SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Vanessa Swandivia Anwar
Nim : 1602122898
DISETUJUI OLEH:
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE, M.Si Dr. Yusni Maulida, SE, M.Si
NIP. 19640609 198903 2 001 NIP. 19670625 199303 2 001
ii
LEMBAR ORISINALITAS SKRIPSI
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Srategi Pengembangan Industri Kerajinan Tenun Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus
Rumah Tanjak Melayu)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti ujian sarjana pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
Selama mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, saran, pemikiran, semangat, dan doa. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Riau.
2. Ibu Dr. Yusni Maulida, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Bapak Nobel Aqualdo, SE,
M. Ec selaku sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau, dan Ibu Rahmita B. Ningsih, SE, M. Hum selaku
Koordinator Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Riau.
3. Ibu Mardiana SE, M.si sebagai Pembimbing I dan Ibu Hilmah Zuryani SE,
M.Ec selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan,
waktu, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Indri Yovita, SE, M.Si selaku Penasehat Akademis penulis selama
menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pelayanan selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
6. Serta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, BPS
Kota Pekanbaru, dan Ibu Yusmaneli selaku pelaku usaha Rumah Tanjak
Melayu di Kota Pekanbaru atas kesediaan bantuannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iv
7. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis yang sangat penulis cintai,
Ayahnda Deswan Anwar dan Ibunda Silvia Nora yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang, motivasi dan semangat dan terlebih lagi doa di dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi maka penulis mengharap saran
dan kritik dalam penyempurnaan tulisan ini.
v
ABSTRAK
Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Tenun di Kota Pekanbaru (Studi Kasus
Rumah Tanjak Melayu)
Oleh :
Vanessa Swandivia Anwar
Dibawah bimbingan (1) Mardiana, SE, M. Si dan (2) Hilmah Zuryani, SE, M.Ec
Kata Kunci : Industri Kerajinan Tenun, Analisis SWOT, Matriks IFAS, Matriks EFAS,
Strategi SO.
vi
ABSTRACT
By :
Vanessa Swandivia Anwar
Supervised by (1) Mardiana, SE, M. Si and (2) Hilmah Zuryani, SE, M.Ec
Songket and tanjak in Pekanbaru city is quite a development. Each company has
its own strategy in controlling the market so that the occurrence of competition is very tight,
therefore Rumah Tanjak Melayu which has the investment value and the least production
value needs a development strategy in order to compete with other companies to attract
customers and get satisfaction from customers, therefore the company must be able to make
the right development strategy.
This study aims to analyze internal factors, external factors and strategies for the
development of malay home handicraft industry in Pekanbaru City. The data used is
primary data from Rumah Tanjak Melayu industry through questionnaires and live
interviews and secondary data sourced from Pekanbaru City Disperindag, Pekanbaru City
BPS and Pekanbaru City Regional Revenue Agency. The methods used in this research are
qualitative descriptive analysis and SWOT analysis. Instruments used to analyze the
development strategy of Rumah Tanjak Melayu handicraft industry using IFAS matrix,
EFAS matrix, SWOT diagram and SWOT matrix analysis.
The results of this study showed that rumah Tanjak Melayu weaving handicraft
industry is in quadrant 1 supporting aggressive policies with SO (Strenghts-Opportunities)
strategy.
Keywords : Weaving Craft Industry, SWOT Analysis, IFAS Matrix, EFAS Matrix, SO
Strategy.
vii
DAFTAR ISI
viii
5.3.1 Lingkungan Internal ........................................................................ 53
5.3.2 Lingkungan Eksternal ..................................................................... 57
5.4 Analisis Matriks SWOT .............................................................................63
5.5 Pembahasan ................................................................................................66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 69
6.1 Kesimpulan................................................................................................69
6.2 Saran ..........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 PDRB Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Milliar Rupiah) Tahun 2015-2019 ....................................................2
1.2 Data Industri Kerajinan Tenun Songket dan Tanjak Melayu di Kota
Pekanbaru .......................................................................................................5
1.3 Data Penjualan Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun 2015 –
2020 ................................................................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu .....................................................................................24
3.1 EFAS ............................................................................................................39
3.2 IFAS ..............................................................................................................40
3.3 Matriks SWOT..............................................................................................41
3.4 Kriteria Tanggapan Responden ....................................................................42
4.1 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Tahun 2019 ...........................................................................45
4.2 Jenis-Jenis Tanjak Melayu Riau ...................................................................48
5.1 Biaya Investasi Tetap Rumah Tanjak Melayu ..............................................52
5.2 Analisis Matriks IFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru .............................................................56
5.3 Analisis Matriks EFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru .............................................................61
5.4 Analisis Matriks SWOT ...............................................................................65
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
pengaruh yang sangat besar serta mampu menciptakan peluang kerja yang luas bagi
masyarakat.
ekonomi. Oleh karena itu, sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi
terhadap PDB, tenaga kerja yang terserap, serta sumbangan komoditi industri
terhadap ekspor barang dan jasa yang mengalami perbaikan atau sebaliknya (
Arsyad, 2004)
1
Berikut adalah tabel perkembangan PDRB Kota Pekanbaru atas dasar
harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2015-2019 :
Tabel 1.1: PDRB Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Milliar Rupiah) Tahun 2015-2019
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian,
Kehutanan dan 1314,81 1509,89 1621,66 1731,41 1836,33
Perikanan
Pertambangan dan
16,23 19,00 20,71 21,32 20,68
Penggalian
Industri
16705,11 18417,24 20099,48 21336,33 22912,46
Pengolahan
Pengadaan Listrik
148,09 183,14 205,16 212,26 273,95
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
13,35 14,29 15,54 15,62 16,11
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi 24763,48 27187,12 29989,75 32882,12 35926,79
Perdagangan
24520,35 27348,38 30811,64 33091,74 37412,37
Besar dan Eceran
Transportasi dan
2105,08 2335,05 2548,80 2727,54 2896,24
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 1819,51 1941,72 2027,90 2416,48 2203,51
Makan Minum
Informasi dan
1818,25 1953,26 2102,40 2275,46 2550,76
Komunikasi
Jasa Keuangan
2971,44 3294,18 3290,52 3587,42 3651,32
dan Asuransi
Real Estat 2404,18 2580,85 2675,16 2773,17 2959,10
Jasa Perusahaan 15,37 16,76 18,92 21,04 23,41
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan da 2751,63 2817,61 2392,02 3010,11 3130,41
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 956,88 1029,18 112,51 1171,98 1262,30
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan 408,61 447,50 487,08 539,52 621,26
Sosial
Jasa Lainnya 904,61 1034,14 1154,18 1257,07 1414,83
PDRB 83663,98 92129,33 101113,42 108848,58 119111,8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2020
2
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah
barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu
daerah. Tinggi rendahnya kemakmuran suatu daerah dapat diketahui melalui PDRB
daerah tersebut. Perhitungan PDRB disajikan untuk melihat seberapa besar sektor-
daerah.
