengan menyebutkan berapa nilai rupiah dari tanah
dan bangunan yang telah dinilai oleh team appraisal Terlawan. Pelawan tidak pernah
diberitahu teknik penilaian jaminan hak atas tanah dan bangunan dan nilai yang sebenarnya,
sehingga dalam pemasangan nilai Hak Tanggungan karena kepercayaan ini disalahgunakan
oleh terlawan maka dipasang serendah-rendahnya.
4. pada surat direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 dan surat edaran
Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yaitu dalam rangka membantu nasabah untuk
Restukturisasi Kredit dengan jalan Penjadwalan kembali (Rescheduling), Persyaratan Kembali
(Reconditioning) dan penataan kembali (Restrukturing ). Terlawan sangat tidak memperhatikan surat
Direksi BI sebagai Bank swasta yang harus taat dan tunduk kepada Bank Indonesia selaku Pengawas
dan Pembina Perbankan di Indonesia. Pelawan setelah melihat kondisi keuangan dan perputaran
usahanya mulai mengalami perlambatan, maka mendatangani Pimpinan Cabang Bank Bukopin
Sidoarjo serta ketemu untuk memberikan solusi atas kendala dari Pelawan. Maka diberilah solusi
dengan membayar angsuran sebesar Rp. 8.000.000,- menurut ucapan mereka sebagai tindakan untuk
merestrukturisasi dari fasilitas modal kerja yang diterima oleh Pelawan. Pelawan selalu berkomunikasi
dengan baik dan benar dengan karyawan dari terlawan bagaimana untuk merestrukturisasi dan sangat
tidak benar serta alasan yang tidak bertanggungjawab sebab selama pengajuan kredit sampai mau
Pelawan mengajukan supaya di restrukturisasi, semua pembukuan pelawan selalu dibuatkan dan
dibantu oleh karyawan dari terlawan karena pelawan selalu percaya. Dengan jawaban yang diberikan
oleh terlawan bahwa Pelawan tidak pernah bersedia untuk memberikan neraca laporan keuangan
sebagai syarat utama pengajuan rekstrukturisasi adalah jawaban yang mengada-ngada dan digunakan
sebagai alasan pembenar oleh terlawan. Padahal kalau karyawan dari terlawan menjelaskan dengan
detail dan benar bahwa persyaratan restrukturisas harus mempunyai laporan keuangan yang baik dan
benar maka akan dilakukan oleh Pelawan. Terlawan sangat jelas bertentangan dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu: Pasal 4 Hak Konsumen
adalah : c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/ atau jasa; f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; g.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
5. Pelawan dengan itikat baik selalu datang dan menemui pejabat dan karyawan yang berwenang ke
kantor terlawan dengan bermaksud supaya mempermudah komunikasi dan menyelesaikan kesulitan
keuangan dari pelawan. Pelawan tidak pernah mau berkelit atau menghindar dari terlawan.Sebenarnya
Karyawan terlawan yang bernama Budi juga membawa pembeli yang berasal dari Sidoarjo yang
beralamat di Puri Indah. Pembeli dari terlawan setelah melihat lihat rumah tidak membeli. Terlawan
tidak pernah mau memberikan solusi dengan musyawarah mufakat akan tetapi melalui karyawan yang
bernama Budi membuat suatu tulisan yang menyatakan bahwa tanah dan bangunan ini dalam jaminan
terlawan. Padahal pada waktu pertemuan sebelumnya melalui 3 (tiga) orang karyawan dari terlawan
sudah menyuruh untuk membuat surat permohonan rekstrukturisasi akan tetapi tidak menjelaskan
tentang persyaratan dari pengajuan permohonan rekstrukturisasi. Padahal Pelawan sudah mulai
menawarkan iklan di facebook, olx dan saudara saudara serta teman teman semasa kuliah dan sudah
mulai banyak melirik. Pelawan dengan itikad baik dan kesadarannya mengusahakan supaya dapat
