Anda di halaman 1dari 97

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN

TENUN DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Rumah Tanjak


Melayu)

SKRIPSI

Oleh :

VANESSA SWANDIVIA ANWAR


NIM : 1602122898

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN
TENUN DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Rumah Tanjak
Melayu)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian


Skripsi dan Oral Comprehensive Sarjana Lengkap Pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau

Oleh :
Vanessa Swandivia Anwar
Nim : 1602122898

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : VANESSA SWANDIVIA ANWAR


NIM : 1602122898
JURUSAN : ILMU EKONOMI
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
JUDUL SKRIPSI : STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI
KERAJINAN TENUN DI KOTA
PEKANBARU (Studi Kasus Rumah Tanjak
Melayu)

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Mardiana, SE, M.Si Hilmah Zuryani, SE, M.Ec


NIP. 19750419 200801 2 011 NIP. 19920316 201803 2 001

DEKAN KETUA JURUSAN

Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE, M.Si Dr. Yusni Maulida, SE, M.Si
NIP. 19640609 198903 2 001 NIP. 19670625 199303 2 001

ii
LEMBAR ORISINALITAS SKRIPSI

NAMA : VANESSA SWANDIVIA ANWAR


NIM : 1602122898
JURUSAN : ILMU EKONOMI
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
JUDUL SKRIPSI : STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI
KERAJINAN TENUN DI KOTA
PEKANBARU (Studi Kasus Rumah Tanjak
Melayu)
Menyatakan bahwa skripsi tersebut di atas adalah benar hasil karya sendiri
atau tidak plagiat dan saya bersedia dibatalkan gelar kesarjanaan saya jika skripsi
saya adalah plagiat.

Pekanbaru, 16 Desember 2020


Yang membuat pernyataan,

Vanessa Swandivia Anwar


NIM : 1602122898

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Srategi Pengembangan Industri Kerajinan Tenun Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus
Rumah Tanjak Melayu)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti ujian sarjana pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
Selama mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, saran, pemikiran, semangat, dan doa. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Riau.
2. Ibu Dr. Yusni Maulida, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Bapak Nobel Aqualdo, SE,
M. Ec selaku sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau, dan Ibu Rahmita B. Ningsih, SE, M. Hum selaku
Koordinator Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Riau.
3. Ibu Mardiana SE, M.si sebagai Pembimbing I dan Ibu Hilmah Zuryani SE,
M.Ec selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan,
waktu, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Indri Yovita, SE, M.Si selaku Penasehat Akademis penulis selama
menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pelayanan selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
6. Serta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, BPS
Kota Pekanbaru, dan Ibu Yusmaneli selaku pelaku usaha Rumah Tanjak
Melayu di Kota Pekanbaru atas kesediaan bantuannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.

iv
7. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis yang sangat penulis cintai,
Ayahnda Deswan Anwar dan Ibunda Silvia Nora yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang, motivasi dan semangat dan terlebih lagi doa di dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi maka penulis mengharap saran
dan kritik dalam penyempurnaan tulisan ini.

Pekanbaru, 16 Desember 2020

Vanessa Swandivia Anwar


NIM : 1602122898

v
ABSTRAK
Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Tenun di Kota Pekanbaru (Studi Kasus
Rumah Tanjak Melayu)

Oleh :
Vanessa Swandivia Anwar
Dibawah bimbingan (1) Mardiana, SE, M. Si dan (2) Hilmah Zuryani, SE, M.Ec

Songket dan tanjak di Kota Pekanbaru cukup mengalami perkembangan. Setiap


perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam menguasai pasar sehingga terjadinya
persaingan yang sangat ketat, oleh karena itu Rumah Tanjak Melayu yang memiliki nilai
investasi dan nilai produksi yang paling kecil perlu strategi pengembangan agar dapat
bersaing dengan perusahaan lainnya untuk menarik pelanggan dan mendapatkan kepuasan
dari pelanggan, oleh karna itu perusahaan harus bisa membuat strategi pengembangan
yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal, faktor eksternal dan
strategi pengembangan industri kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Data
yang digunakan merupakan data primer dari industri Rumah Tanjak Melayu melalui
kuesioner dan wawancara langsung dan data sekunder yang bersumber dari Disperindag
Kota Pekanbaru, BPS Kota Pekanbaru dan Badan Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan
analisis SWOT. Instrument yang digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan
industri kerajinan Rumah tanjak Melayu menggunakan matriks IFAS, matriks EFAS,
diagram SWOT dan analisis matriks SWOT.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri kerajinan tenun Rumah
Tanjak Melayu berada pada kuadran 1 mendukung kebijakan agresif dengan strategi SO
(Strenghts-Opportunities).

Kata Kunci : Industri Kerajinan Tenun, Analisis SWOT, Matriks IFAS, Matriks EFAS,
Strategi SO.

vi
ABSTRACT

Weaving Handicraft Industry Development Strategy in Pekanbaru City (Case Study of


Rumah Tanjak Melayu)

By :
Vanessa Swandivia Anwar
Supervised by (1) Mardiana, SE, M. Si and (2) Hilmah Zuryani, SE, M.Ec

Songket and tanjak in Pekanbaru city is quite a development. Each company has
its own strategy in controlling the market so that the occurrence of competition is very tight,
therefore Rumah Tanjak Melayu which has the investment value and the least production
value needs a development strategy in order to compete with other companies to attract
customers and get satisfaction from customers, therefore the company must be able to make
the right development strategy.
This study aims to analyze internal factors, external factors and strategies for the
development of malay home handicraft industry in Pekanbaru City. The data used is
primary data from Rumah Tanjak Melayu industry through questionnaires and live
interviews and secondary data sourced from Pekanbaru City Disperindag, Pekanbaru City
BPS and Pekanbaru City Regional Revenue Agency. The methods used in this research are
qualitative descriptive analysis and SWOT analysis. Instruments used to analyze the
development strategy of Rumah Tanjak Melayu handicraft industry using IFAS matrix,
EFAS matrix, SWOT diagram and SWOT matrix analysis.
The results of this study showed that rumah Tanjak Melayu weaving handicraft
industry is in quadrant 1 supporting aggressive policies with SO (Strenghts-Opportunities)
strategy.

Keywords : Weaving Craft Industry, SWOT Analysis, IFAS Matrix, EFAS Matrix, SO
Strategy.

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv


ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9
2.1 Pengertian Industri ......................................................................................9
2.2 Klasifikasi Industri ....................................................................................11
2.3 Ekonomi Kreatif ....................................................................................... 12
2.4 Strategi Pengembangan .............................................................................13
2.5 Konsep Tanjak...........................................................................................21
2.6 Analisis SWOT .........................................................................................22
2.6.1 Matrik SWOT................................................................................. 23
2.6.2 Matriks Internal dan Eksternal ....................................................... 23
2.7 Penelitian Terdahulu ..................................................................................24
2.8 Kerangka Penelitian ....................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 32
3.2 Jenis dan sumber data ................................................................................32
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................33
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................34
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................. 43
4.1 Kondisi Geografis Kota Pekanbaru ...........................................................43
4.2 Penduduk Kota Pekanbaru ........................................................................43
4.3 Ketenagakerjaan ........................................................................................45
4.4 Perekonomian Kota Pekanbaru .................................................................46
4.4.1 PDRB Kota Pekanbaru ................................................................... 46
4.5 Kerajinan Tenun .........................................................................................46
4.6 Tanjak Melayu Riau ...................................................................................47
4.6.1 Ketentuan Pemakaian dan Warna Tanjak Melayu Riau ................... 48
4.6.2 Syarat Tanjak Melayu Riau .............................................................. 49
4.7 Profil Usaha Rumah Tanjak Melayu .........................................................50
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 51
5.1 Hasil Penelitian ..........................................................................................51
5.1.1 Identitas Responden ......................................................................... 51
5.2 Kondisi Usaha Rumah Tanjak Melayu .......................................................51
5.3 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Industri Kerajinan Tenun pada
Usaha Rumah Tanjak Melayu ............................................................................53

viii
5.3.1 Lingkungan Internal ........................................................................ 53
5.3.2 Lingkungan Eksternal ..................................................................... 57
5.4 Analisis Matriks SWOT .............................................................................63
5.5 Pembahasan ................................................................................................66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 69
6.1 Kesimpulan................................................................................................69
6.2 Saran ..........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 PDRB Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Milliar Rupiah) Tahun 2015-2019 ....................................................2
1.2 Data Industri Kerajinan Tenun Songket dan Tanjak Melayu di Kota
Pekanbaru .......................................................................................................5
1.3 Data Penjualan Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun 2015 –
2020 ................................................................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu .....................................................................................24
3.1 EFAS ............................................................................................................39
3.2 IFAS ..............................................................................................................40
3.3 Matriks SWOT..............................................................................................41
3.4 Kriteria Tanggapan Responden ....................................................................42
4.1 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Tahun 2019 ...........................................................................45
4.2 Jenis-Jenis Tanjak Melayu Riau ...................................................................48
5.1 Biaya Investasi Tetap Rumah Tanjak Melayu ..............................................52
5.2 Analisis Matriks IFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru .............................................................56
5.3 Analisis Matriks EFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru .............................................................61
5.4 Analisis Matriks SWOT ...............................................................................65

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .......................................................................31


Gambar 3.1 Analisis SWOT ..............................................................................36
Gambar 5.1 Diagram Analisis SWOT ...............................................................62

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Olah Data Tabel IFAS ....................................................................74


Lampiran 2 Olah Data Tabel EFAS ...................................................................74
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ......................................................................75
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian..................................................................82

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian proses kegiatan atau

aktivitas ekonomi untuk memperkuat perekonomian, pemerataan pendapatan dan

meningkatkan laju pertumbuhan. Salah satu usaha untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi adalah melalui kegiatan di bidang industri. Sektor industri

di era global merupakan sektor penggerak perekonomian yang memberikan

pengaruh yang sangat besar serta mampu menciptakan peluang kerja yang luas bagi

masyarakat.

Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu

mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan asumsi bahwa sektor industri

dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan

ekonomi. Oleh karena itu, sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi

penggerak dan memimpin (the leading sector) terhadap perkembangan sektor

perekonomian lainnya, selain akan mendorong perkembangan industri yang terkait

dengannya (Dumairy, 1996).

Peranan industri dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian

indikatornya adalah sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing)

terhadap PDB, tenaga kerja yang terserap, serta sumbangan komoditi industri

terhadap ekspor barang dan jasa yang mengalami perbaikan atau sebaliknya (

Arsyad, 2004)

1
Berikut adalah tabel perkembangan PDRB Kota Pekanbaru atas dasar
harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2015-2019 :
Tabel 1.1: PDRB Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Milliar Rupiah) Tahun 2015-2019
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian,
Kehutanan dan 1314,81 1509,89 1621,66 1731,41 1836,33
Perikanan
Pertambangan dan
16,23 19,00 20,71 21,32 20,68
Penggalian
Industri
16705,11 18417,24 20099,48 21336,33 22912,46
Pengolahan
Pengadaan Listrik
148,09 183,14 205,16 212,26 273,95
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
13,35 14,29 15,54 15,62 16,11
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi 24763,48 27187,12 29989,75 32882,12 35926,79
Perdagangan
24520,35 27348,38 30811,64 33091,74 37412,37
Besar dan Eceran
Transportasi dan
2105,08 2335,05 2548,80 2727,54 2896,24
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 1819,51 1941,72 2027,90 2416,48 2203,51
Makan Minum
Informasi dan
1818,25 1953,26 2102,40 2275,46 2550,76
Komunikasi
Jasa Keuangan
2971,44 3294,18 3290,52 3587,42 3651,32
dan Asuransi
Real Estat 2404,18 2580,85 2675,16 2773,17 2959,10
Jasa Perusahaan 15,37 16,76 18,92 21,04 23,41
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan da 2751,63 2817,61 2392,02 3010,11 3130,41
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 956,88 1029,18 112,51 1171,98 1262,30
Jasa Kesehatan
dan Kegiatan 408,61 447,50 487,08 539,52 621,26
Sosial
Jasa Lainnya 904,61 1034,14 1154,18 1257,07 1414,83
PDRB 83663,98 92129,33 101113,42 108848,58 119111,8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2020

2
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah

barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu

daerah. Tinggi rendahnya kemakmuran suatu daerah dapat diketahui melalui PDRB

daerah tersebut. Perhitungan PDRB disajikan untuk melihat seberapa besar sektor-

sektor yang ada memberikan konstribusi dalam membentuk struktur ekonomi

daerah.