Pekanbaru.
Salah satu jenis industri yaitu industri kreatif. Menurut Simatupang (2007)
yang berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas, dan bakat yang dimiliki
individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini aka
berfokos untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu.
3
yaitu; Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Fashion,
dan Percetakan, Layanan Komputer dan Peranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset
bernilai tambah tinggi dan menyerap tenaga kerja cukup banyak. Macam-macam
industri kerajinan terdiri dari kayu, logam, kulit, kaca, keramik, dan tekstil. Industri
kerajinan tekstil di Kota Pekanbaru yang menjadi produk unggulan dari tenun
adalah songket dan tanjak. Songket dan tanjak di Kota Pekanbaru cukup mengalami
saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti
sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala.
Tanjak merupakan salah satu hasil dari tenun yang dapat digunakan sebagai busana
untuk menutup bagian kepala lelaki. Tanjak mempunyai syarat, pertama harus
terbuat dari bahan kain, kedua berasal dari kain segi empat, di lipat menjadi kain
segi tiga. Tanjak juga memiliki tapak pada lipatan pertama, sedangkan lipatan kedua
dan seterusnya bernama bengkong. Bagian yang paling penting dalam Tanjak
adalah harus memiliki simpul. Untuk melestarikan budaya melayu agar lebih meluas
ini.
4
Berikut adalah tabel industri kerajinan tenun songket dan tanjak melayu di
Kota Pekanbaru :
Tabel 1.2 : Data Industri Kerajinan Tenun Songket dan Tanjak Melayu di
Kota Pekanbaru
Tenaga Nilai Kapasitas Produksi Nilai
Nama
No Kerja Investasi Produksi
Perusahaan
(org) (Rp.000) Jumlah Satuan (Rp.000)
1. Wan Fitri 50 350.000 250 Lembar 2.040.000
2. Wan Hamidah 3 21.000 5 Set 168.000
3. Encik Hasanah 5 60.000 15 Lembar 94.800
4. Salbiah 4 48.000 12 Set 288.000
5. Juli Lastika 1 7.000 4 Lembar 22.200
6. Yati 1 7.000 4 Lembar 32.400
7. Mariana 3 21.000 9 Set 162.000
8. Zurina 1 12.000 3 Set 38.400
9. Dayang Daepa 9 55.000 10 Lembar 399.600
10. Heni Afriani 3 21.000 7 Lembar 318.000
11. Desi 1 8.000 5 Lembar 28.800
12. Winda 25 177.400 75 Lembar 720.000
13. Winda 10 70.000 30 Lembar 288.000
14. Mis 6 42.000 23 Lembar 176.400
Tampuk
15. 20 140.000 35 Lembar 234.000
Manggis
16. Junaida 1 12.000 3 Lembar 43.200
Rumah Tanjak
17. 3 4.000 3 Lembar 21.000
Melayu
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 2020
Dari tabel 1.2 diatas terlihat bahwa berdasarkan nilai investasi yang paling
tinggi adalah Wan Fitri yaitu Rp 350.000.000 sedangkan yang paling rendah adalah
Rumah Tanjak Melayu Riau yaitu Rp 4.000.000, begitu juga dengan nilai produksi
yang paling tinggi adalah Wan Fitri yaitu Rp 2.040.000.000 sedangkan yang paling
rendah adalah Rumah Tanjak Melayu yaitu Rp 21.000.000 dalam setahun. Nilai
terjadinya persaingan yang sangat ketat, oleh karena itu Rumah Tanjak Melayu yang
5
memiliki nilai investasi dan nilai produksi yang paling kecil sehingga perlu strategi
Berikut data penjualan dari Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun
2015-2020 :
Tabel 1.3 : Data Penjualan Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun
2015-2020.
Jenis Produk Total Penjualan Harga per Pcs (Rp)
Tahun Tanjak (Rp) Songket (Rp) per Tahun (Rp) Tanjak Songket
(Rp) (Rp)
2015 198.000.000 10.000.000 208.000.000 55.000 125.000
2016 211.200.000 10.500.000 221.700.000 55.000 125.000
2017 231.000.000 12.750.000 243.750.000 55.000 125.000
2018 240.000.000 12.000.000 252.000.000 50.000 125.000
2019 222.000.000 10.080.000 232.080.000 50.000 120.000
2020 90.000.000 6.000.000 96.000.000 50.000 120.000
Sumber : Data Olahan 2020
Dari tabel 1.3 dapat dilihat penjualan Rumah Tanjak Melayu paling tinggi
terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp 252.000.000 sedangkan yang paling sedikit
terjadi pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp 96.000.000. berdasarkan data total
penjualan terlihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2018
dapat bersaing satu dengan yang lainnya untuk menarik pelanggan dan
mendapatkan kepuasan dari pelanggan, oleh karna itu perusahaan harus bisa
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sedang atau akan dihadapi
6
internal, sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi oleh penilaian eksternal
(Dyson,2004).
dilakukan oleh Abdul, dkk (2019), Mita, dkk (2014), Riskie dan Andri (2018),
Arista (2018), Jaya (2015), oleh karena itu peneliti menggunakan analisis SWOT
untuk mengetahui strategi yang tepat dalam mengembangkan kerajinan tenun dan
ketat ini, suatu industri atau perusahaan harus mampu bersaing dan bertahan dalam
pasar tersebut, bahan baku yang digunakan terbatas, promosi yang kurang, jumlah
tenaga kerja yang terbatas akan menghasilkan kapasitas produksi yang terbatas
pada event-event tertentu. Oleh karena itu strategi pengembangan Rumah Tanjak
bertahan dan bersaing dengan industri lain. Dengan melakukan analisis lingkungan
7
1.2 Rumusan Masalah
diteliti yaitu :
1. Apa saja faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi
2. Apa saja faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi
di Kota Pekanbaru?
di Kota Pekanbaru
Tanjak Melayu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri adalah usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
misalnya transport atau perkembangan yang menggunakan modal atau tenaga kerja
dalam jumlah relative besar. Badan pusat statistik (BPS) membedakan skala industri
menjadi empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha yaitu:
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan atau hasil budidaya
9
serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup.
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pembangunan industri.
