Anda di halaman 1dari 12

Ciri – ciri khusus dan habitat asli Harimau

Harimau adalah salah satu jenis kucing terbesar jika dibandingkan dengan beberapa
spesiesnya yang ada di dunia dan bahkan tubuhnya masih lebih besar dari hewan singa.
Bukan hanya itu saja Harimau juga memiliki salah satu kemampuan yaitu larinya yang cepat,
Namun masih kalah dengan kecepatan berlari dari binatang citah.
Salah satu jenis Harimau (Panthera Tigris) yang masih bertahan hidup di dunia adalah
Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Harimau Sumatera merupakan harimau yang
habitat aslinya berada di Pulau Sumatera, Indonesia. Harimau Sumatera memiliki ciri-ciri
fisik, yaitu :
1. Harimau Sumatera adalah harimau terkecil di spesiesnya, ukurannya yang kecil ini
memudahkannya menjelajahi hutan rimba.
2. Memiliki warna yang paling gelap dari seluruh spesies harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga orange tua.
3. Pola warna hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.
4. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut
atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau
sekitar 140 kg, tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
5. Harimau Sumatera betina rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan
berat 200 pound atau sekitar 91 kg.
6. Belang harimau ini lebih tipis daripada spesies harimau lainnya.
7. Memilik banyak janggut serta surai di bandingkan spesies harimau lainnya, terutama
harimau jantan.
8. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
9. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan harimau ini mampu berenang
dengan cepat. harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila
binatang buruan tersebut lambat berenang.
Jika tidak ada binatang mamalia bertubuh besar, Harimau juga biasa memangsa
hewan yang memiliki tubuh yang agak kecil seperti landak dan lain sebagainya. Perlu
diketahui bahwa harimau berbeda dengan kucing biasa (Rumahan), Jika pada umumnya
kucing takut dengan air, Namun yang ini cukup berbeda, Harimau malah cenderung
sebaliknya dan ia sangat suka berenang dan tidak anti dengan air.
Berikut ini adalah ciri-ciri khusus harimau :
1. Harimau adalah hewan mamalia yang menyusui anaknya.
2. Memiliki gigi taring yang kuat dan juga tajam. fungsinya untuk menggigit dan
mengoyak hewan buruannya.
3. Termasuk Hewan Pemakan Daging (Karnivora)
4. Kemampuan Indra Penglihatan (Mata) Yang Awas dan Tajam.
5. Warna Bulu Hitam, Kuning Keemasan dan Coraknya Loreng.
6. Memiliki Empat Kaki, Dua Kaki Depan dan Dua Kaki Belakang.
7. Ukuran Ekor Yang Cukup Panjang, Fungsinya Sebagai Keseimbangan.
8. Pada Bagian Kakinya, Harimau Di Lengkapi Dengan Kuku Atau Cakar Yang
Tajam.
9. Harimau Berkembang Biak Dengan Cara Beranak Atau Melahirkan (Vivipar)
10. Memiliki Kumis Panjang, Di Bagian Pipinya.
11. Khusus Jenis Harimau Sumatra, Habitat Alinya Di Hutan atau Rimba.
Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi
mangsa liarnya yang ada dibawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa
dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Hewan ini memiliki indera pendengaran dan
penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien.
Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari,
mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Hewan
ini memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-
kadang unggas atau ikan.
Harimau Sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya
seperti blok blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam
pembukaan hutan untuk lahan lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan
oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau ini terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia,
dan seringkali harimau ini ditangkap dan dibunuh karena tersesat memasuki daerah
pemukiman warga atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
Harimau Sumatera termasuk satwa langka, dan termasuk ke dalam klasifikasi satwa
kritis yang terancam punah (Critically Endangered). Populasi Harimau Sumatera ini di alam
liar diperkirakan hanya tinggal 400-500 ekor saja, terutama hidup di taman-taman nasional
Pulau Sumatera. Dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN, menyatakn bahwa Harimau Sumatera ini merupakan satu-satunya sub-spesies
harimau yang masih ada di Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera Tigris
Balica) dan Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) dinyatakan punah.