menjual aset tanah dan bangunan dengan sendiri menjadi sia sia dan menyebabakan harga jual menjadi
jatuh dan runtuh karena ada tulisan yang telah dilakukan oleh karyawan terlawan yang bernama Budi
tersebut. Pelawan ini dengan mengakui telah berhutang dan tidak melakukan pembayaran tidak
bermaksud untuk tidak melunasi hutang hutangnya. Terlawan tidak pernah menghargai itikad baik
untuk menjual secara bersama sama tidak dilakukan dengan oleh terlawan akan tetapi terlawan dengan
sengaja melakukan tindakan tindakan mengecat tulisan tanah dan bangunan milik terlawan di dua
dinding pagar yang ada disengaja supaya terlawan ini mempunyai keuntungan yang berlebih. Padahal
harga rumah yang ada di kompleks perumahan Pondok Mutiara yang di jual di sekitar dari aset
Pelawan ini harga rata rata sekitar Rp. 1.500.000.000,- dengan kondisi rumah yang masih dalam posisi
bangungan developer, sedangkan rumah yang sudah direnovasi dengan harga Rp. 2.000.000,- (Dua
Milyard). Akhirnya Pelawan juga melakukan penilaian sendiri terhadap nilai harga rumah dan
bangunan yang dimilikinya dengan team penilaian independen untuk data dan hasilnya kami lampirkan
secara tersendiri. Pelawan ini bukan debitur yang macet telah betahun tahun. Tanah dan bangunan
merupakan jaminan kredit dengan nilai ekonomis yang tinggi, dan prioritas dibanding
jaminan benda jaminan lain. Maka dengan pertimbangan bahwa obyek hak tanggungan itu
merupakan milik Pelawan, untuk itu asas kepatutan, itikad baik dan penghormatan terhadap
milik orang lain adalah sangat penting sifatnya bagi terlawan. Tanah merupakan jaminan
kredit dengan nilai ekonomis yang tinggi, dan prioritas dibanding jaminan benda jaminan
lain. Pengakuan yang diakui oleh pelawan adalah bahwa pihak terlawan ini secara sengaja
menghendaki penyelesaian secara tergesa-gesa dan ingin mendapatkan keuntungan yang
sepihak atas tanah dan bangunan yang dimiliki oleh pelawan tanpa melihat azas kepatutan,
itikad baik dan penghormatan terhadap barang milik pelawan. Dikutip dari tulisan Abi
Asmana dalam “Pengakuan sebagai Alat Bukti di persidangan “ hukum acara perdata dikenal
pula dengan apa yang dinamakan pengakuan berembel-embel. Pengakuan berembel-
embel terbagi menjadi dua macam, yaitu :-Pengakuan dengan klausula.-Pengakuan
dengan kwalifikasi. Pengakuan dengan kwalifikasi ini menunjukkan bahwa hubungan
hukum antara kedua belah pihak lain dari pada yang menjadi dasar gugatan.Tiap-tiap
pengakuan harus diterima seluruhnya, dan hakim tidak bebas hanya menerima sebagian
saja dan menolak sebagian yang lain, sehingga menjadi kerugian kepada orang yang
mengaku tersebut. Hal tersebut sesuai dengan asas "onsplitsbaar aveu", yang artinya
pengakuan yang tidak boleh dipisah-pisah. Asas onsplitsbaar aveu tersebut dimaksudkan
untuk melindungi pihak yang jujur, yang secara terus terang mengemukakan segala hal
yang telah terjadi dengan sebenarnya.   “
6. Pelawan ini mengaku supaya pembayaran atas utangnya dapat diselesaikan dengan baik
dan benar dan dengan harapan pihak terlawan ini tidak melakukan perbuatan perbuatan
yang penuh tipu daya lagi, terlawan ternyata melakukan lagi suatu tindakan yang sangat
tidak patut dan tidak sesuai dengan azas kepercayan dalam hubungan antara bank dan
nasabah sebagaimana yang diatur di dalam Undang undang Perbankan  Pasal 29 ayat (4)
UU No 10 Tahun 1998 “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”. Pemerintah juga telah menetapkan
peraturan pemerintah peraturan tentang OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR:
1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN yang melindungi debitur pada