Berdasarkan data dari PDRB Kota Pekanbaru terlihat bahwa kontribusi

sektor industri pengolahan menunjukkan terjadinya peningkatan pada setiap

tahunnya. Pada tahun 2016, industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp

16.705.110.000, pada tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi Rp 18.417.240.000,

pada tahun 2018 juga terjadi peningkatan menjadi Rp 21.336.330.000 serta

peningkatan pada tahun 2019 menjadi Rp 22.912.460.000. hal ini menunjukkan

bahwa industri pengolahan sangat berperan penting terhadap perekonomian di kota

Pekanbaru.

Salah satu jenis industri yaitu industri kreatif. Menurut Simatupang (2007)

Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan ketrampilan, talenta dan

kreativitas yang berpontensi dalam meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan

menurut Departemen Perdagangan RI tahun 2009 Industri kreatif adalah industri

yang berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas, dan bakat yang dimiliki

individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini aka

berfokos untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu.

Pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen

Perdagangan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa sub-sektor diantarnya

3
yaitu; Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Fashion,

Video, Film, Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan

dan Percetakan, Layanan Komputer dan Peranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset

Pengembangan dan Kuliner.

Salah satu industri kreatif yang berkembang di Kota Pekanbaru yaitu

industri kerajinan. Menurut Mentri Perindustrian, industri kerajinan merupakan

sektor yang perlu diprioritaskan pengembangannya karena menghasilkan produk

bernilai tambah tinggi dan menyerap tenaga kerja cukup banyak. Macam-macam

industri kerajinan terdiri dari kayu, logam, kulit, kaca, keramik, dan tekstil. Industri

kerajinan tekstil di Kota Pekanbaru yang menjadi produk unggulan dari tenun

adalah songket dan tanjak. Songket dan tanjak di Kota Pekanbaru cukup mengalami

pengembangan. Songket merupakan kain tenun mewah yang biasanya dikenakan

saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti

sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala.

Tanjak merupakan salah satu hasil dari tenun yang dapat digunakan sebagai busana

untuk menutup bagian kepala lelaki. Tanjak mempunyai syarat, pertama harus

terbuat dari bahan kain, kedua berasal dari kain segi empat, di lipat menjadi kain

segi tiga. Tanjak juga memiliki tapak pada lipatan pertama, sedangkan lipatan kedua

dan seterusnya bernama bengkong. Bagian yang paling penting dalam Tanjak

adalah harus memiliki simpul. Untuk melestarikan budaya melayu agar lebih meluas

di masyarakat diperlukan adanya strategi pengembangan dalam usaha tanjak melayu

ini.

4
Berikut adalah tabel industri kerajinan tenun songket dan tanjak melayu di

Kota Pekanbaru :

Tabel 1.2 : Data Industri Kerajinan Tenun Songket dan Tanjak Melayu di
Kota Pekanbaru
Tenaga Nilai Kapasitas Produksi Nilai
Nama
No Kerja Investasi Produksi
Perusahaan
(org) (Rp.000) Jumlah Satuan (Rp.000)
1. Wan Fitri 50 350.000 250 Lembar 2.040.000
2. Wan Hamidah 3 21.000 5 Set 168.000
3. Encik Hasanah 5 60.000 15 Lembar 94.800
4. Salbiah 4 48.000 12 Set 288.000
5. Juli Lastika 1 7.000 4 Lembar 22.200
6. Yati 1 7.000 4 Lembar 32.400
7. Mariana 3 21.000 9 Set 162.000
8. Zurina 1 12.000 3 Set 38.400
9. Dayang Daepa 9 55.000 10 Lembar 399.600
10. Heni Afriani 3 21.000 7 Lembar 318.000
11. Desi 1 8.000 5 Lembar 28.800
12. Winda 25 177.400 75 Lembar 720.000
13. Winda 10 70.000 30 Lembar 288.000
14. Mis 6 42.000 23 Lembar 176.400
Tampuk
15. 20 140.000 35 Lembar 234.000
Manggis
16. Junaida 1 12.000 3 Lembar 43.200
Rumah Tanjak
17. 3 4.000 3 Lembar 21.000
Melayu
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 2020

Dari tabel 1.2 diatas terlihat bahwa berdasarkan nilai investasi yang paling

tinggi adalah Wan Fitri yaitu Rp 350.000.000 sedangkan yang paling rendah adalah

Rumah Tanjak Melayu Riau yaitu Rp 4.000.000, begitu juga dengan nilai produksi

yang paling tinggi adalah Wan Fitri yaitu Rp 2.040.000.000 sedangkan yang paling

rendah adalah Rumah Tanjak Melayu yaitu Rp 21.000.000 dalam setahun. Nilai

produksi perusahaan mencerminkan target penjualan tiap tahunnya. Setiap

perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam menguasai pasar sehingga

terjadinya persaingan yang sangat ketat, oleh karena itu Rumah Tanjak Melayu yang

5
memiliki nilai investasi dan nilai produksi yang paling kecil sehingga perlu strategi

pengembangan agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.

Berikut data penjualan dari Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun

2015-2020 :

Tabel 1.3 : Data Penjualan Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru tahun
2015-2020.
Jenis Produk Total Penjualan Harga per Pcs (Rp)
Tahun Tanjak (Rp) Songket (Rp) per Tahun (Rp) Tanjak Songket
(Rp) (Rp)
2015 198.000.000 10.000.000 208.000.000 55.000 125.000
2016 211.200.000 10.500.000 221.700.000 55.000 125.000
2017 231.000.000 12.750.000 243.750.000 55.000 125.000
2018 240.000.000 12.000.000 252.000.000 50.000 125.000
2019 222.000.000 10.080.000 232.080.000 50.000 120.000
2020 90.000.000 6.000.000 96.000.000 50.000 120.000
Sumber : Data Olahan 2020
Dari tabel 1.3 dapat dilihat penjualan Rumah Tanjak Melayu paling tinggi

terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp 252.000.000 sedangkan yang paling sedikit

terjadi pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp 96.000.000. berdasarkan data total

penjualan terlihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2018

namun terjadi penurunan pada tahun 2019 hingga November 2020.

Perbedaan jumlah penjualan setiap tahunnya disebabkan karena persaingan

dalam merebut pangsa pasar. Dengan banyaknya persaingan, perusahaan harus

dapat bersaing satu dengan yang lainnya untuk menarik pelanggan dan

mendapatkan kepuasan dari pelanggan, oleh karna itu perusahaan harus bisa

membuat strategi pengembangan yang tepat dengan harus mengetahui analisis

strengths, weakneses, opportunitis, threats (SWOT). Analisis ini mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sedang atau akan dihadapi

perusahaan tersebut. Kekuatan dan kelemahan yang diidentifikasi oleh penilaian

6
internal, sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi oleh penilaian eksternal

(Dyson,2004).

Beberapa penelitian terkait dengan strategi pengembangan industri

kerajinan yang menggunakan analisis SWOT diantaranya dari penelitian yang

dilakukan oleh Abdul, dkk (2019), Mita, dkk (2014), Riskie dan Andri (2018),

Arista (2018), Jaya (2015), oleh karena itu peneliti menggunakan analisis SWOT

untuk mengetahui strategi yang tepat dalam mengembangkan kerajinan tenun dan

songket dari Rumah Tanjak Melayu.

Permasalahan yang dihadapi Rumah Tanjak Melayu adalah persaingan yang

cukup ketat, dalam menghadapi permasalahan industri kerajinan yang semakin

ketat ini, suatu industri atau perusahaan harus mampu bersaing dan bertahan dalam

pasar tersebut, bahan baku yang digunakan terbatas, promosi yang kurang, jumlah

tenaga kerja yang terbatas akan menghasilkan kapasitas produksi yang terbatas

juga, kemudian kebijakan pemerintah dalam meningkatkan penjualan tanjak juga

sangan diperlukan dengan menghimbau masyarakat untuk menggunakan tanjak

pada event-event tertentu. Oleh karena itu strategi pengembangan Rumah Tanjak

Melayu sangat diperlukan dalam mengembangkan dan meningkatkan agar mampu

bertahan dan bersaing dengan industri lain. Dengan melakukan analisis lingkungan

usaha secara internal dan eksternal.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Industri

Kerajinan Tenun di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Rumah Tanjak Melayu)”.

7
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan

diteliti yaitu :

1. Apa saja faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi

industri kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru?

2. Apa saja faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi

industri kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana strategi pengembangan industri kerajinan rumah tanjak melayu

di Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan bagi industri

kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru

2. Menganalisis faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman bagi industri

kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru

3. Mengetahui strategi pengembangan industri kerajinan rumah tanjak melayu

di Kota Pekanbaru

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan masukan

kepada pelaku usaha untuk mengetahui strategi pengembangan industri

kerajinan rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru

2. Sebagai referensi ilmiah bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

analisis persaingan industri kerajinan songket khususnya industri kerajinan

Tanjak Melayu.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri

Industri adalah usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi

adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga

dalam bentuk jasa. Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1984 Tentang

Perindustrian Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai

yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri.

Menurut Winardi (1998) Industri adalah usaha untuk produktif terutama

dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa-jasa

misalnya transport atau perkembangan yang menggunakan modal atau tenaga kerja

dalam jumlah relative besar. Badan pusat statistik (BPS) membedakan skala industri

menjadi empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha yaitu:

1. Industri besar, berpekerja 100 orang atau lebih

2. Industri sedang, berpekerja antara 20 sampai dengan 99 orang

3. Industri rumah tangga, berpekerja kurang dari 5 orang.

Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata

dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan atau hasil budidaya

9
serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan

hidup.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur

perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang

sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi

pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi

pertumbuhan industri pada khususnya.

3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya

teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap

kemampuan dunia usaha nasional.

4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan

ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam

pembangunan industri.

5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,

serta meningkatkan peranan koperasi industri.

6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi

nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui

pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi

ketergantungan kepada luar negeri.

7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang

pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara.

8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka

memperkokoh ketahanan nasional.

10
2.2 Klasifikasi Industri

Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia

dalam 3 kelompok besar yaitu:

a. Industri Dasar Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam

dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk

dalam IMLD atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api,

pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan

sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan

kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industry silikat dan

sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat

modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak

padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara

besar.

b. Aneka industri (AL) Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri

yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya

pertanian secara luas dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas

kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah

teknologi menengah atau teknologi maju.

c. Industri Kecil Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman

dan tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta

barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,

11
percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan

umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan

industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan

logam dan sebagainya).

2.3 Ekonomi Kreatif

Menurut Simatupang (2007) Industri kreatif adalah industri yang

mengandalkan ketrampilan, talenta dan kreativitas yang berpontensi dalam

meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan menurut Departemen Perdagangan RI

tahun 2009 Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan

keterampilan, kreativitas, dan bakat yang dimiliki individu dalam menciptakan

kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini aka berfokos untuk

memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu.

Pada intinya ekonomi kreatif ini lebih mengedepankan kreativitas,

pengetahuan, dan ide dari manusia sebagai aset untuk membuat perekonomian

bergerak maju. Konsep ekonomi kreatif ini sudah terbukti dapat mengembangkan

sektor perekonomian. Buktinya pertumbuhan sektor ekonomi ini sudah meningkat

hingga 5,76% dibandingkan sektor pertambangan dan penggalian, listrik, pertanian,

dan sektor lainnya. Jika terus begini sektor perekonomian di Indonesia bisa semakin

berkembang pesat dan akhirnya mendunia.

Pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen

Perdagangan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa sub-sektor diantarnya

yaitu; Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Fashion,

Video, Film, Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan

12
dan Percetakan, Layanan Komputer dan Peranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset

Pengembangan dan Kuliner. Ekonomi Kreatif memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Menciptakan lapangan kerja baru

b. Membuat masyarakat menjadi lebih kreatif

c. Mengurangi angka pengangguran

d. Meningkatkan inovasi di berbagai bidang

e. Menciptakan kompetisi bisnis yang lebih sehat

2.4 Strategi Pengembangan

Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu

perusahan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan efisien,

perusahaan harus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan

yang datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

Menurut David (2011) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan

jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

georafis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Strategi

adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan

sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan

aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk

mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.

Menurut Tjiptono (2006) istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu

strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi

juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan

13
militer pada daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.. Sedangkan

menurut Pearce II dan Robinson (2008), strategi adalah rencana berskala besar,

dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan

untuk mencapai tujuan.

A. Tingkatan Strategi

Hirarki pengambilan keputusan dari suatu perusahaan umumnya terdiri

atas tiga tingkatan yaitu: tingkat korporat, tingkat bisnis, dan tingkat fungsional.

1. Tingkat korporat

Merupakan manajemen puncak yang terdiri dari dewan komisaris, eksekutif

puncak dan dewan direksi harus merumuskan strategi korporat sebagai

keputusan rencana jangka panjang. Keputusan eksekutif tingkat korporat

bertanggung jawab atas pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan seperti

menciptakan nilai perusahaan dan memenuhi tanggung jawab sosial sebagai

refleksi pandangan pemegang saham dan masyarakat luas pada perusahaan multi

bisnis, harus ditentukan jenis bisnis yang akan dimasuki, arah dan maksud

didirikannya perusahaan.