Manfaat Hewan
Harimau Sumatera atau Panthera tigris sumatrae merupakan satwa endemik
Indonesia. Perlu diketahui jika populasi harimau saat ini hanya tinggal sedikit. sehingga jika
tanpa konservasi, maka harimau akan terancam punah untuk 20 tahun ke depan. Harimau
merupakan jenis kucing terbesar dalam spesiesnya yang bahkan juga lebih besar jika
dibandingkan dengan singa. Selain cetah, harimau juga bisa berlari sangat cepat dan menjadi
urutan karnivora ketiga sesudah beruang kutub dan beruang coklat. Berbeda dengan hewan
predator atau pemangsa lain, harimau umumnya akan memburu mangsa dengan ukuran yang
besar seperti babi, rusa, kijang dan juga kancil. Akan tetapi harimau juga memburu hewan
kecil seperti landak jika memang tidak ada mangsa besar yang bisa diburu. Meski harimau
adalah hewan predator yang sering dianggap menyeramkan oleh manusia, namun sebenarnya
ada manfaat hewan harimau yang sangat penting sebab secara tidak langsung juga akan
berpengaruh pada kehidupan manusia.
1. Sebagai Predator Utama
Harimau merupakan salah satu predator utama yang mengartikan jika harimau juga akan
membangun ekosistem di tempat mereka tinggal. Harimau akan memangsa hewan herbivora
atau pemakan tanaman yang sekaligus juga mencegah kerusakan hutan. Jika hariamu tidak
ada, maka hewan herbivora akan berkembangbiak tanpa kendali yang artinya akan merusak
tanaman dalam hutan. Untuk itulah, harimau juga memiliki andil untuk menjaga
keseimbangan ekosistem sekaligus ada juga manfaat hewan untuk manusia dalam hal ini
adalah harimau.
2. Melindungi Hutan
Keberadaan harimau juga secara tidak langsung memiliki manfaat untuk hutan. Karena
harimau sudah terancam punah, maka pemerintah juga akan membantu untuk melindungi
hutan sebagai tempat tinggal tersebut. Pohon dan tanaman tempat dimana harimau tinggal
akan menyerap karbondioksida sehingga juga berkontribusi terhadap pengurangan
pemanasan global. Melindungi lanskap harimau berarti juga melindungi hutan yang sangat
penting untuk mengurangi karbondioksida sekaligus menghasilkan oksigen.
3. Menjaga Ekosistem
Dengan menyelamatkan harimau, sebenarnya secara tidak langsung kita juga membantu
dalam menyelamatkan ekosistem dan juga habitat hutan yang sangat besar. Sebagai predator
puncak pada rantai makanan di habitatnya, maka jika populasi harimau terus menurun, maka
kestabilan rantai makanan juga akan ikut terganggu dan akhirnya perubahan ekosistem akan
terjadi. Untuk itulah menjaga harimau agar tidak punah menjadi hal penting untuk dilakukan
agar keadaan hutan bisa selalu terjaga dan juga seimbang dimana harimau juga akan
membantu terjaganya kesehatan dari sistem ekologi dan menjaga manfaat rantai makanan
dalam ekosistem.
4. Sebagai Puncak Rantai Makanan
Harimau adalah hewan yang berada dalam puncak rantai makanan dalam hutan sehingga
memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem hutan. Apabila harimau sampai punah,
maka salah satu bagian dari rantai makanan akan punah dan ekosistem pada hutan juga ikut
terganggu.
Manfaat Harimau Lainnya
Selain penting bagi ekosistem dan juga rantai makanan,manfaat sumber daya alam
hewani yakni harimau pada bagian tubuh dari harimau juga bisa dimanfaatkan kembali dalam
manusia. Namun dalam manfaat ini, hal penting yang harus diingat adalah harimau bukanlah
hewan yang bisa diburu hanya karena keserakahan namun ketika harimau tersebut mati, maka
beberapa bagian tubuh dari harimau tersebut baru bisa digunakan. Berikut adalah manfaat
harimau yang bisa digunakan oleh manusia.