Pasal 3 Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak untuk memastikan adanya itikad baik Konsumen
dan mendapatkan informasi dan/atau dokumen mengenai Konsumen yang akurat, jujur,
jelas, dan tidak menyesatkan. Terlawan melalui surat dan telepon untuk memanggil
pelawan untuk dilakukan bantuan suatu penyelesaian kredit dari pelawan. Pelawan
selalu beritikad baik untuk menyelesaikan masalah keuangan dengan terlawan dan
tidak pernah sulit untuk menemuinya kecuali apabila pelawan melakukan perjalanan
menyelesaikan urusan urusan piutangnya ke daerah daerah lain yang ada di Jawa
Timur. Pelawan dalam pertemuan tersebut yang dihadiri oleh Pelawan dan istrinya
sedangkan terlawan dihadiri oleh Karyawan Terlawan yang bernama Yanu, Budi,
bagian keuangan,dan notaris yang bekerja sama dengan terlawan dan stafnya di
kantor Pimpinan cabang sidoarjo terlawan. Pertemuan itu dilakukan dengan maksud
supaya pelawan menyerahkan seluruh aset aset yang telah dijadikan jaminan dan
telah dipasang Hak Tanggungan untuk diserahkan dengan menandatangani
perjanjian perjanjian penyerahan dan pengosongan 6 aset yang dimiliki oleh terlawan
atau dikenal dalam istilah terlawan yaitu AIDA . Pelawan ini menginginkan
menyelesaikan semua utang utangnya supaya bisa diselesaikan secara musyawarah
mufakat sehingga terlawan tidak perlu melakukan suatu usaha dan tindakan tindakan
yang berlawanan dengan peraturan pemerintah pada pasal lainnya yang mengatur
tentang OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN Pasal 4 (1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk dan/atau layanan yang
akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.
7. Terlawan karena tidak pernah menghargai itikad baik dan usaha pelawan dalam rangka
menjual tanah dan bangunan yang dimiliki oleh pelawan untuk melunasi seluruh utang
utangnya pada terlawan yaitu terbukti dengan adanya usaha dari terlawan melakukan
tulisan bahwa tanah dan bangunan milik terlawan yang menyebabkan usaha dari pelawan
menjadi sia sia dan menyebabkan harga rumah menjadi jatuh dan tidak laku, sehingga
dimanfaatkan oleh oknum oknum yang membeli tanah lelang dengan harga murah sehingga
usaha pelawan dengan iklan di olx,di urbanindo dan komunitas jual beli perumahan di media
online menjadi sia sia. Terlawan dengan mengungkapkan jawaban telah berkali kali berjanji
akan menjual sendiri tidak pernah mau melihat fakta usaha yang telah dilakukan oleh
pelawan. Terlawan secara sengaja seakan akan tidak pernah mau melihat dan mengetahui
usaha terlawan. Terlawan juga telah mengetahui dan membawa pembeli ke rumah pelawan
serta diajak untuk melihat serta mengetahui kondisi bangunan yang mau dijual oleh
Pelawan. Terlawan yang secara sengaja tidak mau mengakui adanya usaha yang telah
dilakukan oleh pelawan untuk menjual sendiri tanah dan bangunan yang dimiliknya.
8. Pelawan telah berusaha untuk memenuhi kewajiban kewajiban dan memohon untuk
dilakukan suatu rekstruturisasi dan terlawan tidak melakukan suatu tindakan untuk
memberikan penjelasan dan pemebritahuan yang baik dan benar sehingga mengakibatkan
menjadikan alasan dari terlawan bahwa pelawan tidak mau memberikan neraca
keuangannya. Terlawan sengaja melakukan tindakan dan usaha yang cenderung supaya
terlawan tidak memenuhi perjanjian kredit no 52 dan perjanjian kredit dengan memberikan
jaminan no.54 tanggal 19 desember 2014 2014 Notaris dan PPAT Edwin Subarkah,S.H. yaitu
bahwa setiap ada perselisihan diselesaikan secara musyawarah mufakat dengan azas
kepercayaan,kebersamaan kedudukannya dan itikad baik dan memberikan informasi yang
baik dan benar.