10
2.2 Klasifikasi Industri
a. Industri Dasar Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam
dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk
dalam IMLD atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api,
kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industry silikat dan
modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak
besar.
b. Aneka industri (AL) Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri
yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya
kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah
dan tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta
barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,
11
percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan
umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan
tahun 2009 Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan
pengetahuan, dan ide dari manusia sebagai aset untuk membuat perekonomian
bergerak maju. Konsep ekonomi kreatif ini sudah terbukti dapat mengembangkan
dan sektor lainnya. Jika terus begini sektor perekonomian di Indonesia bisa semakin
12
dan Percetakan, Layanan Komputer dan Peranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset
perusahan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan efisien,
pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Strategi
sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan
aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk
Menurut Tjiptono (2006) istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu
strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi
juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan
13
militer pada daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.. Sedangkan
menurut Pearce II dan Robinson (2008), strategi adalah rencana berskala besar,
A. Tingkatan Strategi
atas tiga tingkatan yaitu: tingkat korporat, tingkat bisnis, dan tingkat fungsional.
1. Tingkat korporat
bertanggung jawab atas pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan seperti
refleksi pandangan pemegang saham dan masyarakat luas pada perusahaan multi
bisnis, harus ditentukan jenis bisnis yang akan dimasuki, arah dan maksud
didirikannya perusahaan.
2. Tingkat bisnis
dengan menerjemahkan arah dan maksud pada tingkat korporat menjadi strategi
bersaing pada tingkat bisnis yang telah dipilih. Pada tingkat ini harus ditentukan
segmen dari keseluruhan pasar yang akan diperoleh dan dipertahankan sebagai
keunggulan kompetitif.
14
3. Tingkat fungsional
strategi jangka pendek pada bidang produksi, pemasaran, operasi, penelitian dan
pengembangan, keuangan dan akuntasi serta personalia. Pada tingkat korporat dan
bisnis memusatkan perhatian pada efektifitas yaitu melakukan hal yang benar.
produk atau jasa saat ini kepada konsumen di segmen pasar yang baru
c) Strategi inovasi
15
dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan
merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan
1) Manajemen
2) Pemasaran
3) Keuangan/Akuntansi
16
ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal
4) Produksi/Operasi
17
sebelum pesaing melakukannnya untuk memperbaiki kualitas
menurunkan biaya.
faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada
Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh
1) Lingkungan Jauh
faktor- faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan
a) Faktor Ekonomi
18
masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi,
b) Faktor Sosial
pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan
Robinson 1997).
c) Faktor Politik
19
bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut cenderung
pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat
Robinson 1997).
d) Faktor Teknologi
2) Lingkungan Industri
20
2.5 Konsep Tanjak
Tanjak dendam tak sudah ini memiliki makna seseorang yang bekerja
keras demi melindungi anaknya, terlihat dari bentuk bagian atas tanjak,
dari tanjak elaang menyongsong angin, pial ayam atau jengger yang
dibagian lambayan atasnya yang mirip seperti kepak elang yang patah
21
e. Tanjak Pari mudik
Tanjak Pari mudik dibagian atas tanjak yang di bentuk patah kebawah
yang menyerupai ikan pari memiliki makna sikap rendah hati kepada
sesama.
berorientasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan
memeberikan suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan
pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang mungkin bisa terjadi dimasa-masa yang akan datang.
22
1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
strategi perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan agar
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini
Matriks Faktor Internal merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan juga
area tersebut. Matriks ini disusun untuk menentukan seberapa baik keadaan internal
perusahaan, dilihat dari kekuatan dan kelamahan yang dimiliki. Matriks Faktor
23
perusahaan. Matriks ini disusun untuk menentukan seberapa baik perusahaan dalam
24
meliputi pengembangan
tenaga kerja yang
dilaksanakan dengan
memberikan pelatihan,
perencanaan SDM
berdasarkan pada kebutuhan
dan kompensasi berupa upah.
Promosi pernah dilakukan
pada pestival budaya, hasil
produksi berupa kain tenun,
dengan harga yang bervariasi
sesuai bahan baku. Usaha
dijalankan dengan sumber
dana yang berasal dari modal
sendiri dan bantuan, serta
tidak memiliki pembukuan.
Dari analisis SWOT dapat
diketahui bahwa produk yang
dihasilkan adalah produk
yang berciri khas sehingga
dapat dijadikan kekuatan
untuk menangkap peluang
pasar dengan jumlah pesaing
yang cukup tinggi.
3. Muhammad Arifin Analisis Hasil penelitian
Yusuf (2016) SWOT menggunakan SWOT dari
Analisis SWOT penilaian IFAS pada batik
untuk Menentukan Merak Manis dengan
Strategi klasifikasi industri batik large
Pengembangan sebesar 3,12. Penilaian IFAS
Industri Batik pada batik Putra Laweyan
dengn klasifikasi industri
batik medium sebesar 3,13.
Penilaian EFAS pada batik
Merak Manis dengan
klasifikasi industri batik large
sebesar 2,97. Penilaian EFAS
pada batik Putra Laweyan
dengan klasifikasi industri
batik medium sebesar 3,01.
Penilaian EFAS pada batik
Marin dengan klasifikasi
industri batik small sebesar
0,82. Berdasarkan hasil
analisis SWOT, industri batik
yang berada di Kecamatan
25
Laweyan yaitu industri batik
Merak Manis, industri batik
Putra Laweyan dan Marin
telah berada di jalur yang
sudah tepat dengan terus
melakukan peningkatan
dalam penjualan.
26
make this service accessible
to the majority of crafters and
not only a handful, as is
currently the case.
Government can also
establish a newsletter or
electronic newsletter
targeted mainly at craft
retailers, in which the
various craft producers are
listed. This could be useful
for craft retailers to identify
craft producers and to gain
their contact details. It is
imperative that such a
marketing vehicle target not
only a few but the majority of
craft producers so that as
many craft retailers as
possible have a chance to
appear in the newsletter.
5. Kiki Joesyiana Analisis hasil penelitian bahwa
(2017) strategi SWOT penilaian responden
pengembangan terhadap faktor internal
industri rumah usaha tas rajut industri
tangga di pengelolaan kreatifitas tas
kota pekanbaru rajut
sebagai berikut adalah :
(studi kasus usaha
1. Keuangan, Variable
tas rajut industri keuangan terdiri dari
pengolahan indikator memiliki modal
kreatifitas tali kur) usaha dan
cukup memiliki
laba/keuntungan yang
memiliki indikator kekuatan
dalam
faktor internal, sedangkan
indikator sistem administrasi
keuangan yang masih
sederhana merupakan
indikator kelemahan dalam
faktor internal.
2. Sumber Daya Manusia,
Identifikasi faktor sumber
daya manusia meliputi
27
kompensasi, pelatihan dan
pengembangan serta
perekrutan dan penempatan
karyawan. Selain itu tingkat
pendidikan dan keterampilan
serta keahlian tenaga
kerja industri juga ikut
mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produk. Aspek
Produksi, Kegiatan produksi
dari suatu bisnis terdiri atas
semua aktivitas
yang mengubah input
menjadi barang dan jasa.