5. Sebagai Perhiasan
Seperti yang kita ketahui jika harimau merupakan hewan yang sangat cantik dan beberapa
bagian tubuhnya yang sangat kuta bisa digunakan sebagai perhiasan seperti khasiat taring
macan asli. Kuku dan taring dari harimau bisa digunakan baik untuk perhiasan yang bisa
dipakai seperti liontin dan juga bisa dijadikan hiasan atau pajangan dalam rumah karena
bentuknya yang memang sangat indah.
6. Untuk Pakaian
Salah satu alasan mengapa harimau yang merupakan hewan dilindungi ini semakin banyak
diburu dan terancam punah adalah karena banyak orang yang ingin memiliki bagian kulit
harimau. Kulit harimau tersebut seringkali digunakan untuk banyak kebutuhan mulai dari
pembuatan mantel, karpet, tas dan berbagai kebutuhan komersil manusia lainnya seperti
manfaat bulu domba.
7. Pengobatan
Masyarakat China terkenal dengan berbagai macam pengobatan tradisional alami yang
biasanya memanfaatkan tanaman untuk dijadikan obat tersebut. Akan tetapi ternyata, ada
beberapa bagian hewan yang juga dipergunakan masyarakat China sebagai pengobatan dan
salah satunya adalah tulang harimau yang dianggap bisa mengobati berbagai macam
penyakit.
Jumlah Populasi Saat Ini

Populasi Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatera) tinggal 184 ekor. Jumlah ini
tersebar di empat provinsi, yakni Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Provinsi
Sumatera Barat. Untuk jumlah populasi yang terdata berdasarkan data nilai tengah, kata
Cahya, di perkebunan PT Wira Karya Sakti (WKS) Distrik I, II, dan VIII, jumlah Harimau
Sumatera sebanyak enam ekor. Di PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) Kabupaten
Batanghari, populasi harimau sekitar tujuh ekor dan di Kabupaten Muarojambi sekitar lima
ekor.
Sementara di Kabupaten Merangin, BKSDA provinsi Jambi mengaku tidak
mengetahuinya. Namun demikian, berdasarkan data yang ada, jumlahnya sekitar 166 ekor.
Dari tahun ke tahun, populasi Harimau Sumatera semakin langka. Penyebabnya
seperti alih pungsi lahan dan konflik masyarakat dan satwa.
Penyebab konflik masyarakat dengan satwa itu kata Cahya, karena banyak
yangmembuka pertambangan dan penebangan hutan sehingga membuat satwa merasa
terganggu.
"Sebenarnya kalau wilayah jelajah mereka tidak dirusak sepertinya mereka tidak
mengganggu mereka tidak akan keluar, kalau dirusak mereka mau kemana lagi mencari
makan dan minum," kata Cahya
Siapa yang tak mengenal hewan mamalia predator satu ini. Harimau. Ya, kini
Harimau Sumatera kondisinya saat ini semakin terancam, baik oleh perburuan mauoun
kehilangan habitat akibat konversi kawasan hutan menjadicperkebunan, pemukiman, dan
kegiatan pembangunan lainnya. Salah satu dampak adalah terjadinya konflik antara manusia
dengan harimau yang pada umumnya hariamau menjadi korban dengan dibunuh atau
dikeluarkan dari habitatnya.
Populasi Harimau Sumatera sendiri sekitar 600 harimau untuk di seluruh wilayah
Sumatera. Mereka terancam kepunahan dari berbagai lini seperti, Deforestasi atau
penebangan hutan sebesar 1,8 persen. Kemudian perburuan dan perdagangan sebanyak 810
jerat yang ditemukan dan disita periode 2016-2018 di Sumatera. Bahkan juga dikarenkan
konflik antara manusia dan harimau sebanyak 87 kejadian per 2016-2018 di Sumatera.
Kendati demikian, Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh belum bisa memastikan
berapa jumlah populasi Harimau Sumatera di Provinsi Jambi. Data terakhir yang
diketahuinya, populsi Harimau Sumatera tak sampai mencapai 100 ekor.
"Data konkritnya belum update. Populasi harimau di Jambi ini kan ada di empat
lanskap. Lanskap Berbak itu rentan 15-20 ekor, wilayah Reki sekitar 7 ekor. Untuk Bukit 30
dan Bukit 12 belum pernah dilakukan pengamatan," jelas Rahmad.