9. Pelawan selalu datang dan menemui serta mengusahakan dan membicarkan untuk solusi
penyelesaiannya, akan tetapi karena tindakan dari terlawan yang menghendaki supaya dari
pelawan tidak mampu membayar maka terlawan tidak memberikan informasi yang baik dan
benar dari suatu program rekstruturisasi yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang wajib ditaati oleh terlawan . Rekstruturisasi yang juga merupakan hak
debitur yang sedang mengalami kendala ini diberikan serta diberitahukan persyaratan
program rekstruturisasi dengan baik dan benar maka terlawan akan memiliki kemampuan
untuk membayar dan tidak akan mengalami kendalan serta tidak perlu mengeluarkan surat
peringatan. Pelawan ini adalah debitur mulai tanggal 19 desember 2014 2014 Notaris dan
PPAT Edwin Subarkah,S.H. jadi pelawan sudah memberikan keuntungan kepada terlawan
dan selalu membayar kewajiban dengan baik dan benar meskipun secara janji janji dari
karyawan dari terlawan akan memberikan tambahan fasiltas modal kerja tidak pernah
terlaksana.
10. Bahwa pada tanggal 12 Desember 2017 Pelawan tidak pernah membuat dan berinisiatif
untuk membuat tulisan tangan secara sendiri dalam keadaan bebas akan tetapi adanya
paksaan dan tekanan 3 karyawan terlawan dan notaris yang bekerja samanya dengan
terlawan. Terlawan tidak berhasil menyuruh menandatangani perjanjian yang bernama
AIDA dengan tipu muslihat dari para karyawan yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut .
Terlawan dengan tidak itikad baik dan mempunyai tujuan lain maka pelawan disuruh
membuat surat pernyataan yang isi dan tulisannya sudah dikonsepkan oleh terlawan .
Terlawan karena hanya berpikir akan segera mendapatkan haknya tanpa melihat aturan
yang telah ada pada Pasal 1321 KUHPerdata:"Tiada sepakat yang sah apabila sepakat
itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan."
Pasal 1324 KUHPerdata:"Paksaan terjadi, bila tindakan itu sedemikian rupa sehingga
memberi kesan dan dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal sehat,
bahwa dirinya, orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu
dekat. Dalam mempertimbangkan hal tersebut, harus diperhatikan usia, jenis kelamin
dan kedudukan orang yang bersangkutan." Maka surat pernyataan yng disuruh buat oleh
terlawan adalah bertentangan dengan Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
11. Pelawan menganggap surat pernyataan yang disuruh menulis oleh terlawan ini dalam suatu
tekanan sangat bertentangan dengan KUH Perdata maka pelawan menganggap tidak perlu
ditaati dan dilaksanakan. Pelawan berusaha sendiri untuk menjual tanah dan bangunannya
untuk dibayarkan pelawan sebenarnya terlawan tidak perlu meminta parate executie ke PN
Sidoarjo karena tidak ada yang dikuatirkan untuk tidak melunasi utang dari pelawan kepada
terlawan. Pelawan tidak melaksanakan surat pernyataan karena sebenarnya bukan surat
yang dikehendaki oleh pelawan. Pelawan menghendaki musyawarah mufkat dan berusaha
secara bersama sama untuk menjual dengan terlawan sudah bisa membereskan
permasalahan untuk pembayaran terlawan. Pelawan dengan inisiatif menjual sendiri dengan
tanpa adanya sita eksekusi akan memudahkan penjualan dengan harga tinggi serta tidak
mempunyai beban pengeluaran yang tinggi. Beban sita eksekusi ini oleh terlawan
dibebankan kepada pelawan termasuk beban untuk membayar pengacara yang
menyelesaikan di Pengadilan Negeri Sidoarjo ini dibebabnkan kepada terlawan. Terlawan
mencari untung sendiri dan tidak mau menerima beban yang diakibatkan dari keputusannya
yang salah.
12. Sita Eksekusi no 3/Eks.SHT/2018/PN.Sda sangat bertentangan dengan azas itikad baik dan
penyelesaian secara musyawarah mufakat dari pelaksanaan pasal 20 ayat 1 Undang Undang
No.4 tahun 1996 tentang hak tanggungan jo Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998 jo
peraturan pemerintah tentang OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Pelawan menganggap tidak perlu adanya suatu sita
jaminan yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri sidoarjo sudah bisa untuk menyelesaikan
permasalahannya dengan terlawan. Namun karena sudah menjadikan sengketa di
Pengadilan Negeri mengakibatkan kerugian secara materiil dan immateriil kepada Pelawan.