2. Tingkat bisnis

Pengambilan keputusan biasanya diambil oleh manajer bisnis dan korporat

dengan menerjemahkan arah dan maksud pada tingkat korporat menjadi strategi

bersaing pada tingkat bisnis yang telah dipilih. Pada tingkat ini harus ditentukan

segmen dari keseluruhan pasar yang akan diperoleh dan dipertahankan sebagai

keunggulan kompetitif.

14
3. Tingkat fungsional

Terdiri dari manajer produk, geografis, fungsional, harus mengembangkan

strategi jangka pendek pada bidang produksi, pemasaran, operasi, penelitian dan

pengembangan, keuangan dan akuntasi serta personalia. Pada tingkat korporat dan

bisnis memusatkan perhatian pada efektifitas yaitu melakukan hal yang benar.

Sedangkan tingkat fungsional memusatkan perhatiannya pada efisiensi yaitu

melakukan dengan benar.

B. Strategi Pengembangan Pasar

a) Strategi pengembangan pasar merupakan strategi yang memasarkan

produk atau jasa saat ini kepada konsumen di segmen pasar yang baru

maupun wilayah area geografis pasar yang baru

b) Strategi pengembangan produk

Perusahaan berusaha bertahan, memperkuat posisi, dan memperluas

pangsa pasar yang lebih besar dengan menggunakan tambahan pilihan

produk atau jasa baru.

c) Strategi inovasi

Strategi inovasi merupakan strategi untuk meraih margin premium

berkaitan dengan penciptaan dan penerimaan pelanggan atau produk

atau jasa baru.

C. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan

merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di

15
dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan

merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan

kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi.

Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam

lingkungan internal perusahaan, yaitu :

1) Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses

penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat

lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.

2) Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999),

terdapat empat macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga,

distribusi, dan promosi.

3) Keuangan/Akuntansi

Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu,

faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam aspek

keuangan/akuntansi, adalah kemampuan perusahaan memupuk

modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus

16
ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal

tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang

saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual

produk, pemantauan penyebab inefisiensi, dan sistem akunting

yang andal (Umar 2008).

4) Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas

semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan

jasa. Menurut David (2006), manajemen produksi/operasi

terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,

kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.

5) Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan.

Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku

positif di kalangan karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang

perlu diperhatikan pada aspek sumber daya manusia, antara lain

langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM,

keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem

imbalan (Umar 2008).

6) Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk

khususnya harus memiliki orientasi litbang yang kuat.

Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru

17
sebelum pesaing melakukannnya untuk memperbaiki kualitas

produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk

menurunkan biaya.

D. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-

faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada

umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut

Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh

dan lingkungan industri.

1) Lingkungan Jauh

Menurut Pearce dan Robinson (1997) lingkungan jauh terdiri dari

faktor- faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan

dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor

ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi.

a) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi

tempat suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan

strategiknya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan

kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi

industri yang bersangkutan tersebut, misalnya pola konsumsi,

ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang siap

dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja

18
masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi,

dan kecenderungan pertumbuhan PNB (Pearce dan Robinson 1997).

b) Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi

kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di

lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya

dikembangkan dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama,

pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan

selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan

keinginan dan kebutuhan masyarakat melalui pengendalian dan

penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan (Pearce dan

Robinson 1997).

c) Faktor Politik

Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan

penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan.

Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang

membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas

perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil,

Undang-Undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah

minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan

administrative dan tindakan-tindakan lainnya yang dimaksudkan

untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan

lingkungan. Karena pada umumnya peraturan dan undang-undang

19
bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut cenderung

berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa

tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan member

manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi

pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat

membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan

Robinson 1997).

d) Faktor Teknologi

Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi.

Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan

harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin

mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat

membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan

produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi

dan pemasaran (Pearce dan Robinson 1997).

2) Lingkungan Industri

Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan

pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi

dalam banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu

industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu

persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing

baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar

penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.

20
2.5 Konsep Tanjak

Tanjak yang digunakan masyarakat melayu di Provinsi Riau, dijumpai

bahwa setiap bentuk tanjak yang digunakan memiliki makna tersendiri,

yaitu sebagai berikut:

a. Tanjak dendam tak sudah

Tanjak dendam tak sudah ini memiliki makna seseorang yang bekerja

keras demi melindungi anaknya, terlihat dari bentuk bagian atas tanjak,

tidak di jahit terlihat seperti melambai- lambai.dibalik bentuk tanjak

ini memiliki makna kasih sayang.

b. Tanjak Elang menyongsong angin

Tanjak elang menyongsong angin, memiliki filosofi kedudukan

seorang raja yang menghadang musuh, melambangkan kebijaksanaan

dan kecermatan, bentuk bagian atasnya seperti kepala elang yang

lagi memainkan gerak angin.

c. Tanjak Pial ayam

Tanjak Pial ayam adalah bentuk tanjak yang di sederhanakan

dari tanjak elaang menyongsong angin, pial ayam atau jengger yang

berwarna merah dibagian kepala ayam memiliki makna keberaniaan.

d. Tanjak Elang patah sayap

Tanjak Elang pata sayap memiliki makna kesatria yang terletak

dibagian lambayan atasnya yang mirip seperti kepak elang yang patah

akibat perkelahian. memiliki sifat pemimpin seperti halnya seekor

elang ketika harus terbang melawan badai.

21
e. Tanjak Pari mudik

Tanjak Pari mudik dibagian atas tanjak yang di bentuk patah kebawah

yang menyerupai ikan pari memiliki makna sikap rendah hati kepada

sesama.

2.6 Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Dimana SWOT ini

dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang

berorientasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan

organisasi tersebut secara lebih komprehensif.

Sedangkan analisis SWOT adalah penilaian atau assasment terhadap hasil

identifikasi situasi, untuk menentukan apakah suatu dikategorikan sebagai

kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman.

Tujuan dari penerapan SWOT pada suatu perusahaan adalah untuk

memeberikan suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan

penempatan analisis SWOT tersebt nantinya dapat dijadikan sebagai bandingan

pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta

peluang dan ancaman yang mungkin bisa terjadi dimasa-masa yang akan datang.

Menurut David (2012) faktor kunci eksternal dan internal merupakan

pembentuk analisis SWOT. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang

penting untuk membantu manajer mengembangan 4 tipe strategi, yaitu strategi S-

O, strategi S-T, strategi W-O, strategi W-T:

22
1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar – besarnya.

2. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.6.1 Matrik SWOT

Menurut Rangkuti (2006) alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategi perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan agar

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini

dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti, 2006).

2.6.2 Matriks Internal dan Eksternal

Matriks Faktor Internal merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan juga

memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-

area tersebut. Matriks ini disusun untuk menentukan seberapa baik keadaan internal

perusahaan, dilihat dari kekuatan dan kelamahan yang dimiliki. Matriks Faktor

Eksternal membantu para penyusun strategi untuk mengidentifikasi serta

mengevaluasi faktor- faktor eksternal yang memberikan pengaruh pada kinerja

23
perusahaan. Matriks ini disusun untuk menentukan seberapa baik perusahaan dalam

merespon peluang dan ancaman yang dihadapi.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu


No. Nama peneliti, Metode Hasil Penelitian
Tahun peneliti, Analisis
Judul penelitian
1. Budiana Setiawan, Pengamatan/ Hasil penelitian menunjukan
(2014) Strategi observasi, bahwa strategi yang
Pengembangan wawancara dilakukan para perajin untuk
Tenun IKat Kupang mendalam, mengembangkan tenun ikat
Provinsi Nusa studi pustaka,
Kupang dimulai dari upaya
Tenggara Timur dan Focus
penyediaan bahan baku yang
Group murah dan mudah diperoleh,
Disscusion diversifikasi (pengayaan)
(FGD) produk, pengembangan
teknologi pembuatan,
peningkatan organisasi
pengelolaan, sampai dengan
upaya pemasarannya, yang
dinilai dapat meningkatkan
hasil yang lebih baik.Dalam
menjalankan starteginya
dengan baik, para perajin juga
harus mendapatkan dukungan
dan pembinaan dari
pemerintah daerah.
2. Mita Suprayatni, Analisis Hasil penelitian
(2014) Analisis dengan teknik menunjukkan bahwa profil
SWOT terhadap kualitatif dan usaha dapat ditinjau dari
Profil Usaha analisis aspek produksi, aspek sumber
Kerajinan Kain SWOT daya manusia, aspek
Tenun Desa Tanglad pemasaran, dan aspek
Kecamatan Nusa keuangan. Aspek produksi
Penida Kabupaten meliputi alat produksi yang
Klungkung. berupa ATBM, dengan bahan
baku utama benang, pewarna
tekstil, dan tali raffia.
Produksi dilaksanakan
dirumah pribadi, dengan
keadaan sarana infrastruktur
yang belum menunjang.
Aspek sumber daya manusia

24
meliputi pengembangan
tenaga kerja yang
dilaksanakan dengan
memberikan pelatihan,
perencanaan SDM
berdasarkan pada kebutuhan
dan kompensasi berupa upah.
Promosi pernah dilakukan
pada pestival budaya, hasil
produksi berupa kain tenun,
dengan harga yang bervariasi
sesuai bahan baku. Usaha
dijalankan dengan sumber
dana yang berasal dari modal
sendiri dan bantuan, serta
tidak memiliki pembukuan.
Dari analisis SWOT dapat
diketahui bahwa produk yang
dihasilkan adalah produk
yang berciri khas sehingga
dapat dijadikan kekuatan
untuk menangkap peluang
pasar dengan jumlah pesaing
yang cukup tinggi.
3. Muhammad Arifin Analisis Hasil penelitian
Yusuf (2016) SWOT menggunakan SWOT dari
Analisis SWOT penilaian IFAS pada batik
untuk Menentukan Merak Manis dengan
Strategi klasifikasi industri batik large
Pengembangan sebesar 3,12. Penilaian IFAS
Industri Batik pada batik Putra Laweyan
dengn klasifikasi industri
batik medium sebesar 3,13.
Penilaian EFAS pada batik
Merak Manis dengan
klasifikasi industri batik large
sebesar 2,97. Penilaian EFAS
pada batik Putra Laweyan
dengan klasifikasi industri
batik medium sebesar 3,01.
Penilaian EFAS pada batik
Marin dengan klasifikasi
industri batik small sebesar
0,82. Berdasarkan hasil
analisis SWOT, industri batik
yang berada di Kecamatan

25
Laweyan yaitu industri batik
Merak Manis, industri batik
Putra Laweyan dan Marin
telah berada di jalur yang
sudah tepat dengan terus
melakukan peningkatan
dalam penjualan.

4. KM Makhitha Descriptive It is important to note that


(2016). Marketing Approach craft producers lack market
Strategies Of Small Using access as supported in this
Craft Producers In Quantitative study. They indicated that
South Africa: Survey there is lack of demand for
Practices And Methods their products and that it is
Challenges difficult for them to locate
customers who need their
products. These could be due
to the fact that they lack the
proper marketing strategy
that would guide them on
who to target and how to
decide on the product, price
distribution and marketing
communication elements for
the chosen target market.
Craft producers would
therefore need to decide on
who they want to target with
their products, determine
their needs and then
formulate a marketing mix
element strategy to reach the
target market. Craft
producers need access to
government provided support
programmes to target SMEs.
It will also be necessary for
government to establish a
public craft website where
craft producers can market
their products. This website
could be used to list craft
producers and their products
as well as their contact
details. However, it is
essential that government

26
make this service accessible
to the majority of crafters and
not only a handful, as is
currently the case.
Government can also
establish a newsletter or
electronic newsletter
targeted mainly at craft
retailers, in which the
various craft producers are
listed. This could be useful
for craft retailers to identify
craft producers and to gain
their contact details. It is
imperative that such a
marketing vehicle target not
only a few but the majority of
craft producers so that as
many craft retailers as
possible have a chance to
appear in the newsletter.
5. Kiki Joesyiana Analisis hasil penelitian bahwa
(2017) strategi SWOT penilaian responden
pengembangan terhadap faktor internal
industri rumah usaha tas rajut industri
tangga di pengelolaan kreatifitas tas
kota pekanbaru rajut
sebagai berikut adalah :
(studi kasus usaha
1. Keuangan, Variable
tas rajut industri keuangan terdiri dari
pengolahan indikator memiliki modal
kreatifitas tali kur) usaha dan
cukup memiliki
laba/keuntungan yang
memiliki indikator kekuatan
dalam
faktor internal, sedangkan
indikator sistem administrasi
keuangan yang masih
sederhana merupakan
indikator kelemahan dalam
faktor internal.
2. Sumber Daya Manusia,
Identifikasi faktor sumber
daya manusia meliputi