Jumlah tersebut lanjutnya, per ekor dibagi atau biasa berada di 100 km persegi dalam
suatu lanskap. Mengenai alasan dua lanskap yang belum dilakukan pengamatan, Rahmad
mengaku terkenda kebiasaan warga asli setempat. "Ya belum pernah dilakukan, karena di
sana itu masih banyak SAD," singkatnya.
Padahal status perlindungan hewan ini memiliki produk hukum secara nasional dalam
UU No 5 tahun 1990 tentang Kkonservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, UU
No 41 tahun 1999, PP No 7 tahun 1999, dan Permen LHK No 106/2018. Bahkan secara
internasional juga memiliki perlindungan hukum CITES Appendix I. Maka dari itu,
diperlukan upaya strategi konservasi seperri di antaranya penguatan riset-eksplorasi
oengetahuan dan pendidikan-pelatihan. Pengelolaan berbasis tapak pada lanskap Harimau
Sumatera. Penguatan perlindungan tingkat taoak melalui satgas, patroki, dan penegakan
hukum.
Upaya konservasi Harimau Sumatera sudah mengalami banyak kemajuan sejak
dirumuskan strategi rencana aksi konservasi Harimau Sumatera (SRAK HARIMAU) 2007-
2017 yang melibatkan berbagai pihak. Saat ini pengelompokan lanskap untuk penerapan
SRAK 2018-2028 yang terkelola di Provinsi Jambi sebanyak 14 landscap.
Lanjut Rahmad Saleh, bahwa SRAK Harimau 2019-2019 perlu segera diselesaikan.
"Jambi memiliki 4 wilayah yang dihuni Harimau Sumatera. Pembuatan SRAK Harimau perlu
segera diselesaikan mengingat ancaman terhadap harimau semakin ringgi," ujarnya
Mengenai kerja sama antarq BKSDA Provinsi Jambi dengan pihak Pemprov Jambi
sejauh ini sudah cukup bagus, dalam hal penanganan konflik anatar harimau dan manusia.
"Kerja sama sudah lebih bagus. Penangan konflik, sebab kira maju bersama tiap KPH,"
tutupnya.

Penyebab Punahnya Harimau

Siapa yang tak mengenal hewan mamalia predator satu ini. Harimau. Ya, kini
Harimau Sumatera kondisinya saat ini semakin terancam, baik oleh perburuan mauoun
kehilangan habitat akibat konversi kawasan hutan menjadicperkebunan, pemukiman, dan
kegiatan pembangunan lainnya. Salah satu dampak adalah terjadinya konflik antara manusia
dengan harimau yang pada umumnya hariamau menjadi korban dengan dibunuh atau
dikeluarkan dari habitatnya.
Deforestasi serta perburuan adalah ancaman besar bagi populasi harimau Sumatera.
Forest Watch Indonesia dalam laporannya menyebutkan bahwa dari tahun 2000 – 2009
pembukaan kawasan hutan Indonesia mencapai 0,37 juta hektar dalam setiap tahunnya.
Sebagian besar hutan yang telah dibuka tersebut dialihfungsikan menjadi perkebunan dan
pertambangan baik yang legal maupun ilegal.
Berkurangnya luasan hutan menyebabkan kebutuhan pokok harimau sebagai satwa
liar terganggu. Menurut Tri Siswo ada beberapa kebutuhan pokok yang harus dipenuhi yaitu
ketersediaan pakan, adanya ruang gerak yang mencukupi agar harimau dapat berperilaku
alami seperti menjelajah dan berkembang biak.
Disamping deforestasi, perburuan harimau juga memiliki andil yang cukup besar
dalam penurunan populasi harimau. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Sheppard dan
Magnus (Traffic Southeast Asia) dari tahun 1998 hingga 2003 diperkirakan setidaknya 253
harimau telah diambil dari habitat aslinya.Kendati demikian, Kepala BKSDA Jambi, Rahmad
Saleh belum bisa memastikan berapa jumlah populasi Harimau Sumatera di Provinsi Jambi.