Kegiatan produksi
berhubungan
dengan input, transformasi,
dan output yang bervariasi
antar industri dan pasar.
4. Pemasaran dan Promosi,
Pemasaran adalah tindakan–
tindakan yang diperlukan
untuk menyampaikan barang
produksi dari tangan
produsen ke konsumen, baik
secara langsung maupun
tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisis
SWOT yang dilakukan
penulis, diperoleh strategi
yang
dapat digunakan dalam
pengembangan usaha tas
rajut di Kota Pekanbaru yaitu
strategi agresif. Strategi
agresif lebih fokus kepada
strategi S-O Dengan
menggunakan strategi S-O
Penulis mendapatkan hasil
temuan atau strategi yang
dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha tas
rajut di Kota Pekanbaru yaitu
peningkatan keahlian
28
SDM, peningkatan aktivitas
promosi dan diversifikasi
produk.
29
serta membuka akses pasar
bagi produk-produk industri.
8. Abdul Rahman Analisis Berdasarkan analisis
Suleman, (2019) Swot, lingkungan ekternal
Strategi Analisis Singengu Textile diperoleh
Pengembangan Internal dan hasil perhitungan matriks
Usaha Tenun Eksternal, EFE sebesar 2,5. Sedangkan
Songket Motif Matriks dari hasil analisis lingkungan
Tradisional SWOT. internal Singengu Textile
Singengu Textile diperoleh hasil perhitungan
matriks IFE sebesar 2.6.
Berdasarkan
hasil analisis General
Strategy Matrik diperolah
bahwa Singengu Textile
berada pada kuadran I yaitu
berada pada
strategi pertumbuhan agresif
(growth oriented strategy).
Sehingga alternative strategi
yang tepat diterapkan adalah
strategi penetresi pasar,
pengembangan pasar, dan
memelihara mutu produk dan
meningkatkan pelayanan.
Ketiga
strategi ini dibagi menjadi
lima yaitu meningkatkan
promosi penjualan, membuat
variasi harga, memelihara
mutu
produk dan meningkatkan
pelayanan, menambah jenis
produk, dan membuat
segmentasi pasar baru
Sumber : Data Olahan Peneliti 2020
deskriptif, data tersebut dikumpulkan dan diolah sehingga menjadi suatu gambaran
30
dianalisis menggunakan metode SWOT. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat
Startegi pengembangan
usaha
31
BAB III
METODE PENELITIAN
digunankan dalam penelitian ini terhitung dari bulan Februari 2020 hingga selesai.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
didapatkan dari kuesioner, wawancara. Data ini berupa faktor internal dan
b. Data Sekunder
32
3.3 Populasi dan Sampel
b. Populasi
atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
c. Sampel
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu
oleh peneliti untuk mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan pada
33
a. Observasi
b. Wawancara
langsung atapun tidak langsung yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
c. Kuisioner
eksternal yang dimiliki oleh usaha kerajinan tenun rumah tanjak melayu
di Kota Pekanbaru.
SWOT. Metode analisis deskriptif digunakan untuk analisa faktor pendorong dan
dari responden akan dijabarkan dengan metode penilaian terhadap keadaan atau
34
kondisi tentang rumah tanjak melayu riau. Pengambilan keputusan strategi selalu
berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan yang ada baik secara internal
(Rangkuti, 2015)
1. Analisis Deskriptif
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada
2. Analisis SWOT
35
Gambar 3.1 : Analisis SWOT
Berbagai
Peluang
Kelemahan Kekuatan
Internal Internal
Ancaman
memiliki peluang dan kekuatan, sehingga pada posisi ini perusahaan harus
Kuadran 2 : Pada posisi ini perusahaan memiliki ancaman, namun masih ada
kekuatan dari segi internal sehingga ancaman tersebut dapat diatasi dengan
kekuatan yang ada. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah strategi diversifikasi
jangka panjang.
sehingga perusahaan harus memilih strategi yang tepat agar kelemahan yang ada
tidak mengurangi peluang besarnya. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah
36
Kuadran 4: Posisi ini merupakan posisi yang sangat merugikan karena perusahaan
harus menghadapi berbagai ancaman dengan kondisi internal yang lemah. Strategi
analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan
keputusan. Pada tahap pertama yaitu tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi
faktor eksternal maupun internal untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Tahap
selanjutnya adalah tahap analisis dimana pada tahap ini terdapat beberapa model
alat analisis yaitu; matrik tows, matrik BCG, matriks internal-eksternal, matriks
space, dan matriks grand strategi. Semakin banyak matrik yang digunakan dalam
analisis, maka analisis yang dilakukan akan semakin akurat. Tahap terakhir proses
pada tahap ini dapat digunakan matrik perencanaan strategis kuantitatif untuk
skala angka 1,0 (sangat penting) sampai 0,0(tidak penting). Hal ini perlu
37
dilakukan karena faktor-faktor yang telah disusun dapat memberikan dampak
peluang diberikan nilai rating positif yang artinya semakin besar peluang diberi
rating +4, namun jika peluangnya kecil diberi rating +1. Pemberian rating
besar diberi rating 1 dan sebaliknya ketika nilai ancamannya sedikit diberi
rating 4.
4) Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor
pembobotan.
38
Tabel 3.1 : EFAS
Faktor-faktor Startegi Bobot Rating Bobot x Rating
Eksternal
Peluang :
Tentukan 5-10 peluang
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu
Ancaman:
tentukan 5-10 ancaman
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu berdasarkan hasil
observasi
TOTAL
Sumber : Rangkuti,2014
internal dalam Strength and Weakness. Tahapan penyusunan tabel IFAS adalah:
4) Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
39
5) Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Kekuatan :
Tentukan faktor-faktor
yang menjadi kekuatan
internal kerajinan tenun
rumah tanjak melayu
Kelemahan :
Tentukan kelemhan
internal dalam
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu berdasarkan hasil
observasi
TOTAL
Sumber : Rangkuti, 2014
data atau informasi tersebut untuk merumuskan strategi. Alat yang digunakan untuk
secara jelas bagaimana peluang ancaman eksternal yang dihadapi sutu perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT
40
Tabel 3.3 : Matriks SWOT
IFAS STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan
internal
EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan stratei yang
faktor peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan untuk
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2005
Keterangan:
a) Strategi SO
b) Strategi ST
c) Strategi WO
d) Strategi WT
41
Tabel 3.4 : Kriteria Tanggapan Responden
No Skor Indeks Konversi Kriteria
1 1 -2 Tidak Baik
2 2 -1 Kurang baik
3 3 0 Netral
4 4 1 Baik
5 5 2 Sangat Baik
Sumber : Sugiyono,2011
koordinat dari total nilai faktor internal dan faktor eksternal yang sudah
42
BAB IV
Sebagai ibu Kota Provinsi Riau, Kota Pekanbaru memiliki luas wilayah
632,26 Km2 dan memiliki posisi yang strategis karena terletak ditengah-tengah
Pulau Sumatra, sehingga menjadi jalur lintas antar kota-kota lainnya dibagian
barat, utara dan selatan. Secara geografis Kota Pekanbaru berada pada posisi
101o14’-101o34’ bujur timur dan 0o25’-0o45’ lintang utara dan berada pada
Siak dan Kabupaten Pelalawan, kemudian disebelah Selatan dan Barat berbatasan
24,88%, dan 20,38%. Dilihat dari ketinggian wilayah tiap kecamatan, Tenayan
dengn wilayah tersendah yang hanya berkisar 4 meter diatas permukaan laut.