27
kompensasi, pelatihan dan
pengembangan serta
perekrutan dan penempatan
karyawan. Selain itu tingkat
pendidikan dan keterampilan
serta keahlian tenaga
kerja industri juga ikut
mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produk. Aspek
Produksi, Kegiatan produksi
dari suatu bisnis terdiri atas
semua aktivitas
yang mengubah input
menjadi barang dan jasa.
Kegiatan produksi
berhubungan
dengan input, transformasi,
dan output yang bervariasi
antar industri dan pasar.
4. Pemasaran dan Promosi,
Pemasaran adalah tindakan–
tindakan yang diperlukan
untuk menyampaikan barang
produksi dari tangan
produsen ke konsumen, baik
secara langsung maupun
tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisis
SWOT yang dilakukan
penulis, diperoleh strategi
yang
dapat digunakan dalam
pengembangan usaha tas
rajut di Kota Pekanbaru yaitu
strategi agresif. Strategi
agresif lebih fokus kepada
strategi S-O Dengan
menggunakan strategi S-O
Penulis mendapatkan hasil
temuan atau strategi yang
dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha tas
rajut di Kota Pekanbaru yaitu
peningkatan keahlian

28
SDM, peningkatan aktivitas
promosi dan diversifikasi
produk.

6. Rieskie Ayu Zamora Menggunakan Hasil penelitian yaitu tedapat


(2018) Arahan metode perbedaan karakteristik pada
Strategi Berdasarkan kuantitatif 15 industri yang dilihat dari
Daya Saing Industri dan jenis usaha, lama usaha,
Kecil Kerajinan kualitatif,tekn modal usaha, tempat
Tenun ik wawancara produksi, ketenagakerjaan,
Songket/Tenun Ikat dan harga produk, keunikan
di Kota Pekanbaru kuesioner. produk, pemasaran, dan
Teknik pendapatan. Posisi daya saing
pengolahan terbagi menjadi tiga yaitu 2
data industri berada pada posisi
menggunakan grow , 11 industri berada
crosstab pada pada posisi hold, dan 2
SPSS, matriks industri berada pada posisi
GEMcKinsey divest. Strategi yang
dan Shell, dan direkomendasikan adalah
analisis diversifikasi strategi.
SWOT
7. Qoiri (2018) Strategi Analisis Berdasarkan analisis SWOT
Pengembangan SWOT dihasilkan alternatif strategi
Industri Kecil dan yang paling utama adalah
Menengah di Kota strategi SO (Strenghts-
Pekanbaru Opportunities) yaitu dengan
memanfaatkan kekuatan
untuk meraih peluang yang
ada dengan pengembangan
pasar serta mempertahankan
dan meningkatkan kualitas
produk. Kebijakan yang
dapat diambil oleh
pemerintah berdasarkan
strategi SO (Strenghts-
Opportunities) yaitu
pembinaan dalam
memperkuat jaringan klaster
industri, pendampingan dan
pengembangan industri kecil
dan menengah, program
melek teknologi informasi
sebagai media promosi dan
pemasaran produk industri,

29
serta membuka akses pasar
bagi produk-produk industri.
8. Abdul Rahman Analisis Berdasarkan analisis
Suleman, (2019) Swot, lingkungan ekternal
Strategi Analisis Singengu Textile diperoleh
Pengembangan Internal dan hasil perhitungan matriks
Usaha Tenun Eksternal, EFE sebesar 2,5. Sedangkan
Songket Motif Matriks dari hasil analisis lingkungan
Tradisional SWOT. internal Singengu Textile
Singengu Textile diperoleh hasil perhitungan
matriks IFE sebesar 2.6.
Berdasarkan
hasil analisis General
Strategy Matrik diperolah
bahwa Singengu Textile
berada pada kuadran I yaitu
berada pada
strategi pertumbuhan agresif
(growth oriented strategy).
Sehingga alternative strategi
yang tepat diterapkan adalah
strategi penetresi pasar,
pengembangan pasar, dan
memelihara mutu produk dan
meningkatkan pelayanan.
Ketiga
strategi ini dibagi menjadi
lima yaitu meningkatkan
promosi penjualan, membuat
variasi harga, memelihara
mutu
produk dan meningkatkan
pelayanan, menambah jenis
produk, dan membuat
segmentasi pasar baru
Sumber : Data Olahan Peneliti 2020

2.8 Kerangka Penelitian

Analisis data yang dilakukan dengan metode analisis yang bersifat

deskriptif, data tersebut dikumpulkan dan diolah sehingga menjadi suatu gambaran

dari permasalahan, dianalisis dan dibandingkan dengan teori ilmiah kemudian

30
dianalisis menggunakan metode SWOT. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat

menemukan strategi pengembangan usaha yang dapat digunkan dalam

mengembangan usaha kerajinan tenun terutama di rumah tanjak melayu.

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Kerajinan Tenun (Rumah


Tanjak Melayu)

Analisis Internal Kekuatan Analisis ekternal Peluang


dan Kelemahan dan ancaman

Analisis SWOT dan


Matriks SWOT

Startegi pengembangan
usaha

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah tanjak melayu Kota Pekanbaru. Waktu yang

digunankan dalam penelitian ini terhitung dari bulan Februari 2020 hingga selesai.

3.2 Jenis dan sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari

tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk

tujuan spesifik studi (Sekaran,2006). Data primer dari penelitian ini

didapatkan dari kuesioner, wawancara. Data ini berupa faktor internal dan

eksternal yang memengaruhu produksi kerajinan tenun pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang

dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran,2006). Data sekunder

dari penelitian ini didapatkan dari Disperindag Kota Pekanbaru, Badan

Pusat Statistik Kota Pekanbaru, Lembaga adat Melayu Kota Pekanbaru

dan Badan Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru. Data yang didapatkan

berupa kontribusi sektoral terhadap PDB Indonesia tahun 2019, data

industri kerajinan tenun di Kota Pekanbaru, jumlah penduduk Kota

Pekanbaru, dan PDRB Kota Pekanbaru.

32
3.3 Populasi dan Sampel

b. Populasi

Menurut Sugiyono (2012) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri kreatif

tenun songket dan tanjak melayu di Kota Pekanbaru sebanyak 17 usaha.

c. Sampel

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini

menggunakan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu

Rumah Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru, dan konsumen sebagai tambahan

untuk melihat faktor SWOT yang mempengaruhi Rumah Tanjak Melayu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan

oleh peneliti untuk mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan pada

saat melakukan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu dengan cara:

33
a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

objek untuk melihat apa saja yang terjadi dilapangan sehingga

peneliti dapat mengumpulkan data penelitian. Observasi yang

dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data baik secara

langsung atapun tidak langsung yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

c. Kuisioner

Setelah melakukan observasi dan mewawancarai dan diskusi dengan

responden, hal yang harus dilakukan yaitu membuat kuisioner untuk

responden. Kuisioner dapat membantu memperoleh data yang valid untuk

penelitian. Kuisioner berisi pernyataan faktor internal dan faktor

eksternal yang dimiliki oleh usaha kerajinan tenun rumah tanjak melayu

di Kota Pekanbaru.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis

SWOT. Metode analisis deskriptif digunakan untuk analisa faktor pendorong dan

penghambat pengembangan kerajinan tenun rumah tanjak melayu di Kota

Pekanbaru. Sedangkan analisis SWOT digunakan untuk analisa strategi

pengembangan kerajinan tenun rumah tanjak melayu. Informasi yang diperoleh

dari responden akan dijabarkan dengan metode penilaian terhadap keadaan atau

34
kondisi tentang rumah tanjak melayu riau. Pengambilan keputusan strategi selalu

berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan yang ada baik secara internal

maupun eksternal dengan menganalisis faktor-faktor melalui analisis SWOT

(Rangkuti, 2015)

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada

saat sekarang atau masalah aktual.

2. Analisis SWOT

SWOT merupakan singkatan dari Strengths(kekuatan) dan Weaknesses

(kelemahan) lingkungan internal dan Opportunities (peluang) dan Threats

(ancaman) lingkungan eksternal dalam dunia bisnis(Rangkuti, 2014). Analisis

SWOT dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui metode strategi

pengembangan dengan cara menganalisis faktor eksternal berupa peluang dan

ancaman serta faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan.

35
Gambar 3.1 : Analisis SWOT

Berbagai
Peluang

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


turn-around agresif

Kelemahan Kekuatan
Internal Internal

4. Mendukung 2. Mendukung strategi


sistrategi defensive Berbagai diversifikas

Ancaman

Sumber : Rangkuti, 2014

Kuadran 1 : menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan karena perusahaan

memiliki peluang dan kekuatan, sehingga pada posisi ini perusahaan harus

mendukung kebijakan pertumbuhan agresif.

Kuadran 2 : Pada posisi ini perusahaan memiliki ancaman, namun masih ada

kekuatan dari segi internal sehingga ancaman tersebut dapat diatasi dengan

kekuatan yang ada. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah strategi diversifikasi

(produk/pasar) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

jangka panjang.

Kuadran 3 : Perusahaan memiliki peluang besar namun ada kelemahan internal

sehingga perusahaan harus memilih strategi yang tepat agar kelemahan yang ada

tidak mengurangi peluang besarnya. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah

perusahaan meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut

peluang pasar yang lebih baik

36
Kuadran 4: Posisi ini merupakan posisi yang sangat merugikan karena perusahaan

harus menghadapi berbagai ancaman dengan kondisi internal yang lemah. Strategi

yang harus diterapkan mendukung strategi defensive.

Dalam proses penyusunan perencanaan strategis terdapat tiga tahapan

analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan

keputusan. Pada tahap pertama yaitu tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi

faktor eksternal maupun internal untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Tahap

selanjutnya adalah tahap analisis dimana pada tahap ini terdapat beberapa model

alat analisis yaitu; matrik tows, matrik BCG, matriks internal-eksternal, matriks

space, dan matriks grand strategi. Semakin banyak matrik yang digunakan dalam

analisis, maka analisis yang dilakukan akan semakin akurat. Tahap terakhir proses

penyusunan perencanaan strategi adalah tahap pengambilan keputusan yang mana

pada tahap ini dapat digunakan matrik perencanaan strategis kuantitatif untuk

mempermudah pemilihan strategi.

Dalam penelitian ini, untuk tahap pengumpulan data akan digunakan

matrik faktor strategi eksternal dan matriks strategi internal.

a. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Dalam menyusun matriks faktor strategi eksternal, terlebih dahulu kita

harus mengetahui Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Terdapat beberapa cara

penentuan Faktor Strategi Eksternal yaitu:

1) Susunlah 5 sampai 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1.

2) Pada kolom 2 beri bobot masing-masing faktor yang disusun menggunakan

skala angka 1,0 (sangat penting) sampai 0,0(tidak penting). Hal ini perlu

37
dilakukan karena faktor-faktor yang telah disusun dapat memberikan dampak

terhadap faktor strategis.

3) Dalam kolom 3, hitung rating untuk masing-masing faktor dengan

menggunakan skala angka 4(outstanding) sampai 1(poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap proses pengembangan usaha. Faktor-faktor

peluang diberikan nilai rating positif yang artinya semakin besar peluang diberi

rating +4, namun jika peluangnya kecil diberi rating +1. Pemberian rating

ancaman berkebalikan dengan pemberian rating peluang, jika ancamannya

besar diberi rating 1 dan sebaliknya ketika nilai ancamannya sedikit diberi

rating 4.

4) Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4,0 (outstanding) sampai 1(poor).

5) Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor

pembobotan.

38
Tabel 3.1 : EFAS
Faktor-faktor Startegi Bobot Rating Bobot x Rating
Eksternal

Peluang :
Tentukan 5-10 peluang
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu
Ancaman:
tentukan 5-10 ancaman
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu berdasarkan hasil
observasi
TOTAL
Sumber : Rangkuti,2014

b. Matriks faktor strategi internal

Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis internal,

maka dilakukan penyusunan tabel IFAS untuk merumuskan faktor-faktor strategis

internal dalam Strength and Weakness. Tahapan penyusunan tabel IFAS adalah:

1) Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan

2) Pada kolom 2 beri bobot masing-masing faktor yang disusun menggunakan

skala angka 1,0 (sangat penting) sampai 0,0(tidak penting).

3) Dalam kolom 3, hitung rating untuk masing-masing faktor dengan

menggunakan skala angka 4(outstanding) sampai 1(poor) berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap proses pengembangan usaha.

4) Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0

(outstanding) sampai 1(poor)

39
5) Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor

pembobotan.