Data terakhir yang diketahuinya, populsi Harimau Sumatera tak sampai mencapai 100 ekor.
"Data konkritnya belum update. Populasi harimau di Jambi ini kan ada di empat
lanskap. Lanskap Berbak itu rentan 15-20 ekor, wilayah Reki sekitar 7 ekor. Untuk Bukit 30
dan Bukit 12 belum pernah dilakukan pengamatan," jelas Rahmad.
Jumlah tersebut lanjutnya, per ekor dibagi atau biasa berada di 100 km persegi dalam
suatu lanskap. Mengenai alasan dua lanskap yang belum dilakukan pengamatan, Rahmad
mengaku terkenda kebiasaan warga asli setempat. "Ya belum pernah dilakukan, karena di
sana itu masih banyak SAD," singkatnya.
Padahal status perlindungan hewan ini memiliki produk hukum secara nasional dalam
UU No 5 tahun 1990 tentang Kkonservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, UU
No 41 tahun 1999, PP No 7 tahun 1999, dan Permen LHK No 106/2018. Bahkan secara
internasional juga memiliki perlindungan hukum CITES Appendix I. Maka dari itu,
diperlukan upaya strategi konservasi seperri di antaranya penguatan riset-eksplorasi
oengetahuan dan pendidikan-pelatihan. Pengelolaan berbasis tapak pada lanskap Harimau
Sumatera. Penguatan perlindungan tingkat taoak melalui satgas, patroki, dan penegakan
hukum.
Upaya konservasi Harimau Sumatera sudah mengalami banyak kemajuan sejak
dirumuskan strategi rencana aksi konservasi Harimau Sumatera (SRAK HARIMAU) 2007-
2017 yang melibatkan berbagai pihak. Saat ini pengelompokan lanskap untuk penerapan
SRAK 2018-2028 yang terkelola di Provinsi Jambi sebanyak 14 landscap.
Mengenai kerja sama antarq BKSDA Provinsi Jambi dengan pihak Pemprov Jambi
sejauh ini sudah cukup bagus, dalam hal penanganan konflik anatar harimau dan manusia.
"Kerja sama sudah lebih bagus. Penangan konflik, sebab kira maju bersama tiap KPH,"
tutupnya.
Warga Desa Tiangko Panjang, Kecamatan Sungaimanau, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi menemukan seekor harimau sumatera (Pantheratigris sumatrae) mati di areal
pertanian sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kerinci, Jambi. Harimau
yang berasal dari kawasan TNKS tersebut diduga mati kelaparan akibat maraknya perburuan
liar. Bangkai harimau tersebut telah diserahkan warga Desa Tiangko Panjang kepada petugas
Balai TNKS di Kerinci, Rabu (10/4).
Kepala Seksi Wilayah I Balai Besar TNKS Kerinci. Agusman di Kota Sungaipenuh,
Kerinci, Jambi menyatakan masih menyelidiki penyebab kematian harimau sumatera
tersebut. Dugaan kuat hewan langka itu mati kelaparan karena terus diburu dari hutan hingga
lari ke kawasan pertanian penduduk. Rencananya harimau tersebut akan diawetkan.
“Pada badan harimau yang diperkirakan berusia tiga tahun tersebut tidak ditemukan
tanda-tanda kena jerat atau bekas tembakan,” ujarnya, Rabu. Kepala Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Trisiswo Rahardjo menyatakan sangat
prihatin atas terus bertambahnya harimau sumatera yang mati. Menurutnya, punahnya
harimau tersebut sebagian besar akibat kelaparan dan perburuan liar.
“Tahun lalu juga warga Desa Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi, warga
menemukan tiga ekor anak harimau kelaparan di kawasan perkebunan kelapa sawit. Seekor
anak harimau tersebut akhirnya mati,” ujarnya.