Penduduk merupakan subjek dan objek dari pembangunan, hal ini karena
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia dan harapan hidup,
43
penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk
di Kota Pekanbaru sama halnya seperti daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai
manusia yang berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan sulit
pendatang yang berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dan Provinsi lain di
tarik masyarakat untuk menetap disekitar pusat-pusat Kota. Letak Kota Pekanbaru
Pulau Sumatra.
Penduduk kota Pekanbaru pada tahun 2019 bersumber dari hasil registrasi
berdasarkan hasil proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik adalah 1.149.359
Kecamatan Tampan, Tenayan Raya, dan Marpoyan Damai adalah wilayah dengan
jumlah penduduk paling banyak. Jika dibanding dengan luas wilayah, terlihat bahwa
44
Berikut adalah jumlah penduduk Kota Pekanbaru menurut Kelompok Umur
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Tahun 2019
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan
0-4 58.308 53.278 111.586
5-9 52.334 48.466 100.800
10-14 47.214 43.509 90.723
15-19 53.290 54.542 107.832
20-24 62.901 61.167 124.068
25-29 55.012 52.451 107.463
30-34 49.350 47.435 96.785
35-39 46.167 44.990 91.157
40-44 43.315 41.236 84.551
45-49 38.044 33.592 71.636
50-54 28.983 25.804 54.787
55-59 21.250 20.055 41.305
60-64 13.734 12.324 26.058
65+ 16.397 18.211 34.608
Total 586.299 557.060 1.149.359
Sumber : BPS Kota Pekanbaru 2020
4.3 Ketenagakerjaan
pertumbuhan penduduk tinggi maka akan tinggi pula penyediaan tenaga kerja.
Penawaran kerja yang tinggi tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup
data hasil oleh Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas) adalah sebanyak 55.065
jiwa, yang terdiri dari 338.153 laki-laki dan 219.912 perempuan. Dari angkatan
kerja tersebut ada sebanyak 514.200 penduduk yang bekerja, sedangkan sisanya
45
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Pekanbaru tahun 2019
sebesar 66,12% dan tingkat pengangguran sebesar 7,86%. Artinya dari 100
penduduk usia kerja 66 orang diantaranya berpartisipasi aktif di dunia kerja, dan
sebesar 7,86% dari jumlah angkatan kerja adalah pengangguran. Angka ini
barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh
daerah dapat diketahui melalui PDRB daerah tersebut. Perhitungan PDRB ini dibagi
menjadi dua yaitu berdasarkan harga konstan dan berdasarkan harga yang berlaku,
perhitungan berdasarkan harga konstan yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan
dihitung berdasarkan harga tahun yang berlaku pada tahun perhitungan. Perhitungan
Tenun adalah salah satu jenis kriya Nusantara yakni kriya textile. Menurut
(Bastomi,2000) kata lain dari kriya adalah karya atau kerja. Kriya merupakan seni
yang mengutamakan kerja, dengan demikian hasil kriya sering di sebut dengan seni
kriya dengan kata lain adalah seni terapan. Tenun termasuk benda-benda seni rupa
yang di dalamnya mengandung nilai fungsional, tenun juga memiliki manfaat ganda
46
yang dapat digunakan sebagai alat/perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan
diproduksi di berbagai wilayah di seluruh nusantara. Ciri khas yang dimiliki tenun
budaya yang tinggi dan merupakan identitas masyarakat setempat. Setiap etnik
dan local genius atau kepribadian entik itu sendiri. Budaya etnik juga memiliki ciri-
ciri khusus dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan lokasi serta lingkungan
Di provinsi Riau untuk saat ini sudah ada berbagai komunitas dari tanjak
melayu yang pada dasarnya anggota tersebut sebagian besar adalah anak muda.
Komunitas tanjak anak muda juga turut serta berusaha dalam mempopulerkan
kembali tanjak melayu dengan menggunakan tanjak melayu ini sebagai identitas
dari laki–laki melayu. Adapun berikut ini adalah jenis tanjak melayu yang tersebar
47
Tabel 4.2 : Jenis–Jenis Tanjak Melayu Riau
No Nama Tanjak Melayu Riau No Nama Tanjak Melayu Riau
1 Tanjak Dendam Tak Sudah 11 Tanjak Elang Patah Kepak
2 Tanjak Laksamana 12 Tanjak Elang Menyongsong Angin
3 Tanjak Temalong Budu 13 Tanjak Lang Melayang
4 Tanjak Bugis Tak Balik 14 Tanjak Sarawak Bumi Kenyalang
5 Tanjak Tebing Runtuh 15 Tanjak Tebing Laksamana
6 Tanjak Lubang Layar 16 Tanjak Laksamana Johor-Riau
7 Tanjak Belah Mumbang 17 Tanjak Pari Mudik
8 Tanjak Pial Ayam 18 Tanjak Bersusun
9 Tanjak Temenggong Kedah 19 Tanjak Laksamana Kedah
10 Tanjak Perlis Indera Kayangan 20 Tanjak Dendam Berahi
Sumber : Lembaga Adat Melayu Riau, 2020.