Tabel 3.2 : IFAS


Faktor-faktor Startegi Bobot Rating Bobot x Rating
Internal

Kekuatan :
Tentukan faktor-faktor
yang menjadi kekuatan
internal kerajinan tenun
rumah tanjak melayu
Kelemahan :
Tentukan kelemhan
internal dalam
pengembangan kerajinan
tenun rumah tanjak
melayu berdasarkan hasil
observasi
TOTAL
Sumber : Rangkuti, 2014

Setelah diperoleh data atau informasi mengenai faktor yang mempengaruhi

pengembangan rumah tanjak melayu, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan

data atau informasi tersebut untuk merumuskan strategi. Alat yang digunakan untuk

menyusun faktor strategi pengembangan rumah tanjak melayu adalah matriks

SWOT karena menurut Rangkuti (2014), matrik SWOT dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang ancaman eksternal yang dihadapi sutu perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT

dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative yang dapat digambarkan

pada diagram berikut:

40
Tabel 3.3 : Matriks SWOT
IFAS STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan
internal

EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan stratei yang
faktor peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
faktor ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan untuk
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2005

Keterangan:

a) Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk

memanfaatkan seluruh peluang yang ada

b) Strategi ST

Strategi ST adalah strategi yang digunakan untuk mengatasi ancaman

dengan cara memanfaatkan kekuatan yang dimiliki.

c) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan meminimalkan kelamahan yang dimiliki.

d) Strategi WT

Strategi ini merupakan strategi bagaimana menghindari ancaman dan

meminimalkan kelemahan yang ada.

41
Tabel 3.4 : Kriteria Tanggapan Responden
No Skor Indeks Konversi Kriteria
1 1 -2 Tidak Baik
2 2 -1 Kurang baik
3 3 0 Netral
4 4 1 Baik
5 5 2 Sangat Baik
Sumber : Sugiyono,2011

Dalam penelitian ini indeks konveksi digunakan untuk menentukan titik

koordinat dari total nilai faktor internal dan faktor eksternal yang sudah

dikonversikan, kemudian digambarkan dalam diagram SWOT.

42
BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Kota Pekanbaru

Sebagai ibu Kota Provinsi Riau, Kota Pekanbaru memiliki luas wilayah

632,26 Km2 dan memiliki posisi yang strategis karena terletak ditengah-tengah

Pulau Sumatra, sehingga menjadi jalur lintas antar kota-kota lainnya dibagian

barat, utara dan selatan. Secara geografis Kota Pekanbaru berada pada posisi

101o14’-101o34’ bujur timur dan 0o25’-0o45’ lintang utara dan berada pada

ketinggian 8 meter diatas permukaan laut. Wilayah Pekanbaru berbatasan dengan

4 Kabupaten Kampar, sementara disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Siak dan Kabupaten Pelalawan, kemudian disebelah Selatan dan Barat berbatasan

dengan Kabupaten Kampar. Kecamatan Tenayan Raya, Rumabai Pesisir dan

Rumbai merupakan tiga kecamatan terluas di Kota Pekanbaru, dengan persentase

luas wilayah terhadap total wilayah Pekanbaru masing-masing adalah 27,09%,

24,88%, dan 20,38%. Dilihat dari ketinggian wilayah tiap kecamatan, Tenayan

Raya merupakan kecamatan dengan wilayah tertinggi yakni mencapai 43 meter

diatas permukaan laut. Sebaliknya, kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan

dengn wilayah tersendah yang hanya berkisar 4 meter diatas permukaan laut.

4.2 Penduduk Kota Pekanbaru

Penduduk merupakan subjek dan objek dari pembangunan, hal ini karena

pembangunan itu dilaksanakan oleh penduduk dan ditujukan untuk kesejahteraan

penduduk. Program kependudukan yang meliputi pengendalian kelahiran,

menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia dan harapan hidup,

43
penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk

merupakan modal pembangunan yang harus ditingkatkan. Masalah kependudukan

di Kota Pekanbaru sama halnya seperti daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai

manusia yang berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan sulit

tercapai. Sebagian besar penduduk di Kota Pekanbaru merupakan penduduk

pendatang yang berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dan Provinsi lain di

Indonesia diantaranya Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan,

Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan sebagainya.

Penduduk Kota Pekanbaru mengalami peningkatan tiap tahunnya

disebabkan karena Kota Pekanbaru merupakan pusat aktivitas pemerintahan,

pendidikan, kesehatan, perdagangan dan hiburanyang semua itu merupakan daya

tarik masyarakat untuk menetap disekitar pusat-pusat Kota. Letak Kota Pekanbaru

yang strategis karena merupakan jalur lintas yang menghubungkan kota-kota di

Pulau Sumatra.

Penduduk kota Pekanbaru pada tahun 2019 bersumber dari hasil registrasi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah 954.373 jiwa, sedangkan

berdasarkan hasil proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik adalah 1.149.359

jiwa. Persentase penduduk jika dirinci menurut kecamatan, terlihat bahwa

Kecamatan Tampan, Tenayan Raya, dan Marpoyan Damai adalah wilayah dengan

jumlah penduduk paling banyak. Jika dibanding dengan luas wilayah, terlihat bahwa

Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru Kota, dan Lima Puluh memiliki kepadatan

penduduk paling besar dibandingkan kecamatan lainnya.

44
Berikut adalah jumlah penduduk Kota Pekanbaru menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin tahun 2019 :

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Tahun 2019
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan
0-4 58.308 53.278 111.586
5-9 52.334 48.466 100.800
10-14 47.214 43.509 90.723
15-19 53.290 54.542 107.832
20-24 62.901 61.167 124.068
25-29 55.012 52.451 107.463
30-34 49.350 47.435 96.785
35-39 46.167 44.990 91.157
40-44 43.315 41.236 84.551
45-49 38.044 33.592 71.636
50-54 28.983 25.804 54.787
55-59 21.250 20.055 41.305
60-64 13.734 12.324 26.058
65+ 16.397 18.211 34.608
Total 586.299 557.060 1.149.359
Sumber : BPS Kota Pekanbaru 2020

4.3 Ketenagakerjaan

Masalah penduduk tidak terlepas dari masalah ketenagakerjaan. Jika tingkat

pertumbuhan penduduk tinggi maka akan tinggi pula penyediaan tenaga kerja.

Penawaran kerja yang tinggi tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup

akan menimbulkan pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Kota Pekanbaru dari

data hasil oleh Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas) adalah sebanyak 55.065

jiwa, yang terdiri dari 338.153 laki-laki dan 219.912 perempuan. Dari angkatan

kerja tersebut ada sebanyak 514.200 penduduk yang bekerja, sedangkan sisanya

adalah penduduk yang tidak bekerja atau menganggur.

45
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Pekanbaru tahun 2019

sebesar 66,12% dan tingkat pengangguran sebesar 7,86%. Artinya dari 100

penduduk usia kerja 66 orang diantaranya berpartisipasi aktif di dunia kerja, dan

sebesar 7,86% dari jumlah angkatan kerja adalah pengangguran. Angka ini

mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dengan tingkat

pengangguran di tahun 2018 sebesar 8,42%.

4.4 Perekonomian Kota Pekanbaru

4.4.1 PDRB Kota Pekanbaru

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah

barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh

kegiatan perekonomian di suatu daerah. Tinggi rendahnya kemakmuran suatu

daerah dapat diketahui melalui PDRB daerah tersebut. Perhitungan PDRB ini dibagi

menjadi dua yaitu berdasarkan harga konstan dan berdasarkan harga yang berlaku,

perhitungan berdasarkan harga konstan yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan

dihitung berdasarkan harga tahun yang berlaku pada tahun perhitungan. Perhitungan

berdasarkan harga konstan tidak dipengaruhi oleh inflasi, sedangkan perhitungan

berdasarkan harga berlaku dipengaruhi oleh inflasi.

4.5 Kerajinan Tenun

Tenun adalah salah satu jenis kriya Nusantara yakni kriya textile. Menurut

(Bastomi,2000) kata lain dari kriya adalah karya atau kerja. Kriya merupakan seni

yang mengutamakan kerja, dengan demikian hasil kriya sering di sebut dengan seni

kriya dengan kata lain adalah seni terapan. Tenun termasuk benda-benda seni rupa

yang di dalamnya mengandung nilai fungsional, tenun juga memiliki manfaat ganda

46
yang dapat digunakan sebagai alat/perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Selain itu tenun juga dapat dinikmati keindahannya.

Tenun tradisional Indonesia merupakan produk seni budaya yang

diproduksi di berbagai wilayah di seluruh nusantara. Ciri khas yang dimiliki tenun

tradisional beragam hias, makna, teknik pembuatan, kemudian memiliki nilai

budaya yang tinggi dan merupakan identitas masyarakat setempat. Setiap etnik

memiliki budaya masing-masing, setiap budaya etnik merupakan sebuahjati diri,

dan local genius atau kepribadian entik itu sendiri. Budaya etnik juga memiliki ciri-

ciri khusus dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan lokasi serta lingkungan

alam sekitarnya (Bastomi, 2000).

4.6 Tanjak Melayu Riau

Di provinsi Riau untuk saat ini sudah ada berbagai komunitas dari tanjak

melayu yang pada dasarnya anggota tersebut sebagian besar adalah anak muda.

Komunitas tanjak anak muda juga turut serta berusaha dalam mempopulerkan

kembali tanjak melayu dengan menggunakan tanjak melayu ini sebagai identitas

dari laki–laki melayu. Adapun berikut ini adalah jenis tanjak melayu yang tersebar

di berbagai kabupaten– kabupaten di provinsi Riau.

47
Tabel 4.2 : Jenis–Jenis Tanjak Melayu Riau
No Nama Tanjak Melayu Riau No Nama Tanjak Melayu Riau
1 Tanjak Dendam Tak Sudah 11 Tanjak Elang Patah Kepak
2 Tanjak Laksamana 12 Tanjak Elang Menyongsong Angin
3 Tanjak Temalong Budu 13 Tanjak Lang Melayang
4 Tanjak Bugis Tak Balik 14 Tanjak Sarawak Bumi Kenyalang
5 Tanjak Tebing Runtuh 15 Tanjak Tebing Laksamana
6 Tanjak Lubang Layar 16 Tanjak Laksamana Johor-Riau
7 Tanjak Belah Mumbang 17 Tanjak Pari Mudik
8 Tanjak Pial Ayam 18 Tanjak Bersusun
9 Tanjak Temenggong Kedah 19 Tanjak Laksamana Kedah
10 Tanjak Perlis Indera Kayangan 20 Tanjak Dendam Berahi
Sumber : Lembaga Adat Melayu Riau, 2020.
Tanjak adalah salah satu kombinasi bagian dari busana pada kepala laki–laki

melayu yang pada saat itu sering dikaitkan dengan istana, kepahlawanan dan tanjak

dipakai dalam berbagai jenis acara adat istiadat orang melayu, akan tetapi ada istilah

dan nama lain yang turut menyertainya seperti destar dan tengkolok. Tanjak pada

kebiasaanya akan dipasangkan atau dikombinasikan dengan bengkung, sampin serta

baju melayu dan keris selit bagi busana laki–laki melayu. Tanjak dianggap sebagai

lambang dan bentuk dari kewibawaan di kalangan laki–laki masyarakat melayu.

Semakin tinggi tanjak dan kompleks bentuk tanjaknya, hal ini menunjukkan

semakin tinggi juga status sosial dari sipemakainya.

4.6.1 Ketentuan Pemakaian dan Warna Tanjak Melayu Riau

Adapun ketentuan dalam penggunaan tanjak tersebut terbagi menjadi 3

bagian antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan adat yaitu berdasarkan pada kebiasaan sehari–hari dalam

kehidupan masyarakat melayu setempat

48
2. Berdasarkan adat istiadat artinya memiliki atau mempunyai protokoler yang

lebih mengarah pada suatu ketetapan yang sudah disetujui atau disepakati

bersama didalam suatu majelis

3. Berdasarkan adab yaitu mempunyai rasa untuk menjujung tinggi nilai–nilai

terhadap penggunaan tanjak.

4.6.2 Syarat Tanjak Melayu Riau

Adapun syarat tersebut antara lain terdiri dari berikut ini :

1. Tanjak harus terbuat dari bahan kain

2. Tanjak berasal dari kain berbentuk segi empat kemudian kain tersebut dilipat

menjadi bentuk kain segi tiga

3. Tanjak juga mempunyai tapak di lipatan pertama, sementara untuk lipatan

kedua dan juga seterusnya bernama bengkong

4. Bagian terpenting dalam tanjak yaitu harus mempunyai simpul

5. Simpul pada ikatan pernikahan mempunyai makna yang terbagi menjadi 2

bagian di kiri dan kanan, yang mana paada simpul ini menandakan sebuah

ikatan pernikahan antara ayah dan juga ibu. Dari sebuah simpul pernikahan

tersebut terjalinnya simpul pernikahan yang memberikan tanda asal usul dari

mana dia berasal.