Dijelaskan, meningkatnya jumlah harimau sumatera yang mati akibat perburuan liar
dan kerusakan habitat di Jambi menyebabkan populasi satwa langka dilindungi itu semakin
berkurang. Jumlah populasi harimau sumatera yang terpantau BKSDA Jambi saat ini tinggal
sekitar 89 ekor. Sebanyak 43 ekor harimau tersebut terpantau berada di kawasan TNKS
Kerinci dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) wilayah Jambi dan Riau. Sementara
itu di wilayah Distrik I, III, dan VI perusahaan hutan tanaman industr (HTI) PT Wira Karya
Sakti (WKS) terpantau 12 ekor harimau sumatera tahun 2012. Kemudian tahun yang sama
terpantau tiga ekor harimau sumatera di kawasan konservasi PT WKS, Kabupaten
Tanjungjabung Barat, Jambi.
Upaya Pemerintah Melestarikan Harimau di Jambi

Harimau Sumatera atau yang dikenal dalam bahasa Latin sebagai Panthera tigris
Sumatrae adalah salah satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup sampai
saat ini, dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered).
Dibandingkan dengan jenis harimau lainnya di bumi ini, ciri-ciri fisik harimau
Sumatra memiliki perbedaan cukup signifikan. Pertama, harimau Sumatra memiliki tubuh
relatif paling kecil dibanding dengan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.
Kedua, harimau Sumatera pada jenis kelamin jantan dewasa bisa memiliki tinggi
hingga 60 cm, panjang dari kepala hingga kaki 250 cm, berat 140 kg. Sementara pada jenis
kelamin betina dewasa memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg. Ketiga,
warna kulit harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari
kuning kemerah-merahan hingga oranye tua.
Sedang dua kerabatnya, yakni harimau Bali (Panthera tigris Balica) dan harimau Jawa
(Panthera tigris Sondaica) sudah lama hilang jejaknya dari alam tempat mereka hidup. Hari-
mau Bali telah dinyatakan punah sejak tahun 1940-an, sedangkan saudaranya harimau Jawa
dinyatakan sudah tak terlihat lagi sejak tahun 1980-an.
Menurut International Union for the Conservation on Nature (IUCN), nasib harimau
Sumatra kini berada di ujung tanduk, sehingga badan ini mengkategorikannya sebagai spesies
yang sangat terancam punah. Pada awal 2016, IUCN memperkirakan jumlah harimau
Sumatra hanya ada 300-400 ekor di alam liar, dengan sekitar 200-250 ekor berada di kebun
binatang di seluruh dunia.
Banyaknya peminat barang-barang yang terbuat dari kulit harimau asli pun menjadi
salah satu ancaman yang sulit dihindari, sekali pun telah diatur dalam UU Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati pasal 21 poin (d) yang berbunyi: Setiap
orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-
bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa
tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam dan di
luar Indonesia. Bagi yang melanggar hukum ini dijatuhi sanksi pidana maksimal 5 tahun
kurungan dan maksimum denda sebesar Rp. 100 juta.
Bersamaan dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki
wilayah yang lebih dekat dengan manusia di kawasan pinggir hutan dan perkebunan dan
seringkali dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat per-
jumpaan tanpa sengaja dengan manusia. Hal inilah yang kerap menimbulkan konflik antara
manusia dan harimau Sumatera.
Saat ini, harimau Sumatra memang berada di ujung kepunahan karena hilangnya
habitat secara tak terkendali. Berkurangnya jumlah spesies mangsa dan akibat perburuan
yang dilakukan secara massif. Belum lagi adanya perdagangan ilegal pada produk harimau
Sumatra dan bagian badannya yang sempat marak beberapa waktu lalu.
Laporan tahun 2008 yang dikeluarkan TRAFFIC -program kerja sama WWF dan
lembaga konservasi dunia, IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar- menemukan
adanya pasar ilegal yang berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatra
yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau. Laporan tersebut mengungkapkan,
paling sedikit 50 harimau Sumatera telah diburu setiap tahun dalam kurun waktu 1998-2002.
Meski pemerintah Indonesia telah melakukan penindakan tegas, namun upaya perburuan
secara ilegal ini masih saja marak terjadi.