Tanjak adalah salah satu kombinasi bagian dari busana pada kepala laki–laki
melayu yang pada saat itu sering dikaitkan dengan istana, kepahlawanan dan tanjak
dipakai dalam berbagai jenis acara adat istiadat orang melayu, akan tetapi ada istilah
dan nama lain yang turut menyertainya seperti destar dan tengkolok. Tanjak pada
baju melayu dan keris selit bagi busana laki–laki melayu. Tanjak dianggap sebagai
Semakin tinggi tanjak dan kompleks bentuk tanjaknya, hal ini menunjukkan
48
2. Berdasarkan adat istiadat artinya memiliki atau mempunyai protokoler yang
lebih mengarah pada suatu ketetapan yang sudah disetujui atau disepakati
2. Tanjak berasal dari kain berbentuk segi empat kemudian kain tersebut dilipat
bagian di kiri dan kanan, yang mana paada simpul ini menandakan sebuah
ikatan pernikahan antara ayah dan juga ibu. Dari sebuah simpul pernikahan
tersebut terjalinnya simpul pernikahan yang memberikan tanda asal usul dari
49
4.7 Profil Usaha Rumah Tanjak Melayu
Rumah Tanjak Melayu adalah sebuah usaha yang menjual aksesoris budaya
melayu seperti tanjak, songket, baju adat melayu dan lain-lain. Namun usaha ini
kepemilikan usaha adalah pribadi, dengan jumlah karyawan 3 orang. Rumah Tanjak
Melayu berada dilokasi yang cukup strategis yaitu di Jl. Melati Indah Tampan,
Rumah Tanjak Melayu berdiri dari tahun 2015 sampai sekarang. Usaha ini
didirikan oleh ibu Yusmaneli dengan jumlah karyawan sebanyak 3 orang. Di Rumah
Tanjak Melayu memproduksi beberapa jenis tanjak seperti Tanjak Pial Ayam,
Tanjak Melayu Hangtuah, Tanjak Menyongsong Angin, dan Tanjak Tebing Runtuh.
Dengan adanya perbedaan pada setiap nama, bentuk dan latar belakang terhadap
tanjak, hal inilah yang menjadi daya tarik atau keunikan tersendiri dari kerajinan
Proses pruduksi tanjak dilakukan di tempat Rumah Tanjak itu sendiri, mulai
dari mengukur bahan, menjahit dan membentuk songket sehingga menjadi tanjak.
Karyawan yang bekerja pada Rumah Tanjak Melayu adalah orang-orang yang
50
BAB V
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
berbagai inormasi dan data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara sebagai
sumber informasi yang digunakan sebagai hasil dari penelitian mengenai Strategi
usaha Rumah Tanjak Melayu, yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
pemilik usaha dari Rumah Tanjak Melayu dengan pemberian kuesioner yang
Adapun data mengenai pemilik dari Rumah Tanjak Melayu yang menjadi responden
yaitu Ibuk Yusmaneli berumur 50 tahun dengan latar belakang pendidikan SMA.
a. Investasi/Modal Awal
Modal awal pendirian usaha Rumah Tanjak Melayu ini adalah sebesar Rp.
75.000.000 yang berasal dari modal prbadi. Yang dibagi menjadi investasi tetap dan
investasi kerja, seperti bangunan, peralatan (mesin-mesin), upah tenaga kerja, biaya
listrik dan biaya bahan baku. Berikut rincian investasi tetap dari Rumah Tanjak
Melayu :
51
Tabel 5.1 : Biaya Investasi Tetap Rumah Tanjak Melayu
No Investasi Tetap Jumlah
1 Sewa Toko Rp. 20.000.000
2 Mesin Jahit Rp. 15.000.000
3 Kursi dan Meja Rp. 7.000.000
4 Etalase Rp. 10.000.000
5 Biaya Bahan Baku Rp. 23.000.000
TOTAL Rp. 75.000.000
Jumlah tenaga kerja adalah faktor yang sangat diperlukan dalam suatu
proses produksi. Pada usaha Rumah Tanjak Melayu jumlah tenaga kerja pada awal
mula usaha adalah 1 orang, namun seiring berjalannya usaha jumlah tenaga kerja
bertambah menjadi 3 orang karyawan. Berdasarkan info yang didapat dari pemilik
usaha, tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha ini haruslah memiliki keahlian
c. Proses Produksi
beda. Waktu yang dibuutuhkan dalam membuat 1 unit tanjak sekitar 30-60 menit
Penetapan harga tanjak dijual dengan harga Rp. 50.000 per unit dan
Rp.45.000 per unit untuk harga grosir. Terdapat juga variasi harga yang tergantung
dari permintaan konsumen seperti menggunakan bahan tanjak dengan songket asli
52
5.3 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Industri Kerajinan Tenun
kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) dari pada industri kerajinan tenun
pada usaha rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil dari
lingkungan internal, maka diperoleh beberapa faktor yang merupakan kekuatan dan
kelemahan yang berpengaruh pada industri kerajinan tenun rumah tanjak melayu
tersebut.
c. Manajemen
terdiri dari empat indikator yaitu, penetapan tujuan dan target bisnis, perekrutan
SDM dan tenaga kerja, pengawasan terhadap kegiatan produksi dan hubungan
dengan tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa kondisi
manajemen pada industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota
53
2. Perekrutan SDM dan Tenaga Kerja
Salah satu kunci utama dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang
tanjak melayu di Kota Pekanbaru menilai ini sangat baik dengan nilai 5.
kerja baik maka pekerja pun lebih nyaman dan melakukan tugasnya
dengan baik tanpa adanya rasa tertekan. Responden pada industri ini
d. Pemasaran
dengan pihak lain. Variabel pemasaran dari industri kerajinan tenun pada rumah
54
tanjak melayu di Kota Pekanbaru terdiri dari Produk , Harga dan Promosi. Pemilik
a. Keuangan
laporan keuangan untuk pencatatan transaksi suatu perusahaan atau organisasi dan
penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Variable dari
keuangan terdiri dari investasi usaha dan sumber dana. Pada indikator ini industri
kerajinan pada rumah tanjak melayu berpendapat memiliki nilai yang kurang baik
1. Kapasitas Produksi
melayu di Kota Pekanbaru memberi nilai pada indikator ini kurang baik
dengan nilai 2
nilai 2.