49
4.7 Profil Usaha Rumah Tanjak Melayu

Rumah Tanjak Melayu adalah sebuah usaha yang menjual aksesoris budaya

melayu seperti tanjak, songket, baju adat melayu dan lain-lain. Namun usaha ini

lebuh memfokuskan tanjak sebgai target produksi utamanya. Dengan status

kepemilikan usaha adalah pribadi, dengan jumlah karyawan 3 orang. Rumah Tanjak

Melayu berada dilokasi yang cukup strategis yaitu di Jl. Melati Indah Tampan,

Pekanbaru. Disekitarnya memiliki kependudukan yang padat dan dekat dengan

aktivitas/fasilitas masyarakat umum yang ramai setiap harinya.

Rumah Tanjak Melayu berdiri dari tahun 2015 sampai sekarang. Usaha ini

didirikan oleh ibu Yusmaneli dengan jumlah karyawan sebanyak 3 orang. Di Rumah

Tanjak Melayu memproduksi beberapa jenis tanjak seperti Tanjak Pial Ayam,

Tanjak Melayu Hangtuah, Tanjak Menyongsong Angin, dan Tanjak Tebing Runtuh.

Dengan adanya perbedaan pada setiap nama, bentuk dan latar belakang terhadap

tanjak, hal inilah yang menjadi daya tarik atau keunikan tersendiri dari kerajinan

tenun Rumah Tanjak Melayu ini.

Proses pruduksi tanjak dilakukan di tempat Rumah Tanjak itu sendiri, mulai

dari mengukur bahan, menjahit dan membentuk songket sehingga menjadi tanjak.

Karyawan yang bekerja pada Rumah Tanjak Melayu adalah orang-orang yang

memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing.

50
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

berbagai inormasi dan data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara sebagai

sumber informasi yang digunakan sebagai hasil dari penelitian mengenai Strategi

Pengembangan Industri Kerajinan Tenun di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Rumah

Tanjak Melayu) dengan menggunakan analisis SWOT

5.1.1 Identitas Responden

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan pada industri kerajinan tenun dalam

usaha Rumah Tanjak Melayu, yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah

pemilik usaha dari Rumah Tanjak Melayu dengan pemberian kuesioner yang

sepenuhnya memiliki jawaban yang lengkap. Penyajian data mengenai identitas

responden yaitu untuk memberikan gambaran tentang keadaan diri responden.

Adapun data mengenai pemilik dari Rumah Tanjak Melayu yang menjadi responden

yaitu Ibuk Yusmaneli berumur 50 tahun dengan latar belakang pendidikan SMA.

5.2 Kondisi Usaha Rumah Tanjak Melayu

a. Investasi/Modal Awal

Modal awal pendirian usaha Rumah Tanjak Melayu ini adalah sebesar Rp.

75.000.000 yang berasal dari modal prbadi. Yang dibagi menjadi investasi tetap dan

investasi kerja, seperti bangunan, peralatan (mesin-mesin), upah tenaga kerja, biaya

listrik dan biaya bahan baku. Berikut rincian investasi tetap dari Rumah Tanjak

Melayu :

51
Tabel 5.1 : Biaya Investasi Tetap Rumah Tanjak Melayu
No Investasi Tetap Jumlah
1 Sewa Toko Rp. 20.000.000
2 Mesin Jahit Rp. 15.000.000
3 Kursi dan Meja Rp. 7.000.000
4 Etalase Rp. 10.000.000
5 Biaya Bahan Baku Rp. 23.000.000
TOTAL Rp. 75.000.000

b. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja adalah faktor yang sangat diperlukan dalam suatu

proses produksi. Pada usaha Rumah Tanjak Melayu jumlah tenaga kerja pada awal

mula usaha adalah 1 orang, namun seiring berjalannya usaha jumlah tenaga kerja

bertambah menjadi 3 orang karyawan. Berdasarkan info yang didapat dari pemilik

usaha, tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha ini haruslah memiliki keahlian

menjahit, teliti dan ulet dalam melakukan tugas yang diberikan.

c. Proses Produksi

Dalam melakukan proses produksi dari industri kerajinan tanjak berbeda-

beda. Waktu yang dibuutuhkan dalam membuat 1 unit tanjak sekitar 30-60 menit

tergantung permintaan dari konsumen.

d. Penetapan harga tanjak

Penetapan harga tanjak dijual dengan harga Rp. 50.000 per unit dan

Rp.45.000 per unit untuk harga grosir. Terdapat juga variasi harga yang tergantung

dari permintaan konsumen seperti menggunakan bahan tanjak dengan songket asli

atau permintaan khusus lainnya.

52
5.3 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Industri Kerajinan Tenun

pada Usaha Rumah Tanjak Melayu

5.3.1 Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor faktor

kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) dari pada industri kerajinan tenun

pada usaha rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil dari

lingkungan internal, maka diperoleh beberapa faktor yang merupakan kekuatan dan

kelemahan yang berpengaruh pada industri kerajinan tenun rumah tanjak melayu

tersebut.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan antara lain adalah :

c. Manajemen

Variabel manajemen dari industri kerajinan tenun di rumah tanjak melayu

terdiri dari empat indikator yaitu, penetapan tujuan dan target bisnis, perekrutan

SDM dan tenaga kerja, pengawasan terhadap kegiatan produksi dan hubungan

dengan tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa kondisi

manajemen pada industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota

Pekanbaru sebagai berikut :

1. Tujuan dan Target Bisnis

Dalam melaksanakan sebuah bisnis, setiap perusahaan harus

menetapkan tujuan bisnis sebagai target kinerja yang ingin dicapai

sekaligus untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan program yang

telah ditetapkan. Dari variabel manajemen indikator tujuan dan target

bisnis responden menilai sangat baik dengan nilai 5.

53
2. Perekrutan SDM dan Tenaga Kerja

Salah satu kunci utama dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang

professional adalah terletak pada proses rekrutmen atau seleksi calon

tenaga kerja. Responden industri kerajinan pada rumah tanjak melayu di

Kota Pekanbaru menilai indikator ini baik dengan nilai 4.

3. Pengawasan Terhadap Kegiatan Produksi

Pengawasan dalam kegiatan bisnis merupakan salah satu fungsi dalam

manajemen suatu perusahaan. Semakin sering pimpinan perusahaan

mengawasi dan mengevaluasi suatu perusahaan maka semakin baik

jalannya sebuah perusahaan. Responden industri kerajinan pada rumah

tanjak melayu di Kota Pekanbaru menilai ini sangat baik dengan nilai 5.

4. Hubungan dengan Tenaga Kerja

Hubungan dengan tenaga kerja merupakan salah satu pengaruh dalam

kelangsungan kegiatan produksi. Jika hubungan pemilik dengan tenaga

kerja baik maka pekerja pun lebih nyaman dan melakukan tugasnya

dengan baik tanpa adanya rasa tertekan. Responden pada industri ini

menilai hal ini sangat baik dengan nilai 5.

d. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang didalam

individu ataupun kelompok mendapatkan yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menwarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain. Variabel pemasaran dari industri kerajinan tenun pada rumah

54
tanjak melayu di Kota Pekanbaru terdiri dari Produk , Harga dan Promosi. Pemilik

industri memperoleh nilai yang baik dengan nilai 4.

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan antara lain adalah :

a. Keuangan

Keuangan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyiapan

laporan keuangan untuk pencatatan transaksi suatu perusahaan atau organisasi dan

penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Variable dari

keuangan terdiri dari investasi usaha dan sumber dana. Pada indikator ini industri

kerajinan pada rumah tanjak melayu berpendapat memiliki nilai yang kurang baik

yaitu dengan nilai 2.

b. Produksi dan Operasi

1. Kapasitas Produksi

Kapasistan produksi merupakan salah satu hal penting dalam

meningkatkan hasil produksi yang bermutu pada sebuah industri.

Kapasitas produksi dari industri kerajinan tenun pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru memberi nilai pada indikator ini kurang baik

dengan nilai 2

2. Ketersediaan Tenaga Kerja

Indikator ini merupakan hal penting dalam membangun suatu usaha

produksi. Ketersediaan tenaga kerja dari industri kerajinan tenun pada

rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru menilai kurang baik dengan

nilai 2.

55
Berdasarkan indikator-indikator faktor internal, selanjutnya disusun

kedalam matrik IFAS dan dilakukan pembobotan dan peringkat pada masing-

masing indikator kekuatan dan kelemahan. Setelah diperoleh nilai bobot dan

peringkat rata-rata dari tiap indikator maka dapat diketahui skor setiap indikator dan

dapat diketahui kekuataan utama dan kelemahaan utama industri kerajinan tenun

pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Hasil analisis matrik IFAS pada

industri tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 5.2 Analisis Matriks IFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru
Dimensi Variabel Indikator Bobot Rating Bobot x
Rating
Penetapan tujuan 0.12 5 0.52
dan target bisnis
Perekrutan sdm dan 0.10 4 0.38
Manajemen tenaga kerja
Faktor Pengawasan
Internal terhadap kegiatan 0.10 5 0.48
Kekuatan produksi
Hubungan dengan 0.08 5 0.38
tenaga kerja
Produk 0.12 4 0.46
Pemasaran Harga 0.12 4 0.46
Promosi 0.10 4 0.38
Faktor Keuangan Sumber Dana 0.12 2 0.23
Internal Produksi Kapasitas produksi 0.10 2 0.19
Kelemahan dan Operasi Ketersediaan tenaga
kerja 0.08 2 0.15

Total Skor Strategi Internal 1.00 3.63


Sumber : Data olahan 2020

Pada tabel 5.1 skor tertinggi untuk indikator kekuatan adalah 0,52 yaitu pada

variabel manajemen indikator penetapan tujuan dan target bisnis, dimana responden

menganggap bahwa indikator faktor tersebut merupakan kekuatan yang paling

penting dibandingkan faktor kekuatan yang lainnya. Kemudian faktor internal

56
kekuatan paling penting lainnya terdapat pada pengawasan terhadap kegiatan

produksi dengan skor 0,48.

Pada indikator kelemahan skor tertinggi adalah 0,23 ialah pada variabel

keuangan indikator sumber dana, hal ini responden menganggap bahwa sumber

dana menjadi kelemahan yang paling penting dibandingkan yang lainnya.

Responden sendiri juga mengatakan belum ada bantuan dari pemerintah untuk

usaha rumah tanjak ini. Kemudian kelemahan selanjutnya ada pada variabel

produksi dan operasi indikator kapasitas produksi dengan skor 0,19 dan terakhir

terdapat pada indikator ketersediaan tenaga kerja dengan skor 0,15.

Dari evaluasi faktor internal industri kerajinan tenun pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru terlihat bahwa faktor kekuatan memiliki perhitungan

bobot yang lebih besar yaitu 3,06 sedangkan faktor kelemahan industri itu sendiri

memiliki bobot 0,57 atau dengan selisih 2,49 sehingga upaya pemanfaatan dan

peningkatan kekuataan menjadi mutlak harus terus dilakukan.

5.3.2 Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor

peluang (opportunity) dan ancaman (threats) industri kerajnan tenun pada rumah

tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Dalam upaya mengidentifikasi faktor-faktor

peluang dan ancaman, terlebih dahulu ditetapkan beberapa variabel dan indikator

lingkungan eksternalnya.

Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi industri kerajinan pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru adalah :

57
a. Ekonomi

Variabel ekonomi dari industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di

Kota Pekanbaru terdiri dari dua indikator yaitu, kondisi ekonomi dan permintaan

pasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa kondisi ekonomi pada

industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru sebagai

berikut :

1. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi proses

berjalannya suatu usaha. Oleh karena itu peran pemerintah dan

masyarakat sangat diperlukan untuk mempertahankan bahkan

meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik agar

industri dapat bergerak maju dalam bisnisnya. Dari variabel ekonomi

indikator kondisi ekonomi responden menilai baik dengan niai 4.

2. Permintaan Pasar

Permintaan pasar dalam suatu ekonomi merupakan salah satu pengaruh

penting dalam penjualan suatu produk. Dalam variabel ekonomi

indikator permintaan pasar responden menilai sangat baik dengan skor

senilai 5.

b. Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan

Variabel sosial budaya, demografi dan lingkungan merupakan faktor yang

tidak bisa diabaikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi masyarakat secara

keseluruhan. Setiap perubahan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung

dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Variabel ini memiliki beberapa

58
indikator yaitu, gaya hidup, perkembangan penduduk dan lingkungan. Suatu

perusahaan dipengaruhi oleh faktor budaya setempat seperti budaya, norma dan

nilai yang dianut oleh masyarakat pada tempat dimana perusahaan itu berada.