Pelawan memohon kepada Yang Mulia Bapak Hakim untuk membatalkan Sita Eksekusi no
3/Eks.SHT/2018/PN.Sda sehingga kerugian yang diderita oleh Pelawan tidak tambah banyak
serta bisa menyelesaikan pembayaran pembayaran kepada terlawan.
13. Dalil perlawanan yang diajukan sebagai hak pelawan yang mempunyai kedudukan hukum
yang sama sebagaimana di atur dalam pasal 27 ayat 1 UUD 45 demikian diatur dalam
ndang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jawaban Terlawan
yang menyatakan kredit pelawan masuk dalam kualifikasi kredit macet adalah jawaban yang
tidak berdasarkan pada fakta fakta yang terjadi yang menyebakan timbulnya permasalahan
tersebut. Terlawan mau memberikan informasi yang benar dan tepat tentang persyaratan
Restrukturisasi dengan menyebutkan memberikan suatu neraca keuangan yang dibutuhkan
untuk program Restrukturisasi sampai 2 kali atau 3 kali sebagaimana diamanatkan dalam
surat direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 dan surat edaran Bank
Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Pelawan dengan diberikan haknya untuk ikut program
Restrukturisasi maka akan tidak terjadi suatu masalah keuangan pada usaha pelawan
sehingga kreditnya akan baik baik saja. Janji janji palsu dari karyawan terlawan yang akan
memberikan fasilitas plafond kredit yang lebih baik dari Bank BRI maka menyebabkan
pelawan memindahkan fasilitasnya kepada terlawan, kalau tahu akhirnya tidak ditambah
maka pelawan tidak perlu memindahkan fasilitas kreditnya kepada tempat terlawan.
Kerugian yang diderita oleh pelawan besar yaitu denda pelunasan,biaya notaris,biaya apht
dan biaya provisi serta biaya biaya lainnya. Terlawan mendalilkan suatu perlawanan jahat
adalah suatu dalil yang sesat serta melakukan tindakan alibi dan tidak berdasarkan pada
teori kausalitas (sebab akibat). Terlawan harus menyadadari dan membenahi diri dalam
managament perbankan yang profesionalitas yang taat azas dan aturan aturan yang ada
dalam Undang Undang Dasar 45,Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Undang Undang
Perbankan, Undang Undang Perlindungan Hukum Konsumen,Peraturan Pemerintah tentang
Otoritas jasa keuangan, Peraturan peraturan yang ada dalam Bank Indonesia.
14. Perlawanan dari pelawan ini adalah suatu akibat dari tidak dilaksanakan proses penyelesaian
permasalahan dengan baik dan benar serta musyawarah mufakat serta untuk bisa
menyelesaikan semua dengan suatu tahapan tahapan yang sudah ditentukan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan maka perlawanan dari Pelawan mohon untuk diterima
karena untuk terlawan untuk mengambil manfaat yang jahat dari tahapan tahapan yang
harus dilalui oleh terlawan dalam membantu serta menyelesaikan masalah keuangan dari
pelawan. Terlawan ini mempunyai itikad tidak baik dalam meminta penetapan sita eksekusi
untuk dicabut.

Tanah merupakan jaminan


kredit dengan
15. nilai ekonomis yang tinggi,
dan prioritas
16. dibanding jaminan benda
jaminan lain.
17. Maka dengan pertimbangan
bahwa obyek
18. hak tanggungan itu
merupakan milik debitur,
19. untuk itu asas kepatutan,
itikad baik dan
20. penghormatan terhadap
milik orang lain
21. adalah sangat penting
sifatnya bagi kreditur.
22. Konsep lelang bertujuan
untuk mendapatkan
23. harga paling tinggi, namun
dalam praktek
24. terjadi kontraproduktif
karena kreditur / bank
25. menentukan secara sepihak
nilai limit lelang
26. obyek HT tersebut,
sehingga harga jual lelang
27. menjadi sangat tidak wajar
dan ada potens
28. telah menjadi rahasia
umum, hal inilah faktor
29. pemicu utama munculnya
perlawanan dari
30. debitur karena pada aspek
ini debitur jelas
31. dirugikan. Harga yang
sebenarnya (true value)
32. bisa didapat dengan
pelibatan appraisal
33. independent / penilai
independen yang
34. mempunyai reputasi baik
dalam penentuan
35. nilai limit lela

Anda mungkin juga menyukai