55
Berdasarkan indikator-indikator faktor internal, selanjutnya disusun
kedalam matrik IFAS dan dilakukan pembobotan dan peringkat pada masing-
masing indikator kekuatan dan kelemahan. Setelah diperoleh nilai bobot dan
peringkat rata-rata dari tiap indikator maka dapat diketahui skor setiap indikator dan
dapat diketahui kekuataan utama dan kelemahaan utama industri kerajinan tenun
pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Hasil analisis matrik IFAS pada
Tabel 5.2 Analisis Matriks IFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru
Dimensi Variabel Indikator Bobot Rating Bobot x
Rating
Penetapan tujuan 0.12 5 0.52
dan target bisnis
Perekrutan sdm dan 0.10 4 0.38
Manajemen tenaga kerja
Faktor Pengawasan
Internal terhadap kegiatan 0.10 5 0.48
Kekuatan produksi
Hubungan dengan 0.08 5 0.38
tenaga kerja
Produk 0.12 4 0.46
Pemasaran Harga 0.12 4 0.46
Promosi 0.10 4 0.38
Faktor Keuangan Sumber Dana 0.12 2 0.23
Internal Produksi Kapasitas produksi 0.10 2 0.19
Kelemahan dan Operasi Ketersediaan tenaga
kerja 0.08 2 0.15
Pada tabel 5.1 skor tertinggi untuk indikator kekuatan adalah 0,52 yaitu pada
variabel manajemen indikator penetapan tujuan dan target bisnis, dimana responden
56
kekuatan paling penting lainnya terdapat pada pengawasan terhadap kegiatan
Pada indikator kelemahan skor tertinggi adalah 0,23 ialah pada variabel
keuangan indikator sumber dana, hal ini responden menganggap bahwa sumber
Responden sendiri juga mengatakan belum ada bantuan dari pemerintah untuk
usaha rumah tanjak ini. Kemudian kelemahan selanjutnya ada pada variabel
produksi dan operasi indikator kapasitas produksi dengan skor 0,19 dan terakhir
Dari evaluasi faktor internal industri kerajinan tenun pada rumah tanjak
bobot yang lebih besar yaitu 3,06 sedangkan faktor kelemahan industri itu sendiri
memiliki bobot 0,57 atau dengan selisih 2,49 sehingga upaya pemanfaatan dan
peluang (opportunity) dan ancaman (threats) industri kerajnan tenun pada rumah
peluang dan ancaman, terlebih dahulu ditetapkan beberapa variabel dan indikator
lingkungan eksternalnya.
Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi industri kerajinan pada rumah tanjak
57
a. Ekonomi
Variabel ekonomi dari industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di
Kota Pekanbaru terdiri dari dua indikator yaitu, kondisi ekonomi dan permintaan
pasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa kondisi ekonomi pada
industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru sebagai
berikut :
1. Kondisi ekonomi
2. Permintaan Pasar
senilai 5.
tidak bisa diabaikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Setiap perubahan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung
58
indikator yaitu, gaya hidup, perkembangan penduduk dan lingkungan. Suatu
perusahaan dipengaruhi oleh faktor budaya setempat seperti budaya, norma dan
nilai yang dianut oleh masyarakat pada tempat dimana perusahaan itu berada.
berubah dari waktu ke waktu. Pada ketiga indikator ini menurut responden
c. Teknologi
produksi baik dengan skor 4 dan untuk indikator pemanfaatan internet dengan
Variabel ini merupakan faktor penting yang memiliki pengaruh pada sektor
usaha. Ketidakstabilan politik yang mengarah kepada kondisi yang jauh dari
kondusif bagi dunia usaha. Penilaian pada variabel ini responden berpendapat
bahwa indikator kondisi politik kurang baik dengan skor 2 yang artinya tidak terlalu
mempengaruhi terhadap industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota
Pekanbaru.
59
b. Kompetitif
Suatu usaha tidak terlepas dari suatu persaingan, apabila suatu usaha tidak
dapat bersaing di pasar maka usaha tersebut tidak bisa bertahan. Pada variabel
pesaing baru dan pengembangan produk. Pada variabel ini responden memberikan
kedalam matrik EFAS dan dilakukan pembobotan dan peringkat pada masing-
masing indikator peluang dan ancaman. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat
rata-rata dari tiap indikator maka dapat diketahui skor setiap indikator dan dapat
diketahui kekuatan utama dan kelemahan utama industri kerajinan tenun pada
rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Hasil analisis matrik EFAS dapat dilihat
60
Tabel 5.3 Analisis Matriks EFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru
Dimensi Variabel Indikator Bobot Rating Bobot x
Rating
Ekonomi Kondisi ekonomi 0.11 4 0.45
Permintaan pasar 0.09 5 0.47
Faktor Sosial Budaya, Gaya hidup 0.09 5 0.47
Eksternal Demografi dan Perkembangan 0.08 4 0.30
Peluang Lingkungan penduduk
Lingkungan 0.11 4 0.45
Teknologi Teknologi produksi 0.08 4 0.30
Pemanfaatan internet 0.08 5 0.38
Politik, Kondisi politik
Pemerintah dan 0.09 2 0.19
Faktor Hukum
Eksternal Persaingan terhadap 0.11 2 0.23
Ancaman produk sejenis
Kompetitif Potensi masuknya 0.08 2 0.15
pesaing baru
Pengembangan 0.08 2 0.15
produk
Total Skor Strategi Eksternal 1.00 3.54
Sumber : Data Olahan (2020)
Pada tabel 5.2 skor tertinggi untuk indikator peluang adalah 0.47 yaitu pada
variabel ekonomi indikator permintaan pasar dan variabel sosial budaya indikator
lingkungan dengan nilai 0,45 pada pemanfaatan internet 0,38 dan terakhir 0,30 pada
Pada indikator ancaman skor tertinggi adalah 0,23 yaitu pada variabel
selanjutnya pada variabel politik, pemerintahan dan hukum indikator kondisi politik
61
dengan nilai 0,19 dan terakhir pada variabel kompetitif indikator potensi masuknya
Dari evaluasi faktor eksternal industri kerajinan tenun pada rumah tanjak
melayu di Kota Pekanbaru dapat dilihat bahwa faktor peluang memiliki perhitungan
bobot yang lebih besar yakni 2,82 dibanding dengan ancaman pada industri itu
kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru, dapat dilihat diagram
Peluang (2,82)
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
62
segi internal. Maka strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
Selanjutnya pada Kuadran 3 perusahaan memiliki peluang pasar yang besar namun
memiliki beberapa kendala berupa kelemahan pada faktor internal. Strategi yang
tepat dalam menghadapi masalah ini yaitu dengan strategi Turn Around yaitu
internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang baik. Dan yan terakhir
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal, maka strategi yang harus
dilakukan adalah strategi devensif. Dari hasil analisis diagram SWOT diatas dapat
dilihat industri kerajinan tenun pada rumah tanjak di Kota Pekanbaru berada pada
matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satupun paduan
peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Strategi dapat diartikan sebagai alat
63
untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu usaha. Berikut faktor internal dan eksternal
dari industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru :
1. Kekuatan (Strength)
2. Kelemahan (Weakness)
3. Peluang (Opportunities)
a. Pemanfaatan internet
4. Ancaman (Threats)
64
Tabel 5.4 : Analisis Matriks SWOT
Strenght (S) Weakness (W)
a) Pengawasan yang a) Sumber dana yang
Faktor baik terhadap kurang
Internal kegiatan produksi b) Kapasitas produksi
b) Hubungan dengan kurang baik
tenaga kerja yang c) Ketersediaan tenaga
baik kerja sedikit
c) Produk yang
berkualitas dengan
harga yang
terjangkau
Faktor d) Tujuan dan target
Eksternal bisnis tercapai
e) Pemanfaatan
promosi yang baik
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
a) Pemanfaatan a) Meningkatkan a) Meningkatkan
internet kualitas dan kuantitas kapasitas produksi
b) Perkembangan produk untuk b) Pemanfaatan penduduk
penduduk yang menaikkan atau sekitar dalam
semakin menjaga permintaan perekrutan tenaga kerja
meningkat pasar pada industri kerajinan
c) Lingkungan yang b) Memperluas pangsa tenun ini
cukup strategis pasar dengan
d) Kondisi ekonomi memanfaatkan
dan permintaan internet
pasar di daerah
industri cukup baik
Thteats (T) Strategi S-T Strategi W-T
a) Persaingan a) Menetapkan harga a) Meningkatkan peran
munculnya produk bersaing dengan pemerintah untuk
yang sejenis produk yang menghimbau
b) Potensi masuknya berkualitas masyarakat melayu
pesaing baru b) Efisiensi biaya menggunakan produk
c) Kondisi politik produksi ini disetiap ada acara
dapat c) Memanfaatkan daerah
mempengaruhi internet sebagai b) Mempertahankan cirri
permintaan sarana promosi dan khas produk dengan
meningkatkan menjaga kreatifitas
penjualan produk pada mutu produk
Sumber : Data Olahan Penelitian (2020)
65
5.5 Pembahasan
Berdasarkan analisis matriks internal dan eksternal pada tabel 5.3 adalah
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan tabel 5.3 yang dapat diterapkan pada
industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru adalah:
permintaan pasar
baik pemilik industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota
buka lapak, bli bli, lazada, dll. Dengan media online dan strategi online
marketing yang baik, maka bisa meningkatkan penjualan tanpa batas ruang
dan waktu.
