Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS WANPRESTASI

Wanprestasi

1. Nomor Putusan:
2560 K/Pdt/2020
2. Identitas Para Pihak:
1. KUSUMA WAHYUDI, bertempat tinggal di Pesapen Barat 10/43, RT 009,
RW 002, Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota
Surabaya (Penggugat/Pemohon Kasasi/ Tergugat Rekonvensi)
2. NUNUNG NURHAYATI, bertempat tinggal di Jalan Manyar Dukuh, 114
RT 008, RW 002, Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan,
Kota Surabaya; (Tergugat/Temohon Kasasi/ Penggugat Rekonvensi)
3. Kasus Posisi/Kronologis:
Terjadi perjanjian jual beli rumah antara penggugat dengan tergugat, pada
awalnya penggugat memohon kepada pengadilan untuk menuntut tergugat
karena dianggap telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian jual beli yang
dilakukan mereka. Namun atas tuntutan tersebut tergugat melakukan gugatan
balik (Rekonvensi). Setelah dinyatakan kepada penggugat bahwa tergugat
melakukan rekonvensi dan gugatan rekonvensi tersebut dikabulkan maka
penggugat melakukan permohonan kasasi namun penggugat tetap dinyatakan
sebagai pihak yang kalah atas permohonan kasasi tersebut sehingga penggugat
dijatuhkan hukuman sebagaimana mestinya.
4. Objek Perjanjian:
Sebuah Rumah di Jalan Tambak Medokan Ayu Kav C, Nomor 20A,Kelurahan
Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

5. Analisis Putusan:
Saya cenderung pro/ setuju terhadap putusan pengadilan, yang mengadili
tergugat rekonvensi sebagai pihak yang bersalah.
Sebelumnya penggugat mengira bahwa telah terjadi tindakan wanprestasi yang
dilakukan oleh tergugat.

Wanprestasi adalah suatu keadaan menurut hukum perjanjian,


dimana seseorang tidak melaksanakan prestasi sebagaimana yang telah
diperjanjikan, dan bila terjadi wanprestasi, pasti terjadi pelanggaran terhadap
kepentingan hukum, suatu kepentingan yang diatur dan dilindungi oleh hukum.

Singkatnya maksud dari wanprestasi sendiri adalah tidak melakukan apa yang
dijanjikannya, artinya seseorang tidak memenuhi kewajibannya atas apa yang
sudah disepakati bersama kedua belah pihak dalam perjanjian tersebut. Dengan
begitu arti dari wanprestasi dapat dikatakan sebagai ingkar janji atau cedera janji
dalam sebuah perjanjian/perikatan.

Wujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada 3 (tiga) macam, yaitu:
a. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan
b. Debitur terlambat memenuhi perikatan
c. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

Namun seperti yang kita tau dalam suatu perjanjian pada umumnya salah satu
asas yang dikenal adalah asas kebebasan berkontrak yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk menentukan sendiri hal-hal yang disepakati
dalam perjanjian, namun tetap tidak bertentangan dengan kepentingan umum
dan norma-norma yang berlaku.
Dalam perjanjian jual beli didasarkan pada suatu perjanjian dimana untuk sahnya
suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata mengandung empat
syarat yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Sementara mengenai batalnya perjanjian yaitu suatu perjanjian dibuat dengan
tidak memenuhi syarat yang ada pada Pasal 1320 KUHPdt tersebut.

Pada Surat Putusan tertuliskan alasan –alasan kasasi dan mahkamah agung
menimbang bahwa
1. Alasan-alasan kasasi tidak dapat dibenarkan, Judex Facti/
Pengadilan Tinggi tidak salah menerapkan hukum;
2. Penggugat Rekonvensi dapat membuktikan dalil gugatannya, dimana
Penggugat Rekonvensi adalah pembeli sedangkan Tergugat Rekonvensi
adalah penjual berdasarkan perjanjian jual beli sebuah rumah di Jalan
Tambak Medokan Ayu Kav C Nomor 20 A, Kelurahan Medokan Ayu,
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, dengan uang muka Rp84.800.000,00
(delapan puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah) dan harga keseluruhan
sebesar Rp620.000.000,00 (enam ratus dua puluh juta rupiah). Namun
Penggugat Rekonvensi gagal melunasi sisa harga rumah karena disebabkan
Penggugat Rekonvensi tidak memperoleh KPR di BTN, dimana pencairan
dana/kredit BTN a quo adalah syarat/bagian dari perjanjian sehingga
perjanjian jual beli atas tanah/rumah harus dilakukan secara terang dan
tunai, dengan demikian perjanjian a quo batal demi hukum, sehingga
harus dikembalikan kepada keadaan semula.

Dalam hal tersebut jelas disebutkan bahwa adanya alasan batalnya perjanjian,
Yaitu disebutkan dalam surat gugatan bahwa Penggugat Rekonvensi gagal
melunasi sisa harga rumah karena disebabkan Penggugat Rekonvensi tidak
memperoleh KPR di BTN, dimana pencairan dana/kredit BTN a quo
adalah syarat/bagian dari perjanjian yang ditentukan oleh para pihak yang
terlibat. Dengan demikian perjanjian a quo batal demi hukum, sehingga
harus dikembalikan kepada keadaan semula.

Anda mungkin juga menyukai