Kelas : X MIA 3
LAPORAH HASIL OBSERVASI HARIMAU SUMATRA
- Kingdom : Animalia.
- Filum : Chordata.
- Kelas : Mamalia.
- Ordo : Carnivora.
- Famili : Felidae.
- Genus : Phanthera
- Spesies : Phanthera tigris
- sub spesies : Phanthera tigris sumatrae
Harimau sumatra adalah subspesies harimau terkecil yang memiliki ciri fisik sebagai
berikut, ukuran tubuh harimau sumatra jantan dewasa memiliki panjang dari kepala ke kaki
sekitar 250 cm dengan berat sekitar 140 kg, sedangkan tingginya dapat mencapai 60 cm.
Sedangkan harimau sumatra betina rata-rata memiliki panjang sekitar 198 cm dan berat
sekitar 91 kg serta ekor harimau sumatra dapat mencapai 1 meter. Ekor tersebut berfungsi
sebagai penyeimbang badannya serta bisa sebagai alat komunikasinya. Seperti harimau
lainnya harimau sumatra pun memiliki belang atau loreng, tetapi harimau sumatra adalah jenis
harimau yang memiliki belang paling banyak di antara subspesies lainnya, dikarenakan
belangnya lebih jelas dan lebih rapat jika dibandingkan dengan harimau jenis lain. Satwa ini
pun mempunyai warna tubuh bagian atas lebih gelap daripada subspesies lain, mulai dari
kuning kemerah-merahan hingga oranye. Lompatan seekor harimau sumatra dapat mencapai
10 m dari posisi duduk. Harimau Sumatera juga dapat berlari dengan kecepatan 35 mil/ jam.
Selain itu satwa ini juga memiliki kemampuan untuk berenang, karena di antara jari-jarinya
terdapat selaput tipis. Tubuhnya pun tertutup oleh mantel rambut. Jenis yang jantan
mempunyai surai di leher bagian bawah, surai merupakan rambut-rambut yang berukuran
lebih panjang dari rambut lainnya. Selain itu bintik putih yag terdapat di bagian belakang
telinganya sangat penting untuk berkomunikasi
Harimau Sumatra merupakan hewan soliter yang hidup menyendiri, dan mereka
berburu pada malam hari, dalam berburu, harimau selalu berpasangan, satu menghalau
mangsanya ke arah lain sedangkan yang satu lagi bersembunyi dan menunggu dengan cara
mengkamuflase dirinya pada semak belukar, lalu mengejar dan menyerang secara tiba-tiba
untuk membunuh mangsanya. Daerah perburuan harimau merupakan teritori yang ditandai
dengan suara raungan, teritorinya tidak tetap namun selalu berpindah-pindah. Mereka
memakan apa pun yang dapat ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-
kadang unggas atau ikan. Harimau sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20
tahun dalam kurungan, tetapi hal itu pun jarang terjadi karena perburuan liar harimau sumatra
yang sering terjadi di alam liarnya atau habitat aslinya. Seekor harimau sumatra betina hamil
selama sekitar seratus hari sebelum melahirkan satu hingga enam anak. Anak- anak harimau
dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan ketika umur 2 tahun anak harimau dapat
bertahan hidup sendiri dan memisahkan dirinya dengan orangtua mereka.
C. GAMBAR
Penyebab kematian harimau sumatera cukup beragam, namun lebih banyak karena
campur tangan manusia. Ancaman terbesar adalah perburuan, ada yang terkenal jeratan dan
bahkan ada yang sengaja diracuni. Perburuan harimau dilakukan dengan berbagai alasan entah
untuk pemanfaatan pribadi dan golongan maupun dengan dalih konflik. Selain itu deforestasi
dan degradasi akan menyebabkan hilangnya hutan atau terpotong-potongnya hutan menjadi
bagian-bagian kecil dan terpisah. Alih fungsi hutan banyak digunakan untuk perkebunan,
hutan tanaman industri, pemukiman, industri, dll. Sehingga habitat asli mereka berkurang dan
menyebabkan mereka turun ke perkebunan bahkan ke pemukiman warga untuk mencari
makan. Perusakan habitat dan perburuan hewan mangsa telah diketahui sebagai faktor utama
yang menyebabkan turunnya jumlah harimau secara dramatis di Asia baik harimau sumatra
maupun jenis harimau lainnya.
Harimau Sumatera berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak
terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan. Laporan tahun 2008 yang
dikeluarkan oleh TRAFFIC – program kerjasama WWF dan lembaga Konservasi Dunia,
IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar – menemukan adanya pasar ilegal yang
berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan
bagian-bagian tubuh harimau. Dalam studi tersebut TRAFFIC mengungkapkan bahwa paling
sedikit 50 Harimau Sumatera diburu setiap tahunnya dalam kurun waktu 1998- 2002. Harimau
diburu untuk diambil seluruh bagian tubuhnya, mulai dari kulit, kumis, kuku, taring, hingga
dagingnya. Bagian tubuh harimau dipercaya sebagai jimat dan memiliki kekuatan magis. Hal
inilah yang mendorong suburnya permintaan harimau di pasar gelap dan membuat populasi
harimau kian menurun.Populasi Harimau Sumatera yang hanya sekitar 400 ekor saat ini
tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan.
Sebagian besar kawasan ini terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan
komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Bersamaan
dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat
dengan manusia dan menimbulkan konflik. Konflik ini seringkali berakhir dengan harimau
yang dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat
perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.
F. UPAYA PELESTARIAN
Upaya perlindungan terhadap harimau sebaiknya hendaklah dimulai dari konservasi
habitatnya. Caranya adalah dengan mencegah perambahan kembali terjadi, mengatasi
penebangan liar, membuat perencanaan tata ruang, dan penggunaan lahan serta merestorasi
ekosistem. Selain itu sudah banyak perundang-undangan Indonesia yang terkait dengan satwa
yang dilindungi seperti undang-undang pasal 21 nomer 5 tahun 1990 bahwa “setiap orang
dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian
lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut
atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia". Memulihkan dan meningkatkan populasi harimau sumatra beserta bentang
alamnya pulih, Upaya konservasi in-situ merupakan program utama konservasi harimau
sumatra dengan memulihkan populasi harimau dan habitat alaminya.
Pihak WWF pun banyak membantu Indonesia untuk memulihkan populasi harimau
sumatra yaitu WWF saat ini tengah melakukan terobosan penelitian tentang Harimau
Sumatera di Sumatera Tengah, menggunakan perangkap kamera untuk memperkirakan
jumlah populasi, habitat dan distribusi untuk mengidentifikasi koridor satwa liar yang
membutuhkan perlindungan. WWF juga menurunkan tim patroli anti-perburuan dan unit yang
bekerja untuk mengurangi konflik manusia-harimau di masyarakat lokal. Sedangkan dari
pihak Indonesia sendiri mempunyai program hutan produksi dan hutan lindung yang
mengelilingi segenap perbatasan taman nasional. Gabungan taman nasional dan kawasan
hutan tersebut membentuk bentang alam hutan yang utuh dan sambung-menyambung. Dari
rangkaian di sisi selatan ini, lanskap harimau menyambung ke utara, mengikuti deretan Bukit
Barisan yang menjadi tulang punggung Sumatra: Bengkulu, Kerinci, Leuser, hingga Aceh.
G. DAFTAR PUSTAKA