66
a. Strategi ST (Stength-Threats)
mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal. Strategi yang digunakan
penjualan produk
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat di gunakan jika dalam
67
1. Meningkatkan kapasitas produksi
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat devensife dan berusaha
menggunakan produk ini disetiap ada acara daerah atau kegiatan yang
produk.
68
BAB VI
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
kegiatan produksi dan hubungan dengan tenaga kerja serta pada variabel
ada pada variabel keuangan yaitu sumber dana yang pas pasan karena tidak
melayu ini serta kelemahan lainnya ada pada variabel produksi dan operasi
indikator kapasitas produksi dan ketersediaan tenaga kerja yang minim pada
rumah tanjak melayu. Adapun peluang dari industri kerajinan tenun pada
69
menghadapi permasalahan di lingkungan internal dan eksternal. Dimana
strategi ini berada pada kuadran I. strategi yang harus ditetapkan dalam
6.2 Saran
Saran yang dapat peneliti kemukakan sesuai dengan hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
harga produk dan promosi usaha agar industri ini dapat berkualitas dan
inovatif.
70
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, david, a. 2012. Manajemen ekuitas merek : memanfaatkan nilai dari suatu
merek. Jakarta: mitra utama.
BPS Kota Pekanbaru. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2019.
https://pekanbarukota.bps.go.id/publication/2020/04/30/44decd0bc3e34c294
bdeec3e/produk-domestik-regional-bruto-kota-pekanbaru-menurut-
lapangan-usaha-tahun-2015-2019.html. Diakses 10 Desember 2020 (20.31).
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
Rajagrafindo Persada
71
Kinnear, T. L dan Taylor. 1996. Marketing Research. 5th Edition. New York : Mc
Graw Hill.
Nirmala, Preti Adam. 2018. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pirez Laundry
Samarinda. Skripsi. Makassar : Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr. (2008). Manajemen Strategis 10.
Jakarta : Salemba Empat
Rangkuti, Freddy. 2005. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis &
Analisis Kasus. Jakarta : Sun.
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Simatupang, Togar. 2007. Ekonomi Kreatif: Menuju Era Kompetisi dan Persaingan
Usaha Ekonomi Gelombang IV. Institut Teknologi Bandung.
72
Suleman, Abdul Rahman. 2019. Strategi Pengembangan Usaha Tenun Songket
Motif Tradisional Singengu Textile. Skripsi. Medan : Universitas Islam
Sumatra Utara.
Suprayatni, Mita. 2014. Analisis SWOT terhadap Profil Usaha Kerajinan Kain
Tenun Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Jurnal
Jurusan Pendidikan Ekonomi. Vol: 4 No: 1.
Tandy, Lilyana. 2015. Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Jasa pada Salon Megah
di Siduarjo. Jurnal AGORA. Vol. 3 No.1.
Zamora, Rizkie Ayu. 2018. Arahan Strategi Berdasarkan Daya Saing Industri Kecil
Kerajinan Tenun Songket/ Tenun Ikat di Kota Pekanbaru. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Riau. Kuesioner ini
IDENTITAS PENELITI
Nim : 1602122898
penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir dengan jujur dan apa
adanya. Cara pengisisan kuesioner pada pertanyaan pada matrik IFAS dan EFAS
perusahaan.
IDENTITAS RESPONDEN
Umur : ...................................
75
No HP : ...................................
IDENTITAS USAHA
DAFTAR PERTANYAAN
I. Variabel Internal
a. Manajemen
dijalani?
karyawan lain?
b. Pemasaran
76
7. Bagaimana bentuk promosi yang dilakukan dalam mempromosikan
b. Melalui brosur
c. Keuangan
ini?
a. Bagunan (Rp....................)
c. Mesin (Rp....................)
10. Darimana sumber modal awal dan berapa jumlah modal yang
77
d. Produksi dan Operasi
12. Apakah jumlah tenaga kerja yang tersedia pada saat sekarang
a. Ekonomi
15. Apakah gaya hidup masyarakat pada saat ini dapat mempengaruhi
dijalankan?
dukungannya?
d. Teknologi
18. Apakah dalam kegiatan produksi pada usaha Rumah Tanjak Melayu
canggih?
78
19. Apakah bapak/ibu memanfaatkan media internet sebagai media
dijalankan?
e. Kompetitif
Petunjuk Pengisian
• beri tanda ceklis(√) pada salah satu kolom skor disebelah kanan pada setiap
pernyataan.
Skor 4 = Baik
Skor 3 = Netral
79
I. Tabel Penilaian Terhadap Variabel Internal
5 4 3 2 1
3. Pengawasan terhadap
kegiatan produksi
4. Hubungan dengan
tenaga kerja
B. B. Pemasaran 5. Produk
6. Harga
7. Promosi
9. Sumber dana
80
II. Tabel Penilaian Terhadap Variabel Eksternal
5 4 3 2 1
2. 2. Permintaan pasar
5. 5. Lingkungan
8. 8. Pemanfaatan internet
10.Potensi masuknya
pesaing baru
11.Pengembangan
produk
81
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
82
83
84