Upaya Menyelamatkan Harimau Sumatera


Pada peringatan Global Tiger Day (Hari Harimau Sedunia) yang selalu jatuh pada
tanggal 29 Juli, kiranya menggugah kesadaran kita kembali akan pentingnya manusia
menyelamatkan harimau Sumatera yang tersisa. Indonesia harus berusaha keras memenuhi
kesepakatan yang tertuang dalam The St. Petersburg Declaration on Tiger Conservation di
mana Indonesia terlibat di dalamnya, yakni bahwa dunia akan berupaya untuk meningkatkan
populasi harimau yang ada sekarang hingga dua kali lipat pada tahun 2022.
Peran penting harimau dalam ekosistem disebutkan jelas dalam deklarasi tersebut,
bahwa predator ini adalah salah satu indikator penting ekosistem yang sehat. Rusaknya
ekosistem tidak hanya berdampak pada kepunahan harimau, tetapi juga hilangnya ke-
anekaragaman hayati.
Menurut hemat kita, ada beberapa langkah strategis yang patut dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat dalam upaya menyelamatkan harimau Sumatra adalah:
Pertama, perlindungan dan pemulihan kawasan yang berfungsi sebagai habitat dan
koridor atau penghubung antar habitat. Adanya kawasan hutan konservasi harus bisa
menjamin kelangsungan hidup habitat harimau Sumatera. Setiap pembalak liar dan pemburu
ilegal harus ditindak secara tegas. Juga perlu diadakan patroli perlindungan hutan dan
rehabilitasi kawasan terdegradasi secara kolaboratif oleh pemerintah bersama pihak swasta
dan mayarakat.
Kedua, penataan ruang lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan, termasuk
evaluasi rencana tata ruang wilayah, rencana penggunaan lahan maupun rencana pem-
bangunan daerah. Harus jelas peruntukan setiap lahan, termasuk lahan untuk konservasi
hutan yang tidak boleh dijarah lagi oleh pihak pengembang perkebunan atau industri lainnya.
Harus ada penegasan kembali antara hutan industri produktif dan hutan konservasi alam, se-
hingga tidak terjadi lagi tumpang tindih kepentingan dalam pengelolaan hutan.
Ketiga, perlindungan dan pemantauan populasi harimau Sumatera secara intensif,
termasuk patroli anti perburuan liar oleh Polisi Hutan dan masyarakat. Pemantauan ini dapat
dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah misalnya dengan menggunakan alat-alat tertentu,
seperti camera trap. Patroli juga dapat mengintensifkan pelibatan masyarakat sekitar hutan se-
bagai wujud tanggungjawab pada kelestarian lingkungan hutan.
Keempat, penanganan konflik antara harimau dengan manusia, misalnya dengan
penguatan sumber daya manusia (pemerintah dan masyarakat). Sumber daya manusia yang
kuat dan ahli diharapkan akan mampu menangani setiap konflik yang timbul antara manusia
dan harimau Sumatra, juga sigap melakukan translokasi harimau Sumatra dari daerah-daerah
rawan konflik ke daerah lain yang lebih aman.
Kelima, adanya peningkatan kesadaran masyarakat dan penguatan efektivitas
penegakan hukum, misalnya dengan pembentukan team penanggulangan perburuan dan
perdagangan hewan liar seperti harimau Sumatra. Pemerintah juga harus meningkatkan
kinerja aparat penegak hukum di bidang kehutanan, peningkatan kualitas SDM di bidang
tindak pidana kehutanan dan satwa liar, dan secara intensif melakukan penyuluhan dan
edukasi kepada masyarakat yang tinggal di pinggir hutan untuk tetap selalu mementingkan
kelestarian habitat hutan dan harimau Sumatra.
Kita tentu tidak ingin kehilangan lagi jenis harimau Sumatra yang tersisa di bumi
Indonesia ini. Hilangnya spesies harimau Jawa dan harimau Bali di masa lalu, cukuplah
menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita semua untuk tidak mengulangi kesalahan yang
sama di masa kini. Harimau Sumatra, bagaimana pun adalah peninggalan satwa liar yang
paling berharga untuk anak cucu kita kelak. Sudah sepatutnya upaya keras bersama kita,
pemerintah dan masyarakat, harus terus ditingkatkan untuk melestarikan harimau Sumatra
yang nilainya tak terhingga itu.

Anda mungkin juga menyukai