Sedangkan faktor sosial merupakan faktor yang dinamis sehingga cenderung

berubah dari waktu ke waktu. Pada ketiga indikator ini menurut responden

berpendapat bahwa perkembangan penduduk dan lingkungan dengan nilai baik

dengan skor 4 sedangkan gaya hidup sangat baik dengan skor 5.

c. Teknologi

Perkembangan teknologi ini dapat mempengaruhi jalannya suatu bisnis.

Sebuah teknologi memiliki pengaruh baik karena dapat mengefisiensikan sistem

dalam produksi. Variabel teknologi memiliki indikator teknologi produksi dan

pemanfaatan internet, pada hal ini responden berpendapat variabel teknologi

produksi baik dengan skor 4 dan untuk indikator pemanfaatan internet dengan

sangat baik dengan skor 5.

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman antara lain adalah :

a. Politik, Pemerintah dan Hukum

Variabel ini merupakan faktor penting yang memiliki pengaruh pada sektor

usaha. Ketidakstabilan politik yang mengarah kepada kondisi yang jauh dari

kondusif bagi dunia usaha. Penilaian pada variabel ini responden berpendapat

bahwa indikator kondisi politik kurang baik dengan skor 2 yang artinya tidak terlalu

mempengaruhi terhadap industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota

Pekanbaru.

59
b. Kompetitif

Suatu usaha tidak terlepas dari suatu persaingan, apabila suatu usaha tidak

dapat bersaing di pasar maka usaha tersebut tidak bisa bertahan. Pada variabel

kompetitif terdapat indikator persaingan terhadap produk sejenis, potensi masuknya

pesaing baru dan pengembangan produk. Pada variabel ini responden memberikan

nilai kurang baik dengan skor 2 pada masing masing indikator.

Berdasarkan indikator-indikator faktor eksternal, selanjutnya disusun

kedalam matrik EFAS dan dilakukan pembobotan dan peringkat pada masing-

masing indikator peluang dan ancaman. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat

rata-rata dari tiap indikator maka dapat diketahui skor setiap indikator dan dapat

diketahui kekuatan utama dan kelemahan utama industri kerajinan tenun pada

rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru. Hasil analisis matrik EFAS dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

60
Tabel 5.3 Analisis Matriks EFAS Industri Kerajinan Tenun pada Rumah
Tanjak Melayu di Kota Pekanbaru
Dimensi Variabel Indikator Bobot Rating Bobot x
Rating
Ekonomi Kondisi ekonomi 0.11 4 0.45
Permintaan pasar 0.09 5 0.47
Faktor Sosial Budaya, Gaya hidup 0.09 5 0.47
Eksternal Demografi dan Perkembangan 0.08 4 0.30
Peluang Lingkungan penduduk
Lingkungan 0.11 4 0.45
Teknologi Teknologi produksi 0.08 4 0.30
Pemanfaatan internet 0.08 5 0.38
Politik, Kondisi politik
Pemerintah dan 0.09 2 0.19
Faktor Hukum
Eksternal Persaingan terhadap 0.11 2 0.23
Ancaman produk sejenis
Kompetitif Potensi masuknya 0.08 2 0.15
pesaing baru
Pengembangan 0.08 2 0.15
produk
Total Skor Strategi Eksternal 1.00 3.54
Sumber : Data Olahan (2020)

Pada tabel 5.2 skor tertinggi untuk indikator peluang adalah 0.47 yaitu pada

variabel ekonomi indikator permintaan pasar dan variabel sosial budaya indikator

gaya hidup, dimana responden menganggap bahwa indikator faktor tersebut

merupakan peluang yang paling penting di bandingkan faktor peluang lainnya.

Selanjutnya faktor eksternal peluang pada indikator kondisi ekonomi dan

lingkungan dengan nilai 0,45 pada pemanfaatan internet 0,38 dan terakhir 0,30 pada

perkembangan penduduk dan teknologi produksi.

Pada indikator ancaman skor tertinggi adalah 0,23 yaitu pada variabel

kompetitif indikator persaingan terhadap produk sejenis, kemudian ancaman

selanjutnya pada variabel politik, pemerintahan dan hukum indikator kondisi politik

61
dengan nilai 0,19 dan terakhir pada variabel kompetitif indikator potensi masuknya

pesaing baru dan pengembangan produk dengan nilai 0,15.

Dari evaluasi faktor eksternal industri kerajinan tenun pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru dapat dilihat bahwa faktor peluang memiliki perhitungan

bobot yang lebih besar yakni 2,82 dibanding dengan ancaman pada industri itu

sendiri dengan bobot 0,72 dan didapatkan selisih sebesar 2,1.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal industri

kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru, dapat dilihat diagram

analisis SWOT berikut.

Gambar 5.1 Diagram Analisis SWOT

Peluang (2,82)

III. Strategi Turn Around 3,54 I. Strategi Agresif/Growth

Kelemahan (0,57) Kekuatan (3,06)


3,63

IV. Strategi Defensif II. Strategi Diversifikasi


Ancaman (0,72)

Sumber : Data olahan (2020)

Dari gambar diagram analisis SWOT ditas, dapat dijelaskan Kuadran 1

menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif (Growth Oriented Strategy). Pada Kuadran 2 dapat dijelaskan

meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari

62
segi internal. Maka strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara deversifikasi produk.

Selanjutnya pada Kuadran 3 perusahaan memiliki peluang pasar yang besar namun

memiliki beberapa kendala berupa kelemahan pada faktor internal. Strategi yang

tepat dalam menghadapi masalah ini yaitu dengan strategi Turn Around yaitu

perusahaan harus meninjau kembali dengan meminimalkan masalah-masalah

internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang baik. Dan yan terakhir

Kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal, maka strategi yang harus

dilakukan adalah strategi devensif. Dari hasil analisis diagram SWOT diatas dapat

dilihat industri kerajinan tenun pada rumah tanjak di Kota Pekanbaru berada pada

kuadran I yaitu menetapkan strategi agresif.

5.4 Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan sebuah alat pencocokan yang penting yang

membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO

(kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-

ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor-faktor

eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan

matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satupun paduan

yang paling benar (David, 2011).

Analisis SWOT menggolongkan faktor-faktor lingkungan internal sebagai

kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Lingkungan eksternal sebagai

peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Strategi dapat diartikan sebagai alat

63
untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu usaha. Berikut faktor internal dan eksternal

dari industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru :

1. Kekuatan (Strength)

a. Pengawasan yang baik terhadap kegiatan produksi

b. Hubungan dengan tenaga kerja yang baik

c. Produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau

d. Tujuan dan target bisnis tercapai

e. Pemanfaatan promosi yang baik

2. Kelemahan (Weakness)

a. Sumber dana yang kurang

b. Kapasitas produksi kurang baik

c. Ketersediaan tenaga kerja sedikit

3. Peluang (Opportunities)

a. Pemanfaatan internet

b. Perkembangan penduduk yang semakin meningkat

c. Lingkungan yang cukup strategis

d. Kondisi ekonomi dan permintaan pasar di daerah industri cukup baik

4. Ancaman (Threats)

a. Persaingan munculnya produk yang sejenis

b. Potensi masuknya pesaing baru

c. Kondisi politik dapat mempengaruhi permintaan

64
Tabel 5.4 : Analisis Matriks SWOT
Strenght (S) Weakness (W)
a) Pengawasan yang a) Sumber dana yang
Faktor baik terhadap kurang
Internal kegiatan produksi b) Kapasitas produksi
b) Hubungan dengan kurang baik
tenaga kerja yang c) Ketersediaan tenaga
baik kerja sedikit
c) Produk yang
berkualitas dengan
harga yang
terjangkau
Faktor d) Tujuan dan target
Eksternal bisnis tercapai
e) Pemanfaatan
promosi yang baik
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
a) Pemanfaatan a) Meningkatkan a) Meningkatkan
internet kualitas dan kuantitas kapasitas produksi
b) Perkembangan produk untuk b) Pemanfaatan penduduk
penduduk yang menaikkan atau sekitar dalam
semakin menjaga permintaan perekrutan tenaga kerja
meningkat pasar pada industri kerajinan
c) Lingkungan yang b) Memperluas pangsa tenun ini
cukup strategis pasar dengan
d) Kondisi ekonomi memanfaatkan
dan permintaan internet
pasar di daerah
industri cukup baik
Thteats (T) Strategi S-T Strategi W-T
a) Persaingan a) Menetapkan harga a) Meningkatkan peran
munculnya produk bersaing dengan pemerintah untuk
yang sejenis produk yang menghimbau
b) Potensi masuknya berkualitas masyarakat melayu
pesaing baru b) Efisiensi biaya menggunakan produk
c) Kondisi politik produksi ini disetiap ada acara
dapat c) Memanfaatkan daerah
mempengaruhi internet sebagai b) Mempertahankan cirri
permintaan sarana promosi dan khas produk dengan
meningkatkan menjaga kreatifitas
penjualan produk pada mutu produk
Sumber : Data Olahan Penelitian (2020)

65
5.5 Pembahasan

Berdasarkan analisis matriks internal dan eksternal pada tabel 5.3 adalah

strategi SO, strategi ini diciptakan dengan menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan tabel 5.3 yang dapat diterapkan pada

industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru adalah:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk untuk menaikkan atau menjaga

permintaan pasar

Kualitas dan kuantitas produk merupakan faktor terpenting yang harus

diperhatikan dalam mengadapi persaingan yang ketat, oleh karena itu

diperlukan kualitas produk yang baik. Untuk menghasilkan produksi yang

baik pemilik industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota

Pekanbaru harus memperhatikan pemilihan bahan baku yang digunakan dan

melakukan pengawasan terhadap kegiatan produksi.

2. Memperluas pangsa pasar dengan memanfaatkan internet

Untuk meningkatkan pemasaran dan juga pendapatan, industri harus

mengembangkan bisnisnya dengan cara memperluas pangsa pasar

mengikuti perkembangan sistim pemasaran baru seperti shopee, tokopedia,

buka lapak, bli bli, lazada, dll. Dengan media online dan strategi online

marketing yang baik, maka bisa meningkatkan penjualan tanpa batas ruang

dan waktu.

Strategi pendukung dalam pengembangan industri kerajinan tenun pada

rumah tanjak di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :

66
a. Strategi ST (Stength-Threats)

Strategi ini diciptakan dengan memanfaatkan kekuatan internal untuk

mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal. Strategi yang digunakan

jika dalam kondisi seperti ini adalah :

1. Menetapkan harga bersaing dengan produk yang berkualitas

Melihat kondisi perekonomian yang cenderung menurun dan persaingan

terhadap produk sejenis para pemilik/pengelola harus menetapkan harga

bersaing dengan produk yang juga berkualitas agar dapat mengimbangi

kondisi pasar pada saat ini.

2. Efisiensi biaya produksi

Untuk menghasilkan produk dengan harga yang terjangkau para

pemilik/pengelola harus bisa mengefisiensikan biaya produksi tanpa

mengurangi kualitas dari produk yang dihasilkan.

3. Memanfaatkan internet sebagai sarana promosi dan meningkatkan

penjualan produk

Dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat pada zaman

sekarang ini, internet dapat meningkatkan penjualan produk dengan

melalukan promosi di berbagai media seperti instagram, facebook,

twitter, whatsapp, dan lain-lain.

b. Strategi W-O (Weakness-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi yang dapat di gunakan jika dalam

kondisi seperti ini adalah :

67
1. Meningkatkan kapasitas produksi

Kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat

diproduksi dalam satuan waktu tertentu (Yamit, 2011).

Pemilik/pengelola dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan

memanfaatkan kondisi ekonomi yang cukup baik.

2. Pemanfaatan penduduk sekitar dalam perekrutan tenaga kerja pada

industri kerajinan tenun

c) Strategi W-T (Weakness-Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat devensife dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi yang

dapat digunakan dalam kondisi seperti ini adalah :

1. Meningkatkan peran pemerintah untuk menghimbau masyarakat melayu

menggunakan produk ini disetiap ada acara daerah atau kegiatan yang

berbau dengan adat melayu

2. Mempertahankan cirri khas produk dengan menjaga kretifitas pada mutu

produk.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdul Rahman Suleman

(2019) yang menyatakan perusahaan harus menerapkan strategi pertumbuhan

agresif dengan cara pengembangan pasar, memelihara mutu produk, meningkatkan

pelayanan, meningkatkan promosi penjualan, membuat variasi harga, menambah

jenis produk dan membuat segmentasi pasar baru.

68
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal indikator yang menjadi

kekuatan industri kerajinan tenun pada rumah tanjak melayu di Kota

Pekanbaru adalah pada variabel manajemen indikator penetapan tujuan dan

target bisnis, perekrutan SDM dan tenaga kerja, pengawasan terhadap

kegiatan produksi dan hubungan dengan tenaga kerja serta pada variabel

pemasaran indikator produk, harga dan promosi. Sedangkan kelemahannya

ada pada variabel keuangan yaitu sumber dana yang pas pasan karena tidak

adanya bantuan dari pemerintah mengenai perkembangan produksi tanjak

melayu ini serta kelemahan lainnya ada pada variabel produksi dan operasi

indikator kapasitas produksi dan ketersediaan tenaga kerja yang minim pada

rumah tanjak melayu. Adapun peluang dari industri kerajinan tenun pada

rumah tanjak melayu di Kota Pekanbaru yaitu kondisi ekonomi, permintaan

pasar, gaya hidup, perkembangan penduduk, lingkungan sekitar, teknologi

produksi dan pemanfaatan internet. Selanjutnya yang menjadi ancaman

adalah kondisi politik suatu daerah, persaingan terhadap produk sejenis,

potensi masuknya pesaing baru dan pengembangan produk.

2. Berdasarkan gambar diagram analisis SWOT, menunjukkan bagaimana

industri kerajinan tenun di Kota Pekanbaru memiliki strategi dalam

69
menghadapi permasalahan di lingkungan internal dan eksternal. Dimana

strategi ini berada pada kuadran I. strategi yang harus ditetapkan dalam

kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi

agresif lebih fokus kepada strategi Strength - Opportunities, yaitu dengan

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

6.2 Saran

Saran yang dapat peneliti kemukakan sesuai dengan hasil penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Industri ini hendaknya mempertahankan dan lebih meningkatkan dalam

pengawasan terhadap kegiatan produksi, meningkatkan kualitas produk,

harga produk dan promosi usaha agar industri ini dapat berkualitas dan

inovatif.

2. Diperlukan dukungan dan bantuan pemerintah untuk industri kerajinan

tenun pada rumah tanjak melayu yang produknya sendiri merupakan

kebudayaan di negri melayu ini.

3. Diharapkan dukungan penelitian yang lebih lanjut dari berbagai pihak

tentang pengembangan industri kerajinan tenun pada rumah tanjak

melayu di Kota Pekanbaru, ataupun pada industri kerajinan sejenis yang

ada di Kota Pekanbaru.

70
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, david, a. 2012. Manajemen ekuitas merek : memanfaatkan nilai dari suatu
merek. Jakarta: mitra utama.

Armstrong dan Kotler. 1999. Prinsip- Prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE


YKPN.

BPS Kota Pekanbaru. 2020. Kota Pekanbaru dalam Angka 2020.


https://pekanbarukota.bps.go.id/publication/2020/04/27/2e4544f6ddb701728
d7e8a36/kota-pekanbaru-dalam-angka-2020.html. Diakses 22 November
2020 (14.50).

BPS Kota Pekanbaru. 2020. Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2019.
https://pekanbarukota.bps.go.id/publication/2020/04/30/44decd0bc3e34c294
bdeec3e/produk-domestik-regional-bruto-kota-pekanbaru-menurut-
lapangan-usaha-tahun-2015-2019.html. Diakses 10 Desember 2020 (20.31).

Bastomi, Suwadji. 2000. Seni Kriya Seni. Semarang: UNNESS Press.

David, Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi kesepuluh. Jakarta :


Salemba Empat.

David, Fred R, 2011. Strategic Management, Buku 1. Edisi 12 Jakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 2020.

Dumairy.1996. Perekonomia Indonesia. Jakarta : Erlangga

Fandy Tjiptono, & Gregorius Chandra (2006), Manajemen Pelayanan Jasa,


Yogyakarta: Andi Offset

Freddy, Rangkuti. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan


Pelanggan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
Rajagrafindo Persada

Joesyiana, Kiki. 2017. Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga di Kota


Pekanbaru (studi kasus usaha tas rajut industi pengolahan kreatifitas tali kur).
Jurnal Valuta. Vol.3 No.1.

71
Kinnear, T. L dan Taylor. 1996. Marketing Research. 5th Edition. New York : Mc
Graw Hill.

Lembaga Adat Melayu Riau, 2020.

Makhitha, K.M. 2016. Marketing Strategies Of Small Craft Producers In South


Africa: Practices And Challenges. The Journal of Applied Business Research.
Vol.32 No.3

Nirmala, Preti Adam. 2018. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pirez Laundry
Samarinda. Skripsi. Makassar : Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.

Paerce Robinson, 1997, Manajemen Strategic, Jakarta Barat : Binarupa Aksara.

Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr. (2008). Manajemen Strategis 10.
Jakarta : Salemba Empat

Qoiri. 2018. Strategi Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kota


Pekanbaru. Jurnal Ekonomi. Vol.26 No.2.

Rangkuti, Freddy. 2005. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis &
Analisis Kasus. Jakarta : Sun.

Rangkuti, Freddy. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2015). Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Robert G. Dyson (2004). Strategic development and SWOT analysis at the


University of Warwick. In Elsevier - European Journal of Operational
Research

Setiawan, Budiana. 2014. Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang Provinsi


Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.Vol. 20 No. 3.

Simatupang, Togar. 2007. Ekonomi Kreatif: Menuju Era Kompetisi dan Persaingan
Usaha Ekonomi Gelombang IV. Institut Teknologi Bandung.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

72
Suleman, Abdul Rahman. 2019. Strategi Pengembangan Usaha Tenun Songket
Motif Tradisional Singengu Textile. Skripsi. Medan : Universitas Islam
Sumatra Utara.

Suprayatni, Mita. 2014. Analisis SWOT terhadap Profil Usaha Kerajinan Kain
Tenun Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Jurnal
Jurusan Pendidikan Ekonomi. Vol: 4 No: 1.

Tandy, Lilyana. 2015. Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Jasa pada Salon Megah
di Siduarjo. Jurnal AGORA. Vol. 3 No.1.

Uma Sekaran, 2006. Metode Penelitiaan Bisnis. Jakarta : Salemba Empat


.
Winardi, 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung : Tarsito.

Yusuf, Muhammad Arifin. 2016. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi


Pengembangan Industri Batik. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadyah
Surakarta.

Zamora, Rizkie Ayu. 2018. Arahan Strategi Berdasarkan Daya Saing Industri Kecil
Kerajinan Tenun Songket/ Tenun Ikat di Kota Pekanbaru. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Zulian, Yamit. 2011. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama,


Yogyakarta: Ekonisia

73
LAMPIRAN

Lampiran 1. Olah Data Tabel IFAS

Lampiran 2. Olah data tabel EFAS

74
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Dalam rangka untuk penelitian skripsi program sarjana S1, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Riau. Kuesioner ini

bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berhubunghan dengan

penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Tenun di

Kota Pekanbaru (Studi Kasus Rumah Tanjak Melayu)”.

IDENTITAS PENELITI

Nama : Vanessa Swandivia Anwar

Nim : 1602122898

Status : Mahasiswa Strata 1 (S1), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Ilmu Ekonomi, Universitas Riau

Untuk itu peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu berpartisipasi dalam

penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir dengan jujur dan apa

adanya. Cara pengisisan kuesioner pada pertanyaan pada matrik IFAS dan EFAS

Bapak/ibu diminta menentukan penilaian terhadap kondisi internal dan eksternal

perusahaan.

Atas ketersediaan Bapak/Ibu dalam meluangkan waktunya mengisi

kuesioner ini, peneliti ucapkan terimakasih.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden :...................................

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan

Umur : ...................................

Pendidikan Terakhir : ...................................

75
No HP : ...................................

IDENTITAS USAHA

Nama Usaha : ...................................

Alamat Usaha : ...................................

Tahun Berdirinya Usaha : ...................................

Status Kepemilikan Usaha : ...................................

Jumlah Karyawan :.......... Orang

DAFTAR PERTANYAAN

I. Variabel Internal

a. Manajemen

1. Apakah tujuan dan target bisnis yang ditetapkan tercapai dalam

waktu yang ditentukan?

2. Apakah dalam merekrut tenaga kerja melakukan penyeleksian?

Seperti apa seleksi yang dilakukan?

3. Apakah terdapat pengawasan dalam kegiatan produksi usaha yang

dijalani?

4. Apakah setiap karyawan memiliki keterkaitan hubungan dengan

karyawan lain?

b. Pemasaran

5. Bagaimana varian atau jenis produk tanjak yang Bapak/Ibu hasilkan

dalam kegiatan produksi?

6. Apakah terdapat variasi harga di setiap jenis produk tanjak yang

dihasilkan dalam kegiatan produksi?

76
7. Bagaimana bentuk promosi yang dilakukan dalam mempromosikan

usaha ini agar dikenal oleh masyarakat?

a. Dari mulut ke mulut

b. Melalui brosur

c. Melalui media sosial

c. Keuangan

8. Berapakah investasi tetap yang digunakan dalam menjalankan usaha

ini?

a. Bagunan (Rp....................)

b. Peralatan (mesin jahit, meja, kursi, etalase,dll) (Rp...................)

c. Mesin (Rp....................)

9. Berapakah investasi kerja dalam menjalankan usaha ini?

a. Upah tenaga kerja (Rp....................)

b. Biaya sewa (Rp....................)

c. Biaya listrik (Rp....................)

d. Biaya bahan baku (Rp....................)

10. Darimana sumber modal awal dan berapa jumlah modal yang

digunakan dalam menjalankan usaha ini?

a. Modal sendiri (Rp....................)

b. Pinjaman dari bank (Rp....................)

c. Pinjaman dari koperasi (Rp....................)

d. Pinjaman dari keluarga/teman/orang lain (Rp....................)

77
d. Produksi dan Operasi

11. Apakah ada batasan kapasitas dalam melakukan produksi?

12. Apakah jumlah tenaga kerja yang tersedia pada saat sekarang

cukup untuk kelancaran proses produksi?

II. Variabel Eksternal

a. Ekonomi

13. Apakah kondisi ekonomi dapat mempengaruhi proses produksi

usaha yang dijalankan?

14. Bagaimana permintaan pasar berpengaruh terhadap proses produksi

usaha yang dijalankan?

b. Sosial budaya, Demografi dan Lingkungan

15. Apakah gaya hidup masyarakat pada saat ini dapat mempengaruhi

proses produksi usaha?

16. Bagaimana keadaan lingkungan sekitar dalam kegiatan usaha yang

dijalankan?

c. Politik, Pemerintah dan Hukum

17. Apakah ada dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan proses

produksi usaha di Rumah Tanjak Melayu ini? Dan bagaimana bentuk

dukungannya?

d. Teknologi

18. Apakah dalam kegiatan produksi pada usaha Rumah Tanjak Melayu

yang dijalnkan menggunakan metode yang sederhana ataupun

canggih?

78
19. Apakah bapak/ibu memanfaatkan media internet sebagai media

informasi dalam kegiatan promosi usaha tanjak yang sedang

dijalankan?

e. Kompetitif

20. Bagaimana persaingan munculnya usaha baru yang sejenis dalam

merebut pasar pada usaha yang bapak/ibu jalankan?

21. Bagaimana perkembangan produk dalam usaha yang dijalankan?

Petunjuk Pengisian

• Tentukan nilai rating terhadap indikator-indikator faktor internal dan

eksternal yang dimiliki dalam Industri Kerajinan Tenun di Kota Pekanbaru

(Studi Kasus Rumah Tanjak Melayu)

• beri tanda ceklis(√) pada salah satu kolom skor disebelah kanan pada setiap

pernyataan.

Skor 5 = Sangat baik

Skor 4 = Baik

Skor 3 = Netral

Skor 2 = Kurang Baik

Skor 1 = Tidak Baik

79
I. Tabel Penilaian Terhadap Variabel Internal

Variabel Internal Indikator Pernyataan Jawaban

5 4 3 2 1

A.Manajemen 1. Penetapan tujuan dan


target bisnis

2. Perekrutan SDM dan


tenaga kerja

3. Pengawasan terhadap
kegiatan produksi

4. Hubungan dengan
tenaga kerja

B. B. Pemasaran 5. Produk

6. Harga

7. Promosi

C. C. Keuangan 8. Investasi Usaha

9. Sumber dana

D. Produksi dan 10. Kapasitas produksi


Operasi
11. Ketersediaan tenaga
kerja

80
II. Tabel Penilaian Terhadap Variabel Eksternal

Variabel Eksternal Indikator Pernyataan Jawaban

5 4 3 2 1

A. A. Ekonomi 1. 1. Kondisi ekonomi

2. 2. Permintaan pasar

B. B. Sosial Budaya,3. 3. Gaya hidup


Demografi dan
Lingkungan 4.Perkembangan
penduduk

5. 5. Lingkungan

C. C. Politik, 6. 6. Kondisi politik


Pemerintah dan
Hukum

D. D. Teknologi 7. 7. Teknologi produksi

8. 8. Pemanfaatan internet

E. E. Kompetitif 9. Persaingan terhadap


produk baru

10.Potensi masuknya
pesaing baru

11.Pengembangan
produk

81
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

82
83
84

Anda mungkin juga menyukai